SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Jawa Pos 
Minggu, 20 Januari 2008 
Dermaga 
Cerpen: Lan Fang 
Aku sedang berada di dermaga. Aku sangat suka dermaga. Dari pinggir dermaga, aku bisa 
melihat laut lepas dan langit luas. Menurutku, dermaga adalah sebuah tempat yang nyaman. 
Dermaga juga sebuah sandaran. Setelah jauh melaut, bukankah harus kembali? Dan 
dermaga adalah tempat melabuhkan semua penat. 
Ini dermaga di ujung laut Gresik. Hanya sebuah dermaga sederhana yang ditata dari kayu. 
Laut sedang surut sehingga tepinya tampak seperti lumpur. Ada beberapa ketam kecil 
berlarian di atasnya. Perahu-perahu kayu sedang tertambat. Ada nelayan yang sedang 
menjahit jaring. Juga ada yang sekadar cangkruk menunggu waktu melaut. 
Dermaga ini jauh berbeda dengan Dermaga Docklands di Melbourne yang pernah 
kukunjungi. Itu dermaga tempat merapat kapal-kapal motor. Laut dan langitnya tampak 
sangat biru. Di tepinya ada sebuah bar. Di sana kami pertama kali bertemu sekaligus 
berpisah tanpa kata-kata perpisahan. 
Sebetulnya sebuah dermaga tidak terlalu perlu untuk diingat-ingat. Tepatnya, aku tidak 
perlu mengingat-ingat dia lagi. Bukankah kami sudah berpisah? Dan tidak ada yang perlu 
diingat dari perpisahan. 
Tetapi dermaga selalu membuatku teringat kepadanya. Ia memiliki sepasang mata yang 
sangat kukagumi. Juga tak mungkin kulupakan. Sepasang mata indah yang teduh. Bening 
seperti pantulan cermin. Bagai langit yang becermin pada laut. Atau laut yang mengaca 
kepada langit. Entahlah. Itu tidak terlalu perlu bagiku. Karena aku melihat pantulan diriku 
di matanya. 
Tetapi aku bukan sekadar menyukai matanya. Aku juga menyukai rambutnya yang 
berwarna seperti helai-helai jagung. Terlebih lagi bibirnya yang terlihat segar. Kupikir, itu 
bibir yang enak untuk dicium. 
"Aku tidak merokok," jawabnya ketika hampir setengah hari kami bersama. Ia sama sekali 
tidak mengeluarkan sebatang rokok pun. 
Pantas saja! Aku suprise sekali. 
"Tapi aku suka nge-bir," sambungnya sambil tertawa. Tampak menarik sekali. 
Sejak hari itu ia selalu mentraktirku minum sambil duduk-duduk di pelataran Dermaga 
Docklands. Ia pemilik Fish Bar. Sebuah bar yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil 
di tepian Dermaga Docklands. Ia meletakkan banyak kursi dan meja bulat di pelatarannya. 
Sehingga dari pelataran bisa mencium udara laut. Udara yang membuat dadaku terasa 
lapang ketika mengirupnya dalam-dalam. 
Aku sudah seminggu di Melbourne. Kantorku sebuah perusahaan yang bergerak di bidang 
periklanan sedang membuat iklan untuk promosi sebuah biro perjalanan. Aku diberi waktu 
sebulan untuk memotret Australia. Dan kupilih Melbourne sebagai tempat tinggalku untuk 
sementara. Karena bagiku Melbourne tidak sesibuk Sydney. 
Aku kerasan di sini. Aku sangat menikmati trotoar Melbourne yang lebar, rapi, dan bersih.
Tidak banyak kendaraan lalu lalang dengan berisik, berdebu, dan semrawut. Mataharinya 
juga tidak seterik Surabaya. Sehingga aku lebih sering berjalan kaki bila hendak menjemput 
senja di Dermaga Docklands. 
Awal perkenalanku dengannya sangat klise. Seperti adegan roman remaja saja. Sebagai 
pemilik Fish Bar sudah tentu ia harus ramah kepada pengunjung barnya. Memberikan 
senyum, menyapa, "Hallo, how are you?" dan "thank you" untuk segelas minuman yang 
kubayar. Tidak ada yang istimewa. 
Lalu aku menempati tempat duduk kesukaanku. Kursi di pelataran yang agak di sudut dan 
menghadap laut. Aku lebih suka duduk di luar daripada di dalam bar. Karena di luar aku 
bisa mendengar nyanyian angin. Pekik burung yang berbaur dengan deburan gelombang 
yang pecah terantuk dermaga. Melihat kapal-kapal motor yang merapat dan terayun-ayun. 
Dan mencium wangi laut. Sedang di dalam hanya ada orang-orang yang berbicara dan 
musik yang kadang ingar-bingar. 
Kadang aku membaca. Kadang aku menulis. Kadang memotret. Kadang cuma membuang 
pandang. 
Kemudian dia datang ke kursiku. 
Besoknya ia datang duduk lagi. 
Lusanya kembali datang, duduk dan bercerita. 
Hari-hari berikutnya, ia selalu menanyakan bila aku tidak datang. 
Lalu aku jatuh cinta. Aku merasa pasti kalau aku jatuh cinta kepadanya. Karena aku sudah 
terlalu sering jatuh cinta. Jadi aku tahu persis gejala orang jatuh cinta. 
Bagi orang jatuh cinta, waktu bersama akan terasa pendek dan waktu berpisah terasa sangat 
panjang. Saat bersama, tidak ada yang dilakukan kecuali hendak menyimpan matahari. 
Agar matahari tidak cepat-cepat tergelincir di pengujung waktu. Sedang ketika berpisah, 
serasa tidur di atas bara. Gelisah ingin rembulan segera menyingkir. 
Dan gejala itu terjadi padaku! 
Apalagi saat itu ia berkata, "Aku punya dua tiket pub untuk malam ini. Aku mau kamu 
menemaniku. Bagaimana?" 
Sudah tentu aku mau! 
Bukan hanya karena aku memang ingin berkencan dengannya. Tetapi caranya mengajakku 
adalah cara yang tidak pernah dilakukan oleh para laki-laki di Indonesia yang kukenal. 
Semua selalu berkata, "Apakah kau mau pergi denganku? Atau, "Kalau kau mau pergi 
denganku, aku juga mau pergi denganmu." Atau, "Terserah kamu." 
Menurutku, itu semua kalimat yang sangat tidak nyaman untuk perempuan. Kalimat ajakan 
yang hanya untung-untungan. Niat berkencan yang diibaratkan permainan iseng-iseng 
berhadiah. Syukurlah bila mendapat hadiah. Tetapi juga tidak masalah bila tidak mendapat 
hadiah. Toh hanya sekadar iseng. 
Aku tidak suka laki-laki iseng. Karena aku bisa lebih iseng dari laki-laki. Tapi aku juga 
tidak suka dengan laki-laki serius. Karena aku juga punya keseriusan yang melebihi laki-laki. 
Aku suka laki-laki cerdas. Laki-laki yang bisa mengisengi keseriusan dan menyeriusi 
keisengan. 
Kurasa ia cukup cerdas untuk menangkap seleraku. Kalimat ajakannya itu, "...aku mau 
kamu menemaniku," terus terang tetapi tidak murahan. Tidak malu-malu kucing tetapi juga
tidak sok jaim. Kalimat yang membuatku tidak bisa menolak karena merasa terhormat. 
Kalimat yang membuatku jatuh cinta. 
Sempat aku berpikir, apakah tidak terlalu cepat bagiku untuk jatuh cinta kepadanya? 
Bukankah yang datang cepat juga akan segera pergi? Tetapi mungkin tidak. Bukankah cinta 
bisa datang tiba-tiba seperti pencuri yang masuk lewat jendela? Tidak pernah permisi 
mengetuk pintu terlebih dahulu. 
Terpikirkan pula olehku, bukankah yang terlalu terus terang akan segera membosankan? 
Tidak sempat dimainkan oleh perasaan gelisah karena kerinduan. Apakah tidak lebih 
mengasyikkan memetakan perasaan yang dikejar tanda tanya? Terusik perasaan untuk 
mencari jawaban. 
Tetapi, baiklah, aku bukan gadis remaja yang jatuh cinta pertama kali. Bukan seperti gadis 
belasan tahun yang dilanda cinta monyet. Lalu cuma bisa mesem-mesem cengengesan 
seperti monyet. Itu kuno. Terlalu membuang-buang waktu. Aku perempuan dewasa yang 
sudah bosan dengan cinta yang lalu lalang. Aku wanita matang yang butuh sandaran. Aku 
perahu yang mencari dermaganya. 
Hei, ingat! Dia bukan laki-laki sebangsa. Sudah bukan rahasia lagi, akan banyak kesulitan 
mempunyai pasangan dari budaya yang berbeda. Debat itu masih berseliweran di kepalaku. 
Tapi, logikaku selalu saja kalah dengan perasaan. 
Dan, pergilah kami malam itu ke sebuah ruang yang memekakkan dengan dentum irama 
yang menghentak. Tubuh-tubuh meliuk, berpelukan dan berciuman, seperti kesurupan. 
Lampu spootlight seperti kilat menyambar-nyambar. Musik yang berdentam keras seakan 
menghantam dada. Jantungku seperti meloncat. Telingaku jadi tuli. 
Dalam kilatan lampu dan ingar-bingar, maka orang-orang harus merapatkan tubuh bila 
hendak berbicara. Juga merapatkan wajah. Merapatkan mulut ke telinga. Mungkin untuk 
berbicara dan berteriak. Mungkin juga untuk mencium dan mengunyah telinga. Semua 
tidak jelas terlihat. Tetapi jelas bisa dirasakan. 
Makin malam semakin penuh. Bukan cuma dipenuhi orang-orang berambut pirang dan 
bermata pantulan cermin. Tetapi juga orang-orang dengan rambut hitam dan berwajah Asia 
sepertiku. Mereka menggerakkan seluruh anggota tubuh dari kepala sampai kaki dengan 
merdeka. Aku canggung. Jadi kami cuma duduk di kursi bundar bar saja. Tetapi cukup bisa 
kunikmati. Toh, tubuhku tanpa bisa dicegah juga bergoyang-goyang mengikuti beat-beat 
lagu. Kurasakan ada kebebasan yang berbeda dengan yang kurasakan saat memandang laut 
dan langit dari dermaga. 
Bila dari tepi dermaga, aku merasa ada kebebasan yang menyatukan diriku dengan alam. 
Aku merasa begitu kecil dan tak berdaya. Sehingga aku selalu membutuhkan dermaga, 
merindukan sandaran, ingin tempat untuk bertambat. 
Tetapi, di sini, aku merasa bebas dan berkuasa dengan diriku sendiri. Diriku adalah 
milikku. Diriku ada di dalam tubuhku. Semakin lama aku membesar. Karena tanpa 
membesar aku tidak bisa mengatasi diriku yang harus bersaing dengan tubuh-tubuh yang 
lain. Maka, kugerakkan tanganku ke atas, kepalaku ke kanan atau ke kiri atau kakiku 
melompat. Di sini aku tidak membutuhkan dermaga. Walaupun tubuhku seperti sekoci 
oleng tak ada nakhoda. 
"Are you okey? Kamu tidak mabuk?" ia bertanya kepadaku dengan menegaskan kata
"tidak". Ia kelihatan khawatir karena aku sudah menghabiskan gelas bir yang ketiga. 
"I am okey. Aku belum mabuk," jawabku juga menegaskan kata "belum". 
Lalu sambil setengah berteriak aku merapatkan mulut ke telinganya. Tetapi tidak punya 
keberanian untuk mencium atau mengunyah telinganya (padahal aku ingin). Kuceritakan 
bahwa aku tidak pernah mabuk, berteriak-teriak lalu muntah di tempat umum. Itu 
memalukan! 
"I am a drinker. Not a drunker!" seruku. 
"Aku mulai mabuk. Kamu bisa menjagaku, please?" ujarnya ganti setengah berteriak ketika 
merapatkan mulutnya ke telingaku. Tetapi ia tidak mencium atau mengunyah telingaku 
(padahal aku ingin). Sehingga aku meragukan kadar mabuk yang dikatakannya. 
Bagaimana mungkin laki-laki yang mengaku mulai mabuk tetapi tidak segera menyaplok 
dan mengunyah telinga perempuan yang sudah menempel ke mulutnya? Bukankah laki-laki 
yang tidak mabuk saja pasti melahap rakus telinga perempuan yang ada di depan mulutnya? 
Banyak perempuan keliru besar. Para perempuan sibuk menggantungkan bermacam 
aksesoris di telinga. Baik yang imitasi sampai kilauan permata. Itu lambang kecantikan. 
Padahal banyak laki-laki mengatakan bahwa telinga perempuan justru lebih seksi ketika 
tanpa mengenakan apa-apa. Karena lelaki bisa bebas mengunyahnya seperti kerupuk. Atau 
menjilatinya seperti es krim. Kenikmatan pasti akan terganggu bila lidah yang menyelip di 
belakang cuping telinga mendadak tertusuk ujung giwang. 
Nah, aku tidak memakai apa-apa di telingaku. Dan, aku sudah menyerahkan telingaku 
bulat-bulat di depan mulutnya. Tetapi tidak juga telingaku berada di dalam mulutnya. 
Sampai malam habis seperti kami menghabiskan bergelas-gelas bir tanpa mabuk. Kami 
tetap saja tidak saling mengunyah telinga. 
Pasti ada sesuatu yang salah di sini, pikirku. 
Mungkin memang ada sesuatu yang salah. 
Seperti biasa sore itu kuhabiskan di tepian Dermaga Docklands. Tetapi di Fish Bar ada 
sesuatu yang tidak biasa. Kuhitung-hitung sudah hampir seminggu ini ia tidak tampak. Aku 
rindu matanya yang biru. Sebagai gantinya, ada lelaki lain di belakang meja bar. Lelaki 
cokelat bermata seperti buah kenari dengan wajah yang sangat Asia. Ia tampak maskulin 
dengan wangi tembakau. Tetapi ia sangat mahal senyum dan sangat irit kata-kata. Mata 
buah kenarinya menghujamkan pandangan yang membuatku salah tingkah. Tepatnya aku 
merasa jadi bersalah. 
Setelah membayar minuman, aku cepat berlalu dari hadapannya. Padahal ada keinginan 
untuk menanyakan ke mana laki-laki bermata biru itu? Tetapi kubatalkan niatku ketika 
bertubrukan dengan pandangannya. Matanya seperti ingin menelanku. 
Ternyata aroma tembakau itu mengikutiku. Mata buah kenari itu sekarang duduk di 
depanku. Bibirnya mencoba membuat lengkung sebuah busur. Tetapi tetap saja tidak bisa 
menipu wajahnya yang keruh. Padahal langit dan laut di belakangnya masih tetap biru. 
"Kamu cantik dan menarik. Pantas ia tertarik padamu. Tetapi kurasa tidak sulit bagimu 
membuat laki-laki lain tertarik padamu," kata-katanya menimpa debur kapal motor yang
merapat ke dermaga. 
Aku masih belum bisa meraba ke arah mana bicaranya. Kupikir lebih baik menunggu 
kelanjutan kata-katanya. Kelihatannya ada hal yang ingin disampaikan kepadaku. Maka, 
pertanyaan jadi bergelantungan seperti pelampung-pelampung yang diikat di tepi dermaga. 
Lalu kenapa kalau aku cantik dan menarik? Kali ini aku merasa takut untuk mendengarkan 
kelanjutan kata-katanya. 
Kularikan gelepar ketakutanku dengan membuang pandang ke ujung dermaga. Tapi di sana 
sepi. Tidak ada seorang pun. Tidak ada dia. Bahkan juga tidak tampak seekor burung 
terbang. Yang kelihatan hanya kapal-kapal motor yang membisu. Jauh di belakangnya, 
kelihatan gedung-gedung tinggi seakan tak terjangkau. Kelihatan begitu dingin walau 
matahari sore memantulkan kilau dari jendela kacanya. Memantul kembali ke permukaan 
laut. Untuk dipantulkan lagi ke permukaan mataku yang bekerjap-kerjap membuang silau. 
Tapi gelisahku tak kunjung hilang. Aku tahu ada sesuatu di ujung lidah lelaki yang duduk 
di depanku itu. 
"Kapan tugasmu selesai? Kapan kau pulang ke Indonesia?" Ia bertanya. 
"Minggu depan," suaraku seperti mengambang. 
Kali ini ia tersenyum. Sebuah senyum kelegaan. "Kau pasti bisa menemukan dermaga lain 
yang lebih nyaman." Kali ini suaranya jauh lebih ramah. 
"Kenapa?" 
"Because I love him very much. Jangan membuatnya jatuh cinta kepadamu, please." 
Oh! Pantas saja langit dan laut di Dermaga Docklands luas tak bertepi. Seperti hatinya. 
Ternyata aku telah salah membacanya. *** 
Surabaya, 2007 
Pro: Ben, yang entah sekarang ada di mana.
merapat ke dermaga. 
Aku masih belum bisa meraba ke arah mana bicaranya. Kupikir lebih baik menunggu 
kelanjutan kata-katanya. Kelihatannya ada hal yang ingin disampaikan kepadaku. Maka, 
pertanyaan jadi bergelantungan seperti pelampung-pelampung yang diikat di tepi dermaga. 
Lalu kenapa kalau aku cantik dan menarik? Kali ini aku merasa takut untuk mendengarkan 
kelanjutan kata-katanya. 
Kularikan gelepar ketakutanku dengan membuang pandang ke ujung dermaga. Tapi di sana 
sepi. Tidak ada seorang pun. Tidak ada dia. Bahkan juga tidak tampak seekor burung 
terbang. Yang kelihatan hanya kapal-kapal motor yang membisu. Jauh di belakangnya, 
kelihatan gedung-gedung tinggi seakan tak terjangkau. Kelihatan begitu dingin walau 
matahari sore memantulkan kilau dari jendela kacanya. Memantul kembali ke permukaan 
laut. Untuk dipantulkan lagi ke permukaan mataku yang bekerjap-kerjap membuang silau. 
Tapi gelisahku tak kunjung hilang. Aku tahu ada sesuatu di ujung lidah lelaki yang duduk 
di depanku itu. 
"Kapan tugasmu selesai? Kapan kau pulang ke Indonesia?" Ia bertanya. 
"Minggu depan," suaraku seperti mengambang. 
Kali ini ia tersenyum. Sebuah senyum kelegaan. "Kau pasti bisa menemukan dermaga lain 
yang lebih nyaman." Kali ini suaranya jauh lebih ramah. 
"Kenapa?" 
"Because I love him very much. Jangan membuatnya jatuh cinta kepadamu, please." 
Oh! Pantas saja langit dan laut di Dermaga Docklands luas tak bertepi. Seperti hatinya. 
Ternyata aku telah salah membacanya. *** 
Surabaya, 2007 
Pro: Ben, yang entah sekarang ada di mana.

More Related Content

What's hot

1000 puisi kehidupan
1000 puisi kehidupan1000 puisi kehidupan
1000 puisi kehidupanmprieska_h
 
Lirik lagu terbaru
Lirik lagu terbaruLirik lagu terbaru
Lirik lagu terbaruAndic N
 
Lirik lagu jawam campur sari
Lirik lagu jawam campur sariLirik lagu jawam campur sari
Lirik lagu jawam campur sariUji Wardoyo
 
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHAldi Aldinar
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKampung Baca
 
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...deka_13
 
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaKumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaDikha Wijanarko
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisiariyan29
 
Lirik lagu cinta
Lirik lagu cintaLirik lagu cinta
Lirik lagu cintavian meze
 

What's hot (19)

Tinc ebook #7
Tinc ebook #7Tinc ebook #7
Tinc ebook #7
 
1000 puisi kehidupan
1000 puisi kehidupan1000 puisi kehidupan
1000 puisi kehidupan
 
Lirik lagu slank
Lirik lagu slankLirik lagu slank
Lirik lagu slank
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Puisi cinta
Puisi cintaPuisi cinta
Puisi cinta
 
Kumpulan lirik lagu
Kumpulan lirik laguKumpulan lirik lagu
Kumpulan lirik lagu
 
Lirik lagu terbaru
Lirik lagu terbaruLirik lagu terbaru
Lirik lagu terbaru
 
Lirik lagu jawam campur sari
Lirik lagu jawam campur sariLirik lagu jawam campur sari
Lirik lagu jawam campur sari
 
Lirik lagu
Lirik laguLirik lagu
Lirik lagu
 
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadi
 
Puisi Saya
Puisi SayaPuisi Saya
Puisi Saya
 
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
 
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaKumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisi
 
Dgt
DgtDgt
Dgt
 
Us sastra 22012 b
Us sastra 22012 bUs sastra 22012 b
Us sastra 22012 b
 
Lirik lagu cinta
Lirik lagu cintaLirik lagu cinta
Lirik lagu cinta
 
Koleksi puisi
Koleksi puisiKoleksi puisi
Koleksi puisi
 

Viewers also liked

Publicación1 moda y cosmetologia
Publicación1 moda y cosmetologiaPublicación1 moda y cosmetologia
Publicación1 moda y cosmetologiaJohis_luna15
 
Tapones solidarios pp
Tapones solidarios ppTapones solidarios pp
Tapones solidarios ppDIEGOEVAPAULA
 
ライター・イン・レジデンス 於 浦河
ライター・イン・レジデンス 於 浦河ライター・イン・レジデンス 於 浦河
ライター・イン・レジデンス 於 浦河Tell-Kaz Dambala
 
消えた黄金町娼婦たち
消えた黄金町娼婦たち消えた黄金町娼婦たち
消えた黄金町娼婦たちTell-Kaz Dambala
 

Viewers also liked (8)

Midnight in cairo (irwan kelana)
Midnight in cairo (irwan kelana)Midnight in cairo (irwan kelana)
Midnight in cairo (irwan kelana)
 
Publicación1 moda y cosmetologia
Publicación1 moda y cosmetologiaPublicación1 moda y cosmetologia
Publicación1 moda y cosmetologia
 
Tapones solidarios pp
Tapones solidarios ppTapones solidarios pp
Tapones solidarios pp
 
портфоліо 6клас
портфоліо 6класпортфоліо 6клас
портфоліо 6клас
 
Pilkada (adek alwi)
Pilkada (adek alwi)Pilkada (adek alwi)
Pilkada (adek alwi)
 
ライター・イン・レジデンス 於 浦河
ライター・イン・レジデンス 於 浦河ライター・イン・レジデンス 於 浦河
ライター・イン・レジデンス 於 浦河
 
消えた黄金町娼婦たち
消えた黄金町娼婦たち消えた黄金町娼婦たち
消えた黄金町娼婦たち
 
моя позиція
моя позиціямоя позиція
моя позиція
 

Similar to Dermaga (lan fang)

Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)arvin2014
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruMaman Nyamuk
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruAbrar Farisi
 
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)Arvinoor Siregar SH MH
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Andri Goodwood
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanRicky L
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)Arvinoor Siregar SH MH
 
Cintaku bukan drakula
Cintaku bukan drakulaCintaku bukan drakula
Cintaku bukan drakulaTeuku Asrul
 
KumpulanSurat cinta
 KumpulanSurat cinta KumpulanSurat cinta
KumpulanSurat cintaaraezigler
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaSyamsul Noor
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"Maghfur Amien
 

Similar to Dermaga (lan fang) (20)

Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
 
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
 
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
 
Cintadalamgelas
CintadalamgelasCintadalamgelas
Cintadalamgelas
 
Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Sungai yang tenang (hudan hidayat)
Sungai yang tenang (hudan hidayat)Sungai yang tenang (hudan hidayat)
Sungai yang tenang (hudan hidayat)
 
[Ficlet] rain sound
[Ficlet] rain sound[Ficlet] rain sound
[Ficlet] rain sound
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
 
Cintaku bukan drakula
Cintaku bukan drakulaCintaku bukan drakula
Cintaku bukan drakula
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
KumpulanSurat cinta
 KumpulanSurat cinta KumpulanSurat cinta
KumpulanSurat cinta
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishima
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"
 
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Recently uploaded

PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxPPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxMegaFebryanika
 
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024dombatoto
 
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.pptMiaZahir
 
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAWIDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAWNeta
 
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptx
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptxppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptx
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptxMegaFebryanika
 
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teaterBAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teaterAgustinus791932
 
tugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdftugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdfhobitzz0101
 
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024Sizi99
 
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024dombatoto
 

Recently uploaded (10)

PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxPPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
 
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
DOMBATOTO Sensasi Togel Online dengan Bet 100 Rupiah di 2024
 
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
402610954-HIV-AID-DAN-NAPZA-PADA-REMAJA-ppt.ppt
 
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 Link Slot Gacor Resmi Anti Nawala Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAWIDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
IDMPO : SITUS SLOT MPO KEMENANGAN JACKPOT TERPERCAYA & PASTI WITHDRAW
 
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptx
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptxppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptx
ppt-modul-6-pend-seni-disd-240427134023-3ceca6d9 (1).pptx
 
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teaterBAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
BAB 7 konsep ,teknik dan prosedur seni teater
 
tugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdftugas kelompok irsyad aldey.pdf
tugas kelompok irsyad aldey.pdf
 
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
Sizi99 Rekomendasi Bo Slot Gacor Anti Nawala Gampang Jackpot 2024
 
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024SLOT RAHFFI AHMAD  > LINK DAFTAR GACOR 2024
SLOT RAHFFI AHMAD > LINK DAFTAR GACOR 2024
 

Dermaga (lan fang)

  • 1. Jawa Pos Minggu, 20 Januari 2008 Dermaga Cerpen: Lan Fang Aku sedang berada di dermaga. Aku sangat suka dermaga. Dari pinggir dermaga, aku bisa melihat laut lepas dan langit luas. Menurutku, dermaga adalah sebuah tempat yang nyaman. Dermaga juga sebuah sandaran. Setelah jauh melaut, bukankah harus kembali? Dan dermaga adalah tempat melabuhkan semua penat. Ini dermaga di ujung laut Gresik. Hanya sebuah dermaga sederhana yang ditata dari kayu. Laut sedang surut sehingga tepinya tampak seperti lumpur. Ada beberapa ketam kecil berlarian di atasnya. Perahu-perahu kayu sedang tertambat. Ada nelayan yang sedang menjahit jaring. Juga ada yang sekadar cangkruk menunggu waktu melaut. Dermaga ini jauh berbeda dengan Dermaga Docklands di Melbourne yang pernah kukunjungi. Itu dermaga tempat merapat kapal-kapal motor. Laut dan langitnya tampak sangat biru. Di tepinya ada sebuah bar. Di sana kami pertama kali bertemu sekaligus berpisah tanpa kata-kata perpisahan. Sebetulnya sebuah dermaga tidak terlalu perlu untuk diingat-ingat. Tepatnya, aku tidak perlu mengingat-ingat dia lagi. Bukankah kami sudah berpisah? Dan tidak ada yang perlu diingat dari perpisahan. Tetapi dermaga selalu membuatku teringat kepadanya. Ia memiliki sepasang mata yang sangat kukagumi. Juga tak mungkin kulupakan. Sepasang mata indah yang teduh. Bening seperti pantulan cermin. Bagai langit yang becermin pada laut. Atau laut yang mengaca kepada langit. Entahlah. Itu tidak terlalu perlu bagiku. Karena aku melihat pantulan diriku di matanya. Tetapi aku bukan sekadar menyukai matanya. Aku juga menyukai rambutnya yang berwarna seperti helai-helai jagung. Terlebih lagi bibirnya yang terlihat segar. Kupikir, itu bibir yang enak untuk dicium. "Aku tidak merokok," jawabnya ketika hampir setengah hari kami bersama. Ia sama sekali tidak mengeluarkan sebatang rokok pun. Pantas saja! Aku suprise sekali. "Tapi aku suka nge-bir," sambungnya sambil tertawa. Tampak menarik sekali. Sejak hari itu ia selalu mentraktirku minum sambil duduk-duduk di pelataran Dermaga Docklands. Ia pemilik Fish Bar. Sebuah bar yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil di tepian Dermaga Docklands. Ia meletakkan banyak kursi dan meja bulat di pelatarannya. Sehingga dari pelataran bisa mencium udara laut. Udara yang membuat dadaku terasa lapang ketika mengirupnya dalam-dalam. Aku sudah seminggu di Melbourne. Kantorku sebuah perusahaan yang bergerak di bidang periklanan sedang membuat iklan untuk promosi sebuah biro perjalanan. Aku diberi waktu sebulan untuk memotret Australia. Dan kupilih Melbourne sebagai tempat tinggalku untuk sementara. Karena bagiku Melbourne tidak sesibuk Sydney. Aku kerasan di sini. Aku sangat menikmati trotoar Melbourne yang lebar, rapi, dan bersih.
  • 2. Tidak banyak kendaraan lalu lalang dengan berisik, berdebu, dan semrawut. Mataharinya juga tidak seterik Surabaya. Sehingga aku lebih sering berjalan kaki bila hendak menjemput senja di Dermaga Docklands. Awal perkenalanku dengannya sangat klise. Seperti adegan roman remaja saja. Sebagai pemilik Fish Bar sudah tentu ia harus ramah kepada pengunjung barnya. Memberikan senyum, menyapa, "Hallo, how are you?" dan "thank you" untuk segelas minuman yang kubayar. Tidak ada yang istimewa. Lalu aku menempati tempat duduk kesukaanku. Kursi di pelataran yang agak di sudut dan menghadap laut. Aku lebih suka duduk di luar daripada di dalam bar. Karena di luar aku bisa mendengar nyanyian angin. Pekik burung yang berbaur dengan deburan gelombang yang pecah terantuk dermaga. Melihat kapal-kapal motor yang merapat dan terayun-ayun. Dan mencium wangi laut. Sedang di dalam hanya ada orang-orang yang berbicara dan musik yang kadang ingar-bingar. Kadang aku membaca. Kadang aku menulis. Kadang memotret. Kadang cuma membuang pandang. Kemudian dia datang ke kursiku. Besoknya ia datang duduk lagi. Lusanya kembali datang, duduk dan bercerita. Hari-hari berikutnya, ia selalu menanyakan bila aku tidak datang. Lalu aku jatuh cinta. Aku merasa pasti kalau aku jatuh cinta kepadanya. Karena aku sudah terlalu sering jatuh cinta. Jadi aku tahu persis gejala orang jatuh cinta. Bagi orang jatuh cinta, waktu bersama akan terasa pendek dan waktu berpisah terasa sangat panjang. Saat bersama, tidak ada yang dilakukan kecuali hendak menyimpan matahari. Agar matahari tidak cepat-cepat tergelincir di pengujung waktu. Sedang ketika berpisah, serasa tidur di atas bara. Gelisah ingin rembulan segera menyingkir. Dan gejala itu terjadi padaku! Apalagi saat itu ia berkata, "Aku punya dua tiket pub untuk malam ini. Aku mau kamu menemaniku. Bagaimana?" Sudah tentu aku mau! Bukan hanya karena aku memang ingin berkencan dengannya. Tetapi caranya mengajakku adalah cara yang tidak pernah dilakukan oleh para laki-laki di Indonesia yang kukenal. Semua selalu berkata, "Apakah kau mau pergi denganku? Atau, "Kalau kau mau pergi denganku, aku juga mau pergi denganmu." Atau, "Terserah kamu." Menurutku, itu semua kalimat yang sangat tidak nyaman untuk perempuan. Kalimat ajakan yang hanya untung-untungan. Niat berkencan yang diibaratkan permainan iseng-iseng berhadiah. Syukurlah bila mendapat hadiah. Tetapi juga tidak masalah bila tidak mendapat hadiah. Toh hanya sekadar iseng. Aku tidak suka laki-laki iseng. Karena aku bisa lebih iseng dari laki-laki. Tapi aku juga tidak suka dengan laki-laki serius. Karena aku juga punya keseriusan yang melebihi laki-laki. Aku suka laki-laki cerdas. Laki-laki yang bisa mengisengi keseriusan dan menyeriusi keisengan. Kurasa ia cukup cerdas untuk menangkap seleraku. Kalimat ajakannya itu, "...aku mau kamu menemaniku," terus terang tetapi tidak murahan. Tidak malu-malu kucing tetapi juga
  • 3. tidak sok jaim. Kalimat yang membuatku tidak bisa menolak karena merasa terhormat. Kalimat yang membuatku jatuh cinta. Sempat aku berpikir, apakah tidak terlalu cepat bagiku untuk jatuh cinta kepadanya? Bukankah yang datang cepat juga akan segera pergi? Tetapi mungkin tidak. Bukankah cinta bisa datang tiba-tiba seperti pencuri yang masuk lewat jendela? Tidak pernah permisi mengetuk pintu terlebih dahulu. Terpikirkan pula olehku, bukankah yang terlalu terus terang akan segera membosankan? Tidak sempat dimainkan oleh perasaan gelisah karena kerinduan. Apakah tidak lebih mengasyikkan memetakan perasaan yang dikejar tanda tanya? Terusik perasaan untuk mencari jawaban. Tetapi, baiklah, aku bukan gadis remaja yang jatuh cinta pertama kali. Bukan seperti gadis belasan tahun yang dilanda cinta monyet. Lalu cuma bisa mesem-mesem cengengesan seperti monyet. Itu kuno. Terlalu membuang-buang waktu. Aku perempuan dewasa yang sudah bosan dengan cinta yang lalu lalang. Aku wanita matang yang butuh sandaran. Aku perahu yang mencari dermaganya. Hei, ingat! Dia bukan laki-laki sebangsa. Sudah bukan rahasia lagi, akan banyak kesulitan mempunyai pasangan dari budaya yang berbeda. Debat itu masih berseliweran di kepalaku. Tapi, logikaku selalu saja kalah dengan perasaan. Dan, pergilah kami malam itu ke sebuah ruang yang memekakkan dengan dentum irama yang menghentak. Tubuh-tubuh meliuk, berpelukan dan berciuman, seperti kesurupan. Lampu spootlight seperti kilat menyambar-nyambar. Musik yang berdentam keras seakan menghantam dada. Jantungku seperti meloncat. Telingaku jadi tuli. Dalam kilatan lampu dan ingar-bingar, maka orang-orang harus merapatkan tubuh bila hendak berbicara. Juga merapatkan wajah. Merapatkan mulut ke telinga. Mungkin untuk berbicara dan berteriak. Mungkin juga untuk mencium dan mengunyah telinga. Semua tidak jelas terlihat. Tetapi jelas bisa dirasakan. Makin malam semakin penuh. Bukan cuma dipenuhi orang-orang berambut pirang dan bermata pantulan cermin. Tetapi juga orang-orang dengan rambut hitam dan berwajah Asia sepertiku. Mereka menggerakkan seluruh anggota tubuh dari kepala sampai kaki dengan merdeka. Aku canggung. Jadi kami cuma duduk di kursi bundar bar saja. Tetapi cukup bisa kunikmati. Toh, tubuhku tanpa bisa dicegah juga bergoyang-goyang mengikuti beat-beat lagu. Kurasakan ada kebebasan yang berbeda dengan yang kurasakan saat memandang laut dan langit dari dermaga. Bila dari tepi dermaga, aku merasa ada kebebasan yang menyatukan diriku dengan alam. Aku merasa begitu kecil dan tak berdaya. Sehingga aku selalu membutuhkan dermaga, merindukan sandaran, ingin tempat untuk bertambat. Tetapi, di sini, aku merasa bebas dan berkuasa dengan diriku sendiri. Diriku adalah milikku. Diriku ada di dalam tubuhku. Semakin lama aku membesar. Karena tanpa membesar aku tidak bisa mengatasi diriku yang harus bersaing dengan tubuh-tubuh yang lain. Maka, kugerakkan tanganku ke atas, kepalaku ke kanan atau ke kiri atau kakiku melompat. Di sini aku tidak membutuhkan dermaga. Walaupun tubuhku seperti sekoci oleng tak ada nakhoda. "Are you okey? Kamu tidak mabuk?" ia bertanya kepadaku dengan menegaskan kata
  • 4. "tidak". Ia kelihatan khawatir karena aku sudah menghabiskan gelas bir yang ketiga. "I am okey. Aku belum mabuk," jawabku juga menegaskan kata "belum". Lalu sambil setengah berteriak aku merapatkan mulut ke telinganya. Tetapi tidak punya keberanian untuk mencium atau mengunyah telinganya (padahal aku ingin). Kuceritakan bahwa aku tidak pernah mabuk, berteriak-teriak lalu muntah di tempat umum. Itu memalukan! "I am a drinker. Not a drunker!" seruku. "Aku mulai mabuk. Kamu bisa menjagaku, please?" ujarnya ganti setengah berteriak ketika merapatkan mulutnya ke telingaku. Tetapi ia tidak mencium atau mengunyah telingaku (padahal aku ingin). Sehingga aku meragukan kadar mabuk yang dikatakannya. Bagaimana mungkin laki-laki yang mengaku mulai mabuk tetapi tidak segera menyaplok dan mengunyah telinga perempuan yang sudah menempel ke mulutnya? Bukankah laki-laki yang tidak mabuk saja pasti melahap rakus telinga perempuan yang ada di depan mulutnya? Banyak perempuan keliru besar. Para perempuan sibuk menggantungkan bermacam aksesoris di telinga. Baik yang imitasi sampai kilauan permata. Itu lambang kecantikan. Padahal banyak laki-laki mengatakan bahwa telinga perempuan justru lebih seksi ketika tanpa mengenakan apa-apa. Karena lelaki bisa bebas mengunyahnya seperti kerupuk. Atau menjilatinya seperti es krim. Kenikmatan pasti akan terganggu bila lidah yang menyelip di belakang cuping telinga mendadak tertusuk ujung giwang. Nah, aku tidak memakai apa-apa di telingaku. Dan, aku sudah menyerahkan telingaku bulat-bulat di depan mulutnya. Tetapi tidak juga telingaku berada di dalam mulutnya. Sampai malam habis seperti kami menghabiskan bergelas-gelas bir tanpa mabuk. Kami tetap saja tidak saling mengunyah telinga. Pasti ada sesuatu yang salah di sini, pikirku. Mungkin memang ada sesuatu yang salah. Seperti biasa sore itu kuhabiskan di tepian Dermaga Docklands. Tetapi di Fish Bar ada sesuatu yang tidak biasa. Kuhitung-hitung sudah hampir seminggu ini ia tidak tampak. Aku rindu matanya yang biru. Sebagai gantinya, ada lelaki lain di belakang meja bar. Lelaki cokelat bermata seperti buah kenari dengan wajah yang sangat Asia. Ia tampak maskulin dengan wangi tembakau. Tetapi ia sangat mahal senyum dan sangat irit kata-kata. Mata buah kenarinya menghujamkan pandangan yang membuatku salah tingkah. Tepatnya aku merasa jadi bersalah. Setelah membayar minuman, aku cepat berlalu dari hadapannya. Padahal ada keinginan untuk menanyakan ke mana laki-laki bermata biru itu? Tetapi kubatalkan niatku ketika bertubrukan dengan pandangannya. Matanya seperti ingin menelanku. Ternyata aroma tembakau itu mengikutiku. Mata buah kenari itu sekarang duduk di depanku. Bibirnya mencoba membuat lengkung sebuah busur. Tetapi tetap saja tidak bisa menipu wajahnya yang keruh. Padahal langit dan laut di belakangnya masih tetap biru. "Kamu cantik dan menarik. Pantas ia tertarik padamu. Tetapi kurasa tidak sulit bagimu membuat laki-laki lain tertarik padamu," kata-katanya menimpa debur kapal motor yang
  • 5. merapat ke dermaga. Aku masih belum bisa meraba ke arah mana bicaranya. Kupikir lebih baik menunggu kelanjutan kata-katanya. Kelihatannya ada hal yang ingin disampaikan kepadaku. Maka, pertanyaan jadi bergelantungan seperti pelampung-pelampung yang diikat di tepi dermaga. Lalu kenapa kalau aku cantik dan menarik? Kali ini aku merasa takut untuk mendengarkan kelanjutan kata-katanya. Kularikan gelepar ketakutanku dengan membuang pandang ke ujung dermaga. Tapi di sana sepi. Tidak ada seorang pun. Tidak ada dia. Bahkan juga tidak tampak seekor burung terbang. Yang kelihatan hanya kapal-kapal motor yang membisu. Jauh di belakangnya, kelihatan gedung-gedung tinggi seakan tak terjangkau. Kelihatan begitu dingin walau matahari sore memantulkan kilau dari jendela kacanya. Memantul kembali ke permukaan laut. Untuk dipantulkan lagi ke permukaan mataku yang bekerjap-kerjap membuang silau. Tapi gelisahku tak kunjung hilang. Aku tahu ada sesuatu di ujung lidah lelaki yang duduk di depanku itu. "Kapan tugasmu selesai? Kapan kau pulang ke Indonesia?" Ia bertanya. "Minggu depan," suaraku seperti mengambang. Kali ini ia tersenyum. Sebuah senyum kelegaan. "Kau pasti bisa menemukan dermaga lain yang lebih nyaman." Kali ini suaranya jauh lebih ramah. "Kenapa?" "Because I love him very much. Jangan membuatnya jatuh cinta kepadamu, please." Oh! Pantas saja langit dan laut di Dermaga Docklands luas tak bertepi. Seperti hatinya. Ternyata aku telah salah membacanya. *** Surabaya, 2007 Pro: Ben, yang entah sekarang ada di mana.
  • 6. merapat ke dermaga. Aku masih belum bisa meraba ke arah mana bicaranya. Kupikir lebih baik menunggu kelanjutan kata-katanya. Kelihatannya ada hal yang ingin disampaikan kepadaku. Maka, pertanyaan jadi bergelantungan seperti pelampung-pelampung yang diikat di tepi dermaga. Lalu kenapa kalau aku cantik dan menarik? Kali ini aku merasa takut untuk mendengarkan kelanjutan kata-katanya. Kularikan gelepar ketakutanku dengan membuang pandang ke ujung dermaga. Tapi di sana sepi. Tidak ada seorang pun. Tidak ada dia. Bahkan juga tidak tampak seekor burung terbang. Yang kelihatan hanya kapal-kapal motor yang membisu. Jauh di belakangnya, kelihatan gedung-gedung tinggi seakan tak terjangkau. Kelihatan begitu dingin walau matahari sore memantulkan kilau dari jendela kacanya. Memantul kembali ke permukaan laut. Untuk dipantulkan lagi ke permukaan mataku yang bekerjap-kerjap membuang silau. Tapi gelisahku tak kunjung hilang. Aku tahu ada sesuatu di ujung lidah lelaki yang duduk di depanku itu. "Kapan tugasmu selesai? Kapan kau pulang ke Indonesia?" Ia bertanya. "Minggu depan," suaraku seperti mengambang. Kali ini ia tersenyum. Sebuah senyum kelegaan. "Kau pasti bisa menemukan dermaga lain yang lebih nyaman." Kali ini suaranya jauh lebih ramah. "Kenapa?" "Because I love him very much. Jangan membuatnya jatuh cinta kepadamu, please." Oh! Pantas saja langit dan laut di Dermaga Docklands luas tak bertepi. Seperti hatinya. Ternyata aku telah salah membacanya. *** Surabaya, 2007 Pro: Ben, yang entah sekarang ada di mana.