Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas tentang superkonduktor suhu tinggi khususnya yang menggunakan logam besi. Superkonduktor suhu tinggi ini memiliki hubungan yang kuat antara magnetisme dan superkonduktivitas dimana gaya magnet mampu memberikan pengaruh yang membantu proses terciptanya superkonduktivitas. Struktur dasar kelas baru superkonduktor suhu tinggi berbasis besi lebih efisien dalam pengamatan signatur magnetiknya dibanding
1. Superkonduktor Suhu Tinggi
Membahas mengenai superkonduktor, pasti konsep sederhana yang tertanam adalah
mengenai logam yang terkait erat dengan magnet dan kausalitas keduanya mengenai
daya tarik magnet tersebut dengan logam yang dipengaruhinya. Konsep yang telah
dipelajari biasanya membahas bahwa logam mampu tertarik oleh magnet, tetapi tahukah,
bahwasannya terdapat logam pada suhu tertentu mampu menghambat kerja dari daya tarik
magnet tersebut?
Secara harfiah superkonduktor adalah penjelasan mengenai kondisi logam dimana
pengondisiannya terdapat pengaruh hambatan listrik yang nilai hambatannya bernilai nol,
kemudian dalam fenomena ini, terdapat pula pengaruh akibat pembelokan medan magnet
karena suhu yang sangat rendah yaitu suhu dibawah titik kritis optimum suatu karakteristik
bahan ( kuantum mekanik atas dasar efek Meissner). Selain mengenai kuantum mekanik,
superkonduktor juga bisa diartikan logam yang dikondisikan dalam suhu empat kelvin
atau -269 0c, logam tersebut kehilangan bentuk perlawanan terhapad arus yang ditimbulkan
oleh listrik.
Pada awal tahun sekitar tahun 1987, ditemukan suatu keramik yaitu keramik tembaga yang
mempunyai superkonduktivitas yang bekerja pada suhu 90 K. Penemuan ini menjadi titik
awal penting karena mulai ditemukannya superkonduktor suhu tinggi dengan nitrogen
cair sebagai pendinginnya..Suhu tertinggi suatu bahan menjadi superkonduktor hingga saat
ini adalah 138 K, yaitu untuk suatu bahan yang memiliki rumus
Hg0.8Tl0.2Ba2Ca2Cu3O8.33.
Superkonduktor kini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Hambatan tidak
disukai karena dengan adanya hambatan maka arus akan terbuang menjadi panas. Apabila
hambatan menjadi nol, maka tidak ada energi yang hilang pada saat arus mengalir.
Penggunaan superkonduktor dibidang transportasi memanfaatkan efek Meissner, yaitu
pengangkatan magnet oleh superkonduktor. Hal ini diterapkan pada kereta api supercepat
di Jepang yang diberi nama The Yamanashi MLX01 MagLev train, gambar 3. Kereta api
ini melayang diatas magnet superkonduktor. Dengan melayang, maka gesekan antara roda
dengan rel dapat dihilangkan dan akibatnya kereta dapat berjalan dengan sangat cepat, 343
mph atau sekitar 550 km/jam.
2. Berikutnya, pembahasan superkonduktor yang dikhususkan terhadap satu fokus
logam,yaitu besi. Pemilihan logam besi dikarenakan besi merupakan unsur yang
terbilang aneh apabila dikaitkan dengan pembahasan superkonduktor karena atom yang
dimiliki oleh besi berada sangat magnetik. Mengenai kemagnetikan dalam suatu magnet ,
sifat magnetik pada umumnya akan bekerja menghambat superkonduktivitas. Mengenai
konduksi sempurna, ciri khas dari superkonduktor adalah bahwa hal itu memaksa medan
magnet diterapkan untuk mengitari objek interior magnet bukan hanya sekedar melewati
objek tersebut.
Tidak seperti keramik tembaga (cuprates) sebelumnya, struktur dasar kelas baru yang
terdiri dari senyawa besi terbilang lebih efisien dalam hal pengamatan signatur
magnetiknya. Karena struktur senyawa ini berbeda dengan cuprate dalam banyak hal,maka
akan memungkinkan harapan mendapatkan pemahaman baru bagaimana fenomena
superkonduktivitas bisa muncul jika dikaitkan dengan suhu atau temperatur yang tinggi(di
ambil dari Nature Materials Jurnal, 27 Oktober 2014) .
Mengacu pada proses pembuatan superkonduktor,secara umum superkonduktor bisa dibuat
dengan melakukan doping pada senyawa induk, doping disini dalam artian memberikan
atom baru atau atom yang sifatnya belum ada dalam intrinsik suatu senyawa tersebut
Seperti yang telah dijelaskan pada awal paragraf, bahwasanya terdapat hubungan yang kuat
antara magnetisme dan superkonduktivitas. Hal yang paling utama dari korelasi keduanya
adalah keduanya bekerja dan mempengaruhi sifat zat padat. Superkonduktor
konvensional, tidak menghendaki unsur magnetik karena unsur tersebut mampu
memengaruhi interaksi yang memicu superkonduktivitas dalam unsur padat terutama pada
kristal senyawa. Tetapi teori tersebut bertolak belakang dengan superkonduktor suhu
tinggi seperti senyawa cuprate dan besi-arsenik. Dari senyawa tersebut dapat diketahui
bahwa, gaya magnet mampu memberikan pengaruh yang membantu proses untuk
menciptakan superkonduktivitas. Sistem kerja pada senyawa tersebut adalah
menstimulasi dengan menginjeksi ordo magnetik bila memasuki dalam struktur
kristal,dari penjelasan diatas dapat diketahui pula bahwa hal tersebut juga menjadi tanda
kalau suatu bahan dapat dipakai sebagai superkonduktor suhu tinggi. Dengan proses
analisa superkonduktor suhu tinggi yang telah tercipta , maka dapat diketahui simetri ordo
magnetik berhubungan secara intens dengan simetri sinyal superkonduktivitas.
3. T. J. Liu, J. Hu, B. Qian, D. Fobes, Z. Q. Mao, W. Bao, M. Reehuis, S. A. J. Kimber, K. Prokeš, S.
Matas, D. N. Argyriou, A. Hiess, A. Rotaru, H. Pham, L. Spinu, Y. Qiu, V. Thampy, A. T. Savici, J. A.
Rodriguez, C. Broholm. From (?,0) magnetic order to superconductivity with (?,?) magnetic
resonance in Fe1.02Te1?xSex. Nature Materials, 2010; 9 (9): 718
S. J. Yamamoto, Q. Si. Metallic ferromagnetism in the Kondo lattice. Proceedings of the National
Academy of Sciences, 2010;