SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
SELEKSI DAN
PENEMPATAN TENAGA
KERJA
Kelompok 2 :
1. Haura Muthia. S 1824090136 7. Faisal Maruf 1824090092
2. Amelia Samsudi 1824090098 8. Alvin P 1824090124
3. Anissa Putri. S 1824090132 9. M. Akhsan 1824090097
4. Afif Nur. F 1824090140 10. M. Heru S 1824090055
5. Hana Fakhrani 1824090094 11. Fildza Alif. Z 1824090141
6. Nadya Fitriani. S 1824090110
1. Pengantar
Dewasa ini cukup banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan jasa para
sarjana psikologi untuk melaksanakan pemeriksaan psikologis (secara popular dikenal
sebagai ‘psikotes’) terhadap para calon tenaga kerja yang melamar untuk pekerjaan
pekerjaan tertentu, baik pekerjaan manajeril maupun nonmanajerial, dalam rangka
seleksi tenaga kerja. Pimpinan yang percaya seleksi lewat penggunaan tes psikologis,
tanpa disadari akan memperlakukan para calon yang disarankan dengan baik, sehingga
mereka berkembang dengan baik. Sebaliknya pimpinan perusahaan yang tidak terlalu
percaya pada seleksi dengan tes psikologis, tanpa disadari pula akan mencari ‘bukti’
bahwa ia benar dalam pendapatnya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa para sarjana psikologi perlu sekali
mengadakan berbagai penelitian yang berkaitan dengan ‘keabsahan’ (keabsahan
ramalan, keabsahan konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik) dari perangkat tes
psikologik yang digunakan dalam seleksi dan assessment, sehingga seleksi dan
assessment psikologik untuk berbagai tujuan menjadi lebih menggunakan kaidah-
kaidah ilmiah.
2. Pengertian
Sebagai sistem terbuka organisasi industri secara terus-menerus berada dalam suatu proses interaksi,
suatu proses pertukaran, dengan lingkungannya, dengan sistem-sistem lainnya. Fungsi batas/komponen rentang
batas dari suatu sistem ialah :
1. Memberikan suatu tingkat otonomi dan kebebasan tertentu kepada sistem
2. Menyaring dan mengendalikan masukan dan keluaran dari sistem
Komponen-komponen rentang batas ini dapat ditemukan pada tingkat-tingkat manajemen puncak, madya dan
bawah dari organisasi industri dalam hubungannya dengan lingkungannya atau system lainnya (misalnya : para
direktur, manajer pemasaran, manajer personalia, penyelia personalia, penyelia wiraniaga, dan sebaginya).
Dapat disimpulkan bahwa :
• Sasaran seleksi adalah suatu rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak seseorang
calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk
menjadi tenaga kerja yang berhasil pada pekerjaannya.
• Tugas seleksi ialah menilai sebanyak mungkin calon untuk memilih seorang atau sejumlah oran (sesuai
dengan jumlah orang yang diperlukan) yang paling memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan
semula.
• Sasaran penempatan adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk mendistribusikan para calon pada
pekerjaan yang berbeda-beda berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk
berhasil pada setiap pekerjaan yang berbeda.
• Tugas dari penempatan adalah untuk menilai para calon dan untuk mencocokkan kualifikasi mereka dengan
persyaratan yang telah – ditetapkan – semula dari setiap pekerjaan.
3. Perbedaan Individual
Organisasi (termasuk organisasi industri) terdiri dari sejumlah anggota yang
memberikan sumbangan mereka masing-masing kepada upaya mencapai tujuan organisasi
melalui kedudukan dan peran mereka dalam organisasi. Suatu organisasi dapat terjadi melalui
usaha perorangan atau sekelompok orang dan melalui suatu ‘cetak biru’ (blue print) usaha.
Tenaga kerja yang semula sedikit makin meningkat jumlahnya sesuai dengan perkembangan
organisasinya. Sebaliknya organisasi akan langsung ‘sedang besar’ atau ‘besar’ jika terjadi
melalui suatu cetak biru. Bagaimanapun terjadi dan berkembangnya organisasi dalam proses
perkembangannya dapat kita saksikan berlangsungnya diferensiasinya atau ‘pecah’ – nya satu
pekerjaan menjadi berbagai macam pekerjaan. Diferensiasi ini terjadi baik secara tegak
maupun secara mendatar. Pekerjaan ini dapat berdiferensiasi secara mendatar menjadi :
1. Pembeli bahan tekstil
2. Pengukur badan dan pemotong bahan
3. Penjahit potong-potongan
4. Penjual pakaian yang sudah jadi
5. Pengatur pengeluaran dan pemasukan uang
Kelima pekerjaan ini dapat berdiferensiasi tegak.
Dengan Industri dan Penerapan Teknologi dalam industri dapat kita saksikan
tumbuh berbagai macam pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang
sangat beragam. Tuntutan pekerjaan akan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-
beda ini maka tidak dapat setiap orang mengerjakan segala macam pekerjaan.
Kluckonm menyatakan kesamaan dan keunikan manusia dalam 3 persamaan;
1. Manusia sama seperti manusia lainnya
2. Manusia sama seperti kelompok manusia lainnya
3. Manusia tidak sama dengan manusia lainnya
kita akan menemukan suatu distribusi dari ciri atau sifat yang kita ukur yang
menyerupai genta, kita akan menemukan suatu kurva distribusi normal, apabila menukur
macam ciri atau sifat manusia pada jumlah orang yang banyak.
• tinggi kurva mewakili frekuensi skor
• Garis yang mendatar skor dari alat ukut pribadi dari rendah sampai tinggi
• Kurfa distribusi normal teoritis dari perbedaan-perbedaan individual
• Kita dapat memasukan seseorang ke dalam kuartal sesuai dengan skor pada alat ukur ciri
pribadi tertentu.
• Variasi terbesar ada di dalam kuartal pertama dan keempat
• Kuartal kedua orang lebih homogen
• Semua orang berkarya atau berprestasi pada tingkat yang sama
Karena setengah dari populasi berkecakaoan dekat dengan rata-rata, maka mereka pada
umumnya termuwakili dalam kelopok kecil, kemudian prestasi merekalah yang dijadikan standar
bagi suatu perusahaan. Namun, hal ini membawa kesulitan bagi yang berkecakapan alebih tinggi dan
lebih rendah. Yang memiiki kecakapan tinggi akan dinilai mudah menggapai standar, dan yang lebih
rendah akan dinilai bermalas-malasan dalam bekerja.
Dapat terjadi standar suatu perusahaan mengikuti standar kecakapan yang rendah, namun
akan menurunkan kualitas suatu perusahaan. Jika atasan menilai pekerja dengan baik, kemungkinan
seseorang itu akan mendapatkan promosi dan jika atasan melihat kecakapan pekerja tidak baik, maka
akan menimbulkan masalah atau mungkin bisa di PHK.
Permasalahan perbedaan Individual sering dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin, antar
kebudayaan, antarpendidikan, dll. Tidak penting dan tidak relevan untuk mengetahui adanya
perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut karena yang dilihat adalah sejauh mana seseorang
memiliki ciri-ciri pribadi yang memenuhi syarat pekerjaan.
Jika suatu tes alat ukur secara sistematis dan terus menerus memberikan keuntungan pada
satu kelompok saja, maka alat tes ukur tersebut tidaklah dapat dianggap absah (valid).
4. Strategi Seleksi
Campbell, Dunnette, Lawler, Weick (1970) membahas 6 macam strategi seleksi atau strategi
peramalan :
1. Interpretasi profil
2. Statistikal murni
3. Klinikal murni
4. Pengharkatan perilaku
5. Gabungan klinikal
6. Gabungan mekanikal
Pengumpulan data secara mekanikal = jika data yang dikumpulkan berdasarkan pedoman-
pedoman, peraturan-peraturan, dan prosedur yang telah ditetapkan semula.
Pengumpulan data secara klinikal = jika data dikumpulkan dengan cara lentur (fleksibel) /
macam data yang dikumpulkan berbneda dengan data yang dikumpulkan orang lain,
tergantung pada psikolog yang mengumpulkan data tersebut.
Keuntungan dari metode statistikal :
a. Kecermatannya dalam menyatakan besarnya kemungkinan timbulnya satu taraf
perilaku kerja tertentu.
b. Pengetahuan yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman tentang peramal
atau predictors yang tepat yang berkaitan dengan perilaku kerja yang berbeda-
beda.
Kelemahan metode statistikal :
a. Kesulitannya untuk mengadakan kajian-kajian validasi dan validasi silang.
b. Ketidakmampuan untuk memperhatikan perubahan-perubahan dinamis dalam
pekerjaan dan kondisi ke organisasian.
c. Kesulitan untuk menggunakan untuk memperoleh keputusan yang benar-benar
di individualisasi.
Metode klinikal memiliki keuntungan - keuntungan sebagai berikut :
a. Setiap orang yang ditangani dengan cara lebih sesuai dengan dirinya.
b. Psikolog dengan menggunakan keterampilan khususnya dan pengalamannya dapat
memperhatikan kondisi yang unik dan khusus bagi situasi peramalan yang rinci.
Metode klinikal memiliki kelemahan sebagai berikut :
a. Derajat ketidaktetapan yang berarti, hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali
pengetahuan sebelumnya tentang ketetapan pengambilan keputusan yang diterima atau
ditolak tenaga berdasarkan metode klinis.
b. Berbagai macam masalah yang timbul dari kesulitan yang berhubungan dengan
prosedur yang tidak dibakukan, yang subjektif, masalah dari pembentukan kesan-kesan,
dan aturan optimal untuk mengkombinasikan kan informasi dengan bentuk peramalan.
Di Indonesia sendiri strategi yang pada umumnya digunakan ialah gabungan clinical,
interpretasi profil dan statistika murni atau hanya digunakan untuk seleksi berdasarkan tes
bakat atau Tes Intelegensi saja.
5. Peranan Tes Psikologi dan Wawancara dalam Proses
Seleksi Tenaga Kerja
5.1 Tahapan Penerimaan Tenaga Kerja
Perusahaan dewasa telah cukup banyak menggunakan jasa psikolog untuk
membantu mereka menyeleksi tenaga kerjanya. penggunaan pemeriksaan
psikologis sebagaimana yang dikenal secara populer dengan nama psychotest yang
dikenal pada tahun 60-an. Pada pesta olahraga Asian Games ke-2 tahun 1962 di
Jakarta. psikologi kejuruan dan perusahaan dari Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia diminta untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pemeriksaan psikologis
bagi semua olahragawan yang akan ikut dalam pesta olahraga Asian Games. Pada
saat itu, setiap olahragawan diberi serangkaian tes, tes kecakapan mental atau
intelegensi,tes kepribadian, tes observasi (wiggly Blocks) dan wawancara.
• Tahap 1 Pencarian Calon Tenaga Kerja
Makin banyak calon tenaga kerjanya, makin besar kemungkinan mendapatkan
tenaga kerja yang memenuhi persyaratan perusahaan. Pencarian tenaga kerja yang
dilakukan melalui :
1. Iklan di harian harian atau media cetak
2. Pendekatan langsung ke sekolah atau lembaga pendidikan kejuruan.
3. Tenaga kerjanya sendiri yang mengajukan kenalan atau anggota keluarganya.
4. Pencari kerja melamar sendiri ke perusahaan.
• Tahap 2 Seleksi Calon Tenaga Kerja
5.2 Sumbangan Tes dan Wawancara Dalam Pengambilan Keputusan
Sebagaimana telah diuraikan tidak di setiap perusahaan
digunakan tes psikologik dalam proses seleksi tenaga kerja. Pada
perusahaan yang menggunakan evaluasi/assessment psikologik dalam
proses seleksi tenaga kerja, ada yang menggunakn metode seleksi
tenaga kerja, seperti ‘surat lamaran’, ujian pengetahuan dan/atau
keterampilan, dan wawancara oleh calon atasannya. Dan dalam proses
pengambilan keputusan penerimaan/penolakan calon tenaga kerja dapat
secara bertahap atau secara bersama-sama.
6. Model Penelitian Keabsahan Seleksi
6.1. Model Penelitian Keabsahan Seleksi Tradisional
Analisis/kajian pekerjaan. Data tentang pekerjaan dikumpulkan.
Penentuan Peramal-Peramal dan alat ukurnya.
Penentuan kriteria keberhasilan dan alat-alat ukurnya.
Keabsahan peramalan ( Predictive Validity ).
Keabsahan silang (cross Validation ).
Rekomendasi untuk seleksi.
Model seleksi tradisional ini sulit digunakan. Untuk penelitian keabsahan peramalan
seleksi, diperlukan contoh (sample) yang besar sekali. Untuk pekerjaan
nonmanajerial mungkin kita masih dapat menemukannya, akan tetapi untuk
pekerjaan manajerial kita akan jarang untuk menukannya. Dan jarang perusahaan
yang ingin menyediakan untuk penelitian ini.
Tiga asumsi yang salah yang mendasari model ini, yaitu :
1. Diasumsikan bahwa pekerjaan dan orang yang melakukan pekerjaan tadi tidak
berubah. Asumsi ini salah, karena sebagai akibat dari organisasi industri sebagai
suatu system terbuka, organisasi peka dan dipengaruhi oleh perubahan yang
terjadi disekitarnya.
2. Diasumsikan bahwa populasi pelamar untuk pekerjaan yang sama adalah sama.
3. Diasumsikan bahwa seperangkat peramal dari perilaku pekerjaan yang efektif
yang telah kita temukan akan dapat diterapkan pada semua orang yang melamar
untuk pekerjaan yang sama dalam hal menentukan keberhasilan dalam
pekerjaan.
Evaluasi/assessment psikologis yang digunakan dalam prosedur seleksi dewasa
yang di Indonesia pada umumnya melaksanakan langkah-langkah berikut:
• Analisis/kajian pekerjaan.
• Penetapan alat ukur/tes psikologis yang mengukur ciri-ciri kepribadian.
• Pelaksanaan pemeriksaan psikologis.
ketidaktepatan dalam seleksi diusahakan seminimal mungkin dengan
mengadakan analisis pekerjaan dan penetapan tes/alat ukur peramal secermat
mungkin. Namun bagaimanapun usaha-usahanya,karena menggunakan strategi
gabungan klinikal, tinggi rendahnya,keabsahan peramalan seleksi masih sangat
tergantungpda keterampilan psikolog dalam melaksanakan ketiga urutan langkah
tersebut.
6.1.1. Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan merupakan suatu proses kajian sistemati tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam satu pekerjaan,mencakup tugas-tugas,tanggung jawab dan
tanggung gugat. Untuk menentukan pengetahuan,keterampilan,kemampuan dan ciri-
ciri kepribadian lain,yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Tujuan penggunaan Analisis Pekerjaan untuk berbagai macam kegiatan yang dapat
dikelompokkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan:Manusia sebagai tenaga kerja
dan Pekerjaan dan organisasi kerja. Untuk tujuan seleksi dan penempatan,komponen-
komponen pekerjaan dikaji untuk menentukan
pengetahuan,keterampilan,kecakapan,dan ciri-ciri pribadi lainnya(PKKC). Pada
umumnya data dikumpulkan tentang:
1. Aktivitas pada pekerjaan.
2. Bahan-bahan yang diolah.
3. Peralatan dan mesin.
4. Kondisi kerja.
Metode analisis pekerjaan dapat digolongkan dalam dua kelompok metode,yaitu:
1. Metode kuesioner,mencakup:kuesioner lewat pos,teknik daftar periksa,teknik buku harian.
2. Metode wawancara dan obervasi,terdiri dari:teknik wawancara perorangan,teknik
observasi,teknik wawancara kelompok,teknik konferensi teknikal,dan teknik partisipasi kerja.
Data pekerjaan dapat dikumpukan dari:(1) pemegang pekerjaan sendiri,(2) atasannya,(3) pemegangan
pekerjaan dan atasannya,(4) para 'ahli' dari pekerjaan.
Sumber kesalahan dalam Analisis Pekerjaan:
 Pemberi keterangan pekerjaan.
Karena pekerjaan berubah dengan waktu,maka pemegang kerjaan dianggap orang yang paling
mengetahui pekerjaanya.
 Pekerjaanya.
Tidak ada pekerjaan yang tidak berubah. Mereka berubah sesuai waktu dan situasi,perubahannya yang
dapat diketahui sebelumnya dan ada yang tidak dapat diramalkan.
Metode alternatif untuk mengurangi kesalahan dalam analisis pekerjaan:
1. Wawancara kelompok, konferensi teknikal atau teknik-teknik partisipasi kerja: agar data yang diterima
dapat dicek kebenarannya relevansinya dan signifikansinya pada pemberi keterangan pekerjaan yang lain.
2. Kuesioner analisis kedudukan (position analysis questionnaire): adalah alat analisis pekerjaan yang
berstruktur terdiri dari 189 unsur pekerjaan yang bersifat berorientasi kepada pekerja.
3. Ancaman sistem dalam analisis pekerjaan.
Dengan metode tersebut dapat dikumpulkan:
1. Masukan dari setiap tugas
2. Kegiatan-kegiatan yang mengarah ke sasaran sasaran bagian dan sasaran sasaran tugas
3. Keluaran dari setiap tugas (termasuk keluaran dari kegiatan bagian)
4. Peristiwa critical yang dialami
Glaser dan Short (1971) telah menggunakan prosedur ini untuk tujuan tujuan pelatihan untuk kedudukan-
kedudukan non manajerial.
6.1.2. Masalah Peramal (Predictor)
Alat-alat ukur peramalan psikologi dapat digolongkan ke dalam:
Tes kecakapan: ialah tes-tes yang dirancang untuk menentukan sejauh
mana baiknya seseorang dapat melakukan sesuatu.
Tes Kepribadian Objektif. Tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri
kepribadian yang mempunyai bentuk yang berstruktur. Dan tes ini individu
menetapkan jawaban mana yang paling sesuai dengan dirinya, dengan kata lain
tidak ada jawaban yang salah atau benar.
Tes kepribadian objektif dapat dibedakan ke dalam tes-tes kepribadian dan
tes-tes minat kejuruan (vocation interest). Tes minat kejuruan bernilai ramalan
sedang (0,26-0,31) untuk kelompok pekerja manajerial, salesmen, dan pengemudi.
Sedangnya untuk tes kepribadian objekti ialah :
0,50 • Untuk pekerja pabrik
0,22-
0,29
• Untuk pekera manajerial, klerikal,
salesman, pengemudi
Tes Situasional. Tes ini mengukur perilaku yang khas yang sangat
dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan. Dalam studi Bray & Grant (1996)
dan dari Grant, Katkovsky dan Bray (1967) ditemukan bahwa sumbangan dari tes
situasional untuk meng-assess potensi manajemen lebih tinggi daripada tes-tes
kecakapan mental dan tes-tes proyektif.
Ada dua bentuk tes situasional :
Tes contoh-kerja
(work-sample test)
Tes simulasi
manajemen
Dari tugas yang harus dilakukan dalam
pekerjaan (yang lebih bercorak manual,
seperti montir mobil) diambil kegiatan ini
sebagai contoh yang kemudian dijadikan
bahan tes.
Dari tugas utama seorang manajer, seperti
mengambil keputusan, mempresentasikan
hasil kerja, dan lain-lain, yang kemudian
dijadikan bahan tes
Tes Kepribadian Proyektif. Tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri
kepribadian yang bentuknya tidak berstruktur. Individu harus memberikan
jawabannya terhadap rangsang yang taksa. Jawabannya ini akan memperlihatkan
dinamika kepribadiannya. Tes ini banyak dipakai banyak dalam seleksi, termasuk
seleksi dari para manajer, kemanfaatannya untuk tujuan tersebut tidaklah ditemukan
meyakinkan dan keabsahan ramalannya rendah. Di Indonesia, tes Wartegg, tes
‘menggambar manusia’, tes ‘rumah-pohon-orang’, masih banyak digunakan dalam
seleksi.
Informasi Lewat Biografi. Merupakan pertanyaan-pertanyaan tentang ciri-
ciri objektif dari latar belakang sekolahnya, pekerjaan dan pribadinya. Unsur-unsur
dari perilaku seseorang pada masa lampau, misalnya aktivitas-aktivitas pada waktu
di suatu tempat pada masa lampau, keberhasilan dan kegagalan yang lampau,
dijadikan item-item tersendiri untuk dibandingkan dengan kelompok-kelompok
perilaku pekerjaan. Dengan demikian daftar pertanyaan biografi dapat diskor dan
dijadikan peramal (predictor).
Wawancara. Merupakan salah satu teknik seleksi dimana data tentang diri
calom tenaga kerja dipertanyakan melalui lisan. Melalui wawancara, tujuan seleksi
tenaga kerja didasarkan pada asumsi bahwa perilaku di masa lalu dapat digunakan
sebagai pedoman untuk meramalkan perilaku di masa depan. Misalnya seorang
menunjukan prakarsa sebelum ia melamar, diharapakan akan menunjukkan prakarsa
juga pada pekerjaannya kelak jika ia diterima.
Teknik wawancara yang digunakan dalam prosedur seleksi tenaga kerja oleh Miner
(1992) dibedakan dalam tiga jenis teknik yaitu :
1. Teknik wawancara berpola atau berstruktur
Digunakan sebagai salah satu teknik dalam metode assessment centre adalah
teknik wawancara terfokus. Pada teknik wawancara ini, ciri ciri kepribadian atau
dimensi yang diperlukan pada pekerjaan diungkapkan dalam uraian yang dapat
diamati.
2. Teknik wawancara tidak-mengarah
Orang yang diwawancara diberi kebebasan untuk menetapkan topik yang
ingin dibicarakan dan mengutarakan isi hatinya. Tugas pewawancara ialah
merefleksikan perasaan-perasaan dari orang yang diwawancara dan merumuskan
kembali atau mengulangi pernyataan atau kata kuncinya.
3 Teknik wawancara ganda
Digunakan beberapa pewawancara untuk satu calon tenaga kerja. Dapat
terjadi calon diwawancara oleh beberapa pewawancara berturut-turut atau oleh satu
panel, satu kelompok.
6.1.3. Masalah Kriteria Keberhasilan
Dalam studi keabsahan peramal maka skor-skor dari predictors
dikorelasikan dengan skor-skor yang diperoleh dari kriteria keberhasilan. Kriteria
keberhasilan mempunyai 2 dimensi: dimensi waktu dan dimensi derajat abstraksi
(Drenth, 1975). Ditinjau dari dimensi waktu maka dapat dibedakan tiga kriteria
keberhasilan, yaitu:
a. Kriteria keberhasilan langsung (immediate criteria): diperoleh pada waktu yang
sama diperoleh dari skor-skor peramal.
b. Kriteria keberhasilan antara (intermediate, proximal criteria): diperoleh tidak
lama setelah diperoleh skor-skor dari alat-alat peramal.
c. Kriteria keberhasilan terakhir/pokok (ultimate, distal criteria): diperoleh lama
setelah skor-skor peramal diperoleh.
Dalam praktek, digunakan kriteria antara atau tidak langsung. Berdasarkan dimensi derajat
abstraksi dibedakan 3 macam kriteria keberhasilan:
• Kriteria terakhir/pokok (ultimate criteria) : Kriteria yang paling abstrak, tidak dapat di ukur
• Kriteria konseptual (the conceptual criterion) : Kriteria yang lebih konkret dari kriteria terakhir
yang dapat di observasi
• Ukuran atau skor kriteria : Perilaku yang dapat diobservasi, diukur, dan dinilai sebagai relevan
bagi kriteria konseptual
Dalam praktek yang dipakai adalah kriteria konseptual yang di uraikan ke dalam ukuran/skor
kriteria (kriteria aktual). Kriteria aktual tidak sama dengan kriteria terakhir maka dapat timbul
adanya :
1. Kekurangan dari kriteria (criterion deficiency) : tidak mengukur kriteria pokok/utama
2. Relevansi dari kriteria (criterion relevance) : mengukur kriteria pikok/utama
3. Kontaminasi dari kriteria (criterion cobtamination) : mengukur hal-hal yang tidak terdapat
pada kriteria pokok/utama
Disimpulkan bahwa semakin besar kontaminasi dari kriteria dan semakin kecil relevansi dari
kriteria, maka menjadi kecil keabsahan dari kriteria.
6.1.4 Masalah Keabsahan Tes (Test Validity)
1. Keabsahan Peramalan (Predictive Validity)
• Menyatakan derajat ketepatan tes untuk meramalkan perilaku efektif pada suatu pekerjaan
dan dilakukan pada saat belum bekerja.
• Misalnya satu kelompok calon mendapat skor tinggi pada tes K apakah mereka akan
berhasil pada pekerjaan. Sebaliknya apabila kelompok calon lain mendapat skor rendah
pada tes K apakah mereka akan tidak berhasil pada pekerjaan yang sama. Jika demikian
maka tes K mempunyai keabsahan peramalan yang tinggi.
• Setelah sekala waktu tertentu para calon menjadi tenaga kerja, di nilai keberhasilan
mereka pada pekerjaan. Nilai keberhasilan ini di korelasikan dengan hasil tes mereka.
Besarnya korelasi adalah besarnya keabsahan peramalan.
2. Keabsahan Berbarengan (Concurrent Validity)
Mempelajari hubungan antara perilaku dalam situasi tes atau skor yang diperoleh dari tes dengan
perilaku pada pekerjaan pada saat yang sama. Dilakukan pada tenaga kerja yang sudah bekerja.
Tujuan utamanya untuk menghilangkan jarak waktu yang panjang antara pemberian ukuran
peramalan (tes) dengan pengumpulan ukuran perilaku pada pekerjaan (kriteria keberhasilan).
Kelemahan keabsahan berbarengan adalah :
• Asumsi yang salah bahwa penentu motivasi dalam menjawab satu alat yang digunakan untuk
seleksi akan sama pada mereka yang bekerja dengan mereka yang melamar pekerjaan.
• Jawaban tes bukannya meramalkan perilaku pada pekerjaan, tetapi justru perilaku pada pekerjaaan
yang menghasilkan jawaban pada tes.
• Mereka yang tinggal pada pekerjaan tidak banyak variasinya & menurunkan taraf korelasinya.
Yang tidak baik tidak diterima, yang baik dipromosikan ke pekerjaan yang lebih tinggi.
3. Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
• Mempelajari sejauh mana alat ukur test betul-betul mengukur apa yang hendak diukur. Yang
diperhatikan adalah konstruk teoritikal itu sendiri, dimana kita dapat memberikan penjelasan
tentang perilaku testnya.
• Untuk studi keabsahan konstruk ini, skor pada tes perlu dikorelasikan dengan suatu kriteria yang
merupakan ungkapan tepat dari konstruk yang hendak diukur. Jika terdapat keabsahan yang tinggi
berarti tes mengukur konstruk dalam derajat yang tinggi.
• Kesulitan pada studi keabsahan ini adalah dalam menentukan kriteria (dari konstruk) yang tepat.
4. Keabsahan Sintetik (Synthetic Validity)
• Besarnya contoh yang diperlukan untuk menentukan keabsahan peramalan dapat diatasi dengan
menggunakan strategi keabsahan sintetik.
• Lawshe (1952) mengemukakan bahwa pekerjaan dapat dijabarkan atau diberikan ke dalam dimensi
perilaku yang sama untuk pekerjaan yang bermacam-macam. Tes-tes dapat divalidasi (dihitung
keabsahannya) berdasarkan prestasi pada dimensi pekerjaan ini.
6.2 Model Person – Proscess – Product dari Dunnette
Perangkat peramal dapat meramalkan dgn tepat keberhasilan kelompok-
kelompok lelaki dan wanita yang bukan lulusan SLA, sedangkan utk kelompok-
kelompok lelaki dan wanita lulusan SLA perangkat peramal tsb kurang dpt tepat
meramalkan keberhasilan mereka dlm pekerjaan (Dunnette, 1996:107-109). Gambar
dari model seleksi dari dunnette jg memperlihatkan kemungkinan dari perilaku-perilaku
pekerjaan yang berbeda yang menuju ke akibat-akibat organisasi yg bermacam-macam
tergantung pd konteks situsional yang berbeda. Masalah utama utk mempergunakan
model ini utk indonesia adalah besarnya contoh (sample size) yang diperlukan.
Mungkin sulit sekali utk menemukan perusahaan di indonesia yang mempunyai
beberapa ratus manajer cukup utk melaksanakan riset semacam di atas.
7. Pusat – pusat Penaksiran (Assessment Centres)
Kajian dari Bell System’s Management Progress pada American
Telephone & Telegraph Company (A.T & T.) merupakan penerapan pertama
yg diketahui dari metode ‘pusat penaksiran’ (assessment centre) pada
perusahaan (Crooks, 1973). Sebelumnya metode ini diterapkan dalam rangka
ketentaraan & akademi (Bray, Grant, 1966).
Metode pusat penaksiran merupakan prosedur yg komprehensif &
baku dmn bnyk teknik-teknik assessment digunakan dalam kombinasi utk
menilai orang-orang dgn berbagai tujuan. Metode pusat penaksiran pada
awalnya dilaksanakan dgn dasar penuh waktu (full time) di satu lokasi
khusus. Sekarang istilah pusat penaksiran digunakan utk menguraikan satu
situasi dmn metodologi assessment yg sama digunakan tanpa memperhatikan
derajat pelaksanaan atau lokasi dari proses (Bender, 1973)
7.1 Tujuan – tujuan Pusat Penaksiran
Tujuan-tujuan atau penggunaan dari pusat penaksiran menurut Kraut (1976) adalah sebagai
berikut:
1. Seleksi dari tenaga kerja dgn kecakapan yg baik utk dipromosikan ke kedudukan manajerial
2. Penemukenalan (identification) dari tenaga kerja yg memiliki potensi manajemen pd
permulaan dini dari karier mereka.
3. Penempatan dari para tenaga kerja ke dlm kedudukan yg akan menggunakan bakat-bakat
mereka, dan utk pengembangan para tenaga kerja selanjutnya.
4. Pengembangan pribadi agar membantu orang/tenaga kerja utk mengenali kemampuan-
kemampuan mereka & utk membantu mereka utk meningkatkan kemampuan-kemampuan
tsb.
Menurut de Wolff(1977), pusat penaksiran tdk hanya digunakan utk mengakses manajer, tetapi
digunakan pula utk mengakses sales engineers & kelompok-kelompok minoritas. Pusat
penaksiran selanjutnya jg digunakan utk promosi-promosi segera & jg utk percepatan
pengembangan manajer
7.2 PROSES PENAKSIRAN
Proes penaksiran pada umunya meliputi tahap-tahap sbg berikut:
1.Penemukenalan dimensi-dimensi/kompetensi-kompetensi pekerjaan manajerial.
2.Pengembangan alat-alat penaksiran (assessment tools).
3.Penetapan para calon manajer (assessees) utk di assess/taksir
4.Penetapan para penaksir/assessor.
5.Pelaksanaan penaksiran/assessment.
6.Proses pembuatan laporan perorangan dari setiap assessee.
7.Pemberian umpan balik.
7.3 Metode-metode atau Alat-alat Penaksiran/Assessment
Salah satu ciri-ciri dari pusat penaksiran ialah digunakannya metode-metode
assessment ganda. Selain tes-tes psikologik (tes kecakapan mental, inventori kepribadian,
dan sebagainya), juga digunakan bebagai teknik simulasi seperti :
• Management business game
• Leaderless group discussion dan role play
• Inbasket exercices
• Menulis laporan dan penyajian lisan dari laporan
• Wawancara
7.4 Dimensi-dimensi (Parameters) yang Dinilai
Bender (1973) dalam kajiannya tentang beroperasinya pusat-pusat penaksiran di
duapuluh sembilan perusahaan dan empat badan pemerintahan menemukan satu
keragaman yang besar dari parameter-parameter yang dinilai, yang paling sering dapat
diamati selama beroperasinya pusat penaksiran. Berikut ini dimensi-dimensi yang
diamati pada 50% atau lebih dari pusat penaksiran: dampak; tenaga(energy);
forcefulness; pengamatan; kreativitas; pendelegasian; analisis masalah, kepemimpinan;
ketrampilan komuikasi oral; ketrampilan penyajian oral; ketrampilan komuikasi tulisan;
kemampuan mengorganisasi dan merencana; ketrampilan pengambilan keputusan daya
tahan terhadap stres, dan kelenturan prilaku.
7.5 Staf/Tenaga Ahli dari Pusat Penaksiran
Pusat penaksiran dipimpin oleh seorang direktur, dapat pula seorang Psikolog Industri dan Organisasi,
yang bekerja secara penuh waktu atau paruh waktu. Para assessor terdiri atas para psikolog (sarjana
psikologi yang berwenang untuk praktek) dan para manajer senior dari perusahaan, yang ditugasi bekerja
di pusat penaksiran pada waktu tertentu.
7.6 Keabsahan Metode Pusat Penaksirkan
‘Management Progress’ yang dilakukan pada A. T. & T. (nama perusahaan) oleh Bray dan rekan-
rekannya adalah yang paling dikenal baik. Mereka meng-assess manajer tingkat pertama, menggunakan
psikolog bukan dari perusahaan, menyimpan datanya, dan 6-9 tahun kemudian mereka mengecek kecermatan
dari prediksi/ramalan mereka tentang siapa yang akan mencapai tingkat manajemen madya. 78% diramalkan
tepat mencapai manajemen madya oleh para assessor. Sementara sisanya, 95% diramalkan tidak akan mencapai
manajemen madya dalam 10 tahun.
Kraut dan Grant Scott menemukan dalam kajian mereka dari sales representatives peralatan kantor
yang mengikuti satu proses pusat penaksiran, bahwa assesses yang dinilai tinggi memiliki tiga kali lebih besar
kemungkinan untuk dipromosikan ke manajemen tingkat lebih tinggi daripada para assesses yang dinilai
rendah.
Fletcher melakukan studi longitudinal tentang pengaruh dari keikutsertaan dengan pusat penaksiran serta
keputusan penaksiran terhadap para calon. Kuesioner yang mengukur kebutuhan akan capaian (need for achievement),
keikatan organisasi (organizational commitment), kelibatan pekerjaan (job involvement), dan kesejahteraan psikologik
(psychological well-being) diberikan pada saat sebelum dimulai, sesudah, dan enam bulan sesudah pelaksanaan untuk
menemukan potensi manajemen. Temuan ini menunjukkan bahwa penghayatan mengikuti pusat penaksiran
mempunyai dampak pada para calon, namun ada beberapa unsur yang hilang/berkurang seiring berjalannya waktu.
Keputusan penaksiran juga mempunyai dampak yang signifikan. Pada calon yang tidak berhasil, skor self
esteem menurun, demikian juga dengan untuk beberapa aspek dari need of achievement. Kesimpulan Fletcher, para
calon yang tidak berhasil dalam pusat penaksiran perlu diberi umpan balik yang sangat hati-hati, dengan memberikan
penyuluhan yang menunjang untuk kerjanya di pusat penaksiran.
Berdasarkan penelitian keabsahan peramalan yang dilakukan oleh Thornton & Byham, kebanyakan calon
yang dipandang tepat untuk jabatan manajemen berdasarkan metode pusat penaksiran, setelah kurun waktu tertentu
betul-betul menempati jabatan tersebut.
Kleinmann, Kuptsch, Koeller menguji keabsahan konstruk yang diamati, apakah dipengaruhi oleh dimensi
yang diberitahukan kepada mereka atau tidak. Temuan menunjukkan bahwa keabsahan konstruk lebih tinggi jika para
peserta tahu tentang dimensi yang akan diukur. Salah satu kritiknya adalah dengan diketahuinya dimensi dan perilaku
yang akan dinilai, peserta dapat mengusahakannya sehingga memperoleh penilaian yang baik. Namun menurut
Kleinmann dkk., orang tidak dapat menunjukkan perilaku tepat dengan sangat baik jika terbatas kemampuannya.
TERIMA KASIH
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Fakultas Psikologi
Jl. Pangeran Diponegoro No.74, RT.2/RW.6, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, 10430
Program Studi Psikologi
2019

More Related Content

What's hot

Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialelmakrufi
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Ai Nurhasanah
 
Sensasi dan persepsi
Sensasi  dan persepsi Sensasi  dan persepsi
Sensasi dan persepsi suher lambang
 
Psi klinis psikologi komunitas
Psi klinis   psikologi komunitasPsi klinis   psikologi komunitas
Psi klinis psikologi komunitasAfra Balqis
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosialajengseptiana
 
02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologisMusa Hutauruk
 
Psikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiPsikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiSeta Wicaksana
 
Kognisi sosial
Kognisi sosialKognisi sosial
Kognisi sosialelmakrufi
 
Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasDina Haya Sufya
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Mustaqim Furohman
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allportONe's Iwan
 
Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)coryditapratiwi
 
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Amalianur_rizki
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial KognisiPsikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial Kognisielianaherawati
 
Pengadaan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Sumber Daya ManusiaPengadaan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Sumber Daya Manusiaanapriyangga
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSIlma Urrutyana
 

What's hot (20)

Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
 
Sensasi dan persepsi
Sensasi  dan persepsi Sensasi  dan persepsi
Sensasi dan persepsi
 
Psi klinis psikologi komunitas
Psi klinis   psikologi komunitasPsi klinis   psikologi komunitas
Psi klinis psikologi komunitas
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
 
02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis
 
Psikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasiPsikodiagnostik observasi
Psikodiagnostik observasi
 
Kognisi sosial
Kognisi sosialKognisi sosial
Kognisi sosial
 
Teori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi KomunitasTeori Psikologi Komunitas
Teori Psikologi Komunitas
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allport
 
Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)
 
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial KognisiPsikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
 
Victor frankl
Victor franklVictor frankl
Victor frankl
 
Gordon Allport
Gordon AllportGordon Allport
Gordon Allport
 
Pengadaan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Sumber Daya ManusiaPengadaan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Sumber Daya Manusia
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
 
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
 

Similar to Psikologi Industri dan Organisasi (Ashar Sunyoto Munandar, UI-PRESS 2014) "SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA"

Seleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatanSeleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatanfebedwi
 
Makalah Seleksi dan penempatan
Makalah Seleksi dan penempatanMakalah Seleksi dan penempatan
Makalah Seleksi dan penempatanjulian ellen
 
Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan Seleksi Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan Seleksi dalongxxi
 
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatan
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatanHandout 6-msdm-seleksi-dan-penempatan
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatansukmana metro
 
Rekrutmen dan seleksi
Rekrutmen dan seleksiRekrutmen dan seleksi
Rekrutmen dan seleksipupu20
 
Seminar kauselor selangor 2004
Seminar kauselor selangor 2004Seminar kauselor selangor 2004
Seminar kauselor selangor 2004Kamarudin Jaafar
 
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in BahasaMakalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in BahasaYesica Adicondro
 
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDM
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDMTES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDM
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDMMala Wijayanti
 
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanPresentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanjulian ellen
 
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanPresentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanfebedwi
 
Rekrutmen Tenaga Kerja
Rekrutmen Tenaga KerjaRekrutmen Tenaga Kerja
Rekrutmen Tenaga KerjaRohandi Aziz
 
Bab V Seleksi Pegawai
Bab V Seleksi PegawaiBab V Seleksi Pegawai
Bab V Seleksi PegawaiHarniza Ulfa
 
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisa
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisaPert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisa
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisaAnnisaRizki16
 
Bab III Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
Bab III Analisis dan Rancang Bangun PekerjaanBab III Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
Bab III Analisis dan Rancang Bangun PekerjaanHarniza Ulfa
 
Quick interview (presentasi)
Quick interview (presentasi)Quick interview (presentasi)
Quick interview (presentasi)Seta Wicaksana
 

Similar to Psikologi Industri dan Organisasi (Ashar Sunyoto Munandar, UI-PRESS 2014) "SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA" (20)

Seleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatanSeleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatan
 
Makalah Seleksi dan penempatan
Makalah Seleksi dan penempatanMakalah Seleksi dan penempatan
Makalah Seleksi dan penempatan
 
Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan Seleksi Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen dan Seleksi
 
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatan
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatanHandout 6-msdm-seleksi-dan-penempatan
Handout 6-msdm-seleksi-dan-penempatan
 
Rekrutmen dan seleksi
Rekrutmen dan seleksiRekrutmen dan seleksi
Rekrutmen dan seleksi
 
Seminar kauselor selangor 2004
Seminar kauselor selangor 2004Seminar kauselor selangor 2004
Seminar kauselor selangor 2004
 
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in BahasaMakalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
 
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDM
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDMTES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDM
TES SELEKSI REKRUTMEN KARYAWAN-MSDM
 
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanPresentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
 
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatanPresentasi pio seleksi dan pemenpatan
Presentasi pio seleksi dan pemenpatan
 
Teori seleksi
Teori seleksiTeori seleksi
Teori seleksi
 
Rekrutmen Tenaga Kerja
Rekrutmen Tenaga KerjaRekrutmen Tenaga Kerja
Rekrutmen Tenaga Kerja
 
Seleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatanSeleksi dan penempatan
Seleksi dan penempatan
 
Bab V Seleksi Pegawai
Bab V Seleksi PegawaiBab V Seleksi Pegawai
Bab V Seleksi Pegawai
 
Manajemen karir
Manajemen karirManajemen karir
Manajemen karir
 
Pelatihan Seleksi & Penempatan Karyawan
Pelatihan Seleksi & Penempatan KaryawanPelatihan Seleksi & Penempatan Karyawan
Pelatihan Seleksi & Penempatan Karyawan
 
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisa
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisaPert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisa
Pert 7 sumber potensial yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam analisa
 
Bab III Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
Bab III Analisis dan Rancang Bangun PekerjaanBab III Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
Bab III Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaan
 
Quick interview (presentasi)
Quick interview (presentasi)Quick interview (presentasi)
Quick interview (presentasi)
 
Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6
 

Recently uploaded

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Psikologi Industri dan Organisasi (Ashar Sunyoto Munandar, UI-PRESS 2014) "SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA"

  • 1. SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA Kelompok 2 : 1. Haura Muthia. S 1824090136 7. Faisal Maruf 1824090092 2. Amelia Samsudi 1824090098 8. Alvin P 1824090124 3. Anissa Putri. S 1824090132 9. M. Akhsan 1824090097 4. Afif Nur. F 1824090140 10. M. Heru S 1824090055 5. Hana Fakhrani 1824090094 11. Fildza Alif. Z 1824090141 6. Nadya Fitriani. S 1824090110
  • 2. 1. Pengantar Dewasa ini cukup banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan jasa para sarjana psikologi untuk melaksanakan pemeriksaan psikologis (secara popular dikenal sebagai ‘psikotes’) terhadap para calon tenaga kerja yang melamar untuk pekerjaan pekerjaan tertentu, baik pekerjaan manajeril maupun nonmanajerial, dalam rangka seleksi tenaga kerja. Pimpinan yang percaya seleksi lewat penggunaan tes psikologis, tanpa disadari akan memperlakukan para calon yang disarankan dengan baik, sehingga mereka berkembang dengan baik. Sebaliknya pimpinan perusahaan yang tidak terlalu percaya pada seleksi dengan tes psikologis, tanpa disadari pula akan mencari ‘bukti’ bahwa ia benar dalam pendapatnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para sarjana psikologi perlu sekali mengadakan berbagai penelitian yang berkaitan dengan ‘keabsahan’ (keabsahan ramalan, keabsahan konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik) dari perangkat tes psikologik yang digunakan dalam seleksi dan assessment, sehingga seleksi dan assessment psikologik untuk berbagai tujuan menjadi lebih menggunakan kaidah- kaidah ilmiah.
  • 3. 2. Pengertian Sebagai sistem terbuka organisasi industri secara terus-menerus berada dalam suatu proses interaksi, suatu proses pertukaran, dengan lingkungannya, dengan sistem-sistem lainnya. Fungsi batas/komponen rentang batas dari suatu sistem ialah : 1. Memberikan suatu tingkat otonomi dan kebebasan tertentu kepada sistem 2. Menyaring dan mengendalikan masukan dan keluaran dari sistem Komponen-komponen rentang batas ini dapat ditemukan pada tingkat-tingkat manajemen puncak, madya dan bawah dari organisasi industri dalam hubungannya dengan lingkungannya atau system lainnya (misalnya : para direktur, manajer pemasaran, manajer personalia, penyelia personalia, penyelia wiraniaga, dan sebaginya). Dapat disimpulkan bahwa : • Sasaran seleksi adalah suatu rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak seseorang calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga kerja yang berhasil pada pekerjaannya. • Tugas seleksi ialah menilai sebanyak mungkin calon untuk memilih seorang atau sejumlah oran (sesuai dengan jumlah orang yang diperlukan) yang paling memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan semula. • Sasaran penempatan adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk mendistribusikan para calon pada pekerjaan yang berbeda-beda berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk berhasil pada setiap pekerjaan yang berbeda. • Tugas dari penempatan adalah untuk menilai para calon dan untuk mencocokkan kualifikasi mereka dengan persyaratan yang telah – ditetapkan – semula dari setiap pekerjaan.
  • 4. 3. Perbedaan Individual Organisasi (termasuk organisasi industri) terdiri dari sejumlah anggota yang memberikan sumbangan mereka masing-masing kepada upaya mencapai tujuan organisasi melalui kedudukan dan peran mereka dalam organisasi. Suatu organisasi dapat terjadi melalui usaha perorangan atau sekelompok orang dan melalui suatu ‘cetak biru’ (blue print) usaha. Tenaga kerja yang semula sedikit makin meningkat jumlahnya sesuai dengan perkembangan organisasinya. Sebaliknya organisasi akan langsung ‘sedang besar’ atau ‘besar’ jika terjadi melalui suatu cetak biru. Bagaimanapun terjadi dan berkembangnya organisasi dalam proses perkembangannya dapat kita saksikan berlangsungnya diferensiasinya atau ‘pecah’ – nya satu pekerjaan menjadi berbagai macam pekerjaan. Diferensiasi ini terjadi baik secara tegak maupun secara mendatar. Pekerjaan ini dapat berdiferensiasi secara mendatar menjadi : 1. Pembeli bahan tekstil 2. Pengukur badan dan pemotong bahan 3. Penjahit potong-potongan 4. Penjual pakaian yang sudah jadi 5. Pengatur pengeluaran dan pemasukan uang Kelima pekerjaan ini dapat berdiferensiasi tegak.
  • 5. Dengan Industri dan Penerapan Teknologi dalam industri dapat kita saksikan tumbuh berbagai macam pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang sangat beragam. Tuntutan pekerjaan akan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda- beda ini maka tidak dapat setiap orang mengerjakan segala macam pekerjaan. Kluckonm menyatakan kesamaan dan keunikan manusia dalam 3 persamaan; 1. Manusia sama seperti manusia lainnya 2. Manusia sama seperti kelompok manusia lainnya 3. Manusia tidak sama dengan manusia lainnya kita akan menemukan suatu distribusi dari ciri atau sifat yang kita ukur yang menyerupai genta, kita akan menemukan suatu kurva distribusi normal, apabila menukur macam ciri atau sifat manusia pada jumlah orang yang banyak.
  • 6. • tinggi kurva mewakili frekuensi skor • Garis yang mendatar skor dari alat ukut pribadi dari rendah sampai tinggi • Kurfa distribusi normal teoritis dari perbedaan-perbedaan individual • Kita dapat memasukan seseorang ke dalam kuartal sesuai dengan skor pada alat ukur ciri pribadi tertentu. • Variasi terbesar ada di dalam kuartal pertama dan keempat • Kuartal kedua orang lebih homogen • Semua orang berkarya atau berprestasi pada tingkat yang sama
  • 7. Karena setengah dari populasi berkecakaoan dekat dengan rata-rata, maka mereka pada umumnya termuwakili dalam kelopok kecil, kemudian prestasi merekalah yang dijadikan standar bagi suatu perusahaan. Namun, hal ini membawa kesulitan bagi yang berkecakapan alebih tinggi dan lebih rendah. Yang memiiki kecakapan tinggi akan dinilai mudah menggapai standar, dan yang lebih rendah akan dinilai bermalas-malasan dalam bekerja. Dapat terjadi standar suatu perusahaan mengikuti standar kecakapan yang rendah, namun akan menurunkan kualitas suatu perusahaan. Jika atasan menilai pekerja dengan baik, kemungkinan seseorang itu akan mendapatkan promosi dan jika atasan melihat kecakapan pekerja tidak baik, maka akan menimbulkan masalah atau mungkin bisa di PHK. Permasalahan perbedaan Individual sering dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin, antar kebudayaan, antarpendidikan, dll. Tidak penting dan tidak relevan untuk mengetahui adanya perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut karena yang dilihat adalah sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri pribadi yang memenuhi syarat pekerjaan. Jika suatu tes alat ukur secara sistematis dan terus menerus memberikan keuntungan pada satu kelompok saja, maka alat tes ukur tersebut tidaklah dapat dianggap absah (valid).
  • 8. 4. Strategi Seleksi Campbell, Dunnette, Lawler, Weick (1970) membahas 6 macam strategi seleksi atau strategi peramalan : 1. Interpretasi profil 2. Statistikal murni 3. Klinikal murni 4. Pengharkatan perilaku 5. Gabungan klinikal 6. Gabungan mekanikal Pengumpulan data secara mekanikal = jika data yang dikumpulkan berdasarkan pedoman- pedoman, peraturan-peraturan, dan prosedur yang telah ditetapkan semula. Pengumpulan data secara klinikal = jika data dikumpulkan dengan cara lentur (fleksibel) / macam data yang dikumpulkan berbneda dengan data yang dikumpulkan orang lain, tergantung pada psikolog yang mengumpulkan data tersebut.
  • 9. Keuntungan dari metode statistikal : a. Kecermatannya dalam menyatakan besarnya kemungkinan timbulnya satu taraf perilaku kerja tertentu. b. Pengetahuan yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman tentang peramal atau predictors yang tepat yang berkaitan dengan perilaku kerja yang berbeda- beda. Kelemahan metode statistikal : a. Kesulitannya untuk mengadakan kajian-kajian validasi dan validasi silang. b. Ketidakmampuan untuk memperhatikan perubahan-perubahan dinamis dalam pekerjaan dan kondisi ke organisasian. c. Kesulitan untuk menggunakan untuk memperoleh keputusan yang benar-benar di individualisasi.
  • 10. Metode klinikal memiliki keuntungan - keuntungan sebagai berikut : a. Setiap orang yang ditangani dengan cara lebih sesuai dengan dirinya. b. Psikolog dengan menggunakan keterampilan khususnya dan pengalamannya dapat memperhatikan kondisi yang unik dan khusus bagi situasi peramalan yang rinci. Metode klinikal memiliki kelemahan sebagai berikut : a. Derajat ketidaktetapan yang berarti, hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali pengetahuan sebelumnya tentang ketetapan pengambilan keputusan yang diterima atau ditolak tenaga berdasarkan metode klinis. b. Berbagai macam masalah yang timbul dari kesulitan yang berhubungan dengan prosedur yang tidak dibakukan, yang subjektif, masalah dari pembentukan kesan-kesan, dan aturan optimal untuk mengkombinasikan kan informasi dengan bentuk peramalan. Di Indonesia sendiri strategi yang pada umumnya digunakan ialah gabungan clinical, interpretasi profil dan statistika murni atau hanya digunakan untuk seleksi berdasarkan tes bakat atau Tes Intelegensi saja.
  • 11. 5. Peranan Tes Psikologi dan Wawancara dalam Proses Seleksi Tenaga Kerja 5.1 Tahapan Penerimaan Tenaga Kerja Perusahaan dewasa telah cukup banyak menggunakan jasa psikolog untuk membantu mereka menyeleksi tenaga kerjanya. penggunaan pemeriksaan psikologis sebagaimana yang dikenal secara populer dengan nama psychotest yang dikenal pada tahun 60-an. Pada pesta olahraga Asian Games ke-2 tahun 1962 di Jakarta. psikologi kejuruan dan perusahaan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia diminta untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pemeriksaan psikologis bagi semua olahragawan yang akan ikut dalam pesta olahraga Asian Games. Pada saat itu, setiap olahragawan diberi serangkaian tes, tes kecakapan mental atau intelegensi,tes kepribadian, tes observasi (wiggly Blocks) dan wawancara.
  • 12. • Tahap 1 Pencarian Calon Tenaga Kerja Makin banyak calon tenaga kerjanya, makin besar kemungkinan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan perusahaan. Pencarian tenaga kerja yang dilakukan melalui : 1. Iklan di harian harian atau media cetak 2. Pendekatan langsung ke sekolah atau lembaga pendidikan kejuruan. 3. Tenaga kerjanya sendiri yang mengajukan kenalan atau anggota keluarganya. 4. Pencari kerja melamar sendiri ke perusahaan.
  • 13. • Tahap 2 Seleksi Calon Tenaga Kerja
  • 14. 5.2 Sumbangan Tes dan Wawancara Dalam Pengambilan Keputusan Sebagaimana telah diuraikan tidak di setiap perusahaan digunakan tes psikologik dalam proses seleksi tenaga kerja. Pada perusahaan yang menggunakan evaluasi/assessment psikologik dalam proses seleksi tenaga kerja, ada yang menggunakn metode seleksi tenaga kerja, seperti ‘surat lamaran’, ujian pengetahuan dan/atau keterampilan, dan wawancara oleh calon atasannya. Dan dalam proses pengambilan keputusan penerimaan/penolakan calon tenaga kerja dapat secara bertahap atau secara bersama-sama.
  • 15. 6. Model Penelitian Keabsahan Seleksi 6.1. Model Penelitian Keabsahan Seleksi Tradisional Analisis/kajian pekerjaan. Data tentang pekerjaan dikumpulkan. Penentuan Peramal-Peramal dan alat ukurnya. Penentuan kriteria keberhasilan dan alat-alat ukurnya. Keabsahan peramalan ( Predictive Validity ). Keabsahan silang (cross Validation ). Rekomendasi untuk seleksi.
  • 16. Model seleksi tradisional ini sulit digunakan. Untuk penelitian keabsahan peramalan seleksi, diperlukan contoh (sample) yang besar sekali. Untuk pekerjaan nonmanajerial mungkin kita masih dapat menemukannya, akan tetapi untuk pekerjaan manajerial kita akan jarang untuk menukannya. Dan jarang perusahaan yang ingin menyediakan untuk penelitian ini. Tiga asumsi yang salah yang mendasari model ini, yaitu : 1. Diasumsikan bahwa pekerjaan dan orang yang melakukan pekerjaan tadi tidak berubah. Asumsi ini salah, karena sebagai akibat dari organisasi industri sebagai suatu system terbuka, organisasi peka dan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi disekitarnya. 2. Diasumsikan bahwa populasi pelamar untuk pekerjaan yang sama adalah sama. 3. Diasumsikan bahwa seperangkat peramal dari perilaku pekerjaan yang efektif yang telah kita temukan akan dapat diterapkan pada semua orang yang melamar untuk pekerjaan yang sama dalam hal menentukan keberhasilan dalam pekerjaan.
  • 17. Evaluasi/assessment psikologis yang digunakan dalam prosedur seleksi dewasa yang di Indonesia pada umumnya melaksanakan langkah-langkah berikut: • Analisis/kajian pekerjaan. • Penetapan alat ukur/tes psikologis yang mengukur ciri-ciri kepribadian. • Pelaksanaan pemeriksaan psikologis. ketidaktepatan dalam seleksi diusahakan seminimal mungkin dengan mengadakan analisis pekerjaan dan penetapan tes/alat ukur peramal secermat mungkin. Namun bagaimanapun usaha-usahanya,karena menggunakan strategi gabungan klinikal, tinggi rendahnya,keabsahan peramalan seleksi masih sangat tergantungpda keterampilan psikolog dalam melaksanakan ketiga urutan langkah tersebut.
  • 18. 6.1.1. Analisis Pekerjaan Analisis pekerjaan merupakan suatu proses kajian sistemati tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam satu pekerjaan,mencakup tugas-tugas,tanggung jawab dan tanggung gugat. Untuk menentukan pengetahuan,keterampilan,kemampuan dan ciri- ciri kepribadian lain,yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Tujuan penggunaan Analisis Pekerjaan untuk berbagai macam kegiatan yang dapat dikelompokkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan:Manusia sebagai tenaga kerja dan Pekerjaan dan organisasi kerja. Untuk tujuan seleksi dan penempatan,komponen- komponen pekerjaan dikaji untuk menentukan pengetahuan,keterampilan,kecakapan,dan ciri-ciri pribadi lainnya(PKKC). Pada umumnya data dikumpulkan tentang: 1. Aktivitas pada pekerjaan. 2. Bahan-bahan yang diolah. 3. Peralatan dan mesin. 4. Kondisi kerja.
  • 19. Metode analisis pekerjaan dapat digolongkan dalam dua kelompok metode,yaitu: 1. Metode kuesioner,mencakup:kuesioner lewat pos,teknik daftar periksa,teknik buku harian. 2. Metode wawancara dan obervasi,terdiri dari:teknik wawancara perorangan,teknik observasi,teknik wawancara kelompok,teknik konferensi teknikal,dan teknik partisipasi kerja. Data pekerjaan dapat dikumpukan dari:(1) pemegang pekerjaan sendiri,(2) atasannya,(3) pemegangan pekerjaan dan atasannya,(4) para 'ahli' dari pekerjaan. Sumber kesalahan dalam Analisis Pekerjaan:  Pemberi keterangan pekerjaan. Karena pekerjaan berubah dengan waktu,maka pemegang kerjaan dianggap orang yang paling mengetahui pekerjaanya.  Pekerjaanya. Tidak ada pekerjaan yang tidak berubah. Mereka berubah sesuai waktu dan situasi,perubahannya yang dapat diketahui sebelumnya dan ada yang tidak dapat diramalkan.
  • 20. Metode alternatif untuk mengurangi kesalahan dalam analisis pekerjaan: 1. Wawancara kelompok, konferensi teknikal atau teknik-teknik partisipasi kerja: agar data yang diterima dapat dicek kebenarannya relevansinya dan signifikansinya pada pemberi keterangan pekerjaan yang lain. 2. Kuesioner analisis kedudukan (position analysis questionnaire): adalah alat analisis pekerjaan yang berstruktur terdiri dari 189 unsur pekerjaan yang bersifat berorientasi kepada pekerja. 3. Ancaman sistem dalam analisis pekerjaan. Dengan metode tersebut dapat dikumpulkan: 1. Masukan dari setiap tugas 2. Kegiatan-kegiatan yang mengarah ke sasaran sasaran bagian dan sasaran sasaran tugas 3. Keluaran dari setiap tugas (termasuk keluaran dari kegiatan bagian) 4. Peristiwa critical yang dialami Glaser dan Short (1971) telah menggunakan prosedur ini untuk tujuan tujuan pelatihan untuk kedudukan- kedudukan non manajerial.
  • 21. 6.1.2. Masalah Peramal (Predictor) Alat-alat ukur peramalan psikologi dapat digolongkan ke dalam: Tes kecakapan: ialah tes-tes yang dirancang untuk menentukan sejauh mana baiknya seseorang dapat melakukan sesuatu.
  • 22. Tes Kepribadian Objektif. Tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri kepribadian yang mempunyai bentuk yang berstruktur. Dan tes ini individu menetapkan jawaban mana yang paling sesuai dengan dirinya, dengan kata lain tidak ada jawaban yang salah atau benar. Tes kepribadian objektif dapat dibedakan ke dalam tes-tes kepribadian dan tes-tes minat kejuruan (vocation interest). Tes minat kejuruan bernilai ramalan sedang (0,26-0,31) untuk kelompok pekerja manajerial, salesmen, dan pengemudi. Sedangnya untuk tes kepribadian objekti ialah : 0,50 • Untuk pekerja pabrik 0,22- 0,29 • Untuk pekera manajerial, klerikal, salesman, pengemudi
  • 23. Tes Situasional. Tes ini mengukur perilaku yang khas yang sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan. Dalam studi Bray & Grant (1996) dan dari Grant, Katkovsky dan Bray (1967) ditemukan bahwa sumbangan dari tes situasional untuk meng-assess potensi manajemen lebih tinggi daripada tes-tes kecakapan mental dan tes-tes proyektif. Ada dua bentuk tes situasional : Tes contoh-kerja (work-sample test) Tes simulasi manajemen Dari tugas yang harus dilakukan dalam pekerjaan (yang lebih bercorak manual, seperti montir mobil) diambil kegiatan ini sebagai contoh yang kemudian dijadikan bahan tes. Dari tugas utama seorang manajer, seperti mengambil keputusan, mempresentasikan hasil kerja, dan lain-lain, yang kemudian dijadikan bahan tes
  • 24. Tes Kepribadian Proyektif. Tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri kepribadian yang bentuknya tidak berstruktur. Individu harus memberikan jawabannya terhadap rangsang yang taksa. Jawabannya ini akan memperlihatkan dinamika kepribadiannya. Tes ini banyak dipakai banyak dalam seleksi, termasuk seleksi dari para manajer, kemanfaatannya untuk tujuan tersebut tidaklah ditemukan meyakinkan dan keabsahan ramalannya rendah. Di Indonesia, tes Wartegg, tes ‘menggambar manusia’, tes ‘rumah-pohon-orang’, masih banyak digunakan dalam seleksi.
  • 25. Informasi Lewat Biografi. Merupakan pertanyaan-pertanyaan tentang ciri- ciri objektif dari latar belakang sekolahnya, pekerjaan dan pribadinya. Unsur-unsur dari perilaku seseorang pada masa lampau, misalnya aktivitas-aktivitas pada waktu di suatu tempat pada masa lampau, keberhasilan dan kegagalan yang lampau, dijadikan item-item tersendiri untuk dibandingkan dengan kelompok-kelompok perilaku pekerjaan. Dengan demikian daftar pertanyaan biografi dapat diskor dan dijadikan peramal (predictor). Wawancara. Merupakan salah satu teknik seleksi dimana data tentang diri calom tenaga kerja dipertanyakan melalui lisan. Melalui wawancara, tujuan seleksi tenaga kerja didasarkan pada asumsi bahwa perilaku di masa lalu dapat digunakan sebagai pedoman untuk meramalkan perilaku di masa depan. Misalnya seorang menunjukan prakarsa sebelum ia melamar, diharapakan akan menunjukkan prakarsa juga pada pekerjaannya kelak jika ia diterima.
  • 26. Teknik wawancara yang digunakan dalam prosedur seleksi tenaga kerja oleh Miner (1992) dibedakan dalam tiga jenis teknik yaitu : 1. Teknik wawancara berpola atau berstruktur Digunakan sebagai salah satu teknik dalam metode assessment centre adalah teknik wawancara terfokus. Pada teknik wawancara ini, ciri ciri kepribadian atau dimensi yang diperlukan pada pekerjaan diungkapkan dalam uraian yang dapat diamati. 2. Teknik wawancara tidak-mengarah Orang yang diwawancara diberi kebebasan untuk menetapkan topik yang ingin dibicarakan dan mengutarakan isi hatinya. Tugas pewawancara ialah merefleksikan perasaan-perasaan dari orang yang diwawancara dan merumuskan kembali atau mengulangi pernyataan atau kata kuncinya. 3 Teknik wawancara ganda Digunakan beberapa pewawancara untuk satu calon tenaga kerja. Dapat terjadi calon diwawancara oleh beberapa pewawancara berturut-turut atau oleh satu panel, satu kelompok.
  • 27. 6.1.3. Masalah Kriteria Keberhasilan Dalam studi keabsahan peramal maka skor-skor dari predictors dikorelasikan dengan skor-skor yang diperoleh dari kriteria keberhasilan. Kriteria keberhasilan mempunyai 2 dimensi: dimensi waktu dan dimensi derajat abstraksi (Drenth, 1975). Ditinjau dari dimensi waktu maka dapat dibedakan tiga kriteria keberhasilan, yaitu: a. Kriteria keberhasilan langsung (immediate criteria): diperoleh pada waktu yang sama diperoleh dari skor-skor peramal. b. Kriteria keberhasilan antara (intermediate, proximal criteria): diperoleh tidak lama setelah diperoleh skor-skor dari alat-alat peramal. c. Kriteria keberhasilan terakhir/pokok (ultimate, distal criteria): diperoleh lama setelah skor-skor peramal diperoleh.
  • 28. Dalam praktek, digunakan kriteria antara atau tidak langsung. Berdasarkan dimensi derajat abstraksi dibedakan 3 macam kriteria keberhasilan: • Kriteria terakhir/pokok (ultimate criteria) : Kriteria yang paling abstrak, tidak dapat di ukur • Kriteria konseptual (the conceptual criterion) : Kriteria yang lebih konkret dari kriteria terakhir yang dapat di observasi • Ukuran atau skor kriteria : Perilaku yang dapat diobservasi, diukur, dan dinilai sebagai relevan bagi kriteria konseptual Dalam praktek yang dipakai adalah kriteria konseptual yang di uraikan ke dalam ukuran/skor kriteria (kriteria aktual). Kriteria aktual tidak sama dengan kriteria terakhir maka dapat timbul adanya : 1. Kekurangan dari kriteria (criterion deficiency) : tidak mengukur kriteria pokok/utama 2. Relevansi dari kriteria (criterion relevance) : mengukur kriteria pikok/utama 3. Kontaminasi dari kriteria (criterion cobtamination) : mengukur hal-hal yang tidak terdapat pada kriteria pokok/utama Disimpulkan bahwa semakin besar kontaminasi dari kriteria dan semakin kecil relevansi dari kriteria, maka menjadi kecil keabsahan dari kriteria.
  • 29. 6.1.4 Masalah Keabsahan Tes (Test Validity) 1. Keabsahan Peramalan (Predictive Validity) • Menyatakan derajat ketepatan tes untuk meramalkan perilaku efektif pada suatu pekerjaan dan dilakukan pada saat belum bekerja. • Misalnya satu kelompok calon mendapat skor tinggi pada tes K apakah mereka akan berhasil pada pekerjaan. Sebaliknya apabila kelompok calon lain mendapat skor rendah pada tes K apakah mereka akan tidak berhasil pada pekerjaan yang sama. Jika demikian maka tes K mempunyai keabsahan peramalan yang tinggi. • Setelah sekala waktu tertentu para calon menjadi tenaga kerja, di nilai keberhasilan mereka pada pekerjaan. Nilai keberhasilan ini di korelasikan dengan hasil tes mereka. Besarnya korelasi adalah besarnya keabsahan peramalan.
  • 30. 2. Keabsahan Berbarengan (Concurrent Validity) Mempelajari hubungan antara perilaku dalam situasi tes atau skor yang diperoleh dari tes dengan perilaku pada pekerjaan pada saat yang sama. Dilakukan pada tenaga kerja yang sudah bekerja. Tujuan utamanya untuk menghilangkan jarak waktu yang panjang antara pemberian ukuran peramalan (tes) dengan pengumpulan ukuran perilaku pada pekerjaan (kriteria keberhasilan). Kelemahan keabsahan berbarengan adalah : • Asumsi yang salah bahwa penentu motivasi dalam menjawab satu alat yang digunakan untuk seleksi akan sama pada mereka yang bekerja dengan mereka yang melamar pekerjaan. • Jawaban tes bukannya meramalkan perilaku pada pekerjaan, tetapi justru perilaku pada pekerjaaan yang menghasilkan jawaban pada tes. • Mereka yang tinggal pada pekerjaan tidak banyak variasinya & menurunkan taraf korelasinya. Yang tidak baik tidak diterima, yang baik dipromosikan ke pekerjaan yang lebih tinggi.
  • 31. 3. Keabsahan Konstruk (Construct Validity) • Mempelajari sejauh mana alat ukur test betul-betul mengukur apa yang hendak diukur. Yang diperhatikan adalah konstruk teoritikal itu sendiri, dimana kita dapat memberikan penjelasan tentang perilaku testnya. • Untuk studi keabsahan konstruk ini, skor pada tes perlu dikorelasikan dengan suatu kriteria yang merupakan ungkapan tepat dari konstruk yang hendak diukur. Jika terdapat keabsahan yang tinggi berarti tes mengukur konstruk dalam derajat yang tinggi. • Kesulitan pada studi keabsahan ini adalah dalam menentukan kriteria (dari konstruk) yang tepat. 4. Keabsahan Sintetik (Synthetic Validity) • Besarnya contoh yang diperlukan untuk menentukan keabsahan peramalan dapat diatasi dengan menggunakan strategi keabsahan sintetik. • Lawshe (1952) mengemukakan bahwa pekerjaan dapat dijabarkan atau diberikan ke dalam dimensi perilaku yang sama untuk pekerjaan yang bermacam-macam. Tes-tes dapat divalidasi (dihitung keabsahannya) berdasarkan prestasi pada dimensi pekerjaan ini.
  • 32. 6.2 Model Person – Proscess – Product dari Dunnette Perangkat peramal dapat meramalkan dgn tepat keberhasilan kelompok- kelompok lelaki dan wanita yang bukan lulusan SLA, sedangkan utk kelompok- kelompok lelaki dan wanita lulusan SLA perangkat peramal tsb kurang dpt tepat meramalkan keberhasilan mereka dlm pekerjaan (Dunnette, 1996:107-109). Gambar dari model seleksi dari dunnette jg memperlihatkan kemungkinan dari perilaku-perilaku pekerjaan yang berbeda yang menuju ke akibat-akibat organisasi yg bermacam-macam tergantung pd konteks situsional yang berbeda. Masalah utama utk mempergunakan model ini utk indonesia adalah besarnya contoh (sample size) yang diperlukan. Mungkin sulit sekali utk menemukan perusahaan di indonesia yang mempunyai beberapa ratus manajer cukup utk melaksanakan riset semacam di atas.
  • 33. 7. Pusat – pusat Penaksiran (Assessment Centres) Kajian dari Bell System’s Management Progress pada American Telephone & Telegraph Company (A.T & T.) merupakan penerapan pertama yg diketahui dari metode ‘pusat penaksiran’ (assessment centre) pada perusahaan (Crooks, 1973). Sebelumnya metode ini diterapkan dalam rangka ketentaraan & akademi (Bray, Grant, 1966). Metode pusat penaksiran merupakan prosedur yg komprehensif & baku dmn bnyk teknik-teknik assessment digunakan dalam kombinasi utk menilai orang-orang dgn berbagai tujuan. Metode pusat penaksiran pada awalnya dilaksanakan dgn dasar penuh waktu (full time) di satu lokasi khusus. Sekarang istilah pusat penaksiran digunakan utk menguraikan satu situasi dmn metodologi assessment yg sama digunakan tanpa memperhatikan derajat pelaksanaan atau lokasi dari proses (Bender, 1973)
  • 34. 7.1 Tujuan – tujuan Pusat Penaksiran Tujuan-tujuan atau penggunaan dari pusat penaksiran menurut Kraut (1976) adalah sebagai berikut: 1. Seleksi dari tenaga kerja dgn kecakapan yg baik utk dipromosikan ke kedudukan manajerial 2. Penemukenalan (identification) dari tenaga kerja yg memiliki potensi manajemen pd permulaan dini dari karier mereka. 3. Penempatan dari para tenaga kerja ke dlm kedudukan yg akan menggunakan bakat-bakat mereka, dan utk pengembangan para tenaga kerja selanjutnya. 4. Pengembangan pribadi agar membantu orang/tenaga kerja utk mengenali kemampuan- kemampuan mereka & utk membantu mereka utk meningkatkan kemampuan-kemampuan tsb. Menurut de Wolff(1977), pusat penaksiran tdk hanya digunakan utk mengakses manajer, tetapi digunakan pula utk mengakses sales engineers & kelompok-kelompok minoritas. Pusat penaksiran selanjutnya jg digunakan utk promosi-promosi segera & jg utk percepatan pengembangan manajer
  • 35. 7.2 PROSES PENAKSIRAN Proes penaksiran pada umunya meliputi tahap-tahap sbg berikut: 1.Penemukenalan dimensi-dimensi/kompetensi-kompetensi pekerjaan manajerial. 2.Pengembangan alat-alat penaksiran (assessment tools). 3.Penetapan para calon manajer (assessees) utk di assess/taksir 4.Penetapan para penaksir/assessor. 5.Pelaksanaan penaksiran/assessment. 6.Proses pembuatan laporan perorangan dari setiap assessee. 7.Pemberian umpan balik.
  • 36. 7.3 Metode-metode atau Alat-alat Penaksiran/Assessment Salah satu ciri-ciri dari pusat penaksiran ialah digunakannya metode-metode assessment ganda. Selain tes-tes psikologik (tes kecakapan mental, inventori kepribadian, dan sebagainya), juga digunakan bebagai teknik simulasi seperti : • Management business game • Leaderless group discussion dan role play • Inbasket exercices • Menulis laporan dan penyajian lisan dari laporan • Wawancara
  • 37. 7.4 Dimensi-dimensi (Parameters) yang Dinilai Bender (1973) dalam kajiannya tentang beroperasinya pusat-pusat penaksiran di duapuluh sembilan perusahaan dan empat badan pemerintahan menemukan satu keragaman yang besar dari parameter-parameter yang dinilai, yang paling sering dapat diamati selama beroperasinya pusat penaksiran. Berikut ini dimensi-dimensi yang diamati pada 50% atau lebih dari pusat penaksiran: dampak; tenaga(energy); forcefulness; pengamatan; kreativitas; pendelegasian; analisis masalah, kepemimpinan; ketrampilan komuikasi oral; ketrampilan penyajian oral; ketrampilan komuikasi tulisan; kemampuan mengorganisasi dan merencana; ketrampilan pengambilan keputusan daya tahan terhadap stres, dan kelenturan prilaku.
  • 38. 7.5 Staf/Tenaga Ahli dari Pusat Penaksiran Pusat penaksiran dipimpin oleh seorang direktur, dapat pula seorang Psikolog Industri dan Organisasi, yang bekerja secara penuh waktu atau paruh waktu. Para assessor terdiri atas para psikolog (sarjana psikologi yang berwenang untuk praktek) dan para manajer senior dari perusahaan, yang ditugasi bekerja di pusat penaksiran pada waktu tertentu. 7.6 Keabsahan Metode Pusat Penaksirkan ‘Management Progress’ yang dilakukan pada A. T. & T. (nama perusahaan) oleh Bray dan rekan- rekannya adalah yang paling dikenal baik. Mereka meng-assess manajer tingkat pertama, menggunakan psikolog bukan dari perusahaan, menyimpan datanya, dan 6-9 tahun kemudian mereka mengecek kecermatan dari prediksi/ramalan mereka tentang siapa yang akan mencapai tingkat manajemen madya. 78% diramalkan tepat mencapai manajemen madya oleh para assessor. Sementara sisanya, 95% diramalkan tidak akan mencapai manajemen madya dalam 10 tahun. Kraut dan Grant Scott menemukan dalam kajian mereka dari sales representatives peralatan kantor yang mengikuti satu proses pusat penaksiran, bahwa assesses yang dinilai tinggi memiliki tiga kali lebih besar kemungkinan untuk dipromosikan ke manajemen tingkat lebih tinggi daripada para assesses yang dinilai rendah.
  • 39. Fletcher melakukan studi longitudinal tentang pengaruh dari keikutsertaan dengan pusat penaksiran serta keputusan penaksiran terhadap para calon. Kuesioner yang mengukur kebutuhan akan capaian (need for achievement), keikatan organisasi (organizational commitment), kelibatan pekerjaan (job involvement), dan kesejahteraan psikologik (psychological well-being) diberikan pada saat sebelum dimulai, sesudah, dan enam bulan sesudah pelaksanaan untuk menemukan potensi manajemen. Temuan ini menunjukkan bahwa penghayatan mengikuti pusat penaksiran mempunyai dampak pada para calon, namun ada beberapa unsur yang hilang/berkurang seiring berjalannya waktu. Keputusan penaksiran juga mempunyai dampak yang signifikan. Pada calon yang tidak berhasil, skor self esteem menurun, demikian juga dengan untuk beberapa aspek dari need of achievement. Kesimpulan Fletcher, para calon yang tidak berhasil dalam pusat penaksiran perlu diberi umpan balik yang sangat hati-hati, dengan memberikan penyuluhan yang menunjang untuk kerjanya di pusat penaksiran. Berdasarkan penelitian keabsahan peramalan yang dilakukan oleh Thornton & Byham, kebanyakan calon yang dipandang tepat untuk jabatan manajemen berdasarkan metode pusat penaksiran, setelah kurun waktu tertentu betul-betul menempati jabatan tersebut. Kleinmann, Kuptsch, Koeller menguji keabsahan konstruk yang diamati, apakah dipengaruhi oleh dimensi yang diberitahukan kepada mereka atau tidak. Temuan menunjukkan bahwa keabsahan konstruk lebih tinggi jika para peserta tahu tentang dimensi yang akan diukur. Salah satu kritiknya adalah dengan diketahuinya dimensi dan perilaku yang akan dinilai, peserta dapat mengusahakannya sehingga memperoleh penilaian yang baik. Namun menurut Kleinmann dkk., orang tidak dapat menunjukkan perilaku tepat dengan sangat baik jika terbatas kemampuannya.
  • 40. TERIMA KASIH Universitas Persada Indonesia Y.A.I Fakultas Psikologi Jl. Pangeran Diponegoro No.74, RT.2/RW.6, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, 10430 Program Studi Psikologi 2019