Sistem pengolahan limbah cair meliputi pengenceran di badan air, penggunaan sumur peresapan, kolam pembuangan, penangkap lemak, tangki pembusukan, dan saluran limbah cair bangunan. Pengolahan limbah juga melibatkan penanganan limbah rumah tangga, rumah sakit, dan industri. Ada berbagai cara penanganan limbah seperti membuat tempat pembuangan khusus, daur ulang, dibakar, dinetralisir, dikubur, dijadikan p
"Mengenal Kumbang4D: Situs Judi Online yang Meriah"
Â
Pengolahan air limbah
1. PENGOLAHAN AIR LIMBAH
1. Pembuangan dengan sistem pengenceran
Pada badan air dengan permukaan yang besar, seperti laut, sungai, telaga maupun danau,
limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan
air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus bermuara pada
satu titik yang benar-benar berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah, atau
biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan saat musim kemarau, atau limbah
yang beratnya lebih ringan yang biasanya akan naik dan tersebar ke seluruh badan air
pelarut.
2. Penggunaan sumur peresapan
Sumur peresapan menerima efluen dari kolam pembuangan, jamban air serta tangki
pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. Terkadang, pembuangan limbah cair dari
ruang cuci, dapur serta kamar mandi menggunakan sumur peresapan ini. Sumur peresapan
juga dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah permukaan
tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran.
Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam tanah yang digali cukup dalam
menembus 1,8 meter atau lebih ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat
dengan diameter 1,0 - 2,5 meter dan kedalaman 2 - 5 meter. Dinding lubang diperkuat
dengan pasangan bata atau batu kali tanpa adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet.
Lubang yang tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu kali.
Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat yang akan mencegah masuknya
nyamuk, lalat, serta air permukaan.
Minimal terdapat jarak 5 meter dari sumur atau sumber air minum dari sumur peresapan,
dan paling tidak penempatannya pada tanah yang lebih rendah dibandingkan dari sumber air
minum tersebut. Pembuatan sumur peresapan seharusnya tidak boleh diizinkan oleh petugas
terkait pada kawasan padat penduduk, disebabkan air tanah yang ada lebih banyak
digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk setempat.
3. Penggunaan kolam pembuangan
Kolam pembuangan merupakan lubang tertutup yang menerima buangan limbah cair kasar.
Kolam pembuangan dapat berupa tipe kedap air ataupun tipe rembes air. Kolam
pembuangan kedap air biasanya dibuat dengan kapasitas 68 liter per orang per bulan, atau
408 liter per orang apabila akan dikosongkan setiap 1 semester. Kolam pembuangan rembes
cair berdiameter 90 cm atau lebih, dilengkapi dengan dinding dengan sambungan terbuka di
bawah ketinggian inlet.
Kolam pembuangan harus ditempatkan paling tidak 15 meter dari dari sumur serta lebih
rendah dari sumur, agar dapat mencegah terjadinya pencemaran bahan-bahan kimia,
sedangkan untuk kolam pembuangan yang lebih tinggi dari sumur, jarak antar sumur dan
kolam pembuangan tersebut minimal sejauh 45 meter. Kolam pembuangan tipe rembes air
harus ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 6 meter di luar fondasi rumah.
2. 4. Penangkap Lemak
Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah sakit maupun perkantoran
kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk ke tangki pembusukan bersama-sama
dengan efluen dan dapat menyumbat pori-pori media penyaringan pada bidang
peresapan. Penangkap lemak disini dapat memasukkan limbah cair yang panas dari pada
cairan yang sudah ada dalam bak dan didinginkan olehnya. Hasilnya, kandungan lemak akan
menjadi beku dan secara otomatis akan naik ke permukaan, sehingga pengambilan dapat
dilakukan secara berkala. Penangkap lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk
mempermudah proses pembersihan maupun untuk kebutuhan pemeriksaan. Untuk
penanganan limbah cair dan perumahan atau instalasi kecil lainnya, penangkap lemak tidak
perlu dibuat.
5. Penggunaan sistem tangki pembusukan
Salah satu cara pengolahan limbah adalah dengan tangki pembusukan. Tangki pembusukan
digunakan untuk menangani buangan dari masing-masing rumah, kelompok perumahan,
atau perkantoran yang berada di luar radius pelayanan sistem saluran limbah cair suatu
wilayah. Pada tangki pembusukan, terdapat tangki pengendap yang harus dalam keadaan
tertutup. Melalui saluran limbah cair buangan, limbah cair kasar akan dimasukan kedalam
tangki tersebut. Pengolahan tahap pertama terjadi di dalam tangki pembusukan, sedangkan
untuk pengolahan tahap kedua terjadi di bidang peresapan efluen.
6. Saluran limbah cair bangunan
Saluran limbah cair bangunan merupakan bagian dari perpipaan horizontal dari sistem
drainase bangunan yang membentang mulai dari satu titik yang berjarak 1,5 meter di luar sisi
dalam fondasi tembok bangunan rumah sampai ke sambungan saluran limbah cair umum
atau unit pengolahan limbah cair perorangan (kolam pembuangan, tangki pembusukan atau
tipe sarana pembuangan lainnya).
Sedangkan untuk sistem penanganan limbah untuk rumah tangga, rumah sakit serta industri
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan Limbah Rumah Tangga
ï· Untuk kawasan perumahan dan permukiman dimana lahan tersedia cukup luas dapat
digunakan sistem on-site, limbah dibuang ke fasilitas sanitasi (sumur resapan dan
septik tank) yang dimiliki masing-masing rumah. Perlu peningkatan fasilitas sanitasi
dari cubluk menjadi septik tank.
ï· Untuk kawasan perdagangan dan jasa, limbah ditangani dengan sistem on-site skala
komunal karena hal ini akan lebih efektif dan ekonomis. Air limbah yang dihasilkan di
tiap-tipa blok disalurkan ke dalam sistem perpipaan selanjutnya diolah bersama
sebelum diresapkan.
ï· Untuk pengolahan akhir limbah domestik lumpur tinja, perlu direncanakan IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) untuk mengolah efluent septik tank yang akan
melayani seluruh wilayah dengan harapan tidak terjadi lagi pembuangan limbah pekat
ke saluran drainase.
3. 2. Penanganan Limbah Rumah Sakit
ï· Setiap rumah sakit harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair
dan mengelolanya dengan baik;
ï· Setiap rumah sakit harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah
cairnya ke badan air;
ï· Monitoring dan pengawasan tersebut harus dilaporkan dan diawasi langsung oleh
instansi yang berwenang;
ï· Pengolahan limbah beracun seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus
dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksik.
3. Penanganan Limbah Industri
Untuk limbah cair industri :
ï· Fasilitas pengolahan limbah yang ada hendaknya dapat dimanfaatkan dengna baik;
ï· Industri harus memisahkan limbah cair organik, anorganik dan toksik;
ï· Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan
mengelolanya secara optimal;
Untuk limbah cair industri rumah tangga :
ï· Bagi industri rumah tangga, pemerintah harus melakukan inventarisasi jumlah dan
jenis industrinya guna memudahkan monitoring dan pengawasan;
ï· Pengadaan penyuluhan serta bimbingan mengenai limbah cair dan juga diwajibkan
mengolah limbah cair dengan sistem pengolahan limbah yang sederhana sebelum
dibuang ke saluran atau selokan;
ï· Monitoring dan pengawasan tersebut harus dilaporkan dan diawasi oleh instansi yang
berwenang
10 CARA PENANGANAN LIMBAH
1. DIBUATKAN TEMPAT PEMBUANGAN KHUSUS
Untuk limbah yang berbetuk cair, bisa dibuatkan umr pembuangan khusus yang letaknya
berjauhan dengan sumber air sehingga tidak mencemari air masyarakat. Sedangkan
nuklimbah padat, basanya dibuatkan tempat pembuangan yang memiliki cerobong yang
sangat tinggi sehingga baunya tidak mengganggu masyarakat.
2. SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK TURUNAN
Beberapa limbah padat maupun cair bia diolah lagi untuk dijadikan sebagai bahan baku
produk turunannya yang lain. Seperti misalnya: limbah batok kelapa yang diolah menjadi
briket batok kelapa.
4. 3. DI DAUR ULANG
Beberapa jenis limbah yang memungkinkan untuk di daur ulang, seyogyanya dipishkan
dengan limbah yang tidak bisa didaur ulang.
4. DIBAKAR / DIMUSNAHKAN
Walaupun terlihat kurang arif namun cara memsnahkan limbah- limbah tertentu dengan cara
membakar limbah tersebut masih anyak dipaki oleh masyarakat untuk mengurangi jumlah
limbah yang ada
5. DINETRALISIR
Cara ini isa digunakan untuk menangani jenis limbah cair Dengan menetralisir limbah cair,
berarti kita telah melakukan suatu pose penjernihan sehingga air limah dari sebah usaha bisa
dimanfaatkan kembali oleh masyarakat
6. DIKUBUR DALAM TANAH
Cara penanganan sampah dengan cara dikubur atau ditanam dalam tanah juga termasuk
popler di masyarakat selain menggunakan cara membakar limbah.
7. DIJADIKAN PAKAN TERNAK
Beberapa jenis limbah, biasanya yang berbentuk padatdan basah, bisa diguakan sebagai
bahan campuran pak ternak yang bisa meningatkan kadar kandungan pakan ternak ternak tu
sendiri
8. DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
Kandungan sebuah zar pada limbah bisa dimanfaatkan sebgai suumber energgi alternatif.
Contohnya adalah penggunaan limbah kotoran sapi sebagai pengganti gas LPG
9. DIMANFAAATKN UNTUK PROSES PRODUKSI SELANJUTNYA
Sebagai contoh, limbah kayu dan serbuk kayu pada perusahaan furniture bisa dimanfaatkan
sebagai sumber bahan bakar pada proses pengovenan. Selain bisa mengurangi jummlah
limbah, cara penanganan limbah seperti ini bisa digunakan untu menghemat jum;ah biaya
produksi
10. DIJADIKAN PUPUK
Pupuk tidak hanya berbentuk kompos karena dengan penggunaan teknologi pengolahan
limbah yang canggih kita bisa menyulap limbah baik padat maupun cair menjadi beberapa
jenis pupuk, diantaranya adalah pupuk kompos dan juga pupuk cair
5. Pengertian GAJI, UPAH dan KOMPENSASI
Beberapa pengertian tentang gaji sebagaimana yang dinyatakan Dessler (1998: 85) dalam
bukunya yang berjudul âSumber Da-ya Manusiaâ mengatakan Gaji adalah uang atau sesuatu
yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada pegawai. Selain itu ia berpendapat pula
bahwa pada kenyataannya sistem pem-bayaran karyawan dapat dibagi menurut pembayaran
berdasar-kan waktu kinerja, yaitu pembayaran yang dilakukan atas dasar lamanya bekerja
misalnya jam, hari, minggu, bulan dan sebagai-nya serta pembayaran berdasarkan hasil
kinerja, yaitu pemba-yaran upah/gaji yang didasarkan pada hasil akhir dari proses ki-nerja,
misalnya jumlah produksi. Sedangkan Amstrong dan Murlis (1994:7) dalam buku Pedoman
Praktis Sistem Penggajian berpendapat bahwa gaji diartikan sebagai bayaran pokok yang
diterima oleh seseorang, tidak termasuk unsur-unsur variabel dan tunjangan lainnya.
Menurut Flippo (1987:75-76) dalam bukunya âPrinsiple of Per-sonal Managementâ menulis
bahwa kompensasi adalah harga untuk jasa yang diterima atau diberikan oleh orang lain bagi
kepentingan seseorang atau Badan Hukum. Sedangkan menurut Dessler dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia jilid II (1998: 85) menyatakan kompensasi karyawan
adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karya-wan dan timbul
dari dipekerjakannya karyawan itu, dan kom-pensasi karyawan mempunyai dua komponen,
pertama pemba-yaran keuangan langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, ko-misi, dan
bonus, kedua pembayaran tidak langsung dalam ben-tuk tunjangan keuangan seperti
asuransi dan uang liburan yang dibayarkan perusahaan.
Kebijakan dalam Penggajian
Nah mari kita bahas sisi lain mengenai UPAH, GAJI dan KOMPENSASI ini menyangkut
kebijakan dalam pelaksanaannya.Untuk mengembangkan kebijakan penggajian yang akan
digu-nakan agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dalam mem-berikan pembayaran
yang adil kepada karyawan sehingga tujuan organisasi terpenuhi sesuai yang diharapkan,
maka harus diten-tukan suatu sistem penggajian yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip
penggajian.
Menurut Dessler (1998: 85) dalam buku Sumber Daya Manusia mengatakan bahwa untuk
menentukan skala gaji/upah ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah
per-tama faktor hukum, dalam faktor ini besaran gaji/upah yang ha-rus dibayar diatur dalam
undang-undang yang meliputi segi upah minimum, tarif lembur dan tunjangan, kedua faktor
Seri-kat Buruh, serikat dan Undang-undang Hubungan Tenaga Kerja mempengaruhi
hubungan bagaimana perencanaan pembayaran yaitu adanya tawar menawar antara serikat
buruh dengan yang mempekerjakan, ketiga faktor kebijakan, faktor kebijakan (pem-beri
kerja), pemberian kompensasi mempengaruhi upah yang dibayar, kebijakan ini
mempengaruhi tingkat upah dan tunjang-an misalnya perbedaan upah/gaji bagi pegawai
yang masih da-lam masa percobaan, dan keempat faktor keadilan, faktor keadil-an menjadi
faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya pembayaran upah/gaji dalam arti bahwa
keadilan eksternal tarif upah/gaji harus sebanding dengan organisasi lain, sedangkan ke-adilan
internal hendaknya setiap pegawai memperoleh pemba-yaran gaji/upah yang sama
dalam organisasi.
6. Proses menetapkan tarif upah dengan menjamin keadilan ekster-nal dan internal menempuh
lima langkah :
1. Lakukan sebuah survey gaji tentang beberapa pembayaran organisasi lain untuk pekerjaan
sebanding.
2. Tentukanlah nilai dari masing-masing pekerjaan dalam orga-nisasi melalui evaluasi
jabatan. 3. Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan serupa kedalam tingkat upah.
4. Tetapkan harga masing-masing tingkat pembayaran dengan menggunakan kurva upah.
5. Tentukan dengan tepat tarif upah.
Ada empat ukuran penting dalam teori ini :
1 Orang : Individu yang merasakan diperlakukan adil atau ti-dak adil.
2 Perbandingan dengan orang lain: Setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh
seseorang sebagai pembanding rasio masukan atau perolehan.
3 Masukan (Input): Karakteristik individual yang di bawa ke pekerjaan; seperti keberhasilan
(keahlian, pengalaman, bela-jar) atau karakteristik bawaan (umur, jenis kelamin, ras).
4 Perolehan (Outcome): Apa yang diterima seseorang dari pekerjaannya (penghargaan,
tunjangan, dan upah).
Menurut Amstrong dan Murlis (1984:18-20) dalam buku Pedo-man Praktis Sistem Penggajian
harus dilakukan beberapa lang-kah yakni sebagai berikut :
1. Menganalisis keadaan sekarang yang meliputi analisis ber-bagai jabatan-jabatan,
banyaknya staf dalam setiap jabatan, besarnya gaji tiap-tiap orang, kenaikan umum apa saja
(biaya hidup), kenaikan atau prestasi apa yang diberikan dan apakah perusahaaan
mengalami kesulitan atas kenaikan gaji.
2. Merumuskan kebijakan penggajian yaitu kebijakan peng-gajian ditetapkan oleh level yang
bertanggung jawab dalam penentuan kebijakan.
3. Menilai pekerjaan yaitu dengan menggunakan teknik-teknik penilaian pekerjaan dari
berbagai aspek.
4. Merencanakan struktur gaji yaitu struktur gaji harus mencer-minkan hubungan pekerjaan
dengan cara yang logis dan penggunaan survey gaji dan informasi lain untuk mengem-bangkan
struktur gaji.
5. Mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menja-min kebijakan dan anggaran
dilaksanakan dalam anggaran, kenaikan gaji dihubungkan dengan prestasi, struktur gaji te-tap
adil kedalam dan bersaing keluar, tingkat upah yang betul untuk tiap pekerjaan dan gaji
tiap orang tidak melebihi batas teratas golongan gaji ditiap pekerjaan.
6. Merencanakan seluruh aspek balas jasa yaitu meliputi melak-sanakan pengadministrasian
gaji pokok dan unsur-unsur tun-jangan, lembur, bonus dan pembagian laba.
7. Mengevaluasi seluruh langkah-langkah tersebut diatas.
7. Kompensasi adalah pengaturan pemberian balas jasa bagi karyawan, baik yang secara
langsung berupa uang maupun balas jasa non financial. R.W. Graffin menggunakan istilah
sistem kompensasi, yaitu paket imbalan total yang diberikan kepada karyawan sebagai
imbalan atas tenaga mereka. Dengan demikian, kompensasi berfungsi untuk
mendayagunakan karyawan secara efektif guna mendorong peningkatan produktivitas kerja.
Jenis-Jenis Kompensasi
Berdasarkan tunai langsung tidaknya pembayaran, kompensasi terdiri dari:
a) Kompensasi Pembayaran Langsung
Gaji, upah, insentif, bomus, komisi, tunjangan tunai, tunjangan tahunan, tunjangan
transport, premi manajemen dan bentuk tunjangan tunai lainnya.
b) Komisi Tak Langsung
Tunjangan Askes, Tunjangan Pensiun, Tunjangan Perumahan, Tunjangan Hari Tua, serta
berbagai bentuk pelayanan dari perusahaan terhadap karyawannya.
Berdasarkan cara perhitungannya, kompensasi gaji terdiri dari:
1) Kompensasi Prestasi Kerja
Gaji atau upah yang diberikan berdasarkan prestasi kerja yang di hasilkan karyawan terhadap
perusahaan, dengan catatan hasil kerja tersebut dapat diukur secara kuantitatif.
2) Kompensasi Berdasarkan Lama Bekerja
Gaji atau upah yang diberikan berdasarkan lamanya karyawan menyelesaikan suatu
pekerjaan.
3) Kompensasi Berdasarkan Senioritas
Gaji atau upah yang dibayarkan berdasarkan masa kerja dan loyalitas karyawan terhadap
organisasi atau perusahaan.
4) Kompensasi Berdasarkan Kebutuhan
Gaji atau upah yang diberikan sesuai dengan kebutuhan hidup layak dari karyawan.
Pengertian upah dan gaji mempunyai perbedaan. Upah adalah kompensasi dalam bentuk
uang yang dibayarkan berdasarkan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja. Sedangkan
gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayar karena melaksanakan tanggung
jawab pekerjaan
8. Kebijakan Kompensasi Menurut Robbin (1997) menyatakan bahwa program kompensasi
yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Sederhana : aturan-aturan
dalam sistem kompensasi harus ringkas, jelas dan mudah difahami. 2. Spesifik : jangan hanya
mengatakan âhasil lebih banyakâ atau âhentikan kecelakaanâ. Para pegawai perlu
mengetahui secara tepat tentang apa yang harus mereka kerjakan. 3. Terjangkau : setiap
pegawai harus mempunyai peluang yang wajar untuk memperoleh kompensasi. 4. Terukur :
sasaran-sasaran yang terukur adalah dasar untuk membangun rencana-rencana atau
program kompensasi. Program kompensasi akan menjadi tidak ada manfaatnya bila
hasil/prestasi kerja spesifik tidak dapat dikaitkan dengan rupiah yang dikeluarkan.
Jenis Kompensasi Menurut Dessler (1992:58), kompensasi pegawai memiliki tiga komponen,
yaitu :
1.Pembayaran secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk upah, gaji, insentif,
dan bonus.
2. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan seperti: asuranasi
dan liburan atas dana perusahaan.
3. Ganjaran nonfinansial (nonfinansial rewards) seperti hal-hal yang tidak mudah
dikuantifikasi, yaitu ganjaran-ganjaran seperti : pekerjaan yang lebih menantang, jam kerja
yang lebih luwes, dan kantor lebih bergengsi.
9. Dokter Perusahaan ialah Dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan untuk membantu Pimpinan
Perusahaan dalam melindungi kesehatan para pekerja.
Dokter Perusahaan adalah bagian dari manajemen perusahaan, untuk mencegah terjadinya
kerugian sebagai akibat cedera karena kecelakaan atau penyakit sebagai akibat lingkungan
kerja dan lain2.
Dokter Perusahaan wajib mengikuti pelatihan Hiperkes, yang merupakan pengetahuan dasar
dalam menjalankan tugas. Dokter Perusahaan bisa menjadi Dokter Pemeriksa Kesehatan
Tenaga Kerja, setelah mendapatkan penunjukan sebagai Dokter Pemeriksa dari Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
a. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma
akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis,
missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru
akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
b. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang
sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan
yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
c. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang
lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail
sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi
tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
d. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis
disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
10. e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh
pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat
dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk
terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
f. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis
karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.
Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui
penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan
dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP.
Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan.
Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate
petroleum, rokok.