Pola komunikasi antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home membahas komunikasi interpersonal, dampak menjadi anak broken home, dan pembahasan tentang teori belajar sosial Bandura dalam mempengaruhi pola komunikasi."
1. Pola Komunikasi
Interpersonal Antara
Orang Tua & Anak Pada
Keluarga Broken Home
Disusun Oleh :
Ambarwati : 44321120002
Sri Sudari : 44321120003
Tarma Vikram Habiyasa : 44321120006
2. Contents of this template
DAFTAR ISI :
BAB I Pendahuluan
BAB II Materi Esensial Sosiologi Komunikasi
BAB III Tinjauan Pustaka
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
Daftar Pustaka
3. BAB I
Latar Belakang
Broken home merupakan hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan
sosial, terutama dalam kasus-kasus perceraian karena berbagai
alasan yang membuat pasangan suami istri memutuskan untuk
berpisah atau mengakhiri hubungan pernikahan. Dampak dari kasus
perceraian mengharuskan salah satu orang tua meninggalkan rumah
dan anak harus memilih di antara mereka.
Ketidaksepakatan dan struktur keluarga yang rusak akan berdampak
negatif pada perkembangan psikologis anak. Banyak hal yang
mungkin dialami anak akibat perceraian orang tuanya, seperti: sulit
bergaul, membenci orang tua, menjadi anak yang durhaka, kasar,
hidupnya tidak berarti, anak yatim piatu pun bisa mengalami
gangguan jiwa akibat peristiwa tersebut.
4. BAB I
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, peneliti memutuskan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi
interpersonal orang tua dan anak dalam keluarga broken home?”
Serta tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis “pola komunikasi orang tua-anak dalam keluarga
broken home”.
5. BAB II
Proses Komunikasi Dalam Sosial
Komunikasi sosial adalah kegiatan komunikatif dengan tujuan
mencapai situasi integrasi sosial. Komunikasi ini mempengaruhi
hubungan sosial yang terjalin antar individu di dalamnya. Komunikasi
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena
diketahui bahwa manusia itu sendiri adalah makhluk sosial.
Konsep komunikasi sosial mencakup unsur-unsur berikut:
a. Komunikator d. Komunikan
b. Amanat e. Tanggapan (respons)
c. Media untuk penyampaian amanat.
6. BAB II
Sistem Sosial & Media
Sistem sosial dipahami sebagai "setiap pola, terutama yang relatif
permanen". Hubungan sosial melintasi "ruang-waktu" dipahami
sebagai praktik yang berulang" (Giddens, 1984). Dalam pengertian
umum ini masyarakat atau organisasi sosial atau
kelompokndimanapun dan kapanpun dia berada, ada sistem sosial di
mana dia bisa termasuk subsistem sosial dan merupakan sistem
yang sangat berguna
Sistem sosial dapat dipahami sebagai sistem atau model hubungan
sosial yang ada dan berkembang dalam masyarakat tertentu, sebagai
instrumen fungsional dalam masyarakat itu.
7. BAB II
Dampak Komunikasi
Dampak atau efek dari pelaksanaan komunikasi adalah perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam diri audiens akibat terpaan pesan-
pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan
dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata.
Ada tiga dimensi efek atau dampak dalam komunikasi, yaitu kognitif,
afektif dan behavioral atau konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan
kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif
berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap)
Sedangkan behavioral atau konatif berhubungan dengan perilaku dan
niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Tentunya
dampak yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya
tidak dapat dipatok dengan sama.
8. BAB II
Teori Belajar Sosial
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar
perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima
sebagian besar dari prinsip-prinsip teori- teori belajar perilaku, tetapi
memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat
pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
9. BAB II
Teori Belajar Sosial
Asumsi awal dari sudut pandang teoritis Bandura dalam teori
pembelajaran sosial yaitu:
(1) Proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling).
(2) Dalam imitation atau modelling individu.
(3) Imitation atau modeling
(4) Dalam Imitation
(5) Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran
10. BAB II
Proses Sosialisasi
Pengertian sosialisasi menurut Charles R Wright yang dikutip oleh
sutaryo adalah “Proses ketika individu mendapatkan kebudayaan
kelompoknya dan menginternalisasikan sampai tingkat tertentu
norma- norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk
memperhitungkan harapan-harapan orang lain”
Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan
kebudayaan dimana individu berada, selain itu juga ditentukan oleh
interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya
11. BAB II
Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat membahas tentang nilai dan norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkam bahwa perubahan sosial
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat mempengaruhi pola
interaksi sosial dalam pengembangan karakter manusia menuju
proses yang lebih baik atau malah sebaliknya
12. BAB III
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari
bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna
mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun
kepentingan tertentu.
Komunikasi Interpersonal juga bisa dikatakan sebagai komunikasi antara
orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non
verbal.
13. BAB III
Komunikasi Interpersonal
Adapun fungsi lain dari komunikasi interpersonal adalah :
Mengenal diri sendiri dan orang lain.
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk mengetahui lingkungan
kita secara baik.
Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal.
Mengubah sikap dan perilaku.
Bermain dan mencari hiburan dengan berbagai kesenangan pribadi.
Membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah.
Konflik yang muncul dalam suatu hubungan seperti hubungan rumah tangga
membuat komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif. Untuk menumbuhkan dan
meningkatkan hubungan interpersonal perlu meningkatkan kualitas komunikasi
dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak.
14. BAB III
Hubungan Orang Tua & Anak
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Menurut Subino Hadisubroto, dilihat dari usianya, anak-anak dibagi menjadi enam
periode.
Periode pertama, umur 0-3 tahun, pada periode ini yang terjadi adalah
perkembangan fisik penuh. Oleh karena itu, anak yang lahir dari keluarga
cukup material, pertumbuhan fisiknya akan baik bila dibandingkan dengan
kondisi ekonomi yang rata-rata.
Periode kedua, umur 3-6 tahun. Pada masa ini yang berkembang adalah
bahasanya. Oleh karena itu, ia akan bertanya segala macam, terkadang apa
yang ditanya membuat kesulitan orang tua untuk menjawabnya.
15. BAB III
Hubungan Orang Tua & Anak
Menurut Subino Hadisubroto, dilihat dari usianya, anak-anak dibagi menjadi enam
periode.
Periode ketiga, umur 6-9 tahun, yaitu masa social imitation. Pada usia ini,
masa terbaik untuk menanamkan contoh teladan perilaku yang baik.
Periode keempat, umur 9-12 tahun, periode ini disebut tahap individual.Pada
masa ini, anak sudah btimbul pemberontakan, dalam arti menentang apa yang
tadinya dipercaya sebagai nilai atau norma.
Hubungan antara ibu dan anak terjalin sejak anak masih dalam kandungan ibu.
Kita bisa melihat bagaimana sang ibu merawat saat ia masih dalam kandungan,
bahkan ketika melahirkan sang ibu bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk
memberikan anak kesayangannya.
16. BAB III
Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh
struktur internal maupun eksternalnya.
Keluarga terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan atau hubungan sedarah dan ikatan adopsi. Anggota keluarga umumnya
tinggal bersama dalam satu rumah tangga atau jika mereka tinggal secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka yang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam peran sosial keluarga.
Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang diambil
dari masyarakat dengan ciri unik tersendiri
17. BAB III
Broken Home
Merupakan suatu kondisiketidakutuhan dalam sebuah keluarga yang diakibatkan
oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah perceraian atau kematian antara
suami dan istri yang sudah tidak harmonis lagi dimana hal tersebut yang menjadi
korban adalah anak mereka sendiri.
Menurut Kardawati (2001), beberapa alasan munculnya keluarga broken home
antara lain :
1. Orang tua yang bercerai: Kasus perceraian menggambarkan realitas
kehidupan pasangan suami istri yang tidak lagi memiliki kasih sayang atas dasar
perkawinan yang ada.
2. Kebudayaan bisu atau tidak ada komunikasi dalam keluarga: Budaya diam
ini ditandai dengan kurangnya komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga.
18. BAB III
Menurut Kardawati (2001), beberapa alasan munculnya keluarga broken home
antara lain :
3. Perang dingin yang terjadi di dalam keluarga
Bisa juga dikatakan perang dingin dikarenakan kasusnya bisa lebih berat dari
pada kebudayaan bisu. Sebab di dalam perang dingin ini,selain kurang terciptanya
dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing
pihak. Inilah yang penulis maksudkan dari saling menjatuhkan antara suami dan
istri.
Broken home adalah situasi dan kondisi keluarga dimana tidak ada lagi
keharmonisan yang diharapkan banyak orang. Rumah tangga yang damai, rukun
dan sejahtera tidak bisa didapatkan lagi karena adanya keributan karena
persoalan yang gagal dicarikan titik temu antara suami/istri.
19. BAB IV
Pola Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua &
Anak Pada Keluarga Broken Kome
Komunikasi interpersonal melibatkan pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau lebih. Ini dapat mencakup semua aspek
komunikasi, seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi
non-verbal. Komunikasi interpersonal tidak selalu menuntut individu untuk
melakukan percakapan atau pembicaraan dengan topik-topik yang berat
setiap hari. Individu juga tidak selalu dihadapkan pada situasi-situasi sulit
untuk selalu berbicara dengan serius terhadap orang lain.
20. BAB IV
Pola Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua &
Anak Pada Keluarga Broken Kome
Bagi orang tua yang memiliki kesibukan, maka pilihan berkomunikasi
juga sudah tidak sulit lagi saat ini. Melakukan video call atau sekedar
chatting menyampaikan perhatian, seperti sedang dimana, sudah makan
atau belum, tentu memberikan jejak memori yang baik bagi anak
dibandingkan dengan tidak melakukan komunikasi sama sekali.
Broken home adalah suatu krisis yang ada dalam suatu keluarga yang
mana ibu dan ayah yang merawat dan mengurusnya harus berpisah
antara satu sama lain
21. BAB IV
Pola Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua &
Anak Pada Keluarga Broken Kome
Penerapan unsur komunikasi dalam berinteraksi antara satu sama lain
juga terdiri atas beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openness),
2. Empati (emphaty),
3. Dukungan (supportiveness),
4. Kesetaraan atau kesamaan (Equality),
22. BAB IV
Dampak Menjadi Anak Broken Kome
Yang paling berdampak adanak anak-anak kecil ataupun yang sudah
dewasa, yang kemudian berpengaruh terhadap periaku anak mereka
karena kurangnya perhatian dari orang tua pada anak dari keluarga
broken home.
Selain itu, anak broken home juga memiliki kecenderungan yang tinggi
dalam menunjukkan sikap sinis dan rasa tidak percaya terhadap sebuah
hubungan. Rasa tidak percaya diri tersebut bisa timbul pada orang tua
atau pasangannya kelak.
23. BAB IV
Dampak Menjadi Anak Broken Kome
Meski demikian, keluarga broken home bukan hanya memberikan
dampak negatif saja. Pada kenyataannya ada dampak positif yang
diperoleh sebagai sudut pandang lainnya dalam menjalani kehidupan
broken home, diantaranya adalah perasaan mandiri karena harus jauh
dari orang tua sehingga mau tidak mau hanya diri sendiri yang dapat
diandalkan.
24. BAB IV
Pembahasan
Dampak yang berbeda antara satu sama lain ini menunjukkan bahwa
ini bergantung pada pola imitasi yang dilakukan antara satu individu
dengan individu lainnya. Salah satu asumsi paling awal yang kemudian
mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup
fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap
maupun berperilaku.
25. BAB IV
Pembahasan
Artinya, ketika komunikasi yang dilakukan oleh kedua orang tua dalam
keluarga broken home dilakukan dengan baik, hal ini akan memberikan
gambaran yang baik pula pada diri anak untuk selalu bersikap positif dan
kemungkinan dalam melakukan perilaku menyimpang juga akan lebih
rendah dibandingkan dengan sikap agresif dan pola komunikasi yang
buruk dalam diri individu.
26. BAB V
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan mengenai pola
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada keluarga
broken home dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Komunikasi interpersonal pada keluarga broken home memberikan
pengaruh pada kondisi psikologis anak, khususnya berkaitan dengan
perasaan bahagia dan sedih yang dialami. Kondisi psikologis ini pada
akhirnya menentukan bagaimana perilaku anak dalam menghadapi
realitas kehidupan yang ada di sekitarnya.
27. BAB V
Kesimpulan
Pola komunikasi interpersonal selanjutnya mempengaruhi dampak
yang terjadi pada anak broken home. Dampak yang terjadi dapat bersifat
positif maupun negatif. Dampak ini bergantung pada proses belajar sosial
yang dilakukan individu dalam lingkungan.Dampak positif dari
pembelajaran sosial adalah dengan bersikap mandiri dan terus mau
menunjukkan kemajuan dalam hidup seseorang. Sementara itu, dampak
negatif dari proses belajar sosial juga dapat dicapai berdasarkan dengan
aktivitas imitasi dalam lingkungan
28. BAB V
Saran
Keluarga, orang tua hendaknya memahami bagaimana kondisi anak dan
mementingkan dampak psikologis yang timbul setelah broken home
terjadi. Selain itu, ego dari masing-masing ayah atau ibu hendaknya lebih
direndahkan demi masa depan anak yang lebih baik. Bagi masyarakat,
penulis berharap dengan adanya penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan tentang bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dengan
anak berlangsung.
29. DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, W. (2013). Resiliensi dan dukungan sosial pada orang tua tunggal
(studi kasus pada ibu tunggal di Samarinda). Psikoborneo: Jurnal
ilmiah psikologi, 1(3).
Arni Muhammad. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Boiliu, F. M. (2020). Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam
Keluarga Di Era Digital. TE DEUM (Jurnal Teologi Dan
Pengembangan Pelayanan), 10(1), 107-119.
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial
masyarakat di Indonesia. Publiciana, 9(1), 140-157.
30. DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hafied Cangara. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
Jess Feist, Gregory J.Feist. (2009). Theories of Personality. Edisi
keenam.New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Kharlie, A. T. (2022). Hukum keluarga indonesia. Sinar Grafika.
Kistanto, N. H. (2008). Sistem Sosial-Budaya di Indonesia. Sabda: jurnal
kajian kebudayaan, 3(2).
31. DAFTAR PUSTAKA
Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken
Home Tehadap Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal of Community
Empowerment, 1-12.
Mudjiono, Y. (2012). Komunikasi sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 99-
112.
Muttaqin, I., & Sulistyo, B. (2019). Analisis faktor penyebab dan dampak
keluarga broken home. Raheema, Jurnal Studi Gender dan
Anak, 6(2), 247.
32. DAFTAR PUSTAKA
Neil J. Salkind,. (2004). An Introduction to theories of human
development. (London: Sage Publications).
Onong Uchjana Effendi. (2003). Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (3rd
ed.). PT Citra Aditya Bakti.
Pandaleke, T. F., Koagouw, F. V., & Waleleng, G. J. (2020). Peran
Komunikasi Sosial Masyarakat Dalam Melestarikan Bahasa Daerah
Pasan Di Desa Rasi Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa
Tenggara. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 2(3).
33. DAFTAR PUSTAKA
Romadhony, N. (2021). Urgensi Orang Tua Dalam
Edukasi Anak.
S H. Hafied Canggara. (2004). Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Salami, S. (2017). Ibu Sebagai Hypnotist Terhebat Di
Dunia. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 1-19.
Sari, A. A. (2017). Komunikasi antarpribadi. Deepublish.
34. DAFTAR PUSTAKA
Sihabuddin, N. K., & Nahuway, J. (2022). POLA
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN
ANAK PADA KELUARGA BROKEN HOME. Jurnal
Ilmu Komunikasi Pattimura, 1(2), 132-149.
Sutaryo. (2004). Dasar-Dasar Sosialisasi. Jakarta:
Rajawali Press.
35. DAFTAR PUSTAKA
Ubaidillah, A. (2016). Konsep dasar komunikasi untuk
kehidupan. AL IBTIDA': Jurnal Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(2), 30-54.
Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. (Jakarta:
Grasindo).
Zakiah Daradjat. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bumi
Aksara, Jakarta, Cet. X