1. SASARAN PELATIHAN
1. Peserta mengenal & mengetahui
Bahan Baku Penyusun Pakan.
2. Peserta mengerti dan memahami
sifat-sifat Bahan Baku Penyusun
Pakan.
3. Peserta mengetahui cara
penanganan (handling/stafel)
Bahan Baku Penyusun Pakan dan
mengimplementasikannya dalam
aktifitas proses sehari-hari.
Alfa Arnanto, S.Pt.
Surabaya 02 Februari 2023
2. Tugas dan Tanggungjawab:
Peserta pelatihan mengerti tugas bagian
Feeding dan bertanggugjawab dalam
pengambilan bahan baku, sehingga
diwajibkan orang feeding paham dan
mengerti bagaimana sifat bahan,
kemasan, kandungan nutrisi secara umum
sampai pada penanganan bahan baku
tersebut (khususnya bahan baku major)
3. BAHAN BAKU PENYUSUN PAKAN
Dibedakan menjadi 2 golongan
2. Additives (Tambahan)
- Enzyme
- Vitamin
- Anti Jamur, anti oksidant
dll
- Binder/Perekat
- Pewarna
1. Bahan Baku Utama
(Major)
- Nabati
- Hewani
- Cair/Liquid
- Mineral
4. Bahan Baku Nabati 1.
KATUL (KTL)
(Merupakan hasil samping proses penggilingan gabah)
ā¢ Katul yang baik :
Kandungan sekamnya rendah (Contoh : Katul Kota
Mas, sehingga pemakaiannya khusus untuk
pembuatan produk-produk pakan bermutu tinggi)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan fat tinggi sehingga
mudah tengik
2. Berpotensial ditumbuhi ulat dan/atau kutu
3. Katul yang baik tidak berbau (bau khas katul)
4. Katul yang berbau kecut berarti telah rusak
5. KATUL (KTL)
ā¢ Penanganan :
1. Penanganan rutin terhadap ulat, kutu atau hewan
lain dengan penyemprotan insektisida
2. Karena cepat tengik, diusahakan pengambilan
dengan metode FIFO (First In First Out)
3. Karena Fat tinggi, stapelan dianjurkan tidak terlalu
tinggi
ā¢ Attention !
Hati-hati terhadap kutu dari katul agar tidak masuk mata
(bisa menyebabkan mata merah dan iritasi)
Bahan Baku Nabati 1.
7. Bahan Baku Nabati 2.
BUNGKIL KOPRA (BCP) dan PKM
(Merupakan hasil penggilingan daging kelapa/sawit
yang telah diambil minyaknya)
ā¢ Sifat :
1. Minyak yang tersisa dalam BCP bersifat
mudah tengik
2. Kadar air relatif sangat rendah
3. Bau manis khas kopra
ā¢ Penanganan :
1. Stapelan disarankan tidak terlalu tinggi
karena beresiko terbakar
2. Zak biasanya berukuran besar disarankan
untuk lebih waspada pada saat
pengambilan dan pengangkutan
9. Bahan Baku Nabati 3.
JAGUNG (BJG)
ā¢ Sifat :
1. Berpengaruh besar terhadap kemampuan mekar pakan
2. Potensial terhadap tumbuhnya jamur (aflatoxin) yang sangat
berbahaya (bersifat racun)
3. Potensial terkontaminasi kutu/hewan perusak lain
ā¢ Penanganan :
1. Jagung yang tercecer karena zak rusak, sobek atau jebol
sangat potensial untuk dihinggapi kutu
2. Penyimpanan di gudang harus diimbangi dengan
penyemprotan insektisida/anti hama/anti jamur
Tidak boleh dipakai di produksi sebelum di pre grinding
11. Bahan Baku Nabati 4.
Soybean Meal (SBM/KDL)
(Merupakan hasil defatted (Penghilangan lemak) dari biji kedelai)
ā¢ Sifat :
1. SBM ex. India, tektur kasar sehingga perlu proses penghalusan
sebelum dipakai (pre grinding); lain halnya dengan SBM ex Argentina,
Brazil atau Amerika yang sudah cukup halus
2. Bila kadar air terlalu tinggi sangat potensial terhadap tumbuhnya
jamur
3. Lebih gelap warna SBM maka semakin jelek kualitasnya
ā¢ Penanganan :
1. SBM ex. India yang baru terkirim, perlu proses penghalusan (pre
grinding) sebelum dipakai
2 Lakukan pengambilan bahan dengan metode FIFO untuk mengurangi
tingkat kerusakan
ā¢ Attention
Merupakan bahan baku yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga mahal)
sehingga diwajibkan berhati-hati dalam penanganannya
13. Bahan Baku Nabati 5.
WHEAT FLOUR (TRG)
(Merupakan hasil proses pengolahan gandum)
ā¢ Sifat :
1. Sangat potensial ditumbuhi ulat dan kutu
2. Nilai ekonomis tinggi (harga mahal), sebagian besar import
ā¢ Penanganan :
1. Karena harganya mahal, diwajibkan berhati-hati selama
penanganannya (pengambilan, pengangkutan dan penimbangan)
2. Zak biasanya dari kertas, zak tidak boleh digancu selama
pengambilan
3. Apabila zak berlubang, maka berpotensial terkontaminasi kutu, r
utin di semprot isnsektisida
ā¢ Wheat Flour di MS terdiri dari :
1. TRG 01 (Import)
2. TRG 2 (Lokal)
3. TND (Terigu Industri), terigu kualitas feed grade, fisik terlihat
kasar
15. Bahan Baku Nabati 6
Wheat Pollard (PLD)
(Merupakan hasil samping pengolahan terigu)
ā¢ Sifat :
1. Bentuk fisik/tekstur sangat mempengaruhi kualitasnya
2. Potensial terhadap kontaminasi hama/kutu
3. Relatif stabil selama penyimpanan
ā¢ Penanganan :
1. Bagian feeding sedikit banyak harus mengerti kualitasnya,
fisik yang kasar biasa disebut wheat bran (cap āKudaā)
dan yang lebih halus biasanya disebut wheat pollard (cap
āOntaā atau āAngsaā)
2. Zak biasanya berukuran besar, disarankan agar lebih
waspada selama pengambilan dan pengangkutan
17. Bahan Baku Nabati 7.
Wheat Germ (BIA)
(Merupakan bakal tunas dari gandum)
ā¢ Wheat germ lokal, berbentuk bulat tipis
berwarna kekuning-kuningan
ā¢ Wheat germ import berbentuk powder halus
berwarna putih kekuning-kuningan
ā¢ Memiliki ciri sedikit berasa manis
ā¢ Memiliki nilai ekonomis cukup tinggi (harga
cukup mahal)
19. Bahan Baku Nabati 8.
Rapeseed meal (RPM)
(Merupakan komoditi import yang berasal dari biji
tumbuhan di India)
ā¢ Sifat :
1. Tekstur sangat keras dan cenderung kasar
2. Relatif stabil selama penyimpanan
3. Memiliki bau wangi khas
ā¢ Penanganan :
1. Perlu pre grinding sebelum dipakai untuk
produksi
2. Apabila kadar air/penyimpanan lembab maka
akan mudah berjamur
21. Bahan Baku Nabati 9.
Vital Wheat Gluten (GNP)
(Merupakan hasil pengolahan biji gandum)
ā¢ Sifat :
1. Merupakan komoditi import yang memiliki nilai
ekonomis tinggi (harga relatif mahal)
ā¢ Penanganan :
1. Zak dari kertas sehingga selama
pengambilan, pengangkutan dan
penimbangan tidak boleh menggunakan
gancu
2. Zak yang sobek atau berlubang
menyebabkan produk sangat beresiko
ditumbuhi kutu atau hewan perusak lainnya
23. Bahan Baku Nabati 10
Defatted Soya Flour (SP 500)
(Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari
defatted soya bean)
ā¢ Sifat :
Berbentuk powder halus dan cenderung
stabil selama penyimpanan
ā¢ Penanganan :
SP 500 mempunyai nilai ekonomis tinggi
(harga mahal) maka penanganan mulai
pengambilan sampai pengangkutan selalu
diperhatikan
25. Bahan Baku Nabati 11.
Distillers Dried Grain with Soluble (DDGS)
(Merupakan hasil sampingan dari pengolahan
ethanol (alkohol), bahan baku utamanya adalah
jagung yang difermentasi)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan lemak dan kadar air yang
cukup tinggi
2. Aromanya khas kecut/seperti bau tape
ā¢ Penanganan :
Berpotensial ditumbuhi jamur, sehingga dianjurkan
agar penyimpanan tidak terlalu lama (metode
pengambilan disarankan FIFO)
27. Bahan Baku Nabati 12.
Corn Gluten Meal (CGM)
(Merupakan hasil samping pengolahan jagung menjadi
minyak jagung)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki warna kuning pekat yang dominan
2. Relatif stabil selama penyimpanan
ā¢ Penanganan :
1. Potensial ditumbuhi kutu, sehingga perlu
penyemprotan insektisida secara rutin
2. Disarankan agar penanganan selama pengambilan
dan pengangkutan tidak tercecer, karena jika masuk
sapuan/ayak bisa berpengaruh terhadap warna
produk yang diproses
29. Bahan Baku Nabati 13.
Tepung Gaplek (TGP)
(Merupakan hasil pengolahan singkong (ubi kayu)
menjadi tepung)
ā¢ Sifat :
1. Tekstur fisik yang lebih halus, pada umumnya
mengindikasikan kualitas yang lebih baik
2. Apabila warnanya coklat maka kandungan
kulitnya besar (kualitas rendah) sedangkan
apabila warnanya putih maka kandungan
kulitnya sedikit (kualitas bagus)
ā¢ Penanganan :
Berpotensial ditumbuhi jamur/kutu apabila kondisi
penyimpanan buruk (lembab) dan kadar air bahan
tinggi
31. Bahan Baku Hewani 1.
Meat and Bone Meal (MBM)
(Berisi daging dan tulang hewan, biasanya sapi)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas daging sapi yang dikeringkan
2. Memiliki kandungan lemak yang relatif tinggi
3. Warna yang semakin gelap menunjukkan
kualitas yang semakin baik
ā¢ Penanganan :
1. Apabila terdapat bau tengik/bau menyimpang, maka
MBM tersebut telah mengalami kerusakan
2. Kandungan lemak yang tinggi bisa
mengakibatkan tumpukan MBM yang terlalu tinggi
terbakar, sehingga stapelan (khusus high fat)
dianjurkan tidak terlalu tinggi
3. Penyimpanan dianjurkan tidak terlalu lama
(metode pengambilan bahan baku dianjurkan FIFO)
33. Bahan Baku Hewani 2.
Feather Meal (FTM)
(Merupakan pengolahan bulu yang telah diproses, dihaluskan
dan dikeringkan, bulu yang dipakai adalah bulu unggas (ayam,
itik, burung, dll) dan biasanya adalah tepung bulu ayam)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
namun daya cerna (tingkat penyerapan nutrisi oleh tubuh)
sangat rendah
2. Memiliki bau yang sangat menyengat (cenderung tidak
enak)
ā¢ Penanganan :
1. Penggunaan sangat dibatasi dalam formula sehingga
perlu penimbangan yang sangat cermat.
2. Tidak dianjurkan digunakan dalam pembuatan pakan ikan
(grade tinggi) dan pakan udang (seluruh grade)
35. Bahan Baku Hewani 3.
Fish Meal (TI 01 dan TI 02)
(Merupakan tepung badan ikan (sebagian atau seluruhnya)
ā¢ Berdasarkan asalnya dibagi dua : Lokal dan Import
ā¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas ikan
2. Memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
3. Berdasarkan jenis ikannya, tepung ikan dibagi dua yaitu :
tepung ikan lemuru dan tepung ikan tuna
4. Tepung ikan lemuru biasanya berwarna kuning kehijauan
5. Tepung ikan tuna berwarna kemerah-merahan
ā¢ Penanganan :
1. Karena harganya mahal, diharapkan selama pengambilan
dan pengangkutan sampai penimbangan agar berhati-hati
2. Biasanya tepung ikan tertentu memiliki kandungan lemak
tinggi, sehingga stapelan tidak boleh terlalu tinggi
37. Bahan Baku Hewani 4.
Tepung Kepala Udang (TKU) dan
Kepala Udang (KPU)
(Merupakan hasil samping pengolahan udang,
biasanya udang diolah menjadi tepung udang tanpa
kepala dan cangkang)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas udang segar
2. TKU dan KPU yang baik memiliki warna
kemerah-merahan
ā¢ Penanganan :
Karena mengandung cangkang dan kepala,
diharapkan berhati-hati selama penimbangan dan
pemasukan ke dalam screw elevator
39. Bahan Baku Hewani 5.
Squid Liver Powder (TCM)
(Merupakan hasil olahan dari organ dalam tubuh cumi-cumi
yang dicampur dengan sedikit SBM)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki bau yang sangat keras (cenderung
menyengat)
2. Memiliki kandungan lemak yang tinggi
3. Packaging biasanya dari kertas
ā¢ Penanganan :
1. Kandungan lemak tinggi bisa berakibat terbakar
sehingga stapelan disarankan tidak terlalu tinggi dan
disediakan celah disamping stapelan
2. Karena packaging dari kertas, maka selama
pengambilan dan pengangkutan tidak boleh
menggunakan gancu
3. Karena harganya mahal disarankan agar lebih
berhati-hati
41. Bahan Baku Hewani 6.
Poultry by Product Meal (PMM)
(Merupakan hasil samping pengolahan daging unggas konsumsi
manusia, mengandung seluruh bagian tubuh unggas yang
tidak layak untuk konsumsi manusia)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan lemak yang tinggi
2. PMM 1 dan PMM 2 yang ada di gudang memiliki kualitas
yang jauh berbeda (baik fisik maupun nutrisi nya)
ā¢ Penanganan :
1. Penggunaannya harus sesuai dengan formula yang ada,
baik PMM 1 atau PMM 2 (jangan asal ambil PMM)
2. Lemak tinggi maka sangat beresiko terbakar, stapelan
tidak boleh terlalu tinggi dan tetap diberi celah di samping
stapelan
3. Pengawasan terhadap kutu/hama lain selama
penyimpanan
43. Bahan Baku Hewani 7.
Blood Meal (BLD)
Merupakan hasil pengolahan darah hewan ternak
ā¢ Sifat :
1. Memiliki warna hitam yang sangat kuat dan
dominan
2. BLD yang baik cenderung tidak berbau
ā¢ Penanganan :
1. Dalam penimbangan diharuskan berhati-hati
karena walaupun sedikit warna BLD bisa
mempengaruhi warna produk akhirnya
2. Selama pengambilan dan pengangkutan
diusahakan tidak boleh terbuang agar tidak
masuk ke dalam sapuan / ayak (bisa
berpengaruh pada warna produk yang
menggunakan sapuan/ayak)
45. Bahan Baku Hewani 8.
Protorsan (PTS)
(Merupakan hasil samping proses fermentasi pembuatan
asam glutamat dari bahan berkadar gula atau pati
terhidrolisa dengan kata lain.
ā¢ Sifat :
1. PTS merupakan campuran dari bahan baku
(substrat) dan bakteri untuk fermentasi yang telah
mati
2. Memiliki Bau khas yang sedikit kecut
ā¢ Penanganan :
1. Packaging dari kertas sehingga penanganan
mulai penyimpanan, pengambilan sampai
pengangkutan, zak tidak boleh di gancu
2. Harga mahal, sehingga perlu perhatian selama
penanganannya
47. Bahan Baku Cair 1.
Minyak Ikan (OSF)
(Merupakan hasil pengepresan ikan/hasil samping pengolahan
tepung ikan)
ā¢ Dari asalnya OSF dibagi 2, yaitu : OSF Lokal dan OSF Import
ā¢ Sifat :
1. OSF secara umum mudah menggumpal/mengendap jika
terkena suhu ruang
2. OSF local, berwarna kuning kecoklatan, lebih keruh/pekat
daripada OSF import
3. Bersifat mudah tengik/bau seperti cat (apabila tidak
menggunakan pengawet).
ā¢ Penanganan :
1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu memanasi
minyak menggunakan heater produksi.
2. Sebelum pemakaian, aduk dahulu OSF yang ada di dalam
drum.
49. Bahan Baku Cair 2.
Minyak Goreng (OLF)
(Merupakan minyak yang didapat dari pengolahan
bahan nabati)
ā¢ Sifat :
1. Tidak berbau
2. Berwarna bening kekuningan
3. Mudah menggumpal/mengendap jika terkena
suhu ruang
ā¢ Penanganan :
1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu
memanasi minyak
2. Jika berbau tengik, maka OLF tersebut mulai
rusak
51. Bahan Baku Cair 3.
Soya Lecithin (LCT)
(Diambil dari minyak yang berasal dari kedelai)
ā¢ Sifat :
1. Fisik jauh lebih kental daripada minyak ikan atau
minyak goreng
2. Memiliki bau khas kedelai
53. Bahan Baku Cair 4.
Gula Tetes (GTT)
(Merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi
gula pasir)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki bau manis khas
2. Apabila terjadi penyimpangan bau (menjadi bau
busuk) maka GTT tersebut sudah tidak layak
dipakai
3. Kebersihan cairan menunjukkan tingkat
kualitasnya
55. Bahan Baku Mineral 1.
Phosphate Merah (PPTm) dan Phosphate
putih (PPTp)
ā¢ (Berasal dari batu-batuan phosphate)
ā¢ Sifat :
1. Memiliki warna yang dominan (terutama phosphate
merah) yang dapat berpengaruh pada warna produk
ā¢ Penanganan :
1. Diusahakan selama pengambilan dan
pengangkutan tidak tercecer (agar tidak masuk ke
dalam ayak, karena bisa berpengaruh pada produksi
yang menggunakan form campuran ayak)
2. Selama penimbangan harus benar-benar diperhatikan
mengenai kualitasnya (jumlah harus sesuai dengan
formula)
57. Bahan Baku Mineral 2.
Garam (GRM)
ā¢ Sifat :
1. Bentuk fisik kasar
2. Bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air
selama penyimpanan)
ā¢ Penanganan :
Zak/packaging harus rapat, sehingga tidak mudah
langsung berinteraksi dengan udara.
59. Bahan Baku Mineral 3.
Mono Calcium Phosphate (MCP) dan
Di Calcium Phosphate (DCP)
(Hasil penggilingan dari batuan phosphate yang
kemudian doproses lebih lanjut di pabrikasi
sehingga diperoleh kandungan mineral yang tinggi)
ā¢ MCP memiliki kandungan phosphate lebih tinggi
daripada calcium
ā¢ DCP memiliki kandungan phosphate lebih rendah
daripada calcium
ā¢ Pemakaian harus sesuai dengan formula jangan
sampai berlebih atau kurang
ā¢ Kemasan harus tetap dijaga agar produk tidak cepat
rusak (karena sifatnya yang mudah bereaksi dengan
udara)
63. Bahan Baku Mineral 4.
Calcium Carbonat (CCB)
(Berasal dari batuan kapur yang telah diolah lebih
lanjut sehingga tidak reaktif terhadap air)
ā¢ Sifat :
Berbentuk powder halus berwarna putih bersih,
apabila berwarna maka kualitas kurang baik
66. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Gunakan selalu
masker penutup
hidung selama
melakukan
aktifitas kerja di
dalam pabrik dan
gunakan gancu
dengan penuh
tanggungjawab
67. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Ambil bahan baku dari posisi paling atas, jangan ambil
dari posisi bawah atau tengah sedangkan di atasnya
masih ada tumpukan lain
ā
X
68. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Jangan ambil bahan baku dengan posisi yang
berada lebih tinggi dari tinggi tubuh anda
ā
X
69. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Jangan ambil bahan baku dengan
kemasan kertas menggunakan gancu
ā
X
70. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari pengambilan bahan baku sampai merusak
kemasan sehingga menyebabkan bahan baku
tercecer
X
X
71. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari pengambilan bahan
baku tanpa memperhatikan
susunan stapelannya. Usahakan
susunan stapelan bahan baku
dengan trap seperti susunan
anak tangga demi keselamatan
bersama.
X
X
ā
72. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari
pengangkutan
bahan baku dengan
menggunakan
handpalet sampai
melebihi kapasitas
handpalet tersebut.
Kapasitas maksimal
pengangkutan
dengan handpalet
adalah 1 ton