SlideShare a Scribd company logo
1 of 73
SASARAN PELATIHAN
1. Peserta mengenal & mengetahui
Bahan Baku Penyusun Pakan.
2. Peserta mengerti dan memahami
sifat-sifat Bahan Baku Penyusun
Pakan.
3. Peserta mengetahui cara
penanganan (handling/stafel)
Bahan Baku Penyusun Pakan dan
mengimplementasikannya dalam
aktifitas proses sehari-hari.
Alfa Arnanto, S.Pt.
Surabaya 02 Februari 2023
Tugas dan Tanggungjawab:
Peserta pelatihan mengerti tugas bagian
Feeding dan bertanggugjawab dalam
pengambilan bahan baku, sehingga
diwajibkan orang feeding paham dan
mengerti bagaimana sifat bahan,
kemasan, kandungan nutrisi secara umum
sampai pada penanganan bahan baku
tersebut (khususnya bahan baku major)
BAHAN BAKU PENYUSUN PAKAN
Dibedakan menjadi 2 golongan
2. Additives (Tambahan)
- Enzyme
- Vitamin
- Anti Jamur, anti oksidant
dll
- Binder/Perekat
- Pewarna
1. Bahan Baku Utama
(Major)
- Nabati
- Hewani
- Cair/Liquid
- Mineral
Bahan Baku Nabati 1.
KATUL (KTL)
(Merupakan hasil samping proses penggilingan gabah)
ā€¢ Katul yang baik :
Kandungan sekamnya rendah (Contoh : Katul Kota
Mas, sehingga pemakaiannya khusus untuk
pembuatan produk-produk pakan bermutu tinggi)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan fat tinggi sehingga
mudah tengik
2. Berpotensial ditumbuhi ulat dan/atau kutu
3. Katul yang baik tidak berbau (bau khas katul)
4. Katul yang berbau kecut berarti telah rusak
KATUL (KTL)
ā€¢ Penanganan :
1. Penanganan rutin terhadap ulat, kutu atau hewan
lain dengan penyemprotan insektisida
2. Karena cepat tengik, diusahakan pengambilan
dengan metode FIFO (First In First Out)
3. Karena Fat tinggi, stapelan dianjurkan tidak terlalu
tinggi
ā€¢ Attention !
Hati-hati terhadap kutu dari katul agar tidak masuk mata
(bisa menyebabkan mata merah dan iritasi)
Bahan Baku Nabati 1.
Katul Separator
Bahan Baku Nabati 2.
BUNGKIL KOPRA (BCP) dan PKM
(Merupakan hasil penggilingan daging kelapa/sawit
yang telah diambil minyaknya)
ā€¢ Sifat :
1. Minyak yang tersisa dalam BCP bersifat
mudah tengik
2. Kadar air relatif sangat rendah
3. Bau manis khas kopra
ā€¢ Penanganan :
1. Stapelan disarankan tidak terlalu tinggi
karena beresiko terbakar
2. Zak biasanya berukuran besar disarankan
untuk lebih waspada pada saat
pengambilan dan pengangkutan
BUNGKIL KOPRA (BCP)
Bahan Baku Nabati 3.
JAGUNG (BJG)
ā€¢ Sifat :
1. Berpengaruh besar terhadap kemampuan mekar pakan
2. Potensial terhadap tumbuhnya jamur (aflatoxin) yang sangat
berbahaya (bersifat racun)
3. Potensial terkontaminasi kutu/hewan perusak lain
ā€¢ Penanganan :
1. Jagung yang tercecer karena zak rusak, sobek atau jebol
sangat potensial untuk dihinggapi kutu
2. Penyimpanan di gudang harus diimbangi dengan
penyemprotan insektisida/anti hama/anti jamur
Tidak boleh dipakai di produksi sebelum di pre grinding
JAGUNG (BJG)
Bahan Baku Nabati 4.
Soybean Meal (SBM/KDL)
(Merupakan hasil defatted (Penghilangan lemak) dari biji kedelai)
ā€¢ Sifat :
1. SBM ex. India, tektur kasar sehingga perlu proses penghalusan
sebelum dipakai (pre grinding); lain halnya dengan SBM ex Argentina,
Brazil atau Amerika yang sudah cukup halus
2. Bila kadar air terlalu tinggi sangat potensial terhadap tumbuhnya
jamur
3. Lebih gelap warna SBM maka semakin jelek kualitasnya
ā€¢ Penanganan :
1. SBM ex. India yang baru terkirim, perlu proses penghalusan (pre
grinding) sebelum dipakai
2 Lakukan pengambilan bahan dengan metode FIFO untuk mengurangi
tingkat kerusakan
ā€¢ Attention
Merupakan bahan baku yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga mahal)
sehingga diwajibkan berhati-hati dalam penanganannya
Soybean Meal (SBM/KDL)
Bahan Baku Nabati 5.
WHEAT FLOUR (TRG)
(Merupakan hasil proses pengolahan gandum)
ā€¢ Sifat :
1. Sangat potensial ditumbuhi ulat dan kutu
2. Nilai ekonomis tinggi (harga mahal), sebagian besar import
ā€¢ Penanganan :
1. Karena harganya mahal, diwajibkan berhati-hati selama
penanganannya (pengambilan, pengangkutan dan penimbangan)
2. Zak biasanya dari kertas, zak tidak boleh digancu selama
pengambilan
3. Apabila zak berlubang, maka berpotensial terkontaminasi kutu, r
utin di semprot isnsektisida
ā€¢ Wheat Flour di MS terdiri dari :
1. TRG 01 (Import)
2. TRG 2 (Lokal)
3. TND (Terigu Industri), terigu kualitas feed grade, fisik terlihat
kasar
WHEAT FLOUR (TRG)
Bahan Baku Nabati 6
Wheat Pollard (PLD)
(Merupakan hasil samping pengolahan terigu)
ā€¢ Sifat :
1. Bentuk fisik/tekstur sangat mempengaruhi kualitasnya
2. Potensial terhadap kontaminasi hama/kutu
3. Relatif stabil selama penyimpanan
ā€¢ Penanganan :
1. Bagian feeding sedikit banyak harus mengerti kualitasnya,
fisik yang kasar biasa disebut wheat bran (cap ā€œKudaā€)
dan yang lebih halus biasanya disebut wheat pollard (cap
ā€œOntaā€ atau ā€œAngsaā€)
2. Zak biasanya berukuran besar, disarankan agar lebih
waspada selama pengambilan dan pengangkutan
Wheat Pollard (PLD)
Bahan Baku Nabati 7.
Wheat Germ (BIA)
(Merupakan bakal tunas dari gandum)
ā€¢ Wheat germ lokal, berbentuk bulat tipis
berwarna kekuning-kuningan
ā€¢ Wheat germ import berbentuk powder halus
berwarna putih kekuning-kuningan
ā€¢ Memiliki ciri sedikit berasa manis
ā€¢ Memiliki nilai ekonomis cukup tinggi (harga
cukup mahal)
Wheat Germ (BIA)
Bahan Baku Nabati 8.
Rapeseed meal (RPM)
(Merupakan komoditi import yang berasal dari biji
tumbuhan di India)
ā€¢ Sifat :
1. Tekstur sangat keras dan cenderung kasar
2. Relatif stabil selama penyimpanan
3. Memiliki bau wangi khas
ā€¢ Penanganan :
1. Perlu pre grinding sebelum dipakai untuk
produksi
2. Apabila kadar air/penyimpanan lembab maka
akan mudah berjamur
Rapeseed meal (RPM)
Bahan Baku Nabati 9.
Vital Wheat Gluten (GNP)
(Merupakan hasil pengolahan biji gandum)
ā€¢ Sifat :
1. Merupakan komoditi import yang memiliki nilai
ekonomis tinggi (harga relatif mahal)
ā€¢ Penanganan :
1. Zak dari kertas sehingga selama
pengambilan, pengangkutan dan
penimbangan tidak boleh menggunakan
gancu
2. Zak yang sobek atau berlubang
menyebabkan produk sangat beresiko
ditumbuhi kutu atau hewan perusak lainnya
Vital Wheat Gluten (GNP)
Bahan Baku Nabati 10
Defatted Soya Flour (SP 500)
(Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari
defatted soya bean)
ā€¢ Sifat :
Berbentuk powder halus dan cenderung
stabil selama penyimpanan
ā€¢ Penanganan :
SP 500 mempunyai nilai ekonomis tinggi
(harga mahal) maka penanganan mulai
pengambilan sampai pengangkutan selalu
diperhatikan
Defatted Soya Flour (SP 500)
Bahan Baku Nabati 11.
Distillers Dried Grain with Soluble (DDGS)
(Merupakan hasil sampingan dari pengolahan
ethanol (alkohol), bahan baku utamanya adalah
jagung yang difermentasi)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan lemak dan kadar air yang
cukup tinggi
2. Aromanya khas kecut/seperti bau tape
ā€¢ Penanganan :
Berpotensial ditumbuhi jamur, sehingga dianjurkan
agar penyimpanan tidak terlalu lama (metode
pengambilan disarankan FIFO)
Distillers Dried Grain with Soluble
(DDGS)
Bahan Baku Nabati 12.
Corn Gluten Meal (CGM)
(Merupakan hasil samping pengolahan jagung menjadi
minyak jagung)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki warna kuning pekat yang dominan
2. Relatif stabil selama penyimpanan
ā€¢ Penanganan :
1. Potensial ditumbuhi kutu, sehingga perlu
penyemprotan insektisida secara rutin
2. Disarankan agar penanganan selama pengambilan
dan pengangkutan tidak tercecer, karena jika masuk
sapuan/ayak bisa berpengaruh terhadap warna
produk yang diproses
Corn Gluten Meal (CGM)
Bahan Baku Nabati 13.
Tepung Gaplek (TGP)
(Merupakan hasil pengolahan singkong (ubi kayu)
menjadi tepung)
ā€¢ Sifat :
1. Tekstur fisik yang lebih halus, pada umumnya
mengindikasikan kualitas yang lebih baik
2. Apabila warnanya coklat maka kandungan
kulitnya besar (kualitas rendah) sedangkan
apabila warnanya putih maka kandungan
kulitnya sedikit (kualitas bagus)
ā€¢ Penanganan :
Berpotensial ditumbuhi jamur/kutu apabila kondisi
penyimpanan buruk (lembab) dan kadar air bahan
tinggi
Tepung Gaplek (TGP)
Bahan Baku Hewani 1.
Meat and Bone Meal (MBM)
(Berisi daging dan tulang hewan, biasanya sapi)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas daging sapi yang dikeringkan
2. Memiliki kandungan lemak yang relatif tinggi
3. Warna yang semakin gelap menunjukkan
kualitas yang semakin baik
ā€¢ Penanganan :
1. Apabila terdapat bau tengik/bau menyimpang, maka
MBM tersebut telah mengalami kerusakan
2. Kandungan lemak yang tinggi bisa
mengakibatkan tumpukan MBM yang terlalu tinggi
terbakar, sehingga stapelan (khusus high fat)
dianjurkan tidak terlalu tinggi
3. Penyimpanan dianjurkan tidak terlalu lama
(metode pengambilan bahan baku dianjurkan FIFO)
Meat and Bone Meal (MBM)
Bahan Baku Hewani 2.
Feather Meal (FTM)
(Merupakan pengolahan bulu yang telah diproses, dihaluskan
dan dikeringkan, bulu yang dipakai adalah bulu unggas (ayam,
itik, burung, dll) dan biasanya adalah tepung bulu ayam)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
namun daya cerna (tingkat penyerapan nutrisi oleh tubuh)
sangat rendah
2. Memiliki bau yang sangat menyengat (cenderung tidak
enak)
ā€¢ Penanganan :
1. Penggunaan sangat dibatasi dalam formula sehingga
perlu penimbangan yang sangat cermat.
2. Tidak dianjurkan digunakan dalam pembuatan pakan ikan
(grade tinggi) dan pakan udang (seluruh grade)
Feather Meal (FTM)
Bahan Baku Hewani 3.
Fish Meal (TI 01 dan TI 02)
(Merupakan tepung badan ikan (sebagian atau seluruhnya)
ā€¢ Berdasarkan asalnya dibagi dua : Lokal dan Import
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas ikan
2. Memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
3. Berdasarkan jenis ikannya, tepung ikan dibagi dua yaitu :
tepung ikan lemuru dan tepung ikan tuna
4. Tepung ikan lemuru biasanya berwarna kuning kehijauan
5. Tepung ikan tuna berwarna kemerah-merahan
ā€¢ Penanganan :
1. Karena harganya mahal, diharapkan selama pengambilan
dan pengangkutan sampai penimbangan agar berhati-hati
2. Biasanya tepung ikan tertentu memiliki kandungan lemak
tinggi, sehingga stapelan tidak boleh terlalu tinggi
Fish Meal (TI 01 dan TI 02)
Bahan Baku Hewani 4.
Tepung Kepala Udang (TKU) dan
Kepala Udang (KPU)
(Merupakan hasil samping pengolahan udang,
biasanya udang diolah menjadi tepung udang tanpa
kepala dan cangkang)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki bau khas udang segar
2. TKU dan KPU yang baik memiliki warna
kemerah-merahan
ā€¢ Penanganan :
Karena mengandung cangkang dan kepala,
diharapkan berhati-hati selama penimbangan dan
pemasukan ke dalam screw elevator
Tepung Kepala Udang (TKU) dan
Kepala Udang (KPU)
Bahan Baku Hewani 5.
Squid Liver Powder (TCM)
(Merupakan hasil olahan dari organ dalam tubuh cumi-cumi
yang dicampur dengan sedikit SBM)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki bau yang sangat keras (cenderung
menyengat)
2. Memiliki kandungan lemak yang tinggi
3. Packaging biasanya dari kertas
ā€¢ Penanganan :
1. Kandungan lemak tinggi bisa berakibat terbakar
sehingga stapelan disarankan tidak terlalu tinggi dan
disediakan celah disamping stapelan
2. Karena packaging dari kertas, maka selama
pengambilan dan pengangkutan tidak boleh
menggunakan gancu
3. Karena harganya mahal disarankan agar lebih
berhati-hati
Squid Liver Powder (TCM)
Bahan Baku Hewani 6.
Poultry by Product Meal (PMM)
(Merupakan hasil samping pengolahan daging unggas konsumsi
manusia, mengandung seluruh bagian tubuh unggas yang
tidak layak untuk konsumsi manusia)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki kandungan lemak yang tinggi
2. PMM 1 dan PMM 2 yang ada di gudang memiliki kualitas
yang jauh berbeda (baik fisik maupun nutrisi nya)
ā€¢ Penanganan :
1. Penggunaannya harus sesuai dengan formula yang ada,
baik PMM 1 atau PMM 2 (jangan asal ambil PMM)
2. Lemak tinggi maka sangat beresiko terbakar, stapelan
tidak boleh terlalu tinggi dan tetap diberi celah di samping
stapelan
3. Pengawasan terhadap kutu/hama lain selama
penyimpanan
Poultry by Product Meal (PMM)
Bahan Baku Hewani 7.
Blood Meal (BLD)
Merupakan hasil pengolahan darah hewan ternak
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki warna hitam yang sangat kuat dan
dominan
2. BLD yang baik cenderung tidak berbau
ā€¢ Penanganan :
1. Dalam penimbangan diharuskan berhati-hati
karena walaupun sedikit warna BLD bisa
mempengaruhi warna produk akhirnya
2. Selama pengambilan dan pengangkutan
diusahakan tidak boleh terbuang agar tidak
masuk ke dalam sapuan / ayak (bisa
berpengaruh pada warna produk yang
menggunakan sapuan/ayak)
Blood Meal (BLD)
Bahan Baku Hewani 8.
Protorsan (PTS)
(Merupakan hasil samping proses fermentasi pembuatan
asam glutamat dari bahan berkadar gula atau pati
terhidrolisa dengan kata lain.
ā€¢ Sifat :
1. PTS merupakan campuran dari bahan baku
(substrat) dan bakteri untuk fermentasi yang telah
mati
2. Memiliki Bau khas yang sedikit kecut
ā€¢ Penanganan :
1. Packaging dari kertas sehingga penanganan
mulai penyimpanan, pengambilan sampai
pengangkutan, zak tidak boleh di gancu
2. Harga mahal, sehingga perlu perhatian selama
penanganannya
Protorsan (PTS)
Bahan Baku Cair 1.
Minyak Ikan (OSF)
(Merupakan hasil pengepresan ikan/hasil samping pengolahan
tepung ikan)
ā€¢ Dari asalnya OSF dibagi 2, yaitu : OSF Lokal dan OSF Import
ā€¢ Sifat :
1. OSF secara umum mudah menggumpal/mengendap jika
terkena suhu ruang
2. OSF local, berwarna kuning kecoklatan, lebih keruh/pekat
daripada OSF import
3. Bersifat mudah tengik/bau seperti cat (apabila tidak
menggunakan pengawet).
ā€¢ Penanganan :
1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu memanasi
minyak menggunakan heater produksi.
2. Sebelum pemakaian, aduk dahulu OSF yang ada di dalam
drum.
Minyak Ikan (OSF)
Bahan Baku Cair 2.
Minyak Goreng (OLF)
(Merupakan minyak yang didapat dari pengolahan
bahan nabati)
ā€¢ Sifat :
1. Tidak berbau
2. Berwarna bening kekuningan
3. Mudah menggumpal/mengendap jika terkena
suhu ruang
ā€¢ Penanganan :
1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu
memanasi minyak
2. Jika berbau tengik, maka OLF tersebut mulai
rusak
Minyak Goreng (OLF)
Bahan Baku Cair 3.
Soya Lecithin (LCT)
(Diambil dari minyak yang berasal dari kedelai)
ā€¢ Sifat :
1. Fisik jauh lebih kental daripada minyak ikan atau
minyak goreng
2. Memiliki bau khas kedelai
Soya Lecithin (LCT)
Bahan Baku Cair 4.
Gula Tetes (GTT)
(Merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi
gula pasir)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki bau manis khas
2. Apabila terjadi penyimpangan bau (menjadi bau
busuk) maka GTT tersebut sudah tidak layak
dipakai
3. Kebersihan cairan menunjukkan tingkat
kualitasnya
Gula Tetes (GTT)
Bahan Baku Mineral 1.
Phosphate Merah (PPTm) dan Phosphate
putih (PPTp)
ā€¢ (Berasal dari batu-batuan phosphate)
ā€¢ Sifat :
1. Memiliki warna yang dominan (terutama phosphate
merah) yang dapat berpengaruh pada warna produk
ā€¢ Penanganan :
1. Diusahakan selama pengambilan dan
pengangkutan tidak tercecer (agar tidak masuk ke
dalam ayak, karena bisa berpengaruh pada produksi
yang menggunakan form campuran ayak)
2. Selama penimbangan harus benar-benar diperhatikan
mengenai kualitasnya (jumlah harus sesuai dengan
formula)
Phosphate Merah (PPTm) dan
Phosphate putih (PPTp)
Bahan Baku Mineral 2.
Garam (GRM)
ā€¢ Sifat :
1. Bentuk fisik kasar
2. Bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air
selama penyimpanan)
ā€¢ Penanganan :
Zak/packaging harus rapat, sehingga tidak mudah
langsung berinteraksi dengan udara.
Garam (GRM)
Bahan Baku Mineral 3.
Mono Calcium Phosphate (MCP) dan
Di Calcium Phosphate (DCP)
(Hasil penggilingan dari batuan phosphate yang
kemudian doproses lebih lanjut di pabrikasi
sehingga diperoleh kandungan mineral yang tinggi)
ā€¢ MCP memiliki kandungan phosphate lebih tinggi
daripada calcium
ā€¢ DCP memiliki kandungan phosphate lebih rendah
daripada calcium
ā€¢ Pemakaian harus sesuai dengan formula jangan
sampai berlebih atau kurang
ā€¢ Kemasan harus tetap dijaga agar produk tidak cepat
rusak (karena sifatnya yang mudah bereaksi dengan
udara)
Mono Calcium Phosphate (MCP) &
Di Calcium Phosphate (DCP)
Bahan Baku Mineral 4.
Zeolite (ZLT)
(Hasil dari pengolahan batuan mineral alam)
ā€¢ Berfungsi menyerap unsur toxin/racun di dalam
pencernaan ikan
Zeolite (ZLT)
Bahan Baku Mineral 4.
Calcium Carbonat (CCB)
(Berasal dari batuan kapur yang telah diolah lebih
lanjut sehingga tidak reaktif terhadap air)
ā€¢ Sifat :
Berbentuk powder halus berwarna putih bersih,
apabila berwarna maka kualitas kurang baik
Calcium Carbonat (CCB)
PENANGANAN BAHAN BAKU
PEMBENTUK PAKAN
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Gunakan selalu
masker penutup
hidung selama
melakukan
aktifitas kerja di
dalam pabrik dan
gunakan gancu
dengan penuh
tanggungjawab
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Ambil bahan baku dari posisi paling atas, jangan ambil
dari posisi bawah atau tengah sedangkan di atasnya
masih ada tumpukan lain
āˆš
X
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Jangan ambil bahan baku dengan posisi yang
berada lebih tinggi dari tinggi tubuh anda
āˆš
X
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Jangan ambil bahan baku dengan
kemasan kertas menggunakan gancu
āˆš
X
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari pengambilan bahan baku sampai merusak
kemasan sehingga menyebabkan bahan baku
tercecer
X
X
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari pengambilan bahan
baku tanpa memperhatikan
susunan stapelannya. Usahakan
susunan stapelan bahan baku
dengan trap seperti susunan
anak tangga demi keselamatan
bersama.
X
X
āˆš
Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman
Hindari
pengangkutan
bahan baku dengan
menggunakan
handpalet sampai
melebihi kapasitas
handpalet tersebut.
Kapasitas maksimal
pengangkutan
dengan handpalet
adalah 1 ton
Terima Kasih

More Related Content

Similar to PENGENALAN BAHAN BAKU 1.ppt

BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKK
BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKKBAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKK
BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKKPhaphy Wahyudhi
Ā 
bahan tambahan makanan
bahan tambahan makananbahan tambahan makanan
bahan tambahan makananputrirayyan
Ā 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakanpoiuytrew
Ā 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'Ayda.N Mazlan
Ā 
Artikel makanan sehat
Artikel makanan sehatArtikel makanan sehat
Artikel makanan sehatRus Mala
Ā 
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptx
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptxSMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptx
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptxDeviaOneSaputri1
Ā 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
Ā 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasifikan
Ā 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeNuruliswati
Ā 
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziSistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziTeknologi Hasil Pertanian
Ā 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi Anisa II
Ā 
2 Keamanan Pangan.pdf
2 Keamanan Pangan.pdf2 Keamanan Pangan.pdf
2 Keamanan Pangan.pdfssuser44a661
Ā 
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapPengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapDreitsohn Franklyn Purba
Ā 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
Ā 
bahan pelatihan pupuk kwompos1 .ppt
bahan pelatihan pupuk kwompos1       .pptbahan pelatihan pupuk kwompos1       .ppt
bahan pelatihan pupuk kwompos1 .pptrodhina1
Ā 
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptx
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptxSISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptx
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptxWildaGustiaPratiwi1
Ā 
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptTeknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptMiraPuspitayani
Ā 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempeAncela Rebeka
Ā 

Similar to PENGENALAN BAHAN BAKU 1.ppt (20)

BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKK
BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKKBAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKK
BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE MENJES) ARDISIA DKK
Ā 
bahan tambahan makanan
bahan tambahan makananbahan tambahan makanan
bahan tambahan makanan
Ā 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakan
Ā 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
Ā 
Artikel makanan sehat
Artikel makanan sehatArtikel makanan sehat
Artikel makanan sehat
Ā 
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptx
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptxSMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptx
SMK MIGASMU CILACAP - MAGGOT BSF - Salman dan Daffa.pptx
Ā 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Ā 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasi
Ā 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
Ā 
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziSistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Ā 
Ampas tahu
Ampas tahuAmpas tahu
Ampas tahu
Ā 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
Ā 
2 Keamanan Pangan.pdf
2 Keamanan Pangan.pdf2 Keamanan Pangan.pdf
2 Keamanan Pangan.pdf
Ā 
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapPengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Ā 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
Ā 
bahan pelatihan pupuk kwompos1 .ppt
bahan pelatihan pupuk kwompos1       .pptbahan pelatihan pupuk kwompos1       .ppt
bahan pelatihan pupuk kwompos1 .ppt
Ā 
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptx
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptxSISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptx
SISTEM PENGOLAHAN KELOMPOK 2_20240129_222219_0000.pptx
Ā 
Uwi
UwiUwi
Uwi
Ā 
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptTeknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Ā 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
Ā 

PENGENALAN BAHAN BAKU 1.ppt

  • 1. SASARAN PELATIHAN 1. Peserta mengenal & mengetahui Bahan Baku Penyusun Pakan. 2. Peserta mengerti dan memahami sifat-sifat Bahan Baku Penyusun Pakan. 3. Peserta mengetahui cara penanganan (handling/stafel) Bahan Baku Penyusun Pakan dan mengimplementasikannya dalam aktifitas proses sehari-hari. Alfa Arnanto, S.Pt. Surabaya 02 Februari 2023
  • 2. Tugas dan Tanggungjawab: Peserta pelatihan mengerti tugas bagian Feeding dan bertanggugjawab dalam pengambilan bahan baku, sehingga diwajibkan orang feeding paham dan mengerti bagaimana sifat bahan, kemasan, kandungan nutrisi secara umum sampai pada penanganan bahan baku tersebut (khususnya bahan baku major)
  • 3. BAHAN BAKU PENYUSUN PAKAN Dibedakan menjadi 2 golongan 2. Additives (Tambahan) - Enzyme - Vitamin - Anti Jamur, anti oksidant dll - Binder/Perekat - Pewarna 1. Bahan Baku Utama (Major) - Nabati - Hewani - Cair/Liquid - Mineral
  • 4. Bahan Baku Nabati 1. KATUL (KTL) (Merupakan hasil samping proses penggilingan gabah) ā€¢ Katul yang baik : Kandungan sekamnya rendah (Contoh : Katul Kota Mas, sehingga pemakaiannya khusus untuk pembuatan produk-produk pakan bermutu tinggi) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki kandungan fat tinggi sehingga mudah tengik 2. Berpotensial ditumbuhi ulat dan/atau kutu 3. Katul yang baik tidak berbau (bau khas katul) 4. Katul yang berbau kecut berarti telah rusak
  • 5. KATUL (KTL) ā€¢ Penanganan : 1. Penanganan rutin terhadap ulat, kutu atau hewan lain dengan penyemprotan insektisida 2. Karena cepat tengik, diusahakan pengambilan dengan metode FIFO (First In First Out) 3. Karena Fat tinggi, stapelan dianjurkan tidak terlalu tinggi ā€¢ Attention ! Hati-hati terhadap kutu dari katul agar tidak masuk mata (bisa menyebabkan mata merah dan iritasi) Bahan Baku Nabati 1.
  • 7. Bahan Baku Nabati 2. BUNGKIL KOPRA (BCP) dan PKM (Merupakan hasil penggilingan daging kelapa/sawit yang telah diambil minyaknya) ā€¢ Sifat : 1. Minyak yang tersisa dalam BCP bersifat mudah tengik 2. Kadar air relatif sangat rendah 3. Bau manis khas kopra ā€¢ Penanganan : 1. Stapelan disarankan tidak terlalu tinggi karena beresiko terbakar 2. Zak biasanya berukuran besar disarankan untuk lebih waspada pada saat pengambilan dan pengangkutan
  • 9. Bahan Baku Nabati 3. JAGUNG (BJG) ā€¢ Sifat : 1. Berpengaruh besar terhadap kemampuan mekar pakan 2. Potensial terhadap tumbuhnya jamur (aflatoxin) yang sangat berbahaya (bersifat racun) 3. Potensial terkontaminasi kutu/hewan perusak lain ā€¢ Penanganan : 1. Jagung yang tercecer karena zak rusak, sobek atau jebol sangat potensial untuk dihinggapi kutu 2. Penyimpanan di gudang harus diimbangi dengan penyemprotan insektisida/anti hama/anti jamur Tidak boleh dipakai di produksi sebelum di pre grinding
  • 11. Bahan Baku Nabati 4. Soybean Meal (SBM/KDL) (Merupakan hasil defatted (Penghilangan lemak) dari biji kedelai) ā€¢ Sifat : 1. SBM ex. India, tektur kasar sehingga perlu proses penghalusan sebelum dipakai (pre grinding); lain halnya dengan SBM ex Argentina, Brazil atau Amerika yang sudah cukup halus 2. Bila kadar air terlalu tinggi sangat potensial terhadap tumbuhnya jamur 3. Lebih gelap warna SBM maka semakin jelek kualitasnya ā€¢ Penanganan : 1. SBM ex. India yang baru terkirim, perlu proses penghalusan (pre grinding) sebelum dipakai 2 Lakukan pengambilan bahan dengan metode FIFO untuk mengurangi tingkat kerusakan ā€¢ Attention Merupakan bahan baku yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga mahal) sehingga diwajibkan berhati-hati dalam penanganannya
  • 13. Bahan Baku Nabati 5. WHEAT FLOUR (TRG) (Merupakan hasil proses pengolahan gandum) ā€¢ Sifat : 1. Sangat potensial ditumbuhi ulat dan kutu 2. Nilai ekonomis tinggi (harga mahal), sebagian besar import ā€¢ Penanganan : 1. Karena harganya mahal, diwajibkan berhati-hati selama penanganannya (pengambilan, pengangkutan dan penimbangan) 2. Zak biasanya dari kertas, zak tidak boleh digancu selama pengambilan 3. Apabila zak berlubang, maka berpotensial terkontaminasi kutu, r utin di semprot isnsektisida ā€¢ Wheat Flour di MS terdiri dari : 1. TRG 01 (Import) 2. TRG 2 (Lokal) 3. TND (Terigu Industri), terigu kualitas feed grade, fisik terlihat kasar
  • 15. Bahan Baku Nabati 6 Wheat Pollard (PLD) (Merupakan hasil samping pengolahan terigu) ā€¢ Sifat : 1. Bentuk fisik/tekstur sangat mempengaruhi kualitasnya 2. Potensial terhadap kontaminasi hama/kutu 3. Relatif stabil selama penyimpanan ā€¢ Penanganan : 1. Bagian feeding sedikit banyak harus mengerti kualitasnya, fisik yang kasar biasa disebut wheat bran (cap ā€œKudaā€) dan yang lebih halus biasanya disebut wheat pollard (cap ā€œOntaā€ atau ā€œAngsaā€) 2. Zak biasanya berukuran besar, disarankan agar lebih waspada selama pengambilan dan pengangkutan
  • 17. Bahan Baku Nabati 7. Wheat Germ (BIA) (Merupakan bakal tunas dari gandum) ā€¢ Wheat germ lokal, berbentuk bulat tipis berwarna kekuning-kuningan ā€¢ Wheat germ import berbentuk powder halus berwarna putih kekuning-kuningan ā€¢ Memiliki ciri sedikit berasa manis ā€¢ Memiliki nilai ekonomis cukup tinggi (harga cukup mahal)
  • 19. Bahan Baku Nabati 8. Rapeseed meal (RPM) (Merupakan komoditi import yang berasal dari biji tumbuhan di India) ā€¢ Sifat : 1. Tekstur sangat keras dan cenderung kasar 2. Relatif stabil selama penyimpanan 3. Memiliki bau wangi khas ā€¢ Penanganan : 1. Perlu pre grinding sebelum dipakai untuk produksi 2. Apabila kadar air/penyimpanan lembab maka akan mudah berjamur
  • 21. Bahan Baku Nabati 9. Vital Wheat Gluten (GNP) (Merupakan hasil pengolahan biji gandum) ā€¢ Sifat : 1. Merupakan komoditi import yang memiliki nilai ekonomis tinggi (harga relatif mahal) ā€¢ Penanganan : 1. Zak dari kertas sehingga selama pengambilan, pengangkutan dan penimbangan tidak boleh menggunakan gancu 2. Zak yang sobek atau berlubang menyebabkan produk sangat beresiko ditumbuhi kutu atau hewan perusak lainnya
  • 23. Bahan Baku Nabati 10 Defatted Soya Flour (SP 500) (Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari defatted soya bean) ā€¢ Sifat : Berbentuk powder halus dan cenderung stabil selama penyimpanan ā€¢ Penanganan : SP 500 mempunyai nilai ekonomis tinggi (harga mahal) maka penanganan mulai pengambilan sampai pengangkutan selalu diperhatikan
  • 25. Bahan Baku Nabati 11. Distillers Dried Grain with Soluble (DDGS) (Merupakan hasil sampingan dari pengolahan ethanol (alkohol), bahan baku utamanya adalah jagung yang difermentasi) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki kandungan lemak dan kadar air yang cukup tinggi 2. Aromanya khas kecut/seperti bau tape ā€¢ Penanganan : Berpotensial ditumbuhi jamur, sehingga dianjurkan agar penyimpanan tidak terlalu lama (metode pengambilan disarankan FIFO)
  • 26. Distillers Dried Grain with Soluble (DDGS)
  • 27. Bahan Baku Nabati 12. Corn Gluten Meal (CGM) (Merupakan hasil samping pengolahan jagung menjadi minyak jagung) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki warna kuning pekat yang dominan 2. Relatif stabil selama penyimpanan ā€¢ Penanganan : 1. Potensial ditumbuhi kutu, sehingga perlu penyemprotan insektisida secara rutin 2. Disarankan agar penanganan selama pengambilan dan pengangkutan tidak tercecer, karena jika masuk sapuan/ayak bisa berpengaruh terhadap warna produk yang diproses
  • 29. Bahan Baku Nabati 13. Tepung Gaplek (TGP) (Merupakan hasil pengolahan singkong (ubi kayu) menjadi tepung) ā€¢ Sifat : 1. Tekstur fisik yang lebih halus, pada umumnya mengindikasikan kualitas yang lebih baik 2. Apabila warnanya coklat maka kandungan kulitnya besar (kualitas rendah) sedangkan apabila warnanya putih maka kandungan kulitnya sedikit (kualitas bagus) ā€¢ Penanganan : Berpotensial ditumbuhi jamur/kutu apabila kondisi penyimpanan buruk (lembab) dan kadar air bahan tinggi
  • 31. Bahan Baku Hewani 1. Meat and Bone Meal (MBM) (Berisi daging dan tulang hewan, biasanya sapi) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki bau khas daging sapi yang dikeringkan 2. Memiliki kandungan lemak yang relatif tinggi 3. Warna yang semakin gelap menunjukkan kualitas yang semakin baik ā€¢ Penanganan : 1. Apabila terdapat bau tengik/bau menyimpang, maka MBM tersebut telah mengalami kerusakan 2. Kandungan lemak yang tinggi bisa mengakibatkan tumpukan MBM yang terlalu tinggi terbakar, sehingga stapelan (khusus high fat) dianjurkan tidak terlalu tinggi 3. Penyimpanan dianjurkan tidak terlalu lama (metode pengambilan bahan baku dianjurkan FIFO)
  • 32. Meat and Bone Meal (MBM)
  • 33. Bahan Baku Hewani 2. Feather Meal (FTM) (Merupakan pengolahan bulu yang telah diproses, dihaluskan dan dikeringkan, bulu yang dipakai adalah bulu unggas (ayam, itik, burung, dll) dan biasanya adalah tepung bulu ayam) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki kandungan protein yang sangat tinggi namun daya cerna (tingkat penyerapan nutrisi oleh tubuh) sangat rendah 2. Memiliki bau yang sangat menyengat (cenderung tidak enak) ā€¢ Penanganan : 1. Penggunaan sangat dibatasi dalam formula sehingga perlu penimbangan yang sangat cermat. 2. Tidak dianjurkan digunakan dalam pembuatan pakan ikan (grade tinggi) dan pakan udang (seluruh grade)
  • 35. Bahan Baku Hewani 3. Fish Meal (TI 01 dan TI 02) (Merupakan tepung badan ikan (sebagian atau seluruhnya) ā€¢ Berdasarkan asalnya dibagi dua : Lokal dan Import ā€¢ Sifat : 1. Memiliki bau khas ikan 2. Memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi 3. Berdasarkan jenis ikannya, tepung ikan dibagi dua yaitu : tepung ikan lemuru dan tepung ikan tuna 4. Tepung ikan lemuru biasanya berwarna kuning kehijauan 5. Tepung ikan tuna berwarna kemerah-merahan ā€¢ Penanganan : 1. Karena harganya mahal, diharapkan selama pengambilan dan pengangkutan sampai penimbangan agar berhati-hati 2. Biasanya tepung ikan tertentu memiliki kandungan lemak tinggi, sehingga stapelan tidak boleh terlalu tinggi
  • 36. Fish Meal (TI 01 dan TI 02)
  • 37. Bahan Baku Hewani 4. Tepung Kepala Udang (TKU) dan Kepala Udang (KPU) (Merupakan hasil samping pengolahan udang, biasanya udang diolah menjadi tepung udang tanpa kepala dan cangkang) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki bau khas udang segar 2. TKU dan KPU yang baik memiliki warna kemerah-merahan ā€¢ Penanganan : Karena mengandung cangkang dan kepala, diharapkan berhati-hati selama penimbangan dan pemasukan ke dalam screw elevator
  • 38. Tepung Kepala Udang (TKU) dan Kepala Udang (KPU)
  • 39. Bahan Baku Hewani 5. Squid Liver Powder (TCM) (Merupakan hasil olahan dari organ dalam tubuh cumi-cumi yang dicampur dengan sedikit SBM) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki bau yang sangat keras (cenderung menyengat) 2. Memiliki kandungan lemak yang tinggi 3. Packaging biasanya dari kertas ā€¢ Penanganan : 1. Kandungan lemak tinggi bisa berakibat terbakar sehingga stapelan disarankan tidak terlalu tinggi dan disediakan celah disamping stapelan 2. Karena packaging dari kertas, maka selama pengambilan dan pengangkutan tidak boleh menggunakan gancu 3. Karena harganya mahal disarankan agar lebih berhati-hati
  • 41. Bahan Baku Hewani 6. Poultry by Product Meal (PMM) (Merupakan hasil samping pengolahan daging unggas konsumsi manusia, mengandung seluruh bagian tubuh unggas yang tidak layak untuk konsumsi manusia) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki kandungan lemak yang tinggi 2. PMM 1 dan PMM 2 yang ada di gudang memiliki kualitas yang jauh berbeda (baik fisik maupun nutrisi nya) ā€¢ Penanganan : 1. Penggunaannya harus sesuai dengan formula yang ada, baik PMM 1 atau PMM 2 (jangan asal ambil PMM) 2. Lemak tinggi maka sangat beresiko terbakar, stapelan tidak boleh terlalu tinggi dan tetap diberi celah di samping stapelan 3. Pengawasan terhadap kutu/hama lain selama penyimpanan
  • 42. Poultry by Product Meal (PMM)
  • 43. Bahan Baku Hewani 7. Blood Meal (BLD) Merupakan hasil pengolahan darah hewan ternak ā€¢ Sifat : 1. Memiliki warna hitam yang sangat kuat dan dominan 2. BLD yang baik cenderung tidak berbau ā€¢ Penanganan : 1. Dalam penimbangan diharuskan berhati-hati karena walaupun sedikit warna BLD bisa mempengaruhi warna produk akhirnya 2. Selama pengambilan dan pengangkutan diusahakan tidak boleh terbuang agar tidak masuk ke dalam sapuan / ayak (bisa berpengaruh pada warna produk yang menggunakan sapuan/ayak)
  • 45. Bahan Baku Hewani 8. Protorsan (PTS) (Merupakan hasil samping proses fermentasi pembuatan asam glutamat dari bahan berkadar gula atau pati terhidrolisa dengan kata lain. ā€¢ Sifat : 1. PTS merupakan campuran dari bahan baku (substrat) dan bakteri untuk fermentasi yang telah mati 2. Memiliki Bau khas yang sedikit kecut ā€¢ Penanganan : 1. Packaging dari kertas sehingga penanganan mulai penyimpanan, pengambilan sampai pengangkutan, zak tidak boleh di gancu 2. Harga mahal, sehingga perlu perhatian selama penanganannya
  • 47. Bahan Baku Cair 1. Minyak Ikan (OSF) (Merupakan hasil pengepresan ikan/hasil samping pengolahan tepung ikan) ā€¢ Dari asalnya OSF dibagi 2, yaitu : OSF Lokal dan OSF Import ā€¢ Sifat : 1. OSF secara umum mudah menggumpal/mengendap jika terkena suhu ruang 2. OSF local, berwarna kuning kecoklatan, lebih keruh/pekat daripada OSF import 3. Bersifat mudah tengik/bau seperti cat (apabila tidak menggunakan pengawet). ā€¢ Penanganan : 1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu memanasi minyak menggunakan heater produksi. 2. Sebelum pemakaian, aduk dahulu OSF yang ada di dalam drum.
  • 49. Bahan Baku Cair 2. Minyak Goreng (OLF) (Merupakan minyak yang didapat dari pengolahan bahan nabati) ā€¢ Sifat : 1. Tidak berbau 2. Berwarna bening kekuningan 3. Mudah menggumpal/mengendap jika terkena suhu ruang ā€¢ Penanganan : 1. Sebelum pemakaian, dianjurkan untuk selalu memanasi minyak 2. Jika berbau tengik, maka OLF tersebut mulai rusak
  • 51. Bahan Baku Cair 3. Soya Lecithin (LCT) (Diambil dari minyak yang berasal dari kedelai) ā€¢ Sifat : 1. Fisik jauh lebih kental daripada minyak ikan atau minyak goreng 2. Memiliki bau khas kedelai
  • 53. Bahan Baku Cair 4. Gula Tetes (GTT) (Merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi gula pasir) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki bau manis khas 2. Apabila terjadi penyimpangan bau (menjadi bau busuk) maka GTT tersebut sudah tidak layak dipakai 3. Kebersihan cairan menunjukkan tingkat kualitasnya
  • 55. Bahan Baku Mineral 1. Phosphate Merah (PPTm) dan Phosphate putih (PPTp) ā€¢ (Berasal dari batu-batuan phosphate) ā€¢ Sifat : 1. Memiliki warna yang dominan (terutama phosphate merah) yang dapat berpengaruh pada warna produk ā€¢ Penanganan : 1. Diusahakan selama pengambilan dan pengangkutan tidak tercecer (agar tidak masuk ke dalam ayak, karena bisa berpengaruh pada produksi yang menggunakan form campuran ayak) 2. Selama penimbangan harus benar-benar diperhatikan mengenai kualitasnya (jumlah harus sesuai dengan formula)
  • 56. Phosphate Merah (PPTm) dan Phosphate putih (PPTp)
  • 57. Bahan Baku Mineral 2. Garam (GRM) ā€¢ Sifat : 1. Bentuk fisik kasar 2. Bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air selama penyimpanan) ā€¢ Penanganan : Zak/packaging harus rapat, sehingga tidak mudah langsung berinteraksi dengan udara.
  • 59. Bahan Baku Mineral 3. Mono Calcium Phosphate (MCP) dan Di Calcium Phosphate (DCP) (Hasil penggilingan dari batuan phosphate yang kemudian doproses lebih lanjut di pabrikasi sehingga diperoleh kandungan mineral yang tinggi) ā€¢ MCP memiliki kandungan phosphate lebih tinggi daripada calcium ā€¢ DCP memiliki kandungan phosphate lebih rendah daripada calcium ā€¢ Pemakaian harus sesuai dengan formula jangan sampai berlebih atau kurang ā€¢ Kemasan harus tetap dijaga agar produk tidak cepat rusak (karena sifatnya yang mudah bereaksi dengan udara)
  • 60. Mono Calcium Phosphate (MCP) & Di Calcium Phosphate (DCP)
  • 61. Bahan Baku Mineral 4. Zeolite (ZLT) (Hasil dari pengolahan batuan mineral alam) ā€¢ Berfungsi menyerap unsur toxin/racun di dalam pencernaan ikan
  • 63. Bahan Baku Mineral 4. Calcium Carbonat (CCB) (Berasal dari batuan kapur yang telah diolah lebih lanjut sehingga tidak reaktif terhadap air) ā€¢ Sifat : Berbentuk powder halus berwarna putih bersih, apabila berwarna maka kualitas kurang baik
  • 66. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Gunakan selalu masker penutup hidung selama melakukan aktifitas kerja di dalam pabrik dan gunakan gancu dengan penuh tanggungjawab
  • 67. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Ambil bahan baku dari posisi paling atas, jangan ambil dari posisi bawah atau tengah sedangkan di atasnya masih ada tumpukan lain āˆš X
  • 68. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Jangan ambil bahan baku dengan posisi yang berada lebih tinggi dari tinggi tubuh anda āˆš X
  • 69. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Jangan ambil bahan baku dengan kemasan kertas menggunakan gancu āˆš X
  • 70. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Hindari pengambilan bahan baku sampai merusak kemasan sehingga menyebabkan bahan baku tercecer X X
  • 71. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Hindari pengambilan bahan baku tanpa memperhatikan susunan stapelannya. Usahakan susunan stapelan bahan baku dengan trap seperti susunan anak tangga demi keselamatan bersama. X X āˆš
  • 72. Pedoman Pengambilan Bahan Baku Secara Aman Hindari pengangkutan bahan baku dengan menggunakan handpalet sampai melebihi kapasitas handpalet tersebut. Kapasitas maksimal pengangkutan dengan handpalet adalah 1 ton