SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Alby Alpiansyah S.
                                                                                  XII TOI 1



                               “Catatan yang Hilang”
                                       Oleh Novi Rovika



  Langit muram, angin yang bertiup menelisik sebagian ruang hati terasa seperti beledu.
Suara-suara menelan kesunyian yang sedari tadi membekamnya. Tak ada harapan, seakan
ini adalah akhir sebuah pengharapan.

  Pintu berderit untuk yang kedua kalinya, menghenyakkan perasaan sedih. Dia tersadar
akan nasibnya, bukan di ujung tanduk lagi tetapi lebih tepat tinggal menyerah pada
kepasrahan. Dia menggenggam selembar kertas lusuh yang tak jelas bertuliskan apa.
Tubuhnya berguncang setiap kali terdengar deritan pintu di luar, dalam pikirannya

  “apakah yang ini?”

  Tak kuasa rasanya setiap kali ia memaksakan perasaanya untuk menebak siapa yang
datang ke panti asuhan tua sore itu. Selama itu pula ia coba mengingat setiap perkataan
wanita paruh baya yang pernah mengantarkannya ke tempat itu.

  Ia tak pernah lupa, saat itu ia berumur lima tahun, tidak ingat bagaimana ia hidup
sebelum hari itu. Yang ia ingat, saat itu tiba-tiba ia ditinggalkan oleh orang tuanya, dan
wanita separuh baya datang menghampirinya dengan senyuman penuh keteduhan. Dengan
nada rendah dan menenangkan, wanita itu mengintrograsinya dengan beberapa
pertanyaan. Melihat perawakan si ibu tua, dia merasa bahwa ibu tua itu hanya seorang ibu
yang menumpang istirahat sebentar di sebelahnya setelah menempuh perjalanan yang
cukup jauh dan bingung untuk meneruskan perjalannannya seperti halnya dia yang tengah
dirundung ketidak tahuan.

  Tidak lebih dari sepuluh menit lamanya, si ibu tiba-tiba menepuk-nepuk lembut
pundaknya,

  “Nak, hidup itu sulit. Tapi jangan dianggap sulit, kita itu hanya orang tak berada. Biasa
saja, tak usah cemas. Walaupun kita tidak berlebih dalam harta asal kita punya pekerti dan
hati yang tulus, orang pasti tidak akan menolak kita. Lebih dari lima puluh tahun ibu hidup,
dan separuh dari umur itu ibu habiskan sendiri. Ibu tak pernah mengeluh pada Tuhan. Ibu
malah mensyukuri setiap apa yang diberikan Tuhan, semua keputusan pasti ada
hikmahnya”.
Alby Alpiansyah S.
                                                                                 XII TOI 1


  Ibu tua menarik napas sambil tersenyum menutup mata, dan melanjutkan menolongnya.
Dia hanya bisa mendengarkan walaupun segala pikiran tengah berkecamuk dalam
pikirannya.

  “Nak lapar tidak? Ibu punya sebungkus roti. Makan ya!”

  Dia bahkan tidak mengerti, kalaupun si ibu tua benar-benar tidak mengenalinya, pasti
yang pertama kali ditanyakan dimana atau siapa orang tuanya. Tapi tidak. Dia hanya
mengangguk lemah.

  Tanpa sedikit pun senyum dari sudut bibirnya yang mungil sebagai tanda terima kasih, ia
mengambil roti yang disodorkan si ibu tua dan memakannya. Ibu tua terlihat senang
melihatnya. Tiba-tiba ia menengadah dan memandangi wajah ibu tua itu, ternyata si ibu tua
tengah menitikan air mata. Ibu tua tersipu malu dan menyeka air mata dengan punggung
tangannya, lalu mengelus kembali kepala si anak. Dibukanya tas kain yang ia simpan di
sebelahnya, dan mengambil sesuatu dari dalam tas tersebut. Ibu itu mengambil selembar
kertas, dan menyerahkannya pada anak itu. Anak itu hanya terheran-heran tidak mengerti.

  “Nak, kalau kamu lupa jalan pulang, pergilah ke tempat yang alamatnya tertera di kertas
itu. Tanyakan saja pada orang dan serahkan kertas itu” saran ibu tua.

  Selama anak itu mendengarkan saran ibu tua, ia hanya menatap kertas tersebut tanpa
dia sadari ibu tua telah pergi.

  Seandainya ia tidak pernah bertemu dengan ibu tua itu, entah apa yang sekarang terjadi
padanya. Mungkin saja ia sekedar hidup mengikuti kemana angin bertiup atau
membenamkan diri dalam kesendirian dan lenyap di tengah ketidak tahuan.

  Dari situlah, hingga ia bisa sampai ke panti asuhan tua. Ia pernah bertanya pada ketua
panti asuhan tentang sosok ibu tua yang memberinya alamat itu berikut dengan ciri-cirinya.
Ketua panti asuhan membenarkan memang pernah ada seorang ibu yang sempat tinggal di
panti asuhan tersebut dan membantunya, tapi itu sudah lama sekali. Dulu ibu tua itu juga
pernah menitipkan sebuah catatan kecil tentang suatu hal yang dititipkan pada kepala panti
asuhan, namun catatan itu hilang beserta data mengenai setiap penghuni panti asuhan
sejak ada renovasi ruangan administrasi di panti asuhan itu.
Alby Alpiansyah S.
                                                                                  XII TOI 1


  Perasaan sedih bercampur kecewa menyelimuti hatinya. Ia pun terpaku dalam
lamunanya, teringat saat pertama kali ia melihat senyum ibu tua itu. Senyum itu bagaikan
hilang bersama angin di ujung jalan sana. Sekarang ia mencarinya. Mencari sosok ibu tua
yang senyumnya terekam di akal sehatnya. Ia mencari seseorang yang ia tak tahu siapa
namanya. Berjalan jauh tak ia temukan ibu tua itu. Bayangannya pun tak mendekat. Ia
hampir saja menyerah.

  Namun di lubuk hati sana, masih melekat bayang senyum ibu tua itu. Tapi, apalah daya
bagai pungguk merindukan bulan, ia tak kenal siapa ibu tua itu. Ia tak tahu siapa namanya.
Melupakan ibu tua untuk sementara adalah pilihan terbaik baginya saat ini. Tapi ia tidak
pernah bisa.

  Seiring waktu berganti, panti asuhan tua ini masih seperti dulu. Angin sore itu masih
selalu berusaha merayu hatinya. Menerpa, menggoda mengharapkan cinta. Ia tak lagi
seperti dulu, besar harapan ia menemukan ibu tua itu dan berbagi cerita, betapa rasa
penasaran itu benar-benar nyata menggerogoti hatinya.

  Ia selalu penasaran mencari tahu siapa sebenarnya sosok ibu tua yang ia temui tujuh
tahun lalu. Tiba-tiba suara pintu di luar berderit lagi, sekaligus menyadarkannya dari
lamunan sesaat itu. Dan ternyata benar, dari pembicaraan yang didengarnya antara ketua
panti asuhan dengan seseorang di ruangan sebelah. Sore itu, ada seseorang yang akan
menjadikannya anak angkat. Ia hanya tesenyum lemah, dan menangis karena ingat pada
ibu tua itu. Seandainya ia sempat bertemu dengannya, maka ia tidak akan urung untuk
meninggalkan panti asuhan itu. Dia benar-benar akan mengikuti nasib tanpa kendalinya
sendiri, namun kini ia sudah bertuan. Tuan yang tak dikenali sebelumnya. Ia tidak akan
berhenti mencari ibu tua itu, dari setiap jejak yang ditinggalkannya. Hingga ia menemukan
jawaban atas tanda tanya besar dalam hatinya.




                                           *****
Alby Alpiansyah S.
                                                                                   XII TOI 1


Apresiasi Cerpen

1.    Tema

      Menceritakan seorang anak kecil yang tiba-tiba ditinggalkan oleh orang tuanya. Lalu
ada seorang ibu tua yang menghampirinya dan memberikan selembar kertas berisi sebuah
alamat panti asuhan. Namun, saat anak kecil itu mencari ibu tua, ternyata ibu tua itu sudah
tidak ada disana. Dan setelah sekian lama, rasa penasaran untuk mencari ibu tua itu terus
ia rasakan. Sehingga ia akan terus berjuang untuk menemukan jawabannya.

2.    Tokoh

                                                    Pelukisan Cerita
No.      Tokoh         Watak                                                         Paragraf
                                           Dialog            Penceritaan Pengarang


1      Anak kecil   Melankolis,                              Pintu berderit untuk       2
                    tidak mudah                              yang kedua kalinya,
                    menyerah.                                menghenyakkan
                                                             perasaan sedih.


                                                             Ia hanya tersenyum        19
                                                             lemah, dan menangis
                                                             karena ingat pada ibu
                                                             tua itu.


2      Ibu tua      Baik, ramah,   “Nak, lapar tidak? Ibu                               9
                    peduli.        punya sebungkus roti.
                                   Makan ya!”


                                   “Nak, kalau kamu lupa
                                                                                       12
                                   jalan pulang, pergilah
                                   ke tempat yang
                                   alamatnya tertera di
                                   kertas itu. Tanyakan
                                   saja pada orang dan
                                   serahkan kertas itu.”
Alby Alpiansyah S.
                                                                                      XII TOI 1


3.   Alur / Plot


No           Maju            Mundur       Lembut            Ledakan   Tertutup        Terbuka


1    Seiring waktu                    Seandainya ia                              Ia tidak akan
     berganti, panti                  tidak pernah                               berhenti mencari
     asuhan tua ini                   bertemu                                    ibu tua itu, dari
     masih seperti                    dengan ibu tua                             setiap jejak yang
     dulu. Angin sore                 itu, entah apa                             ditinggalkannya.
     itu masih selalu                 yang sekarang                              Hingga ia
     berusaha merayu                  terjadi                                    menemukan
     hatinya. Menerpa,                padanya.                                   jawaban atas
     menggoda                         Mungkin saja                               tanda tanya
     mengharapkan                     ia sekedar                                 besar dalam
     cinta. Ia tak lagi               hidup                                      hatinya.
     seperti dulu,                    mengikuti
     besar harapan ia                 kemana angin
     menemukan ibu                    bertiup atau
     tua itu dan                      membenamkan
     berbagi cerita,                  diri dalam
     betapa rasa                      kesendirian
     penasaran itu                    dan lenyap di
     benar-benar                      tengah ketidak
     nyata                            tahuan.
     menggerogoti
     hatinya.



4.   Latar


No                        Tempat                             Waktu                 Suasana


1    Panti Asuhan                                    Sore                   Sedih, bingung,
                                                                            cemas, penuh
                                                                            pengharapan.
Alby Alpiansyah S.
                                                                                    XII TOI 1


5.   Majas


No        Majas                                  Kalimat                              Paragraf


1     Asosiasi        Angin itu masih selalu berusaha merayu hatinya.                   18


2     Personifikasi   Langit muram, angin yang bertiup menelisik sebagian                1
                      ruang hati terasa seperti beledu.


3     Hiperbola       Dia tersadar akan nasibnya, bukan diujung tanduk lagi              2
                      tetapi lebih tepat tinggal menyerah pada kepasrahan.


4     Asosiasi        Tapi, apalah daya bagai pungguk merindukan bulan, ia tak          17
                      kenal siapa ibu tua itu.


5     Hiperbola       Ia tidak akan berhenti mencari ibu tua itu, dari setiap jejak     19
                      yang ditinggalkannya.



6.   Sudut Pandang

     Cerpen ini menggunakan sudut pandang maha kuasa, karena pengarang menceritakan
semua tingkah laku tokoh-tokohnya, baik yang dikerjakan, dipikirkan, maupun yang
dirasakan para tokoh cerita.

7.   Amanat

     Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dan waktu, karena itu tidak akan pernah
bisa kembali lagi.

8.   Komposisi

     a) Judul         :        Catatan yang Hilang
     b) Pengarang     :        Novi Rovika
     c) Ilustrasi     :        -
     d) Paragraf      :        19 Paragraf
Alby Alpiansyah S.
                                                                                   XII TOI 1


9. Prediksi Kelanjutan Cerita

    Mulai hari itu, ia sudah tidak tinggal di panti asuhan itu lagi, karena ia sudah memiliki
rumah sendiri. Dalam perjalanan menuju rumahnya itu, hanya ia isi dengan diam. Entah
mengapa, tapi ia lebih menikmatinya seperti ini. Suasana pun menjadi hening. Walau diam,
hatinya tetap menangis karena kembali teringat pada ibu tua itu. Bayangnya seakan-akan
masih melekat dalam ingatannya. Ia pun memejamkan mata untuk menenangkan diri. Tak
terasa, angin yang berhembus dari jendela mobil telah mengantarnya untuk terlelap.

    Beberapa jam perjalanan tak terasa sama sekali karena ia tertidur pulas di dalam
mobil. Saat ia terbangun, ternyata ia sudah sampai di rumah barunya. Bergabung dengan
keluarga baru yang membuat hidupnya menjadi baru pula.

    “Nak, kamu langsung istirahat saja di kamarmu ya? Kamu pasti lelah sekali.” Tanya ibu
angkatnya.

    Ia pun langsung bergegas istirahat di kamarnya agar besok ia siap memulai aktivitas
besok.

    Sinar mentari masuk melalui sela-sela gordin yang terbuka. Menyinari wajanya,
membuatnya terbangun karena tak kuasa menahan silau. Pagi cerah menyambutnya hari
ini, menyuruhnya bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia bergegas untuk mandi dan langsung
menuju meja makan untuk sarapan.

    Hari pertama sekolah, ia masih merasa canggung karena baru kali ini ia melanjutkan
sekolah lagi. Setelah sekian lama ia harus berhenti sekolah karena keterbatasan biaya.
Disana ia mendapatkan teman-teman baru yang bisa mengisi kekosongan di hatinya.
Namun tetap saja, sosok ibu tua itu tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Ia
pun menjalani hari pertamanya sekolah dengan semangat.

    Bel sekolah telah berbunyi, menandakan proses kegiatan belajar telah usai. Lantas ia
duduk di sebuah kursi dekat pos satpam sembari menunggu orang tua angkatnya datang
untuk menjemputnya pulang. Entah karena lamunannya atau apa, ia tak sengaja melihat
ibu tua yang dicarinya itu ada di seberang jalan. Kelihatannya ia sedang menunggu
kendaraan umum lewat. Namun tiba-tiba sosok ibu tua itu menghilang saat sebuah bus
melewatinya. Sontak dia pun berlari mengejar bus yang sudah melaju itu.
Alby Alpiansyah S.
                                                                                XII TOI 1


    “Ibu... Ibu... Tunggu aku...”

    Teriaknya seakan-akan meminta ibu itu untuk menanggapinya. Namun bus itu melaju
semakin kencang dan meninggalkan dia yang berhenti berlari karena kelelahan mengejar
bus itu.

    Dia menangis ditepi jalan karena tidak bisa bertemu dengan ibu tua itu. Setelah ia bisa
menguasai dirinya kembali, ia kembali lagi ke sekolah karena tidak ingin membuat orang
tua angkatnya khawatir.

    Seandainya tadi ia bisa menghentikan bus itu dan bertemu dengan ibu tua, pasti ia
akan merasa bahagia sekali. Karena pencariannya selama ini membuahkan hasil, namun
semuanya tidak terjadi. Tetapi malah menimbulkan pertanyaan dalam hatinya.

    Kapan kesempatanku untuk bertemu dengan ibu tua itu datang lagi?




10. Penilaian

    Cerpen ini memiliki jalan cerita yang mudah dipahami, dengan tutur bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti. Namun pembaca dibuat tidak tahu tentang nama para
tokohnya dan jenis kelamin si anak kecil tersebut.

More Related Content

What's hot

Glikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidratGlikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidrat
Basyrowi Arby
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
tristyanto
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
progsus6
 
Musik Tradisional Jepang
Musik Tradisional JepangMusik Tradisional Jepang
Musik Tradisional Jepang
Anggin N U
 

What's hot (20)

Metoda Analisis dan Parameter Uji di Laboratorium Mikrobiologi
Metoda Analisis dan Parameter Uji di Laboratorium MikrobiologiMetoda Analisis dan Parameter Uji di Laboratorium Mikrobiologi
Metoda Analisis dan Parameter Uji di Laboratorium Mikrobiologi
 
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan PelaksanaanPemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah - Laporan Pelaksanaan
 
Glikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidratGlikolisis karbohidrat
Glikolisis karbohidrat
 
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMAMATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
 
Standard installation drawing stp bio seven (bfhc series)
Standard installation drawing stp bio seven (bfhc series)Standard installation drawing stp bio seven (bfhc series)
Standard installation drawing stp bio seven (bfhc series)
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptxPPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
 
Telinga
TelingaTelinga
Telinga
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
 
Cerpen: Jangan Remehkan Mereka
Cerpen: Jangan Remehkan MerekaCerpen: Jangan Remehkan Mereka
Cerpen: Jangan Remehkan Mereka
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Sarana Pengangkutan Lumpur Ti...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Sarana Pengangkutan Lumpur Ti...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Sarana Pengangkutan Lumpur Ti...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Sarana Pengangkutan Lumpur Ti...
 
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
 
Piyanonun Hikayesi
Piyanonun HikayesiPiyanonun Hikayesi
Piyanonun Hikayesi
 
Tabla
TablaTabla
Tabla
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
Musik Tradisional Jepang
Musik Tradisional JepangMusik Tradisional Jepang
Musik Tradisional Jepang
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Sistem Organ Pada Manusia
Sistem Organ Pada ManusiaSistem Organ Pada Manusia
Sistem Organ Pada Manusia
 

Similar to Apresiasi cerpen

Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
jefkenzie
 
Kutukan di balik cinta
Kutukan di balik cintaKutukan di balik cinta
Kutukan di balik cinta
Yena You
 
teks-cerita-inspiratif.pptx
teks-cerita-inspiratif.pptxteks-cerita-inspiratif.pptx
teks-cerita-inspiratif.pptx
AyuWulanSari26
 
Sinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawiSinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawi
jannatulfiaandini
 

Similar to Apresiasi cerpen (20)

Ketika Musim Jamur Tiba
Ketika Musim Jamur Tiba Ketika Musim Jamur Tiba
Ketika Musim Jamur Tiba
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
Kertas pena by cmoot
Kertas pena by cmootKertas pena by cmoot
Kertas pena by cmoot
 
Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.
 
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
 
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
Gadis pemetik jamur (yetti a ka)
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi KopiAnalisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
Analisis cerpen Lara lana Filosopi Kopi
 
Kutukan di balik cinta
Kutukan di balik cintaKutukan di balik cinta
Kutukan di balik cinta
 
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko PinurboSebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)
 
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainalAnalisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
 
teks-cerita-inspiratif.pptx
teks-cerita-inspiratif.pptxteks-cerita-inspiratif.pptx
teks-cerita-inspiratif.pptx
 
Sinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawiSinopsis buku si dul anak betawi
Sinopsis buku si dul anak betawi
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 

Apresiasi cerpen

  • 1. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 “Catatan yang Hilang” Oleh Novi Rovika Langit muram, angin yang bertiup menelisik sebagian ruang hati terasa seperti beledu. Suara-suara menelan kesunyian yang sedari tadi membekamnya. Tak ada harapan, seakan ini adalah akhir sebuah pengharapan. Pintu berderit untuk yang kedua kalinya, menghenyakkan perasaan sedih. Dia tersadar akan nasibnya, bukan di ujung tanduk lagi tetapi lebih tepat tinggal menyerah pada kepasrahan. Dia menggenggam selembar kertas lusuh yang tak jelas bertuliskan apa. Tubuhnya berguncang setiap kali terdengar deritan pintu di luar, dalam pikirannya “apakah yang ini?” Tak kuasa rasanya setiap kali ia memaksakan perasaanya untuk menebak siapa yang datang ke panti asuhan tua sore itu. Selama itu pula ia coba mengingat setiap perkataan wanita paruh baya yang pernah mengantarkannya ke tempat itu. Ia tak pernah lupa, saat itu ia berumur lima tahun, tidak ingat bagaimana ia hidup sebelum hari itu. Yang ia ingat, saat itu tiba-tiba ia ditinggalkan oleh orang tuanya, dan wanita separuh baya datang menghampirinya dengan senyuman penuh keteduhan. Dengan nada rendah dan menenangkan, wanita itu mengintrograsinya dengan beberapa pertanyaan. Melihat perawakan si ibu tua, dia merasa bahwa ibu tua itu hanya seorang ibu yang menumpang istirahat sebentar di sebelahnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan bingung untuk meneruskan perjalannannya seperti halnya dia yang tengah dirundung ketidak tahuan. Tidak lebih dari sepuluh menit lamanya, si ibu tiba-tiba menepuk-nepuk lembut pundaknya, “Nak, hidup itu sulit. Tapi jangan dianggap sulit, kita itu hanya orang tak berada. Biasa saja, tak usah cemas. Walaupun kita tidak berlebih dalam harta asal kita punya pekerti dan hati yang tulus, orang pasti tidak akan menolak kita. Lebih dari lima puluh tahun ibu hidup, dan separuh dari umur itu ibu habiskan sendiri. Ibu tak pernah mengeluh pada Tuhan. Ibu malah mensyukuri setiap apa yang diberikan Tuhan, semua keputusan pasti ada hikmahnya”.
  • 2. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 Ibu tua menarik napas sambil tersenyum menutup mata, dan melanjutkan menolongnya. Dia hanya bisa mendengarkan walaupun segala pikiran tengah berkecamuk dalam pikirannya. “Nak lapar tidak? Ibu punya sebungkus roti. Makan ya!” Dia bahkan tidak mengerti, kalaupun si ibu tua benar-benar tidak mengenalinya, pasti yang pertama kali ditanyakan dimana atau siapa orang tuanya. Tapi tidak. Dia hanya mengangguk lemah. Tanpa sedikit pun senyum dari sudut bibirnya yang mungil sebagai tanda terima kasih, ia mengambil roti yang disodorkan si ibu tua dan memakannya. Ibu tua terlihat senang melihatnya. Tiba-tiba ia menengadah dan memandangi wajah ibu tua itu, ternyata si ibu tua tengah menitikan air mata. Ibu tua tersipu malu dan menyeka air mata dengan punggung tangannya, lalu mengelus kembali kepala si anak. Dibukanya tas kain yang ia simpan di sebelahnya, dan mengambil sesuatu dari dalam tas tersebut. Ibu itu mengambil selembar kertas, dan menyerahkannya pada anak itu. Anak itu hanya terheran-heran tidak mengerti. “Nak, kalau kamu lupa jalan pulang, pergilah ke tempat yang alamatnya tertera di kertas itu. Tanyakan saja pada orang dan serahkan kertas itu” saran ibu tua. Selama anak itu mendengarkan saran ibu tua, ia hanya menatap kertas tersebut tanpa dia sadari ibu tua telah pergi. Seandainya ia tidak pernah bertemu dengan ibu tua itu, entah apa yang sekarang terjadi padanya. Mungkin saja ia sekedar hidup mengikuti kemana angin bertiup atau membenamkan diri dalam kesendirian dan lenyap di tengah ketidak tahuan. Dari situlah, hingga ia bisa sampai ke panti asuhan tua. Ia pernah bertanya pada ketua panti asuhan tentang sosok ibu tua yang memberinya alamat itu berikut dengan ciri-cirinya. Ketua panti asuhan membenarkan memang pernah ada seorang ibu yang sempat tinggal di panti asuhan tersebut dan membantunya, tapi itu sudah lama sekali. Dulu ibu tua itu juga pernah menitipkan sebuah catatan kecil tentang suatu hal yang dititipkan pada kepala panti asuhan, namun catatan itu hilang beserta data mengenai setiap penghuni panti asuhan sejak ada renovasi ruangan administrasi di panti asuhan itu.
  • 3. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 Perasaan sedih bercampur kecewa menyelimuti hatinya. Ia pun terpaku dalam lamunanya, teringat saat pertama kali ia melihat senyum ibu tua itu. Senyum itu bagaikan hilang bersama angin di ujung jalan sana. Sekarang ia mencarinya. Mencari sosok ibu tua yang senyumnya terekam di akal sehatnya. Ia mencari seseorang yang ia tak tahu siapa namanya. Berjalan jauh tak ia temukan ibu tua itu. Bayangannya pun tak mendekat. Ia hampir saja menyerah. Namun di lubuk hati sana, masih melekat bayang senyum ibu tua itu. Tapi, apalah daya bagai pungguk merindukan bulan, ia tak kenal siapa ibu tua itu. Ia tak tahu siapa namanya. Melupakan ibu tua untuk sementara adalah pilihan terbaik baginya saat ini. Tapi ia tidak pernah bisa. Seiring waktu berganti, panti asuhan tua ini masih seperti dulu. Angin sore itu masih selalu berusaha merayu hatinya. Menerpa, menggoda mengharapkan cinta. Ia tak lagi seperti dulu, besar harapan ia menemukan ibu tua itu dan berbagi cerita, betapa rasa penasaran itu benar-benar nyata menggerogoti hatinya. Ia selalu penasaran mencari tahu siapa sebenarnya sosok ibu tua yang ia temui tujuh tahun lalu. Tiba-tiba suara pintu di luar berderit lagi, sekaligus menyadarkannya dari lamunan sesaat itu. Dan ternyata benar, dari pembicaraan yang didengarnya antara ketua panti asuhan dengan seseorang di ruangan sebelah. Sore itu, ada seseorang yang akan menjadikannya anak angkat. Ia hanya tesenyum lemah, dan menangis karena ingat pada ibu tua itu. Seandainya ia sempat bertemu dengannya, maka ia tidak akan urung untuk meninggalkan panti asuhan itu. Dia benar-benar akan mengikuti nasib tanpa kendalinya sendiri, namun kini ia sudah bertuan. Tuan yang tak dikenali sebelumnya. Ia tidak akan berhenti mencari ibu tua itu, dari setiap jejak yang ditinggalkannya. Hingga ia menemukan jawaban atas tanda tanya besar dalam hatinya. *****
  • 4. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 Apresiasi Cerpen 1. Tema Menceritakan seorang anak kecil yang tiba-tiba ditinggalkan oleh orang tuanya. Lalu ada seorang ibu tua yang menghampirinya dan memberikan selembar kertas berisi sebuah alamat panti asuhan. Namun, saat anak kecil itu mencari ibu tua, ternyata ibu tua itu sudah tidak ada disana. Dan setelah sekian lama, rasa penasaran untuk mencari ibu tua itu terus ia rasakan. Sehingga ia akan terus berjuang untuk menemukan jawabannya. 2. Tokoh Pelukisan Cerita No. Tokoh Watak Paragraf Dialog Penceritaan Pengarang 1 Anak kecil Melankolis, Pintu berderit untuk 2 tidak mudah yang kedua kalinya, menyerah. menghenyakkan perasaan sedih. Ia hanya tersenyum 19 lemah, dan menangis karena ingat pada ibu tua itu. 2 Ibu tua Baik, ramah, “Nak, lapar tidak? Ibu 9 peduli. punya sebungkus roti. Makan ya!” “Nak, kalau kamu lupa 12 jalan pulang, pergilah ke tempat yang alamatnya tertera di kertas itu. Tanyakan saja pada orang dan serahkan kertas itu.”
  • 5. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 3. Alur / Plot No Maju Mundur Lembut Ledakan Tertutup Terbuka 1 Seiring waktu Seandainya ia Ia tidak akan berganti, panti tidak pernah berhenti mencari asuhan tua ini bertemu ibu tua itu, dari masih seperti dengan ibu tua setiap jejak yang dulu. Angin sore itu, entah apa ditinggalkannya. itu masih selalu yang sekarang Hingga ia berusaha merayu terjadi menemukan hatinya. Menerpa, padanya. jawaban atas menggoda Mungkin saja tanda tanya mengharapkan ia sekedar besar dalam cinta. Ia tak lagi hidup hatinya. seperti dulu, mengikuti besar harapan ia kemana angin menemukan ibu bertiup atau tua itu dan membenamkan berbagi cerita, diri dalam betapa rasa kesendirian penasaran itu dan lenyap di benar-benar tengah ketidak nyata tahuan. menggerogoti hatinya. 4. Latar No Tempat Waktu Suasana 1 Panti Asuhan Sore Sedih, bingung, cemas, penuh pengharapan.
  • 6. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 5. Majas No Majas Kalimat Paragraf 1 Asosiasi Angin itu masih selalu berusaha merayu hatinya. 18 2 Personifikasi Langit muram, angin yang bertiup menelisik sebagian 1 ruang hati terasa seperti beledu. 3 Hiperbola Dia tersadar akan nasibnya, bukan diujung tanduk lagi 2 tetapi lebih tepat tinggal menyerah pada kepasrahan. 4 Asosiasi Tapi, apalah daya bagai pungguk merindukan bulan, ia tak 17 kenal siapa ibu tua itu. 5 Hiperbola Ia tidak akan berhenti mencari ibu tua itu, dari setiap jejak 19 yang ditinggalkannya. 6. Sudut Pandang Cerpen ini menggunakan sudut pandang maha kuasa, karena pengarang menceritakan semua tingkah laku tokoh-tokohnya, baik yang dikerjakan, dipikirkan, maupun yang dirasakan para tokoh cerita. 7. Amanat Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dan waktu, karena itu tidak akan pernah bisa kembali lagi. 8. Komposisi a) Judul : Catatan yang Hilang b) Pengarang : Novi Rovika c) Ilustrasi : - d) Paragraf : 19 Paragraf
  • 7. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 9. Prediksi Kelanjutan Cerita Mulai hari itu, ia sudah tidak tinggal di panti asuhan itu lagi, karena ia sudah memiliki rumah sendiri. Dalam perjalanan menuju rumahnya itu, hanya ia isi dengan diam. Entah mengapa, tapi ia lebih menikmatinya seperti ini. Suasana pun menjadi hening. Walau diam, hatinya tetap menangis karena kembali teringat pada ibu tua itu. Bayangnya seakan-akan masih melekat dalam ingatannya. Ia pun memejamkan mata untuk menenangkan diri. Tak terasa, angin yang berhembus dari jendela mobil telah mengantarnya untuk terlelap. Beberapa jam perjalanan tak terasa sama sekali karena ia tertidur pulas di dalam mobil. Saat ia terbangun, ternyata ia sudah sampai di rumah barunya. Bergabung dengan keluarga baru yang membuat hidupnya menjadi baru pula. “Nak, kamu langsung istirahat saja di kamarmu ya? Kamu pasti lelah sekali.” Tanya ibu angkatnya. Ia pun langsung bergegas istirahat di kamarnya agar besok ia siap memulai aktivitas besok. Sinar mentari masuk melalui sela-sela gordin yang terbuka. Menyinari wajanya, membuatnya terbangun karena tak kuasa menahan silau. Pagi cerah menyambutnya hari ini, menyuruhnya bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia bergegas untuk mandi dan langsung menuju meja makan untuk sarapan. Hari pertama sekolah, ia masih merasa canggung karena baru kali ini ia melanjutkan sekolah lagi. Setelah sekian lama ia harus berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Disana ia mendapatkan teman-teman baru yang bisa mengisi kekosongan di hatinya. Namun tetap saja, sosok ibu tua itu tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Ia pun menjalani hari pertamanya sekolah dengan semangat. Bel sekolah telah berbunyi, menandakan proses kegiatan belajar telah usai. Lantas ia duduk di sebuah kursi dekat pos satpam sembari menunggu orang tua angkatnya datang untuk menjemputnya pulang. Entah karena lamunannya atau apa, ia tak sengaja melihat ibu tua yang dicarinya itu ada di seberang jalan. Kelihatannya ia sedang menunggu kendaraan umum lewat. Namun tiba-tiba sosok ibu tua itu menghilang saat sebuah bus melewatinya. Sontak dia pun berlari mengejar bus yang sudah melaju itu.
  • 8. Alby Alpiansyah S. XII TOI 1 “Ibu... Ibu... Tunggu aku...” Teriaknya seakan-akan meminta ibu itu untuk menanggapinya. Namun bus itu melaju semakin kencang dan meninggalkan dia yang berhenti berlari karena kelelahan mengejar bus itu. Dia menangis ditepi jalan karena tidak bisa bertemu dengan ibu tua itu. Setelah ia bisa menguasai dirinya kembali, ia kembali lagi ke sekolah karena tidak ingin membuat orang tua angkatnya khawatir. Seandainya tadi ia bisa menghentikan bus itu dan bertemu dengan ibu tua, pasti ia akan merasa bahagia sekali. Karena pencariannya selama ini membuahkan hasil, namun semuanya tidak terjadi. Tetapi malah menimbulkan pertanyaan dalam hatinya. Kapan kesempatanku untuk bertemu dengan ibu tua itu datang lagi? 10. Penilaian Cerpen ini memiliki jalan cerita yang mudah dipahami, dengan tutur bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Namun pembaca dibuat tidak tahu tentang nama para tokohnya dan jenis kelamin si anak kecil tersebut.