Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Jumlah kasus tuberkulosis paru di Indonesia masih sangat tinggi dan menjadi penyumbang kasus ketiga terbesar di dunia.
BAB 6 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR Tuberkulosis (tb)
Bab 1 2 uda siap
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Myco
bacteri tuberculosis, ini adalah suatu penyakit infeksi tertua dan masih menjadi
salah satu penyebab kematian terbesar karena infeksi di seluruh dunia, sejak tahun
1800, TB telah mengakibatkan kematian kurang lebih 100 juta orang di seluruh
dunia. Saat ini TB menyebabkan sekitar 2-3 juta kematian di seluruh dunia dan
Negara berkembang yang paling di pengaruhi. (Brunner & Suddart, 2002).
Dewasa ini sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi tuberculosis. Setiap
tahun ada sekitar 8 juta penderita baru TB dan hampir 3 juta orang yang
meninggal di seluruh dunia akibat penyakit ini. Paling sedikit satu orang akan
terinfeksi TB setiap detik dan setiap 10 detik akan ada satu orang yang mati akibat
TB di dunia. TB membunuh hampir dari 1 juta wanita setahunnya, lebih tinggi
dari kematian wanita akibat proses kehamilan dan persalinan dan TB membunuh
100.000 anak setiap tahunnya.
WHO menyatakan bahwa bila situasi penanggulangan TB tetap seperti
sekarang ini maka jumlah kasus TB di dunia tahun 2000 akan meningkat menjadi
11 juta jiwa, artinya 200 juta kasus TB dalam 2 dekade pertama abad 21 ini.
Jumlah kasus TB akan terus meningkat, dari 8,8 juta kasus di tahun ini 1995
menjadi 10,2 juta kasus di tahun 2000 dan di tahun 2000 dan 11,9 juta kasus TB
baru di tahun 2005.
1
2. Data dari 2.238 orang di Spanyol serokonvensi HIV ( 1.874 laki – laki dan
364 perempuan ) antara 1980- an dan 2004 dianalisis. Secara keseluruhan, 51,9 %
tertular HIV melalui penggunaan narkoba suntikan,27,4 % adalah PCD dan
tertular melalui hubungan seks dengan 14,7 % adalah heteroseksual.
Pada desember 2004, 173 ( 7,7 % ) pasien mengembangkan TB
( 55,5 % TB Paru , 35 % TB luar paru dan 10 % keduanya ) menghasilkan
angja keseluruhan 7,3 kasus per 1.000 orang – tahun ( confidence interval [CI ] 95
%, 6,3 – 8,5 ). TB adalah kondidi terdefenisi AIDS pertama pada 147 pasien ( 85
% ), kedua pada 19 kasus ( 11 % ) dan ketiga pada enam kasus ( 3,5 % ). Median
waktu mulai serokonvensi HIV sampai penyakit TB adalah 5,6 tahun.
Jumlah CD4 median saat didiagnosis TB adalah 80, mengindikasikan
tingkat penekanan kekebalan yang sangat besar. Setelah era ART , median CD4
adalah 182 . Sebagian besar pasien ( 106 ; 61,2 % ) yang mengembangkan TB
belum menerima ART dan 135 dari 173 ( 78 %) adalah IDU.
Kejadian TB lebih tinggi pada IDU,12,3 per 1.000 orang – tahun 0,– tahun
( P < 0.001 ), dan orang dengan PCD,2.7 per 1.000 orang – tahun ( P < dibanding
dengan orang yang tertular melaui hubungan seks, 3,8 per 1.000 orang 001 ).
Angka TB tertinggi 44 per 1.000 orang – tahun, diamati sebelum 1997
pada IDU yang terinfeksi HIV selama 11 tahun. Kecenderungan penurunan
kejadian TB diamati mulai 1995 pada semua kategori. Angka TB di era ART ( 5,6
per 1.000 orang – tahun ) adalah lebih rendah secara bermakna dibandingkan
sebelum 1997 ( 8,9 per 1.000 orang – tahun ). Angka TB pada IDU sebelum diberi
ART adalah 18,09 dan sesudah diberi ART adalah 8,68 kasus per 1.000 orang –
tahun; pada orang yang teratur melalui hubungan seks sebelum diberi ART adalah
2
3. 8,18 dan sesudah diberi ART adalah 2,22 kasus per 1.000 orang – tahun; dan pada
PCD sebelum diberi ART adalah 3,43 dan sesudah diberi ART adalah 0 kasus per
1.000 orang – tahun. Penurunan angka hazard TB untuk setiap katagori penularan
adalah 48 % pada IDU 27 % pada orang yang tertular melalui hubungan seks dan
100 % pada PCD. Pada PCD tidak ada kasus TB baru yang diamati setelah 1997.
Penelitian ini menunjukan 69 % penurunan kejadian TB diantara yang
serokonversi HIV dari semua kategori penularan sejak 1997 , ( RH, 0,31; CI 95
%, 0,17 – 0,54; < 0,001 ). Sebelum 1997 , risiko TB meningkat sejalan dengan
waktu sejak serokonversi HIV, sementara tetap stabil di era ART. Setelah 1997,
risiko TB meningkat sejalan dengan waktu sejak serokonversi HIV, sementara
tetap stabil di era ART. Setelah 1997, TB tidak meningkat dengan masa infeksi
yang lebih lama tetapi meningkat kurang lebih pada tahun kelima hingga ketujuh
pada kelompok IDU dan yang tertular melalui hubungan seks dan setelah itu
menurun.
Diantara 65 kasus TB yang diamati sejak ditemukan ART , 52 (80 %)
adalah IDU dan 41 dari 65 ( 63 % ) tidak memakai ART. Sisa 24 pasien
mengembangkan TB walau sudah memulai ART. Risiko perempuan terhadap TB
38 % lebih rendah dibandingkan dengan laki – laki. IDU menunjukan resiko tiga
kali lebih tinggi terhadap pengembangan TB dan PCD 60 % berisiko lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang tertular melalui hubungan seks.
Khusus untuk Indonesia, data WHO baru – baru ini menunjukan bahwa
negara kita adalah penyumbang kasus terbesar ketiga di dunia, setelah India dan
Cina. Setiap tahunnya jumlah penderita baru TB menular adalah 262.000 orang
dan jumlah seluruh penderita baru adalah 583.000 orang pertahunnya.
3
4. Diperkirakan, sekitar 140.000 orang Indonesia yang meninggal setiap tahunnya
akibat tuberculosis ini.
Sampai hari ini belumada satu negara pun di dunia yang telah bebas TB.
Bahkan untuk negara maju, yang pada mulanya angka tuberculisis telah menurun,
tetapi belakangan angka ini naik lagi sehingga TB disebut sebagai salah satu
reemerging disease. Untuk Indonesis TB bukanlah reemerging disease. Penyakit
ini belum pernah menurun jumlahnya di negara kita dan bukan tidak mungkin
bhkan meningkat.
70 % pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan terdiagnosa
tuberculosis. Dari perkiraan penderita baru yang ada dapat ditemukan dan diobati
dengan angka kesembuhan 85 %. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diketahui
bahwa faktor pasien ( usia, pendidikan, penghasilan, tradisi berobat, tipe
pengobatan, pengetahuan, dan sikap pasien) dan faktor petugas (sikap petugas)
mempengaruhi keberhasilan program penanggulangan TB Paru yang dapat dilihat
dari indikator sembuh atau tidaknya pasien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa usia (p= 0,878 ), pendidikan (p= 0,086
), tradisi berobat ( p= 0,404 ), pengetahuan ( p= 0,284 ), tidak berpengaruh ( p>
0,05 ), pengetahuan ( p= 0,284 ), tidak berpengaruh (p > 0,05 ) terhadap
keberhasilan program penanggulangan TB Paru di RSUP HAM Medan 2008.
Sedangkan penghasilan ( p= 0,036 ), tipe pengobatan (p= 0.021), sikap petugas
(p= 0,001), dan sikap petugas (p= 0,002) berpengaruh (p< 0,005 ) terhadap
keberhasilan pogram penanggulangan TB Paru di RSUP HAM Medan 2008.
( www. kompas. com 2008 ).
4
5. Dari data di atas, maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan Tuberculosis Paru di Ruang Rindu A-3 Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan ” . Disini penulis mencoba menerapkan proses
keperawatan yang sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang optimal.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang ”Asuhan
Keperawatan pada Tn.B Dengan Tuberculosis Paru di Ruang Rindu A-3 RSUP
HAM Medan Tahun 2011
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Asuhan Kperawatan pada Tn.B
dengan Tuberculosis Paru di ruang Rindu A-3 RSUP Haji Adam Malik
Medan Tahun 2011
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Asuhan Kperawatan
pada Tn.B dengan Tuberculosis Paru di ruang Rindu A-3 RSUP Haji
Adam Malik MedanTahun 2011
3. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada Asuhan
Kperawatan pada Tn.B dengan Tuberculosis Paru di ruang Rindu A-3
RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011
5
6. 4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Asuhan
Kperawatan pada Tn.B dengan Tuberculosis Paru di ruang Rindu A-3
RSUP Haji Adam Malik MedanTahun 2011
5. Mampu melakukan evaluasi dalam melaksanakan Asuhan Kperawatan
pada Tn. B dengan Tuberculosis Paru di ruang Rindu A-3 RSUP Haji
Adam Malik Medan Tahun 2011
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya membatasi pada satu
kasus saja yaitu ” Asuhan Keperawatan pada Tn.B Dengan Tuberculosis Paru
selama tiga hari di Ruang Rindu A-3 RSUP HAM Medan” yang dimulai dari
tanggal 9-11 mei 2011.
1.4 Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskriftif, yaitu metode ilmiah yang
menggunakan secara nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan
Tuberculosis Paru melalui pendekatan studi kasus, adapun tahap penulisan
diperoleh dengan cara :
1. Studi pustaka
mencari materi / sumber buku serta mempelajari yang berhubungan
dengan judul Karya Tulis Ilmiah.
6
7. 2. Studi kasus
Melakukan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada klien dengan
tuberculosis paru melalui pengumpulan data dengan metode observasi dan
wawancara meliputi :
a. Pengkajian
b. Perumusan msalah
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi / implementasi
e. Evaluasi
3. Observasi
Penulis dengan melakukan pengamatan.
4. Wawancara
Penulis mengumpulkan infomasi dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung dengan pasien, keluaga pasien, perawat, dan dokter yang
ada diruangan
5. Studi dokumentasi
Dengan mempelajari catatan atau hasil pemeriksaan serta tindakan yang
dilakukan pada klien yang ada kaitannya dengan Karya Tulis Ilmiah ini.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Untuk Rumah Sakit
7
8. Berguna untuk rumah sakit yaitu sebagai evaluasi dalam menangani
pasien dengan gangguansistem pernafasan: Tuberculosis Paru yang ada
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Untuk Institusi
Untuk menggembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa-mahasiswi
Akdememi Keperawatan Helvetia Medan mengenai Tubercolusis Paru.
3. Untuk Klien
Sebagai masukan dan pengetahuan bagi Tn.B dan keluarga mengenai
penyakit Tubercolusis Paru.
4. Untuk Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara
menanggulangi penyakit Tubercolusis Paru, dan cara membuat
asuhan keperawatan tentang tuberculosis paru.
8
9. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Medis
2.1.1 Defenisi
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. ( Arief
Mansjoer, 2001 ).
Tuberculosis ( TB ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil
mycobacterium tuberculosis, atau basil tuberkel, yang tahan asam, bila seseorang
yang belum pernah terpapar pada TB, menghirup cukup banyak basil tuberkel ke
dalam alveoli, maka terjadilah infeksi cukup banyak basil tuberkel ( Jan
Tambayang, 2000 ).
Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selnjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. ( www.asuhan keperawatan.
blogspot.com, 2008 ).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1. Anatomi
Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung – gelembung ( gelembung – hawa – alveoli). Gelembung –
gelembung alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
9
10. luas permukaannya lebih kurang 90 m² masuk kedalam darah dan CO²
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru – paru ini kurang lebih
700.000.000 buah ( paru – paru kiri dan kanan ). (Syaifuddin, 2006 )
Paru – paru di bagi dua yaitu :
1. Paru – paru kanan
Terdiri dari 3 lobus ( belah paru ), yaitu lobus pulmo dekstra superior,
lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru – paru kiri
Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap – tiap
lobus terdiri dari belahan – belahan yang lebih kecil bernama segmen.
( Syaifuddin, 2006 ).
( Sumber : Interactive Atlas Of Human Anatomy, 2002
10
11. Paru – paru terletak pada rongga dada, diantarannya menghadap ketengah
rongga dada / kava mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat paru – paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru – paru dibungkus oleh
selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pleura Viseral ( selaput dada pembungkus ) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru – paru.
b. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi dada sebelah luar. Antar kedua
pleura ini terdapat rongga ( kavum ) yang disebut kavum pleura.
( Syafuddin, 2006 ).
Pembuluh darah pada paru, sirkulasi pulmoner berasal dari ventrikel kanan
yang tebal dinding 1/3 dari tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan
kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.( Syaifuddin,
2006 ).
2.1.2.2.Fisiologi
Kapasitas paru – paru merupakan kesanggupan paru – paru dalam menampung
udara di dalamnya. Kapasitas paru – paru dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Kapasitas total yaitu udara yang dapat mengisi paru – paru pada inspirasi
sedalam – dalamnya.
b. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah
ekspirasi maksimal.
c. Dalam keadaan normal kedua paru – paru dapat menampung udara ±
5liter. (Syaifuddin, 2006 ).
11
12. Secara fungsional, sistem pernafasan terdiri atas tangkaian proses ”teratur”
yang terintegrasi yang mencakup pulmonal (bernafas) pertukaran gas dalam paru
-paru dan jaringan, transpor gas oleh darah dan regulasi pernafasan secara
keseluruhan.
Proses inspirasi dengan diafragma berkontraksi, bergerak ke atas otot-otot
interkasta eksternal menarik iga ke atas dan keluar, yang mengembangkan rongga
dada ke arah ke samping kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang, dengan
mengembangnya rongga dada, pleura pasietal ikut mengembang tekanan udara
pleura menjadi makin negatif karena terbentuk isafan seora,memungkinkan pleura
untuk mengembang juga dari hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Ekspirasi atau yang di sebut juga ekhalasi di mulai ketika diafragma dan
otot-otot inteskasta rileks, karena rongga dada menjadi lebih sempit,paru –paru
terdesak dan jaringan ikut elastiknya yang merenggang selama inhalasi, mengerut
dan juga mendesak alveoli, dengan meningkatnya tekanan intra pulmonal di atas
tekanan atmosfer, udara didorong keluar paru-paru sampai kedua tekanan sama
kembali.
Paru – paru merupakan alat pernafasan utama. Paru – paru merupakan
tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernafas, dimana oksigen masuk melalui trachea sampai
ke alveoli berhubungan dalam kaviler pulmoner alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel dan dari jantung dipompakan
keseluruh tubuh.
12
13. Didalam paru – paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
ke alveoli, dan kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai
pada mulut dan hidung. ( Syaifuddin, 2006 ).
13
14. 2.1.3 Web Of Caution (WOC)
14
Mycobakterium
Droplet Infection
Dibatukan Dibersihkan
Kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan dalam keadaan lembab
Droplet mukleid berada di udara bebas selama 1-2 jam
Terhisap masuk ke jaringan paru Siklus Sistemik
Bertambah dan berkembang biak di sitoplasma
makrofag/ ke orang lain
Bersarang di jaringan paru
Berbentuk sarang tuberkel, pneumonia
kecil/sarang primer
Tuberculosis primer
Tulang Usus Meningen Kulit
Spondilitas TBC TBC usus Meningitis
Purulenta
TBC Kulit
Sirkulasi sistemik
Tuberculosis post
primer
Tuberkeldorma
nt
MK :
- Resti infeksi
berulang
- Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi,
aturan,
tindakan dan
pencegahan
Pengobatan adekuat Peradangan parenkim paru Demam MK : Gangguan
rasa nyaman
peningkatan
suhu
Kerusakan pada
membrane alveolar
Nekrosis keju
Difusi O2/CO2
terganggu
MK : Gangguan
pertukaran gas
Produksi secret meningkat
Sputum MK : Tidak
efektifnya
jalan nafas
Rangsangan batuk
meningkat
Nyeri dada, malaise
MK :
- Gangguan rasa
nyaman nyeri
- Gangguan istirahat
tidur
Sembuh tanpa
meninggalkan cacat
Sembuh dengan
meninggalkan bekas
berupa garis-garis
fibrotik klasifikasi atau
compex sarang
Nafsu makan menurun
(anoreksia)
MK : Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Sumber : Suryono, 2001
15. 2.1.4. Etiologi
Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mikrobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /mm dan tebal 0,3 – 0,6/mm. Sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak ( lipid ). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
( dapat tahan bertahun – tahun dalam lemari es ). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberculosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat
ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru – paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis.
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan.
Basil mikrobacterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas
( droplet infection ) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer ( ghon )
selanjutnya melebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer
kompleks ( ranke ).
Keduanya dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer,
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikrobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1 – 3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer ( reinfection ) adalah
15
16. peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam
tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
( www tammami.wordpress.com, 2008 ).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala utama TB Paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien TB Paru menunjukan gejala klinis, yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB Paru yang khas
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda :
a. Tanda – tanda infiltrat ( redup, bronkial,ronki basah, dan lain – lain )
b. Tanda – tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Sekret di saluran nafas dan ronki.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.
( Arif Mansjoer, 2001 )
16
17. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula – mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak – bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal – hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain
– lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
17
18. 2. Gejala sistemik, meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebasserangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu – bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
3. Gejala klinis hemaptoe :
Kita harus memastika bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara
membedakan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Batuk darah dengan tanda sebagai berikut :
1) Darah dibatukan dengan rasa panas ditenggorokan
2) Darah berbuih bercampur udara
3) Darah segar berwarna merah muda
4) Darah bersifat alkalis
5) Anemia kadang – kadang terjadi
6) Benzidin tes negatif
18
19. b. Muntah darah dengan tanda sebagai berikut :
1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual
2) Darah bercampur sisa makanan
3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
4) Darah bersifat asam
5) Anemia sering terjadi
6) Benzidin tes positif.
c. Epistaksis dengan tanda sebagai berikut :
1) Darah menetes dari hidung
2) Batuk pelan kadang keluar
3) Darah berwarna merah segar
4) Darah bersifat alkalis
5) Anemia sering terjadi
( www. Asuhan – Keperawatan.blogspot.com, 2008 )
2.1.5 Komplikasi
a. Hemoptisis
Pada dasarnya TB adalah proses nekrosis, kalau di antara jaringan yang
mengalami nekrosis pembuluh darah, besar kemungkinan penderita akan
mengalami batuk darah.
b.TB larings
Karena tiap kali dahak mengandung basil TB dikeluarkan melalui laring,
tidaklah mengherankan bila ada basil yang tersangkut di laring dan menimbulkan
proses TB di tempat tersebut.
19
20. c. Pleuritis
Bila terdapat proses TB di bagian paru yang terdekat dengan pleura, pleura
akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat.
d.Pneomothoraks
Proses nekrosis terjadi dekat dengan pleura,sehingga pleura ikut
mengalami nekrosis dan bocor sehingga terjadi pneumothoraks.
e.Emplemen
Infeksi sekunder mengenai cairan eksudat dan pleuritis.
f.Abses paru
Infeksi sekunder yang mengenai jaringan nekrosis itu langsung, sehingga
terjadi abses paru.
g.Cor pulmonale
Semakin parah destruksi paru makin meluas proses-proses fibrotik paru
( proses atelektasis ), resistensi perifer dalam paru akan meningkat, resutansi ini
akan menjadi beban bagi jantung kanan, sehingga terjadi hipertrofi. Bila keadaan
ini terus berlanjut maka akan berakhir dengan payah jantung kanan, kekainan
jantung karena kelainan baru dinamakan cor pulmonale.
( Danu Santoso, 2002 ).
20
21. 2.1.7 Penatalaksanaan
Tuberculosis paru diobati terutama dengan terapi dan pengobatan prefentif
sebagai berikut :
1. Terapi
a. Terapi selama 6 bulan sampai 12 bulan
b. Lima medikasi baris depan digunakan isoniazid ( INH ), refampisin
( RIF ), streptomisin ( SM ), Ethambutol ( EMB ), dan Pirazinamid
( PZA ),selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan
waktu selama 2 bulan.
c. Obat pilihan kedua : Kapreomosin, konamisin, Ethionamid, Natrium para
– Aminosalisilat, Amikasin, dan Siklizin.
d. Individu dianggap non infeksius setelah 2 – 3 minggu menjalani terapi
lanjutan.
2. Pengobatan preventif
Identifikasi individu beresiko : INH untuk terapi preventif diberikan dalam
dosis tunggal harian selama 6 – 12 bulan.
( Brunner & Seddarth, 2001 ).
Pengobatan TB juga dapat dilakukan dengan 2 fase, yaitu ;
a. Fase awal intensif kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi
kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka
pendek atau kegiatan karakteristik pada pengobatan kompesional.
21
22. Pembedahan pada TB paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT pasien telah berkurang,
indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif,
indikasi mutlak pembedahan adalah :
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap
positif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
c. Pasien dengan pistula bronkopleura dan emplema tidak dapat diatasi
secara konservatif.
Indikasi relatif pembedahan adalah :
a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk darah berulang.
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.
c. Sisa kapasitas yang menetap.
( Arif Mansjoer, 2001 ).
2.2 Tinjauan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala pada aktivitas / istirahat yaitu kelelahan umum dan kelemahan, nafas
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil dan / atau
berkeringat dan mimpi buruk. Tandanya adalah takikardi, takipnea / dispnea
pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak.
b. Integritas Ego
22
23. Gejala pada integritas ego yaitu adanya / faktor stres lama, masalah keuangan,
rumah, perasaan tak berdaya / tak ada harapan, populasi budaya / etnik.
Tandanya adalah menyangkal ( khususnya selama tahap dini ), ansietas,
ketakutan dan mudah terangsang.
c. Makanan / Cairan
Gejala pada makanan / cairan yaitu kehilangan nafsu makan, tak dapat
mencerna, penurunan berat badan. Tandanya adalah turgor kulit buruk,
kering / kulit bersisik, kehilangan otot, / hilang lemak subkutan.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala pada makanan yaitu nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tandanya adalah berhati – hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
e. Pernapasan
Gejalanya pada pernapasn adalah batuk produktif atau tak produktif, napas
pendek, riwayat tuberculosis. Tandanya adalah peningkatan frekwensi
pernapasan, pengembangan pernapasan tak simetris, perkusi pekak dan
penurunan fremitus, bunyi napas menurun, sputum hijau, deviasi trakeal, tak
perhatian, mudan terangsang yang nyata, perubahan mental.
f. Keamanan
Gejalanya pada keamanan yaitu adanya kondisi penekanan imun. Tandanya
adalah demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi sosial
23
24. Gejala pada interaksi sosial yaitu perasaan isolasi / penolakan karena penyakit
menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
h. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala pada penyuluhan / pembelajaran yaitu riwayat keluarga TB,
ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk, gagal untuk membaik /
kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi. ( Doengoes, 2000 )
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
b. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan secret kental.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang ada. ( Doengoes, 2000 ).
2.2.3 Perencanaan / Pelaksanaan / Evaluasi
Diagnosa Keperawatan I
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan :
Menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang
aman.
24
25. Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko penyebaran infeksi.
Perencanaan / Pelaksanaan :
a.Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet
udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa dan menyanyi.
Rasional :
klien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
penyakit berulang / komplikasi.
b.Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota keluarga dalam satu
rumah, sahabat karib.
Rasional :
Orang – orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran / terjadinya infeksi.
c.Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue dan
menghindari meludah.
Rasional :
Orang – orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran / terjadinya infeksi.
d. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
Rasional :
Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dan membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular.
e. Awasi sesuai indikasi
Rasional :
25
26. Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
f.Kolaborasi dengan tim dokter
Rasional :
Kombinasi agen anti infeksi digunakan.
Evaluasi :
Tidak terdapat tanda- tanda infeksi.
Diagnosa Keperawatan II
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental.
Tujuan :
Menunjukan perilaku untuk memperbaiki jalan napas
Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan napas klien.
Perencanaan / Pelaksanaan :
a. Kaji fungsi pernafasan
Rasional :
Penurunan bunyi nafas menunjukan katifitas, ronchi, mengi. Menunjukan
akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan
kerja pernafasan
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
Rasional :
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal, sputum berdarah, kental atau darah
cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkial dan dapat
memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
26
27. c. Berikan pasien semi fowler atau kepala lebih tinggi dari badan dan bantu klien
untuk batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional :
Posisi membantu memaksimalkan exfansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan, ventilasi maksimal membuka areka atelektasis dan meningkatkan
gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d. Bersihan sekret dari mulut dan trakea
Rasional :
Mencegah abstruksi / aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan, contoh :
Lembabkan / oksigen inspirasi, agen mukolitik, bronkodilator dan
kortikostroid.
Rasional :
Mencegah pengeringan membrane mukosa , membantu pengenceran sekret
dan mudah dikeluarkan, agen mukolitik menurunkan sekret paru.
Diagnosa Keperawatan III
Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru.
Tujuan :
Bebas dari gejala distres pernafasan.
Kriteria Hasil :
Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
Perencanaan / Pelaksanaan :
27
28. a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan,
terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.
Rasional :
Tuberculosis paru menyebabkan efek pada paru dari bagian kecil
broncopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, efusi pleura dan
fibrosis luas. Efek pernafasan dari ringan sampai distres pernafasan.
b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran.
Rasional :
Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigen organ
vital dan jaringan.
c. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan.
Rasional :
Menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejalanya.
d. Kolaborasi dari team dokter dalam memberikan tambahan oksigen yang
sesuai.
Rasional :
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi / menurunnya permukaan alveolar paru.
Evaluasi :
Melaporkan tak ada penurunan dispnea.
Diagnosa Keperawatan IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
28
29. Tujuan :
Mempertahankan berat badan yang tepat.
Kriteria Hasil :
Menunjukan peningkatan berat badan.
Perencanaan / Pelaksanaan :
a. Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan
derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan /
ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual / munyah atau
diare.
Rasional :
Berguna dalam mendefenisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
b. Pastikan pola diet klien yang disukai / tak disukai.
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan / kekuasaan khusus.
Perimbangan keinginan individu dalam memperbaiki masukan diet.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Rasional :
Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan diet.
Evaluasi :
Menunjukan berat badan meningkat, mencapai tujuan dengan nilai laboraturium
normal dan bebas tanda malnutrisi.
Diagnosa Keperawatan V
29
30. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang ada.
Tujuan :
Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat.
Kriteria Hasil :
Klien paham tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan.
Perencanaan / Pelaksanaan :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar
Rasional :
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahapan individu.
b. Identifikasi Gejala yang harus dilaporkan keperawat.
Rasional :
Dapat menunjukan kemajuan atau efek obat yang memerlukan evaluasi
lanjut.
c. Berikan intruksi dan informasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan,
contoh jadwal obat.
Rasional :
Informasi tertulis menurunkan hambatan klien intuk mengingat sejumlah besar
informasi, pengulangan menguatkan belajar.
Evaluasi :
Menyatakan pemahaman proses penyakit. ( Doengoes, 2000 )
30
32. 28
31
Nama klien : Tn. B
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Klumpang
Tanggal masuk : 22 April 2011 di ruang Rindu A-3
Tanggal pengkajian : 04-06 mei 2011
Penanggung jawab : Tn.M
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Klumpang
3.1.2 Keluhan Utama
Klien mengatakan terasa sesak disaat bernafas dan batuk darah, dada terasa
nyeri sebelah kanan.
3.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien sering mengalami batuk yang disertai darah, sputum dan sesak nafas.
Klien juga sering mengalami nyeri pada bagian dada kanan pada saat batuk, hal
yang dapat memperbaiki dengan mengatur posisi yang senyaman mungkin seperti
32
33. posisi semi fowler dan dengan pemberian obat yaitu inj cefotaxime, inj ketorolak,
inj treptomisin, vit K, vit B comp,codein, transamin.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien sebelumnya sering mengalami sakit seperti ini, bahkan klien sering di
rawat di rumah sakit RSUP HAM Medan.
3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit keturunan apapun.
3.1.5 Genogram :
33
34. = Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
3.1.6 Kebiasaan Sehari – hari
a. Biologis
1. Nutrisi
Setelah masuk rumah sakit pola makan klien 3 kali sehari, makanan yang disukai
nasi putih dan tidak makan pantangan. Setelah masuk rumah sakit pola makan 3
34
35. kali sehari, jenis diet MB dan nafsu makan berkurang ( diet MB yang disajikan
hanya habis ⅓ porsi ).
2. Minum
Sebelum masuk rumah sakit jenis minuman air putihn dan banyaknya 2000 cc/
hari. Setelah masuk rumah sakit klien minum air putih sebanyak 1500 cc / hari.
3. Tidur
Sebelum masuk rumah sakit tidur siang 1 jam, tidur malam 8 jam. Sesudah masuk
rumah sakit tidur siang 1 jam, tidur malam 5 jam, itupun sering terbangun karena
sesak dan klien mengatasinya dengan memasang O2 dan duduk bersandar.
4. Eliminasi
BAK klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit frekwensi 4 kali sehari,
banyaknya 1000 – 1500 cc, bau khas dan tidak ada kelainan. BAB klien sebelum
masuk rumah sakit frekwensi 2 kali sehari, dan sesudah masuk rumah sakit
frekwensi 1 kali sehari, konsistensi lembek, bau khas dan tidak ada kelainan.
5. Aktivitas
Klien dapat melakukan aktifitasnya sendiri.
Personal Hygiene
Sebelum masuk rumah sakit mandi klien 2 kali / hari, gosok gigi 2 kali / hari, cuci
rambut 2 kali / minggu, potong kuku 1 kali / minggu. Setelah masuk rumah sakit
mandi klien 1 kali / hari, gosok gigi 1 kali / hari, cuci rambut 1 kali / minggu,
potong kuku 1 kali / minggu.
6. Rekreasi
Klien jarang pergi ketempat rekreasi kecuali pada hari – hari tertentu seperti pada
hari – hari besar, klien suka mendengar musik dan nonton TV.
35
36. b. Psikologi
Persepsi klien yakin penyakitnya akan sembuh ,emosi klien stabil, klien
beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya dan mekanisme diri klien masih kuat.
c. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga maupun orang lain baik, perhatian dengan orang
lain baik, gemar memancing dan bahasa yang digunakan sehari – hari bahasa
Indonesia.
d. Spiritual
Spiritual di RS klien tidak pernah melaksanakan sholat karena penyakitnya akan
tetapi klien yakin bahwa penyakitnya dapat sembuh.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
A. Tanda – tanda vital
Tanda – tanda vital, hari rabu 04-06 mei 2011
Keadaan umum klien lemah, keadaan compos mentis, suhu 36,5 ºC, tekanan darah
110 / 70 mmhg, nadi 78x/i, RR : 34x/i, tinggi badan 170 cm, berat badan 45 kg,
sesudah masuk rumah sakit 40 kg, penampilan sederhana dan ciri- ciri tubuh
kurus sedang.
B. Pemeriksaan Head to too
1. Kepala
Bentuknya oval, posisi simetris dan kulit kepala simetris.
2. Bentuk rambut
Lurus, warna rambut hitam.
36
37. 3. Mata
Ketajaman / visus anemi, sclera tidak ikteras, konjungtiva anemi, pupil dan refleks
cahaya normal, posisi bola mata simetris, wajah pucat, mata cekung, mata merah,
dan tidak memakai alat bantu.
4. Hidung
Posisi hidung simetris, benda asing / sekret tidak ada, bisa membedakan bau, tidak
ada perdarahan dan peradangan dan juga polip, terpasang O2 : 2L/i.
5. Telinga
Bentuk dan posisi simetris, serumen tidak ada, perdarahan dan peradangan tidak
ada, dan fungsi pendengaran tidak ada gangguan.
6. Mulut
Bibir tidak ada perdarahan dan peradangan, kebersihan baik, karies tidak ada,
mucosa pada mulut tidak bersih, tidak ada hiperemik, pada tonsil tidak ada
peradangan dan pembesaran, dan fungsi pengecapan masih baik.
7. Leher
Kelenjar getah bening dan tiroid tidak ada pembesaran tekanan vena jugularis
tidak meningkat.
8. Thorax dan Fungsi pernafasan
a. Inspeksi : Bentuk dan keadaan thorax asimetris.
b. Auskultasi : Bunyi nafas : Vasikuler mengeras pada paru kiri atas. Bunyi nafas
ronchi basah.
Irama : Vesikuler mengeras pada paru kanan.
c. Perkusi : kesan kanan melemah, sonor memendek pada lapisan paru kiri
atas
37
38. Frekwensi pernafasan : RR : 34x/i
O2 : 2L/i
9. Jantung
Frekwensi denyut jantung 78x/i, bunyi jantung lub dub, nyeri dada ada pada saat
batuk dan skala nyeri 5 ( sedang ).
10. Abdomen
Turgor kulit abdomen baik, bentuk stabil, nyeri tekan tidak ada, tidak dijumpai
adanya kelainan seperti pembesaran pada abdomen.
11. Reproduksi / Alat kelamin
Genital baik, tidak ada kelainan ataupun pembengkakan dan peradangan.
12. Ektremitas
Ekstremitas simetris kiri / kanan, pada rentang gerak atas sebelah kanan terganggu
karena adanya pemasangan infus, dan pada ektremitas bawah tidak terganggu.
Odema tidak ada pada ektremitas atas dan bawah.
13. Neuro sensor
NO Nervus Nama saraf Keterangan
1.
2.
3.
Nervus I
Nervus II
Nervus III, IV, VI
Olfaktorius
Optikus
Occulomotorius,
proklearis, abdusen,
Baik
Kurang baik
Baik
38
39. 4.
5.
6.
7.
.
Nervus V
Nervus V II
Nervus VIII
Nervus IX, X
Trigeminus
Fevialis
Audiotoris
Glosofarengeus dan
vagus
Baik
Baik
Baik
Tergagau karena ada
sekret yang tertumpuk
3.1.8 Data Penunjang / Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa medis
Tuberculosis Paru
b. Pemeriksaan Laboraturium
NO Pemeriksaan Normal
1.
2.
3
4
5.
6.
7.
8
9.
10.
11.
12.
Hemoglobin 9 %
Natrium 137 mg/dl
Kalium 3,1 Meq/l
. Chlorida 101 Meq
Chlorida 101 Meq
Creatinin 0,8 mg/dl
SGOT ( AST ) 11 u/l
SGPT ( alat ) 10
KGD Adrandome 122 mq/dl
PH 7,480
PCO2 34,2mmhg
PO2 88,1mmhg
Normalnya L. 13 – 16
Normalnya 135 – 155
Normlny 3,6 – 5,5
Normalnya 96 – 106
Normalnya 10 – 50
Normalnya 0,7 – 1,4
Normalnya Pr : < 31, Lk : < 38
Normalnya ≤ 200
Normalnya 7,35 – 7,45
Normalnya 38 – 42
Normalnya 85 – 100
39
41. - Analisa sputum : Os BTA 3 x / pewarnaan gram / jamur.
: Kultur sputum : OAT / RT. Bakteri / ST. Jamur.
- Pemeriksaan darah lengkap : RFT / RT Bakteri / ST. Jamur.
- EKG
3.1.9 Therapy
1. O2 2 L/i
2. Transamin 2 x 1
3. Vit. K 3 x 1
4. Inj Cefotaxime 1gr/8 jam
5. Vit B Compleks 3 x 1
6. Inj Ketorolak 1 amp / 8 jam
7. Inj Streptomisin 1gr/ hr
8. Codein 1 tab
3.2. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 Data subjektif :
Klien mengatakan sesak pada saat
bernafas
Data Objektif :
• Gelisah,TD110/70mmhg,
pols : 78x/i, sekret (+), Temp
: 36,5 ºC, RR : 34x/i, O2 :
2L/i
TB Paru
Infeksi
MikobacteriumTBC
Menempel pada
alveolus
Tidak
efektifnya
jalan nafas
41
42. • Bunyi nafas ronkhi basah
• PH : 7,480
• PCO2 : 34,2 mmhg
• PO2 : 88,1 mmhg
Peradangan paru
( peningkatan suhu
dan leukosit darah )
Parenkim paru
Nekrosis
Caverne
Penurunan expansi
paru
Penumpukan sekret
Di broncus
Tidak efektifnya
jalan nafas
2 Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri dada pada
saat batuk
Data objektif :
• Wajah klien meringis
TB Paru
Infeksi
mikrobacterium
Nyeri
42
43. kesakitan pada saat batuk
• Skala nyeri 5 ( sedang )
Menempel pada
alveolus
Peradangan
Masuk ke pleura
Pleuritis
Batuk
Nyeri dada
3 DS :
• Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
DO :
• Klien lemah, diet yang
disajikan habis ⅓ porsi, BB :
Sebelum masuk rumah sakit
45 kg. Sesudah masuk
rumah sakit menjadi 40 kg.
BB ideal : ( TB - 100) ± ( 10 % ( TB
– 100 )
= ( 170 - 100) ± ( 10 % ( 170 –
TB Paru
Anoreksia
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
43
44. 100 )
= 70 - (10 % (70))
= 70 – 7
= 63 kg
4 DS :
• Klien mengatakan susah
tidur
DO :
• Klien tampak lemah
• TD : 110/70mmhg
• RR : 34x/i
• Pols : 78x/i
• Wajah pucat
• Mata cekung
• Mata merah
TB Paru
Infeksi
mikrobakterium
Menempel pada
alveolus
Peradangan
Parenkim Paru
Nekrosis
Caverne
Sesak dan batuk
Gangguan istirahat
tidur
Gangguan
istirahat tidur
44
45. 3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di
bronchus ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas, TD : 110/70mmhg,
pols : 78x/i, RR : 34x/i, temp : 36,5 ºC, O2 : 2 L/i, PH : 7,480, PCO2 : 34,2
mmhg, PO2 : 88,1 mmhg.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan batuk yang berulang
ditandai dengan klien mengatakan nyeri di dada pada saat batuk, wajah klien
meringis kesakitan pada saat batuk. Skala nyeri 5 ( sedang ).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan menurun, diet yang
disajikan habis ⅓ porsi, BB : Sebelum masuk rumah sakit 45 kg, Setelah
masuk rumah sakit 40 kg.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan batuk ditandai
dengan klien mengatakan susah tidur. Klien tampak lemah, mata merah, mata
cekung, wajah pucat, TD : 110/70mmhg, RR : 34x/i, pols : 78x/i.
45
46. 3.4. Perencanaan/ Intervensi
No.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan &
Kriteria
Hasil
Asuhan Keperawatan
Intervensi Rasional
1. Tidak efektifnya
jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan
sekret di
broncus di
tandai dengan
klien
mengatakan
sesak nafas.
TD : 110 / 70
mm/Hg, Pols :
78 x/ menit,
RR : 34 x/
menit, temp :
36,5 o
C, O2 : 2
liter/ menit. PH :
7, 480, PCO2 :
Tujuan :
Jalan nafas
kembali
efektif.
Kriteria
hasil :
- Klien tidak
sesak.
- Pola nafas
24x/ menit
a. Kaji vital
sign.
b. Atur
posisi klien
semi fowler.
c. Latih
klien untuk
a. Untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit,
khususnya di
bagian
pernafasan.
b. Posisi semi
fowler membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan
upaya
pernafasan.
c. Untuk
mempermudah
46
47. 34,2 mmHg,
PO2 : 88, 1
mmHg.
batuk
efektif.
d. Kolabora
si dengan
tim dokter
dalam
pemberian
obat.
pengeluaran
sputum.
d. Dengan
pemberian obat
yang teratur
dapat
mempercepat
proses
penyembuhan.
2. Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan batuk
yang berulang di
tandai dengan
klien
mengatakan
terasa nyeri di
dada pada saat
batuk, wajah
klien meringis
kesakitan pada
saat batuk.
Tujuan :
Rasa nyeri
hilang.
Kriteria
hasil :
- Nyeri
hilang.
- Skala nyeri
5
( Sedang ).
a. Kaji skala
nyeri.
b. Ubah posisi
klien.
c. Ajarkan
klien teknik
relaksasi.
d. Kolaborasi
dengan tim
dokter
dalam
pemberian
obat.
a. Dengan mengkaji
skala nyeri dapat
diketahui rasa
nyeri yang di
rasakan oleh
klien.
b. Posisi klien dapat
membantu
ekspansi paru dan
menurunkan rasa
nyeri.
c. Memberikan
klien untuk dapat
merasa rileks.
d. Kolaborasi
dengan dokter
diharapkan dapat
mempercepat
kesembuhan
klien.
47
48. 3. Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia di
tandai dengan
klien
mengatakan
nafsu makan
menurun, diet
yang di sajikan
habis 1/3 porsi,
berat badan 45
kg sebelum
masuk rumah
sakit dan setelah
masuk rumah
sakit 40 kg.
Tujuan :
Peningkatan
berat badan.
Kriteria
hasil :
• Klien
mengatak
an nafsu
makan
meningkt
satu porsi
yang
disajikan
habis.
a. Beri
makan
sedikit tapi
sering.
b. Monitor
cairan infus
tryluid.
c. Beri
penjelasan
tentang
pentingnya
makanan
bagi tubuh.
d. Kolabora
si dengan
dokter tentag
pemberian
obat.
a. Memaksimalk
an masukan
nutrisi tanpa
kelemahan yang
tidak perlu atau
kebutuhan energi
dari makanan
yang banyak.
b. Untuk
mengetahui
jumlah
pemasukan
cairan kedalam
tubuh klien.
c. Klien dapat
menjaga
makanan yang
sehat untuk
kesembuhan
penyakit klien.
d. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
penyakit klien.
4. Gangguan
istirahat tidur
berhubungan
dengan sesak
dan batuk
ditandai dengan
klien
mengatakan
susa tidur, klien
tidur malam
kurang dari 5
Tujuan :
Istirahat klien
dapat
terpenuhi.
Kriteria
hasil :
- Klien dapat
tidur tenang
a. Pentingnya
ventilasi
ruagan yang
baik.
b. Beri posisi
yang
nyaman
a. Oksigen
tambahan dapat
memberikan
tambahan suplai
oksigen ke
jaringan tubuh.
b. Dengan
memberikan
posisi semi
48
49. jam. klien
tampak lemah,
mata merah,
mata cekung,
wajah pucat, TD
110/70mmHg,
RR 34x/I, Pols
78x/i.
dengan
tenang.
.
- Klien dapat
tidur 6-8
jam perhari
dengan
tenang.
yaitu semi
fowler .
c. Berikan
minuman
hangat
sebelum
tidur ( bukan
kontra
indikasi ).
d. Ciptakan
lingkungan
yang
nyaman
tanpa
kebisingan.
fowler dapat
meningkatkan
ekspansi paru.
c. Meningkatkan
relaksasi.
d. Meningkatkan
relaksasi dan
kenyamanan
klien.
3.4. Implementasi dan Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari pertama
Nama : Tn.B
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
Ruangan : Rindu A-3
Hari /
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Jam Implementasi Evaluasi
04 mei
2011
Diagnosa
Keperawatan I :
Tidak efektifnya
jalan nafas
20.00
wib
- Mengkaji tanda
vital. TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
S : Klien
mengatakan
masih sesak
nafas.
49
50. berhubungan
dengan
penumpukan
sekret di bronkus
di tandai dengan
klien mengatakan
sesak nafas, TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, Temp :
36,5 ºC, O2 :
2L/i, PCO2 :
34,2mmhg, PO2
88,1mmhg, PH :
7.480.
21.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
34x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Membuat posisi
yang nyaman
kepada klien
yaitu kepala lebih
tinggi dari badan
untuk
melancarkan
pernafasan klien.
- Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif dengan
menarik nafas
panjang lalu klien
menarik nafas
panjang lalu klien
diminta untuk
batuk.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr/8
jam, ketorolak 1
tab, codein 1 tab,
vit B comp 1 tab.
- Mengukur tanda
vital.TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
O : Pernafasan
34x/i
A : Masalah
belum
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Kaji vital
sign
- Atur posisi
semi
fowler
- Ajarkan
klien untuk
batuk
efektif.
50
51. 06.30
wib
07.00
Wib
08.30
Wib
12.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
34x/i, Temp : 35
ºC.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime, Inj
ketorolak, codein
1 tab, Vit B comp
1 tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : Td :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital : TD : 120 /
80mmhg, Pols :
80x/i, RR : 34x/i,
Temp : 37ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
51
52. 18.00
Wib
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB
Diagnosa
Keperawatan II :
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan batuk
yang berulang di
tandai dengan
klien mengatakan
terasa nyeri di
dada pada saat
batuk, wajah
klien meringis
kesakitan pada
saat batuk.
Skala nyeri : 5
20.00
Wib
21.00
Wib
23.00
Wib
06.15
06.00
Wib
- Membantu
memiringkan
klien mika miki
- Mengajari klien
tekhnik untuk
merileksasi yaitu
dengan latihan
menarik nafas
dalam, lalu
menghembuskan
perlahan – lahan.
- Memberikan
therapy : inj
cefotaxime 1 gr/
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab.
- Menghitung
skala nyeri.
Skala nyeri 5
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
S : Klien
mengatakan
dada terasa
nyer.
Skala nyeri 5
O : Klien
tampak
gelisah
A : Masalah
belum
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Kaji skala
nyeri
- Bantu klien
untuk mika
miki untuk
mengurang
i rasa sakit.
52
53. 06.30
Wib
07.00
Wib
08.30
Wib
10.00
Wib
12.00
Wib
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, inj
ketorolak 1 amp /
8 jam, codein 1
tab , vit B comp 1
tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34 x/i, Temp :
36,5 ºC,
- Mengkaji skala
nyeri dengan
skala nyeri 5
( sedang ).
- Memberikan diet
Mb
53
54. 14.30
Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
- Mengukur tanda
vital : TD :
120/80mmhg,
pols : 80x/i, RR :
34x/i, Temp :
37ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB
Diagnosa
Keperawatan III :
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia
di tandai dengan
klien mengatakan
nafsu makan
menurun, diet
yang disajikan
20.00
Wib
23.00
Wib
- Mengkaji tanda
vital : Td : 110/70
mmhg, Pols :
78x/i, RR : 34x/i,
temp 36,5 ºc
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
S : Klien
mengatakan
kurang nafsu
makan.
O : Klien
menghabiska
n makanan
⅓ porsi yang
disediakan.
A : Masalah
54
55. habis ⅓ porsi,
BB sebelum
masuk rumah
sakit 45 kg,
sesudah masuk
rumah sakit 40
kg.
06.00
Wib
06.30
wib
09.00
Wib
12.00
Wib
13.00
Wib
14.30
tab
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, Temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB sedikit tapi
sering untuk
mencukupi
kebutuhan nutrisi
klien.
- Memasang infus
dengan cairan
Nacl.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
penjelasan pada
klien makanan
yang sehat untuk
memepercepat
penyembuhan
penyakit klien.
- Mengukur tanda
belum
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan.
- Berikan
makanan
sedikit tapi
sering.
- Beri
penjelasan
pada klien
tentang
makanan
yang sehat.
- Monitor
cairan
infuse.
- Berikan
obat
penambah
nafsu
makan.
55
56. Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
vital : TD :
120/80 mmhg,
Pols : 80x/i, RR :
34x/i, Temp : 37
ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB.
Diagnosa
Keperawatan IV :
Gangguan
istirahat tidur
berhubungan
dengan sesak dan
batuk ditandai
dengan klien
mengatakan
susah tidur. Klien
tampak lemah,
mata merah,
20.00
Wib
23.00
Wib
- Mengkaji tanda
vital TD : 110/70
mmhg, Pols :
78x/I, RR : 34x/I,
temp : 36,5ºC.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
S : Klien
mengatakan
sulit tidur
O : Tidur
malam ± 5
jam
A : Masalah
belum
teratasi
56
57. wajah pucat,
mata cekung,
TD : 110/70
mmhg, RR :
34x/I, Pols :
78x/i.
06.00
Wib
06.30
Wib
07.00
Wib
08.00
Wib
09.00
Wib
10.00
Wib
tab.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, temp 35ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital TD : 120/80
mmhg, Pols :
80x/i, RR : 34x/i,
Temp : 37ºC.
-Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Menciptakan
lingkungan yang
nyaman.
- Memberikan
posisi semi
fowler dengan
kepala lebih
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Ukur vital
sign
- Atur posisi
klien semi
fowler
- Beri O2
sesuai
dengan
intruksi
dokter.
57
59. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari Kedua
Nama : Tn.B
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
Ruangan : Rindu A-3
Hari /
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Jam Implementasi Evaluasi
05 mei
2011
Diagnosa
Keperawatan I :
Tidak efektifnya
jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan
sekret di bronkus
di tandai dengan
20.00
wib
- Mengkaji tanda
vital. TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Membuat posisi
yang nyaman
kepada klien
S : Klien
mengatakan
sesak nafas
berkurang
O : Pernafasan
28x/i
A : Masalah
59
60. klien mengatakan
sesak nafas, TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
34x/i, Temp :
36,5 ºC, O2 :
2L/i, PCO2 :
34,2mmhg, PO2
88,1mmhg, PH :
7.480.
21.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
wib
yaitu kepala lebih
tinggi dari badan
untuk
melancarkan
pernafasan klien.
- Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif dengan
menarik nafas
panjang lalu klien
menarik nafas
panjang lalu klien
diminta untuk
batuk.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr/8
jam, ketorolak 1
tab, codein 1 tab,
vit B comp 1 tab.
- Mengukur tanda
vital.TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, Temp : 35
ºC.
- Memberikan diet
MB
sebagian
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Kaji vital
sign
- Atur posisi
semi
fowler
- Ajarkan
klien untuk
batuk
efektif.
60
61. 07.00
Wib
08.30
Wib
12.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
18.00
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime, Inj
ketorolak, codein
1 tab, Vit B comp
1 tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : Td :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital : TD : 120 /
80mmhg, Pols :
80x/i, RR : 28x/i,
Temp : 37ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
61
62. Wib MB
Diagnosa
Keperawatan II :
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan batuk
yang berulang di
tandai dengan
klien mengatakan
terasa nyeri di
dada pada saat
batuk, wajah
klien meringis
kesakitan pada
saat batuk.
20.00
Wib
21.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
Wib
- Membantu
memiringkan
klien mika miki
- Mengajari klien
tehknik untuk
merileksasi yaitu
dengan latihan
menarik nafas
dalam, lalu
menghembuskan
perlahan – lahan.
- Memberikan
therapy : inj
cefotaxime 1 gr/
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB
S : Klien
mengatakan
dada terasa
nyeri
Skala nyeri 5
O : Klien
tampak
gelisah
A : Masalah
belum
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Kaji skala
nyeri
- Bantu klien
untuk mika
miki untuk
mengurang
i rasa sakit.
62
63. 07.00
Wib
08.30
Wib
10.00
Wib
12.00
Wib
14.30
Wib
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, inj
ketorolak 1 amp /
8 jam, codein 1
tab , vit B comp 1
tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28 x/i, Temp :
36,5 ºC,
- Mengkaji skala
nyeri dengan
skala nyeri 5
( sedang ).
- Memberikan diet
Mb
- Mengukur tanda
vital : TD :
120/80mmhg,
pols : 80x/i, RR :
28x/i, Temp :
37ºC.
63
64. 15.00
Wib
18.00
Wib
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB
Diagnosa
Keperawatan III :
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia
di tandai dengan
klien mengatakan
nafsu makan
menurun, diet
yang disajikan
habis ⅓ porsi,
BB sebelum
masuk rumah
sakit 45 kg,
sesudah masuk
rumah sakit 40
kg.
20.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
wib
- Mengkaji tanda
vital : Td : 110/70
mmhg, Pols :
78x/i, RR : 28x/i,
temp 36,5 ºc
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, Temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB sedikit tapi
sering untuk
S : Klien
mengatakan
nafsu makan
bertambah
O : Klien
menghabiska
n makanan
1/2 porsi
yang
disediakan.
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan.
- Berikan
makanan
sedikit tapi
sering.
- Beri
64
65. 09.00
Wib
12.00
Wib
13.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
mencukupi
kebutuhan nutrisi
klien.
- Memasang infus
dengan cairan
Nacl.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
penjelasan pada
klien makanan
yang sehat untuk
memepercepat
penyembuhan
penyakit klien.
- Mengukur tanda
vital : TD :
120/80 mmhg,
Pols : 80x/i, RR :
28x/i, Temp : 37
ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
penjelasan
pada klien
tentang
makanan
yang sehat.
- Monitor
cairan
infuse.
- Berikan
obat
penambah
nafsu
makan.
65
66. 18.00
Wib
- Memberikan diet
MB.
Diagnosa
Keperawatan IV :
Gangguan
istirahat tidur
berhubungan
dengan sesak dan
batuk ditandai
dengan klien
mengatakan
susah tidur. Klien
tampak lemah,
mata merah,
wajah pucat,
mata cekung,
TD : 110/70
mmhg, RR :
34x/I, Pols :
78x/i.
20.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
Wib
07.00
Wib
- Mengkaji tanda
vital TD : 110/70
mmhg, Pols :
78x/I, RR :
s28x/I, temp :
36,5ºC.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
28x/i, temp 35ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital TD : 120/80
mmhg, Pols :
80x/i, RR : 28x/i,
Temp : 37ºC.
S : Klien
mengatakan
sudah dapat
tidur
O : Tidur
malam ± 5
jam
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Ukur vital
sign
- Atur posisi
klien semi
fowler
- Beri O2
sesuai
dengan
intruksi
dokter.
66
67. 08.00
Wib
09.00
Wib
10.00
Wib
12.00
Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
-Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Menciptakan
lingkungan yang
nyaman.
- Memberikan
posisi semi
fowler dengan
kepala lebih
tinggi dari badan
untuk
melancarkan
pernafasan.
- Memberikan diet
MB.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB.
67
68. 18.45
Wib
- Memberi O2
sesuai dengan
intruksi dokter
agar sesak klien
berkurang.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari Ketiga
Nama : Tn.B
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
Ruangan : Rindu A-3
Hari /
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Jam Implementasi Evaluasi
06 mei
2011
Diagnosa
Keperawatan I :
Tidak efektifnya
jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan
sekret di bronkus
di tandai dengan
klien mengatakan
sesak nafas, TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
20.00
wib
21.00
Wib
- Mengkaji tanda
vital. TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Membuat posisi
yang nyaman
kepada klien
yaitu kepala lebih
tinggi dari badan
untuk
melancarkan
S : Klien
mengatakan
sesak nafas
berkurang
O : Pernafasan
27x/i
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Rencana
68
69. 34 x/i, Temp :
36,5 ºC, O2 :
2L/i, PCO2 :
34,2mmhg, PO2
88,1mmhg, PH :
7.480.
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
wib
07.00
Wib
08.30
Wib
pernafasan klien.
- Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif dengan
menarik nafas
panjang lalu klien
menarik nafas
panjang lalu klien
diminta untuk
batuk.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr/8
jam, ketorolak 1
tab, codein 1 tab,
vit B comp 1 tab.
- Mengukur tanda
vital.TD :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, Temp : 35
ºC.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
therapy : Inj
tindakan
dilanjutkan
- Kaji vital
sign
- Atur posisi
semi
fowler
- Ajarkan
klien untuk
batuk
efektif.
69
70. 12.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
cefotaxime, Inj
ketorolak, codein
1 tab, Vit B comp
1 tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : Td :
110/70mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, Temp :
36,5 ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital : TD : 120 /
80mmhg, Pols :
80x/i, RR : 27x/i,
Temp : 37ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB
Diagnosa
Keperawatan II :
Gangguan rasa
20.00
Wib
- Membantu
memiringkan
klien mika miki
S : Klien
mengatakan
nyeri dada
70
71. nyaman nyeri
berhubungan
dengan batuk
yang berulang di
tandai dengan
klien mengatakan
terasa nyeri di
dada pada saat
batuk, wajah
klien meringis
kesakitan pada
saat batuk.
21.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
Wib
07.00
Wib
- Mengajari klien
tehnik untuk
merileksasi yaitu
dengan latihan
menarik nafas
dalam, lalu
menghembuskan
perlahan – lahan.
- Memberikan
therapy : inj
cefotaxime 1 gr/
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
berkurang.
Skala nyeri 4
O : Klien
tampak
tenang
A : Masalah
sebagian
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Kaji skala
nyeri
- Bantu klien
untuk mika
miki untuk
mengurang
i rasa sakit.
71
72. 08.30
Wib
10.00
Wib
12.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
8 jam, inj
ketorolak 1 amp /
8 jam, codein 1
tab , vit B comp 1
tab, Vit K,
Transamin 2 x 1.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27 x/i, Temp :
36,5 ºC,
- Mengkaji skala
nyeri dengan
skala nyeri 5
( sedang ).
- Memberikan diet
Mb
- Mengukur tanda
vital : TD :
120/80mmhg,
pols : 80x/i, RR :
27x/i, Temp :
37ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
72
73. 18.00
Wib
codein 3 x 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB
Diagnosa
Keperawatan III :
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia
di tandai dengan
klien mengatakan
nafsu makan
menurun, diet
yang disajikan
habis ⅓ porsi,
BB sebelum
masuk rumah
sakit 45 kg,
sesudah masuk
rumah sakit 40
kg.
20.00
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
wib
- Mengkaji tanda
vital : Td : 110/70
mmhg, Pols :
78x/i, RR : 27x/i,
temp 36,5 ºc
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, Temp :
35ºC.
- Memberikan diet
MB sedikit tapi
sering untuk
mencukupi
kebutuhan nutrisi
klien.
S : Klien
mengatakan
nafsu makan
bertambah.
O : Klien
menghabiska
n makanan 1
porsi yang
disediakan.
A : Masalah
teratasi
P : Rencana
tindakan
dihentikan
73
74. 09.00
Wib
12.00
Wib
13.00
Wib
14.30
Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
- Memasang infus
dengan cairan
Nacl.
- Memberikan diet
MB
- Memberikan
penjelasan pada
klien makanan
yang sehat untuk
memepercepat
penyembuhan
penyakit klien.
- Mengukur tanda
vital : TD :
120/80 mmhg,
Pols : 80x/i, RR :
27x/i, Temp : 37
ºC.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
Inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB.
Diagnosa 20.00 - Mengkaji tanda S : Klien
74
75. Keperawatan IV :
Gangguan
istirahat tidur
berhubungan
dengan sesak dan
batuk ditandai
dengan klien
mengatakan
susah tidur. Klien
tampak lemah,
mata merah,
wajah pucat,
mata cekung,
TD : 110/70
mmhg, RR :
34x/I, Pols :
78x/i.
Wib
23.00
Wib
06.00
Wib
06.30
Wib
07.00
Wib
08.00
Wib
vital TD : 110/70
mmhg, Pols :
78x/I, RR : 27x/I,
temp : 36,5ºC.
- Memberikan
therapy : Inj
cefotaxime 1 gr /
8 jam, ketorolak
1 tab, codein 1
tab, vit B comp 1
tab.
- Mengukur tanda
vital : TD :
110/70 mmhg,
Pols : 78x/i, RR :
27x/i, temp 35ºC.
- Memberikan diet
MB
- Mengukur tanda
vital TD : 120/80
mmhg, Pols :
80x/i, RR : 27x/i,
Temp : 37ºC.
-Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 x 10 mg,
mengatakan
sudah dapat
ridur
O : Tidur
malam ±
6jam
A : Masalah
belum
teratasi
P : Rencana
tindakan
dilanjutkan
- Ukur vital
sign
- Atur posisi
klien semi
fowler
- Beri O2
sesuai
dengan
intruksi
dokter.
75
76. 09.00
Wib
10.00
Wib
12.00
Wib
15.00
Wib
18.00
Wib
18.45
Wib
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Menciptakan
lingkungan yang
nyaman.
- Memberikan
posisi semi
fowler dengan
kepala lebih
tinggi dari badan
untuk
melancarkan
pernafasan.
- Memberikan diet
MB.
- Memberikan
therapy :
Transamin 2 x 1,
codein 3 10 mg,
inj cefotaxime 1
gr / 8 jam.
- Memberikan diet
MB.
- Memberi O2
sesuai dengan
intruksi dokter
76
77. agar sesak klien
berkurang.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Tn.B dengan gangguan system pernafasan Tuberculosis Paru di Ruang Rindu A-3
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mulai dari tanggal 04 mei–
06 mei 2011, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik yang
mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan serta
mencari alternatif pemecahan masalah agar tindakan proses keperawatan dapat
lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin.
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara
teoritis dan kasus secara nyata. Perubahan ini sesuai dengan tahap proses
keperawatan.
Adapun tujuan pembahasan ini adalah untuk menemukan antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus sebenarnya dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
77
78. Tahap pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan landasan asuhan
keperawatan untuk menimbulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
keperawatan yang di berikan.
Pada tahap pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan dalam keadaan
sadar dan tidak ada gangguan bicara, dari klien penulis juga mendapatkan
informasi dari kelurga klien yang memberikan respon baik dan efektif.
Adapun gejala pada tinjauan teoritis : malaise, gejala flu, demam derajat
rendah, nyeri dada, sesak nafas dan batuk darah, dan gejala yang di temukan pada
kasus yaitu : sesak nafas, nyeri dada, dan batuk darah.
Dalam tahap pengkajian ini adalah kesenjangan data antara data teori
dengan data pada kasus. Adapun data yang ada pada teori tetapi tidak ada di kasus
adalah : gejala flu, demam derajat rendah, hal ini tidak di jumpai pada kasus Tn.D
karena di saat penulis melakukan pengkajian klien tidak mengalami flu dan temp
klien 36,5ºC.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang di temukan secara teoritis ada 5 yaitu
sebagai berikut :
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru.
78
79. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang ada.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada kasus adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di
bronkus ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas, TD :
110/70mmhg, pols : 78x/i, RR : 34x/i, temp : 36,5 ºC, O2 : 2L/i, PH :
7,480, PCO2 : 34,2 mmhg, PO2 : 88,1 mmhg.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan batuk yang berulang
ditandai dengan klien mengatakan nyeri di dada pada saat batuk, wajah
klien meringis kesakitan pada saat batuk. Skala nyeri 5 ( sedang ).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan menurun, diet
yang disajikan habis ⅓ porsi, BB : Sebelum masuk rumah sakit 45 kg,
sesudah masuk rumah sakit 40 kg.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan batuk ditandai
dengan klien mengatakan susah tidur. Klien tampak lemah, mata merah,
mata cekung, wajah pucat, TD : 110.70mmhg, RR : 34x/i, Pols : 78x/i.
Pada diagnosa keperawatan ini terdapat kesenjangan antara diagnosa yang
terdapat pada tinjauan pustaka dengan diagnosa pada tinjauan kasus.
79
80. Adapun diagnosa yang ada pada tinjauan teori tetapi tidak dijumpai pada
tinjauan kasus adalah :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat. Hal ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena pada saat
pengkajian dilakukan klien tidak mengalami demam dan suhu tubuhnya
360
C
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membran alveolar kapiler. Hal ini tidak dijumpai pada tinjauan
kasus karena klien tidak menunjukan adanya gejala – gejala distres
pernafasan.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan denngan keterbatasan kognitif, tidak lengkapnya informasi
yang ada. Hal ini tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena saat penulis
melakukan pengkajian klien tampak mengerti cara penularan penyakitnya
dimana pada saat klien batuk, klien slalu menutup mulutnya, dan klien
mengatakan ia tahu penyakit yang dideritanya adalah penyakit menular.
Adapun diagnosa keperawatan yang dijumpai pada tinjauan kasus tetapi
tidak dijumpai pada tinjauan pustaka adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan batuk yang berulang.
Hal ini ditemukan pada kasus karena klien mengatakan terasa nyeri di
dada pada saat batuk, wajah klien meringis kesakitan, skala nyeri 5
(sedang ).
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan batuk. Hal ini
ditemukan pada kasus karena klien mengatakan susah tidur. Klien tampak
80
81. lemah, mata merah, wajah pucat, mata cekung, TD : 110/70 mmhg, RR :
34x/i, Pols : 78x/i.
4.3 Perencanaan / Intervensi
Selama tahap perencanaan penulis hanya menuliskan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan, dalam tahap ini
tidak menemukan adanya kesulitan ataupun hambatan karena adanya kerja sama
penulis yang baik dengan perawat ruangan, dokter, klien dan keluarga. Oleh
karena rencana tindakan disusun ditentukan berdasarkan masalh tujuan yang akan
dicapai.
Dalam tahap perencanaan ini penulis menetapkan tujuan sesuai dengan
masalah yang dihadapi klien dan perencanaan tindakan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien, membuat rasionalisasi dan rencana tindakan keperawatan
sehingga tujuan dapat dicapai dengan kebutuhan yang diinginkan. Perencanaan
penulis buat berdasarkan permasalahan yang ada seperti :
Diagnosa Keperawatan I :
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di bronkus
ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas, TD : 110/70 mmHg, pols : 78x/i,
RR : 34x/i, temp : 36,5ºC, PH : 7,480, PCO2 : 34,2 mmhg, PO2 : 88,1mmHg.
Perencanaan pada tinjauan teori yaitu :
a. Kaji fungsi pernafasan
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
81
82. c.Berikan pasien semi fowler atau kepala lebih tinggi dari badan dan bantu klien
untuk batuk dan latihan nafas dalam.
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan.
Perencanaan pada tinjauan kasus :
a. Kaji tanda – tanda vital sign. Hal ini terdapat pada tinjauan kasus karena
penulis ingin mengetahui pernafasan klien yaitu : RR : 34x/i, pols : 78x/i.
Dan agar dapat memberikan therapy sesuai dengan anjuran dokter dan sesuai
dengan tanda – tada vital yang terdapat pada klien.
b. Atur posisi semi fowler.
c. Latih klien untuk batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat.
Diagnosa Keperawatan II :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan batuk yang berulang ditandai
dengan klien mengatakan nyeri di dada pada saat batuk, wajah klien meringis
kesakitan pada saat batuk. Skala nyeri 5 ( sedang ).
a. Kaji tanda – tanda vital
b. Kaji skala nyeri
c. Ubah posisi klien.
d. Ajarkan klien tehnik relaksasi.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian obat.
Perencanaan ini tidak di dapatkan di teori karena ini adalah diagnosa
tambahan, karena di saat penulis melakukan pengkajian wajah klien terlihat
meringis kesakitan.
82
83. Diagnosa Keperawatan III :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan menurun, diet yang disajikan
habis ⅓ porsi , BB sebelum masuk rumah sakit 45 kg, sesudah masuk rumah sakit
40 kg.
Perencanaan pada tinjauan teori :
a. Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor, berat badan dan
derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oval kemampuan /
ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/ muntah atau
diare.
b. Pastikan pola diet biasa klien yang di sukai / tak di sukai.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Perencanaan pada tinjauan kasus:
a. Kaji tanda – tanda vital. Hal ini terdapat pada kasus karena penulis ingin
mengetahui tanda – tanda vital agar dapat melanjutkan teraphy yang di
anjurkan dokter.
b. Beri makanan sedikit tapi sering. Hal ini di lakukan penulis di tinjauan
kasus agar klien dapat terpenuhi asupan nutrisinya.
83
84. c. Monitor cairan infus. Hal ini di lakukan penulis di tinjauan kasus yaitu
untuk mengetahui pemasukan cairan tubuh klien.
d. Beri penjelasan tentang pentingnya makanan bagi tubuh. Hal ini di
lakukan penulis di tinjauan kasus agar klien mengetahui makanan yang
sehat bagi tubuhnya dan yang mempercepat penyembuhan tubuhnya.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat.
Diagnosa Keperawatan IV :
Gangguan berhubungan dengan sesak dan batuk ditandai dengan klien
mengatakan susah tidur. Klien tampak lemah, mata merah, wajah pucat, mata
cekung, TD : 110/70mmhg, RR : 34x/i, Pols : 78x/i.
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
b. Beri posisi semi fowler.
c. Ukur tanda vital.
Perencanaan ini tidak dijumpai di tinjauan teori karena hal ini adalah diagnosa
tambahan, karena di saat penulis melakukan pengkajian klien tampak pucat,
lemah, mata merah, mata cekung.
4.3 Pelaksanaan / Implementasi
Tahap pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari perawatan
yang meliputi tindakan – tindakan yang ditentukan oleh perawat, kolaborasi
dengan tim medis serta menjalankan ketentuan rumah sakit.
Pada tahap palaksanaan ini, penulis tidak menemukan kesulitan dalam
melaksanakan semua perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Semua
perencanaan dilaksanakan dengan baik. Dikarenakan dengan adanya kerja sama
84
85. yang baik antara tim kesehatan yaitu perawat pelaksana, dokter, petugas
laboraturium, ahli diet dan juga dukungan sumber dana dan sumber daya keluarga
serta adanya kemauan klien untuk menerima asuhan keperawatan.
Hal ini di dukung oleh adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam perawatan / pengobatan klien di rumah sakit. Adapun implementasi yang
penulis lakukan adalah :
Diagnosa Keperawatan I :
a. Mengkaji tanda – tanda vital.
b. Membuat posisi yang nyaman kepada klien yaitu kepala lebih tinggi dari
badan untuk melancarkan pernafasan klien.
c. Mengajarkan klien untuk batuk efektif dengan menarik nafas panjang lalu
klien menarik nafas panjang lalu klien diminta untuk batuk.
d. Memberikan therapy sesuai dengan anjuran dokter.
e. Memberikan diet MB
Diagnosa Keperawatan II :
a. Mengkaji tanda – tanda vital.
b. Membantu klien untuk mika miki
c. Mengajarkan klien untuk tehnik relaksasi yaitu dengan latihan menarik
nafas dalam, lalu menghembuskan perlahan – lahan.
d. Memberikan therapy sesuai dengan anjuran dokter.
e. Memberikan diet MB.
f. Mengkaji skala nyeri
Diagnosa Keperawatan III :
a. Mengkaji tanda – tanda vital.
85
86. b. Memberikan therapy sesuai dengan anjuran dokter.
c. Memberikan diet MB sedikit tapi sering untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi klien.
d. Memberikan penjelasan pada klien makan yang sehat untuk mempercepat
penyembuhan pnyakit klien.
e. Mengawasi cairan infus untuk mengetahui jumlah pemasukan cairan.
Diagnosa Keperawatan IV :
a. Mengkaji tanda – tanda vital.
b. Memberikan therapy sesuai dengan anjuran dokter.
c. Memberikan diet MB.
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
e. Memberikan posisi semi fowler dengan kepala lebih tinggi dari badan
untuk melancarkan pernafasan.
f. Memberi O2 sesuai dengan intruksi dokter agar sesak klien berkurang.
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari poses keperawatan dalam pencapaian
tujuan dan pengkajian ulang rencana keperawatan. Dalam pembahasan asuhan
keperawatan pada kasus, dengan Tn.B ditemukan tiga diagnosa keperawatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang sebagian teratasi yaitu :
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di
bronkus di tandai dengan klien mengatasi sesak nafas, TD : 110/70 mmhg,
pols : 78x/i, RR : 34x/i, Temp : 36,5 ºC, O2L/i, PH : 7,480, PCO2 :
34,2mmhg, PO2 88,1mmhg. Diagnosa ini masih sebagian teratasi karena
86
87. penulis melihat keadaan klien / tanda – tanda vital masih menunjukan
peningkatan. TD : 120/80mmhg, Pols : 70x/i, RR : 28x/i, Temp : 37ºC.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan batuk yang berulang
ditandai dengan klien mengatakan nyeri di dada pada saat batuk, wajah
klien meringis kesakitan pada saat batuk. Skala nyeri 5 ( sedang ).
Diagnosa ini masih sebagian teratasi karena penulis melihat klien masih
meringis kesakitan. Dengan skala nyeri 4 ( sedang )
Sedangkan diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu :
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan batuk ditandai
dengan klien mengatakan susah tidur. Klien tampak lemah, mata merah, wajah
pucat, mata cekung, TD : 110/70mmhg, RR : 34x/i, pols : 78x/i. Diagnosa ini
belum teratasi karena penulis melihat klien masih tampak lemah, wajah pucat,
mata merah, mata cekung, jam tidur masih kurang ( ± 6 jam ), TD : 120/80mmhg,
pols : 70x/i, RR : 28x/i, temp : 36ºC.
Sedangkan Diagnosa Keperawatan yang sudah teratasi yaitu :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan menurun, diet yang
disajikan habis ⅓ porsi porsi, BB sebelum masuk rumah sakit 45 kg, sesudah
masuk rumah sakit 40 kg. Diagnosa ini sudah teratasi karena penulis melihat
nafsu makan klien sudah meningkat (sudah habis 1 porsi ).
87
88. 88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tuberculosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC ( Mycobakterium Tuberculosis ).
5.1.1 Pengkajian
Setelah melakukan pengkajian pada Tn.B dengan tuberculosis paru di
ruang Rindu A-3 RSUP Haji Adam Malik Medan mulai tanggal 04 mei – 06 mei
2011. Penulis mendapatkan data pada tinjauan kasus sebagai berikut : klien
mengatakan sesak nafas, batuk darah, dan nyeri dada sebelah kanan. Dan data
pada tinjauan teori sebagai berikut : malaise, gejala flu, demam derajat rendah,
nyeri dada, dan batuk darah.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian maka diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada Tn.B dengan tuberculosis paru di ruang Rindu A-3 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan adalah : Tidak efektifnya jalan nafas, gangguan
rasa nyaman nyeri, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
istirahat tidur. Keempat diagnosa keperawatan tersebut disusun berdasarkan
keluhan utama dan sesuai dengan standart kesehatan. Dan Diagnosa Keperawatan
yang ditemukan pada tinjauan teori yaitu : Resiko tinggi infeksi , bersihan jalan
88
89. nafas tidak efektif , resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan.
5.1.3 Perencanaan / Intervensi
Setelah melakukan pengkajian pada Tn.B dengan tuberculosis paru di
ruang Rindu A-3 RSUP Haji Adam Malik Medan, mulai tanggal 04meii – 06 mei
2011 melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi
klien dan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan standart proses asuhan
keperawatan. Maka penulis menemukan 3 ( tiga ) masalah yang sebagian teratasi
yaitu : Tidak efektifnya jalan nafas, gangguan rasa nyaman nyeri serta gangguan
istirahat tidur. Masalah yang belum teratasi yaitu : Tidak di jumpai masalah yang
belum teratasi, dan masalah yang sudah teratasi yaitu 1 ( satu ) yaitu : Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
5.1.4 Pelaksanaan / Implementasi
Setelah penulis melakukan pengkajian dan menganalisa pada Tn.B dengan
tuberculosis paru di ruang Rindu A-3 RSUP Haji Adam Malik Medan, mulai
tanggal 04 mei – 06 mei 2011, penulis tidak menemukan hambatan dalam
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun berdasarkan praktek keperawatan
5.1.5 Evaluasi
Setelah penulis melakukan pengkajian dan menganalisa pada Tn.B dengan
tuberculosis paru di ruang Rindu A-3 RSUP Haji Adam Malik Medan, mulai
tanggal 04 mei – 06 mei 2011, maka hasil evaluasi yang terdapat adalah :masalah
sebagian teratasi ada 3 yaitu tidak efektifnya jalan nafas dan gangguan rasa
89
90. nyaman nyeri serta gangguan istirahat tidur, dan masalah yang teratasi adalah
perubahan nutrisi kurang dari perubahan kebutuhan tubuh.
5.2 Saran
5. 2.1. Bagi rumah sakit
Sebagai tambahan informasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
tuberculosis.
5.2.2. Bagi perawat
Hendaknya perawat dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan perhatian
kepada klien dan keluarganya sehingga mereka dapat mengerti dan menerima
tujuan pengobatan dan perawatan yang benar.
5.2.3. Bagi institusi
Sebagai tambahan informasi tentang Asuhan keperawatan dengan
tuberculosis.
5.2.4. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan kepada klien dan keluarga untuk mengawasi gejala – gejala TB
paru dan segera melapor kepelayanan kesehatan agar dilakukan tindakan yang
tepat pada penderita TB paru. Klien juga diharapkan untuk tidak membuang
sputum di sembarang tempat dan jika batuk di harapkan untuk menutup mulut.
90