2. Secara harfiyah
Jadid Qorib Khabar
Secara istilah
Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad saw. baik berupa ucapan, perbuatan
maupun sikap/takrir dsb.
Definisi Hadits
3. Istilah Hadits
Sunnah
Secara
harfiyah
tradisi, artinya suatu tradisi yang sudah dibiasakan.
Menurut
istilah
Segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrir, pengajaran, sifat,
kelakuan, maupun perjalanan hidup baik Nabi saw. setelah
diutus menjadi Rasul ataupun sebelumnya.
Al Khabar
Secara harfiyah berarti Berita
Kata Al Khabar searti dengan Al Hadits namun, biasanya
digunakan untuk menyebut hadits-hadits yang marfu’.
Al Atsar
Secara harfiyah berarti bekas atau jejak
Kata Al Atsar searti dengan Al Hadits
namun, biasanya digunakan untuk
menyebut hadits-hadits yang maukuf.
4. Struktur Hadits
Sanad
Secara bahasa Sandaran, yang kita bersandar kepadanya.
Menurut istilah Jalan yang dapat menghubungkan matanul
hadits kepada Nabi Muhammad saw.
Matan
Secara bahasa Punggung jalan; tanah yang keras dan tinggi
Menurut istilah Pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover
oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda
Nabi, sahabat, ataupun tabi’in.
Rawi
Orang yang menyampaikan hadits atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang
pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).
Sedangkan orang yang menukilkan hadits dari suatu kitab atau musnad ke kitab lain
disebut Mukharij
5. Hadits sebagai sumber ajaran agama
َلُوس
َّرل
َاوَ ُواعْيِطَأ ْلُق
,
َلَ ا ّنِإَف ْاوّلَوَت ْنِإَف
َنْيِرِفَاْلكا ّبِحُي
“katakanlah; taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”
(Ali Imran [3] : 32)
ُهْنَع ْمُكَاهَنَامَو ُهُوذُخَف ُلُوسّرال ُمُكَاتَاءَآمَو
ُواهَـتْنَاف
“apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan
apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah”
(Al Hasyr [59] : 7)
6. Keadaan hadits
Hadits memiliki tiga keadaan, jika dilihat dari segi
hukum dan hubungannya dengan Al Qur’an,
1. Mengakui dan menguatkan suatu
hukum tersebut dalam Al Qur’an
2. Menjelaskan Al Qur’an
3. Menetapkan suatu hukum yang
tidak tersebut dalam Al Qur’an
7. Sejarah penulisan & pengkodifikasian hadits
Hadits pada periode Rasul dan sahabat
ْآنرُقْلّالِإ ًأْيَش ّينَع ُوابُتْكَتَل
,
ّينَع َبَتَك ْنَمَو
ّيَنعُواثّدَحَو ُهُحْمَيْلَف ْآنرُقْلا َرْيَغًأْيَش
َجَرَحَلَو
:
ّأوَبَتَيْلَف ّدامَعَتُم ّيَلَع َبَذَك ْنَمَو
ِرّانال َنِم ُهَدَعْقَم
)
مسلم راوه (
“Jangan kamu tulis sesuatu yang telah kamu terima dariku selain Al Qur’an
hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kamu terima dariku, tidak mengapa.
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia
menduduki tempat duduknya di neraka.”
(H.R. Muslim)
8. Para Sahabat yang mempunyai naskah Hadits
1. Abdullah bin Amr bin ‘Ash ( 7 SH - 65 H)
Naskahnya disebut “Ash-shahifah As-shidiqah ” karena ditulis
secara langsung dari Rasulullah saw.
.
2. Jabir bin Abdullah Al Anshary r.a. (16 H - 73 H)
Naskah haditsnya disebut “Ash-shahifah Jabir ”
Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab perkembangan hadits
tidak begitu pesat sebab, anjurab beliau kepada para sahabat agar
mengutamakan penyiaran Al Qur’an sebagai dasar syari’at islam yang pertama.
Hadits pada masa khalifah Abu Bakar, Umar Ibnu Khattab,
dan Usman bin Affan
Sedangkan pada masa Khalifah Usman bin Affan perkembangan hadits begitu
pesat sebab, banyak sahabat kecil dan tabi’in yang mulai mencari dan
mengumpulkan hadits dari para sahabat yang lainnya.
9. Pembukuan hadits secara resmi
Pembukuan hadits terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Motif / tujuan pembukuan hadits :
1. Agar tidak mudah hilang dan lenyap
dari perbendaharaan masyarakat
2. Untuk membersihkan dan memelihara
al hadits dari hadits-hadits maudhu’
3. Agar tidak bercampur dengan Al Qur’an
4. Mengantisipasi dari banyaknya kaum muslimin yang
hafal hadits wafat, karena usia dan karena pertempuran.
10. Ulumul Hadits
Pengertian, Sejarah Perkembangan dan Cabang-cabangnya
Pengertian dan sejarah perkembangannya
Ulumul hadits adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hal
yang berkaitan dengan hadits.
Ilmu Hadits
Dirayah
Riwayah
11. Arti, Obyek, dan Faedah Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah
Ilmu Hadits Riwayah
Arti Ilmu pengetahuan yang membahas bagaimana mengetahui
cara-cara penukilan, pemeliharaan, dan pembukuan apa-apa
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad. Baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir dsb.
Obyek Bagaimana cara menerima, menyampaikan, pada orang lain
dan memindahkan atau membukukan dalam suatu kitab hadits.
Faedah Menghindari adanya kemungkinan salah kutib terhadap apa
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
12. Ilmu Hadits Dirayah (Musthalahul Hadits)
Arti Undang-undang (kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal
sanad, matan, cara-cara menerima, dan menyampaikan
hadits, sifat-sifat rawi dsb.
Obyek Meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya
(sanad dan matannya).
Faedah Menetapkan maqbul atau matrudnya hadits dan selanjutnya
diamalkan ynag maqbulnya dan ditinggalkan yang matrudnya
13. Cabang-cabang Ilmu Hadits
1. Ilmu Rijalul Hadits
2. Ilmu Jarhi wat Ta’dil
3. Ilmu Fannil Mubhamat
4. Ilmu ‘Ilalil Hadits
5. Ilmu Gharibil Hadits
6. Ilmu Nasikh wal Mansukh
7. Ilmu Talfiqil Hadits
8. Ilmu Tashrif wat Tahrif
9. Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
10. Musthalah Ahli Hadits
14. 1. Ilmu Rijalul Hadits
2. Ilmu Jarhi wat Ta’dil
3. Ilmu Fannil Mubhamat
4. Ilmu ‘Ilalil Hadits
5. Ilmu Gharibil Hadits
Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik sahabat, tabi’in maupun
agkatan sesudahnya.
Ilmu yang membahas tentang sifat seorang rawi yang dapat mencatatkan
keadilan dan kehafalannya.
Ilmu yang dengannya diketahui nama orang-orang yang tidak disebut
namanya di dalam matan atau di dalam sanad.
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang
dapat cacat suatu hadits yang nampaknya tiada bercacat itu.
Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits
yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.
15. 6. Ilmu Nasikh wal Mansukh
7. Ilmu Talfiqil Hadits
8. Ilmu Tashrif wat Tahrif
9. Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
10. Musthalah Ahli Hadits
Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang
menasikhkan
Ilmu yang membahas tentang cara mengupulkan (mengkompromikan) antara
hadits-hadits yangsecara lahir bertentangan.
Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (yang
dinamai mushahhaf), dan bentuknya dinamai muharraf.
Ilmu yanhg mnerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa
Nabi menuturkan itu.
Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah-istilah) yang dipakai
oleh ahli-ahli hadits.
16. Pembagian Hadits
dari segi kualitas sanad, hadits
terbagi menjadi 3 bagian
1. Hadits Shahih
Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil,
sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-
sambung, tidak berillat, dan tidak janggal.
2. Hadits Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang 0yang
adil, tapi tak begitu kokoh ingatannya,
bersambung-sambung sanadnya, dan tidak
terdapat illat serta kejanggalan pada matannya.
3. Hadits Dho’if Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari
syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan.
17. dari segi kuantitas rawi, hadits
terbagi menjadi 3 bagian
1. Hadits Mutawatir
2. Hadits Masyhur
3. Hadits Ahad
18. Hadits Mutawatir
adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indera, yang diriwayatkan oleh
sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul
dan bersepakat berdusta
Para ahli Ushul Fiqh membagi
hadits mutawatir kepada 2 bagian
Mutawatir Lafdzi
Mutawatir Ma’nawi
19. Suatu hadits dapat dikatakan mutawatir
bila telah memenuhi tiga syarat
1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut
harus berdasarkan tanggapan panca indera
2. Jumlah rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan
mereka bersepakat untuk berdusta atau berbohong
3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam taqhabah pertama
dengan jumlah rawi-rawi dalam taqhabah berikutnya
20. Hadits Masyhur
adalah Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih,
serta belum mencapai derajat mutawatir.
Hadits Masyhur terbagi menjadi tiga bagian
1. Masyhur di kalangan para muhaditsin dan lainnya
( golongan ahli ilmu dan orang umum )
2. Masyhur dikalangan ahli-ahli ilmu tertentu misalnya masyhur
di kalangan ahli hadits saja, atau ahli fiqih saja, atau ahli nahwu saja dsb.
3. Masyhur di kalangan orang umum saja.
21. Hadits Ahad
adalah suatu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir
Para muhaditsin memberikan nama-nama tertentu bagi hadits Ahad mengingat banyak
sedikitnya rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqat, yaitu dengan
Hadits Masyhur, Hadits Aziz dan Hadits Gharib
Contoh hadits Dha’if, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
وسلم عليه ا صلى النبي قل
:
َبعونسَو ٌعِضب اليمان
ِناليما َنِم ٌةَبُعش ُءَايَحْلَاو ًةَبُعش
”
Nabi Muhammad saw, bersabda : iman itu bercabang-cabang menjadi 73 cabang,
“.malu itu salah satu cabang dari iman
22. Pembagian Hadits
dari segi kualitas sanad, hadits
terbagi menjadi 3 bagian
1. Hadits Shahih
Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil,
sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-
sambung, tidak berillat, dan tidak janggal.
2. Hadits Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang adil,
tapi tak begitu kokoh ingatannya, bersambung-
sambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta
kejanggalan pada matannya.
3. Hadits Dho’if Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari
syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan.
23. Syarat-syarat Hadits Shahih
Hadits dinilai
shahih apabila
memenuhi lima
syarat
1. Rawinya
bersifat adil
2. Sempurna
ingatan
3. Sanadnya
tidak putus
4. Hadits itu
tidak ber’illat
5. Tidak ada
kejanggalan
24. Seorang Rawi dikatakan adil apabila
memenuhi 4 syarat
1. Selalu memelihara perbuatan ta’at dan
menjauhi perbuatan maksiat
2. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat
menodai agama dan sopan santun
3. Tidak melakukan perkara-perkara mubah
yang dapat menggugurkan iman kepada qadar
dan mengakibatkan kepada penyesalan
4. Tidak mengikuti salah satu madzhab yang
bertentangan dengan dasar syara’
26. Hadits Dha’if dan Macam-macamnya
Hadits Dha’if adalah Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat
Hadits Shahih atau Hadits Hasan.
Sanad
Sebab-sebab
tertolaknya Hadits dari
dua jurusan
Matan
27. Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena
sanadnya digugurkan/tak bersambung
Dhaif disebabkan terputusnya sanad dan macam-macamnya
Yang digugurkan Disebut
Sanad pertama Hadits Mu’allaq
sanad yg terakhir Hadits Mursal
dua orang rawi atau lebih
berturut -turut
Hadits Mu’dhal
dua orang rawi atau lebih
tidak berturut -turut
Hadits Munqathi’
28. Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena
cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi
Dhaif disebabkan cacat selain keterputusan sanad
dan macam-macamnya
No Jenis cacat Disebut
1 Dusta Hadits Maudhu’
2 Tertuduh dusta Hadits Matruk
3 Fasik
4 Banyak salah
5 Lengah dalam menghafal Hadits Munkar
6 Banyak waham Hadits Muallal
7 Menyalahi riwayat orang kepercayaan
8 Tidak diketahui identitasnya Hadits Mubham
9 Penganut Bid’ah Hadits Matrud
10 Tidak berturut-turut Hadits Syadz &
Mukhtalith
29. Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena
suatu sifat yang terdapat pada Matan
Hadits Mauquf
Berita yang disandarkan hanyha sampai kepada sahabat saja,
baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan
dan baik sanadnya bersambung hatau teroutus
Hadits Maqthu’
Perkataan atau perbuatan yang berasal dari seseorang tabi’i
serta dimaukufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak
31. Syarat-syarat Seorang Perawi
Dan Proses Transformasi
1. sama’ min lafdzhi
asy-syikh
2. Al Qira’ah ‘ala asy-syikh
3. Ijazah
4. Munawalah
5. Mukatabah
6. Wijadah
7. Washiyah
8. I’lam
Syarat2
seorang
rawi
32. Lafadz-lafadz untuk meriwayatkan Hadits
Saya telah mendengar......... ُتْعِمَس
Kami telah mendengar َاْنعِمَس ..........
Seseorang telah bercerita padaku ِىنَثّدَح ........
Seseorang telah bercerita pada kami َاَنثّدَح ........
Seseorang telah mengabarkan padaku/kepada kami َاَنرَبْخَأ
........
/
ِىنَرَبْخَأ
Lafadz meriwayatkan Hadits bagi para Rawi
yang mendengar langsung dari gurunya
35. Ta’rif Ilmu Jarhi Wa At-Ta’dil
Menurut Muhadditsin Jarh ialah sifat seorang rawi mentaatkan
keadilan dan kehafalannya. Mentajrih seorang rawi
berarti mensifati seorang rawi dengan sifat-sifat yang dapat
menyebabkan kelemahan dan tertolak apa yang diriwayatkannya.
Ilmu Jarh wa At-ta’dil ialah ilmu yang membahas tentang
memberikan kritikan ‘aib atau memberikan pujian adil kepada
seorang rawi
36. Manfa’at Ilmu Jarh Wa At-Ta’dil
Untuk menetapkan apakah periwayatan seorang rawi itu
apat diterima atau harus ditolak sama sekali.