Makalah ini membahas tentang dakwah da'i di televisi. Ia menganalisis apakah tujuan dakwah di televisi untuk tuntunan agama ataukah untuk keuntungan komersial. Makalah ini juga membahas pengaruh media dan teknologi terhadap dakwah serta popularitas da'i selebriti dan komersialisasi dakwah."
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
DakwahTV
1. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................8
1.3 Pembatasan Masalah...................................................................................8
1.4 Tujuan Penulisan..........................................................................................8
1.5 Manfaat Penulisan.......................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK........................................................9
2.1 Media Massa...............................................................................................9
2.1.1 Televisi...............................................................................................10
2.2 Dakwah.....................................................................................................12
2.2.1 Konseptualisasi Dakwah......................................................................12
2.2.2 Urgensi Dakwah..................................................................................13
2.2.3 Definisi Dakwah..................................................................................14
2.2.4 Filosofi Dakwah ..................................................................................17
2.2.6 Tujuan Dakwah...................................................................................20
2.3 Teori Ekonomi Politik Media.......................................................................24
BAB III......................................................................................................................27
TELEVISI, DAKWAH DAN KOMERSIL............................................................................27
3.1 Penyajian Dan Analisis Data........................................................................28
3.2 Pembahasan..............................................................................................32
3.2.1. Profil Media Televisi................................................................................32
3.2.1.1. Profil Trans TV....................................................................................32
3.2.2. Profil Da’i...............................................................................................39
3.2.1.3. Profil Oki Setiana Dewi........................................................................39
3.2.1.4. Profil Ustad Maulana Nur....................................................................41
3.2.1.5. Profil Mamah Dedeh...........................................................................46
2. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
2
Acara Rohani ........................................................................................................47
Pindah Rumah ......................................................................................................49
Diundang Menteri.................................................................................................50
3.3 Analisis Da’i ...............................................................................................50
BAB IV......................................................................................................................54
PENUTUP .................................................................................................................54
4.1. Kesimpulan................................................................................................54
3. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
3
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas makalah
ilmiah dalam mata kuliah “Al-Islam III (Komunikasi Dalam Islam)” ini. Tak lupa
shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan besar Nabiullah dan
Waliullah Muhammad SAW beserta Keluarga dan Sahabat setianya hingga akhir
zaman kelak.
Penelitian ini pada dasarnya sebagai syarat untuk memenuhi tugas
Matakuliah Al-Islam III (Kumunikasi Dalam Islam). Tetapi bagi kami penelitian
ini bukan sekedar upaya memenuhi tugas Matakuliah Al-Islam saja, melainkan
lebih kepada pisau analisa dalam mengkaji Ilmu Komunikasi dan sebagai
konstruksi keilmuan.
Terselesainya penulisan penelitian ini, tak lepas dari peran serta pihak-
pihak yang mendukung dan membantu dalam segi pengetahuan dan bimbingan
ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan ini perkenankan kami untuk mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Ibu Sa’diyah El Adawiyah, selaku Dosen Al-Islam III
2. Ibu Velda, selaku Asisten Dosen Al-Islam III
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu kelompok kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini, yang tak lepas dari peran serta pihak-pihak yang
mendukung dan membantu kami.
kami menyadarai bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, masih sangat banyak kekurangan, baik dari segi materi yang kami
sajikan maupun dari struktur kata yang kami gunakan, itu semua tidak lain dari
keterbatasaan yang kami miliki. Akhir kata kami berharap mudah-mudahan
penelitian kami sangat berguna untuk para pembaca.
Jakarta, 13 Oktober 2015
4. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dakwah Islamiyah adalah salah satu aspek yang tidak terpisahkan
dari kehidupan umat Islam. Dalam kenyataannya, di mana ada umat
Islam maka, disitu pula terdapat eksistensi dakwah Islamiyah.
Kenyataan ini adalah mutlak sifatnya, karena dakwah adalah Islam itu
sendiri dan Islam adalah sama dengan dakwah. Oleh karenanya
esensialitas dakwah Islamiyah bagi hidup dan kehidupan dunia adalah
kepastian yang menerangkan dan menjelaskan hidup dan kehidupan
umat manusia.
Semua potensi yang dimiliki Islam – pedoman hidup dan
kehidupan (yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits) didalamnya
terdapat Ilmu akhirat dan Ilmu dunia - dan umatNya – yang masuk
dalam golongan orang-orang yang berilmu dan beriman kepada Allah
– sedapat mungkin dapat menunjang eksistensi dakwah Islamiyah itu
sendiri. Sebab, hanya orang yang berilmu (mu’minin wal mu’minat)
sajalah yang dapat menyampaikan ilmu ketuhanan (Tauhid).
Oeleh karenanya, perspektif Islam mendefinisikan manusia sebagai
makhluk yang merdeka, dan karena hakikat kemerdekaannya itulah
manusia menduduki tempat yang sangat terhormat. Disatu sisi, Al
Qur’an menyeru kepada manusia agar menemukan esensi dirinya,
sebagaimana hadits Qudsi yang mengatakan, “Barang siapa yang
mengenali dirinya maka dia telah mengenali tuhannya”.
Dan disi yang lain, dengan memikirkan kedudukannya dalam
struktur realitas, maka manusia mampu menempatkan dirinya sesuai
dengan keberadaan kemanusiaannya. Sesungguhnya dalam konsepsi Al
Qur’an dijelaskan bahwa, posisi manusia itu sangat penting. Saking
5. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
5
pentingnya posisi manusia dimuka bumi, dalam predikatnya ia diberikan
kedudukan oleh Allah sebagai khalifah Allah, sebagai wakil Tuhan di
muka bumi.1
Namun, ketika kita masuk kepada pembahasan dunia modern saat
ini, manusia diperhadapkan dengan segala macam mekanisme kerja
alat-alat produksi baru, yang dihasilkan oleh teknologi modern dengan
proses mekanisasi, otomatisasi dan standarisasi baku yang dibuat
olehnya sendiri. Hal ini mengakibatkan manusia cenderung menjadi
elemen kehidupan yang mati dari proses produksi.
Kenyataannya, manusia dipengaruhi dan dikendalikan oleh
tekhnologi yang ditemukan sekaligus dibuatnya itu. Padahal, dasar dari
penciptaan teknologi modern adalah untuk penyampaian pengetahuan
secara massal (massif dan efektif) disatu sisi dan untuk mempermudah
kinerja dan pemenuhan kebutuhan manusia kepada kesempurnaan
dirinya disisi yang lain.
Namun ternyata peran dan fungsi tekhnologi modern jauh dari spirit
penciptaannya. Fungsi teknologi modern telah berubah menjadi alat
kepentingan pribadi atau golongan yang memiliki modal (uang) dan
kedudukan (kekuasaan), yang tidak lain adalah untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Akhirnya dalam prosesnya, manusia yang memiliki
akses dalam mengelola dan mengatur tekhnologi modern, akan dapat
mengelola dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber
Daya Alam (SDA).
Akhirnya, manusia berdasarkan jenisnya di dalam masyarakat
terbagi menjadi dua. Pertama, manusia kelas atas, yaitu manusia yang
megelola dan mengatur SDM dan SDA secara penuh. Kedua, manusia
kelas bawah, yaitu manusia yang dikelola dan diatur oleh manusia kelas
atas dalam memenuhi kepentingan dan tujuannya. Sehingga,
esensialitas kemanusiaan – sebagai makhluk yang merdeka dan sebagai
pemimpin dimuka bumi – kini telah diturunkan derajatnya menjadi tak
1 Kuntowijiyo,2005,Islam Sebagai Ilmu,Bandung:Teraju,halm:124
6. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
6
lebih sebagai bagian dari mesin-mesin yang dikendalikan oleh
tekhnologi modern. Karena proses inilah maka pandangan tentang
manusia menjadi tereduksi.2
Dari sini dapat kita katakan bahwa, setiap segi sudut hidup dan
kehidupan manusia dilingkupi oleh tekhnologi modern yang
bertransformasi ke ranah media informasi, baik itu media cetak maupun
media elektronik. Kesemuanya (jenis media massa) yang ada, telah
menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Itulah
sebabnya, media massa -- khususnya media televisi—telah menjadi
saluran primer bagi penyebaran sekaligus pencarian data, informasi dan
pengetahuan bagi masyarakat, termasuk sebagai media dakwah
Islamiyah di dewasa ini.
Kini, dapat sama-sama kita ketahui bahwa, proses dakwah
merupakan bentuk komunikasi itu sendiri, tapi bukan hanya sebatas
komunikasi semata. Sebab, dakwah merupakan bentuk komunikasi yang
khas, adapun yang membedakan dari bentuk komunikasi yang lain
adalah cara dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari komunikasi
mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau
pesan yang disampaikan sehingga dengan pesan-pesan tersebut terjadi
perubahan sikap dan tingkah laku, demikian juga dengan dakwah
Islamiyah.
Seorang da’i sebagai komunikator sangat berharap agar
pendengarnya sebagai komunikan dapat berbuat dan bersikap sesuai isi
pesan yang disampaikannya. Dalam hal ini maka dakwah melalui media
televisi dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk komunikasi massa
dalam penyebaran pahaman islam. Dan untuk menunjang hal itu maka,
kemunculan tekhnologi informasi berupa program acara rohani di
banyak stasiun televisi hadir dan berlomba-lomba menyuguhkan siaran
rohani yang menarik perhatian khalayak.
Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menampilkan para
2 Kuntowijiyo,2005,Islam Sebagai Ilmu,Bandung:Teraju,halm:121-122
7. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
7
da’i yang keren-beken, humoris, rupawan dan sejenisnya. Da’i-da’i
itulah yang tidak dengan menunggu waktu lama, berubah bak selebritis
kelas atas. Hal itu dikarenakan tampilan, gaya dan ciri khasnya masing-
masing yang entah asli dari bawaannya ataukah konstruksi management
untuk menaikkan rating siaran. Pengajian yang tidak monoton dan
penyampaian pesan yang mudah dicerna menjadi magnet laris manis
seorang da’i. Ajang komersil korporasi media, sangatlah peka dalam
melihat pangsa pasar di ranah religi.
Dengan melihat masyarakat yang perlu akan tontonan menghibur,
guyonan dan gaya khas da’i menjadi alat jualan paling efektif dalam
menarik pemirsa televisi. Lantas, Apakah korporasi media sengaja
memilih da’i yang memiliki ciri khas dan daya humor yang tinggi untuk
mendapatkan rating dan akhirnya memberikan keuntungan bagi media
itu sendiri? Ataukah hanya untuk menyesuaikan kemampuan dan atau
kualitas penangkapan masyarakat awam dari suatu pesan ke-islaman?
Melihat persoalan tersebut, kami mencoba mengurai persoalan yang
ada itu secara ilmiah dan akademik. Dengan tidak hanya mengacu
kepada fenomena-fenomena yang terjadi saja, melainkan dapat juga
memahaminya secara mendalam yaitu memahami hingga keakar-
akarnya. Sehingga bentuk nomena dari suatu fenomena dapat disaksikan
secara nyata.
Maka dari itu, dalam hal ini kami mengangkat tema pembahasan
mengenai, “Makna dakwah da’i di televisi untuk tuntunan dan
pembimbingan ataukah pencarian keuntungan (uang) dan kedudukan
(kekuasaan)”. Dengan menggunakan pendekatan histotical, ilmiah dan
filosofis, kami mencoba mengurai permasalahan dengan tanpa
memasukan nilai-nilai subjektifitas diri sendiri, sehingga hasil yang
didapatkan bersifat objektif.
8. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah dalam mengkaji persoalan ini yang diantaranya adalah:
1. Bagaimana pengaruh kemajuan media pada kegiatan dakwah?
2. Apakah makna dakwah da’i di televisi untuk tuntunan dan pembimbingan
ataukah pencarian keuntungan (uang) dan kedudukan (kekuasaan)?
3. Korelasi popularitas da’i selebriti terhadap komersialisasi dakwah?
1.3 Pembatasan Masalah
Melihat Rumusan Masalah diatas maka diperlukan pembatasan masalah dalam
penelitian ini demi memfokuskan pengkajian persoalan dalam penelitian, yang
dimana pembatasan masalah itu adalah, “Makna Dakwah Da’i Di Televisi Untuk
Tuntunan dan Pembimbingan Ataukah Pencarian Keuntungan (Uang) Dan
Kedudukan (Kekuasaan)”
1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk;
1. Menganalisis fenomena pemberitaan dan kemasyarakatan tentang dakwah
da’i di televisi
2. Meluruskan pandangan tentang peranan televisi sebagai media komunikasi
massa yang efektif dan massif untuk berdakwah.
3. Memberikan data dan informasi mengenai peran serta fungsi televisi
sebagai media komunikasi massa yang efektif dan massif untuk
berdakwah.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiiah ini adalah;
1. Memperluas khazanah keilmuan komunikasi dalam lingkup islam.
2. Meluruskan pandangan negatif tentang dakwah da’i di televisi.
3. Memberikan data dan informasi tentang dakwah da’i di televisi.
9. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK
2.1 Media Massa
Komunikasi merupakan tempat pertemuan konseptual di mana hubungan
antarpribadi dan inovasi teknologi, insentif politik-ekonomi dan ambisi sosial-
budaya, hiburan ringan dan informasi serius, lingkungan lokal dan pengaruh
global, bentuk dan isi, substansi dan gaya, saling berpotongan. Media bukanlah
kekuatan yang monopolitik dan besatu, akan tetapi dia adalah yang menaklukkan
khalayak yang terisolasi dan pasif. Pada waktu yang bersamaan, media juga
memperlihatkan kekuatan ideologi dan budayanya dari sajian-sajian yang
disiarkannya, dan hal itu tidak bisa juga diremehkan.
Sejumlah perangkat ideologi diangkat dan diperkuat oleh media massa,
diberikan legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, dalam
proses itu. Konstelasi-konstelasi ide yang terpilih memperoleh arti penting, dan
secara terus menerus meningkatkan kemampuan media. Salah satunya adalah
media elektronik. Untuk menarik perhatian khalayak pada simbol, orang-orang
dan ide-ide tertentu, televisi mempunyai kemampuan yang tiada tandingannya
untuk memperlihatkan, mendramatisasikan dan mempopulerkan potongan-
potongan kecil dan fragmentasi kultural dan informasi dari suatu ideology
tertentu. Televisi melakukan hal itu ketika menyampikan program hiburan, berita
dan iklan secara rutin.3
Seorang teoretikus komunikasi Amerika, Joshua Meyrowitz, mencoba
memperluas dimensi sosiologis perspektif Mc.Luhan. Meyrowitz mencoba
menguraikan perubahan radikal apakah yang dirangsanag oleh media massa
terhadap pengertian kita tentang waktu dan ruang, dengan membahas bagaimana
situasi social yang sesungguhnya telah diubah sejak media elektronik datang
3
James Lull, 1998,Media, Komunikasi kebudayaan (suatu si sitem pendekatan Global,Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia,halm.4
10. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
10
dengan kekuatan penuh. Media elektronik menghasilkan sebuah tatanan sosial
baru, suatu tatanan dimana pembedaan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
dibangun kembali, serta status dan peran gender dan rasial bergabung, dan otoritas
politik berhubungan dengan kekuasaan yang dibentuk kembali dengan cara
demokratis. Pada akhirnya Meyrowitz menyatakan bahwa kekuatan unik televisi
adalah menghancurkan pembedaan antara yang di sini dan yang di sana, yang
langsung dan yang dimediasikan, serta yang pribadi dan yang publik.4
Media elektronik memainkan suatu peran yang amat vital dalam interaksi
kontemporer yang diatur oleh peraturan. Media membantu membentuk dan
memelihara peraturan dan predisposisi ideologis yang mendasarinya karena
kemampuan teknisnya yang unik dan kuat serta isinya yang memikat merupakan
sarana difusi informasi yang paling efektif yang pernah diciptakan manusia.
Media massa tidak hanya melintasi batas-batas geografis, tetapi juga batas-batas
kelas, ras, budaya, politik, pendidikan dan jenis kelamin dalam rangka
mendistribusikan produk yang disampaikan secara rutin, hiburan dan informasi
yang menanamkan dan menyegarkan sudut pandang dan cara pemahaman
tertentu.5 Oleh karenannya, peran, fungsi dan posisi media massa, khususnya
media elektronik televise sangat mempengaruhi sosial, ekonomi, politik dan
budaya suatu masyarakat.
2.1.1 Televisi
Media televisi merupakan salah satu wadah penyampaian informasi,
pengetahuan, dan hiburan dengan cara modern. Bukan menjadi suatu hal yang
asing lagi ketika, ustad ataupun ulama hadir di layar kaca (televisi). Media massa
elektronik ini telah menjadi wadah penyiaran islam. Hal yang menjadi dasar
pemikiran terciptanya suatu media adalah untuk menyebarkan dan mempengaruhi
masyarakat untuk ikut kepada pesona penyampaian informasi dan pengetahuan
melalui tekhnologi baru. Hal ini menjadi suatu terobosan dalam dunia dakwah.
4 Ibid,halm.27
5 Ibid,halm.70
11. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
11
Sejak perkembangan era digitalisasi saat ini, dakwah para ulama sangat erat
kaitannya dengan transformasi budaya masyarakat terhadap media massa.
Raymond Williams kritikus tekhnologi komunikasi dan media
mengatakan, “Televisi merupakan hasil temuan dari riset ilmiah dan teknik. Sifat-
sifat inherennya sebagai sebagai suatu media elektronik telah merubah persepsi-
persepsi dasar kita mengenai realitas, dan dengan begitu mengubah cara ber-relasi
kita dengan yang lain dan dengan dunia.” pernyataan tersebut adalah satu dari
sekian banyak ungkapan sehari-hari kita terhadap eksistensi televisi sebagai faktor
yang mengubah budaya kita.6
Sedangkan bagi para pekerja profesional, media adalah hasil dari
perkembangan tekhnologi, dan mereka memiliki dua pandangan mendasar yang
diantaranya,
1) Tekhnologi dipandang sebagai sesuatu yang bersifat aksidental.
Perkembangan tekhnologi itu lah yanng menentukan semua penemuan
apa saja yang mesti muncul. Pandangan tentang, “televisi sebagai faktor
yang mengubah budaya masyarakat,” memiliki konsekuensi-konsekuensi
yang juga bersifat aksidental. Oleh karenanya, jika televisi tidak pernah
ditemukan, maka event-event sosial dan kultural tertentu tak akan pernah
terjadi.
2) Sekali lagi televisi dianggap sebagai sesuatu yang aksidental secara
tekhnologi, namun televisi memiliki peran penting yakni sebagai
determinir tatanan masyarakat. Oleh karenanya, jika telivisi tidak ada,
masyarakat akan tetap menjadi sasaran manipulasi atau hiburan yang
membuat fikiran kosong. Hanya saja dengan cara-cara lain yang tidak
terlalu kuat daya cengkramnya.7
Kedua pandangan tersebutlah yang kini menjadi dampak eksistensi televisi di
dunia termasuk Indonesia.
6 Raymond Williams,2009, Televisi: ResistBook, Hal.4
7 Ibid.Hal.8
12. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
12
2.1.2 Program Televisi
Kata “program” berasal dari kata dalam bahasa Inggris programme atau
program (programme merupakan penulisan gaya Inggris sedangkan program
merupakan penulisan gaya Amerika) yang berarti acara atau rencana. Program
adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
audiensnya.8
2.1.3 Program Religi Televisi
Ahli psikologis agama Wulf, menjelaskan bahwa religi adalah suatu yang
dirasakan sangat dalam bersentuhan dengan keinginan seseorang, membutuhkan
ketaatan, dan memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam suatu
masyarakat. Secara komprehensif, ahli-ahli psikologi agama Glock dan Strak
menandaskan bahwa religi adalah system symbol, system keyakinan, sistem nilai,
dan sistem perilaku yang terlambang, yang semuanya berpusat pada persoalan
yang dihayati sebagai sesuatu yang maknawati.9
2.2 Dakwah
2.2.1 Konseptualisasi Dakwah
Pemikiran dakwah Islam merupakan suatu format konstruktif bagi suatu
program transmisi, transformasi dan sosialisasi, bahkan asimilasi. Prinsip-prinsip
dan nilai-nilai (values) Islam dalam hidup dan kehidupan keseharian masyarakat
muslim, baik yang bersifat individual maupun kolektif secara otomatis akan
membentuk konsepsi masyarakat yang Islami. Idealisme seperti itu sudah barang
tentu menjadi obsesi para intelektual, sebab memang sudah terbentuk dalam pola
masyarakat tentang impian seperti itu. Hal ini diakui oleh pengamat Barat A.J.
8 Morissan,Komunikasi Massa, 2008: Hal. 199-200.
9
Nasution dan Mucharram, 2002: 45.
13. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
13
Arberry, dirinya mengatakan bahwa, formulasi ideal dari bangunan Islam adalah
teokrasi yang berfondasikan pada kalam Allah dalam Al-Qur’an dan menemukan
model elaboratifnya melalui Sunnah Nabi Muhammad SAW.10
Karenanya, dakwah dapat dikatakan sebagai kegiatan ajakan kepada
manusia dengan cara yang bijaksana dan tak lain tujuannya adalah untuk menuju
ke jalan yang benar dan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia
dan di akhirat. Dalam hal ini komunikasi dan sebagian dari ilmu komunikasi
memiliki peranan sebagai salah satu unsur di dalam proses dakwah yang
melibatkan komunikasi tersebut. Dimana di dalamnya dapat terjadi penjabaran,
penterjemahan dan pelaksanaan akan ajaran Islam dalam menjalani hidup dan
kehidupannya.
Dalam kerangka ini perlu dipahami bahwa, dakwah merupakan proses
menyatakan sebagai bagian integral dari dakwah secara keseluruhan. Maka
fungsi komunikasi bagi seorang muslim merupakan bagian yang integral pula
dari kehidupannya. Dengan komunikasi itu dapat menyatakan diri dan dapat
menyampaikan yang diinginkannya kepada pihak lain. Dalam hal ini , dakwah
ditinjau dari segi komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan
berupa ajaran Islam yang disampaikan secara persuaif dengan harapan agar
komunikan dapat bersikap dan berbuat amal saleh sesuai ajaran yang
didakwakan. Pada konteks inilah kemunculan mubaligh-mubaligh kenamaan
yang dipopulerkan melalui media massa (terutama televisi), mendapatkan
posisinya.11
2.2.2 Urgensi Dakwah
Dakwah secara bahasa merupakan isim masdar dari (kata dasar) dari
lafazh da’a – yad’u – da’watan yang artinya seruan, panggilan atau ajakan.
Berarti setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang
10
Ahmad Anas,Paradigma Dakwah Kontemporer,Semarang:PT Pustaka Rizki Putra,2006,halm.30
11 Ibid,halm.72
14. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
14
untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis akidah, syariat dan
akhlak Islam dikategorikan (dimasukkan) dakwah. (Kafrawi Ridwan dkk.,
1994:280)
Sebagai proses pengamalan dan pengajaran Islam, aktivitas dakwah ini
tiada mengenal berhenti dan berakhir. Oleh karena itu, secara definisi terjadi
proses internalisasi dan dialektika antara filosofi dakwah yang terkandung dalam
Alquran dengan praktek dakwah di lapangan. Maka di antara para mujahid
dakwah terdapat perbedaan aksentuasi (penekanan) dalam pengertian dakwah.
Sebagaimana yang dirangkum oleh Muhammad Sulthon (2003:8) dalam bukunya
Desain Ilmu Dakwah dan Asep Muhiddin (2002:32) dalam buklunya Dakwah
dalam Perspektif Alquran.
2.2.3 Definisi Dakwah
Effendi Zarkasih dalam bukunya Metodologi Dakwah Kepada Suku
Terasing: “Dakwah adalah usaha yang mengarah untuk memperbaiki
suasana kehidupan yang lebih baik dan layak sesuai dengan kehendak
dan tuntunan kebenaran”.
Isa Anshari dalam bukunya Mujahid Dakwah: “Dakwah adalah
menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia,
agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup
Islam”.
Muhammad Al Bahy dalam bukunya Alsabil ila Da'wah Alhaq:
“Dakwah Islam adalah dakwah kepada standar nilai-nilai kemanusiaan
dalam tingkah laku pribadi-pribadi di dalam hubungan antar manusia
dan sikap prilaku antar manusia”
Thoha Yahya Umar dalam bukunya Ilmu Dakwah: “Dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat”.
15. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
15
Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Majmu’ Alfatawa: “Dakwah
merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman
kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh
rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan
melihatnya”.
Al Bahy Al Khauly dalam bukunya Tadzkirat al Du’at: “Dakwah
adalah usaha mengubah suatu situasi kepada yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat”.
Ra’uf Salaby dalam bukunya Al Da’wah Al Islamiyyah fi ‘Ahdiha Al
Makky: “Dakwah adalah gerakan untuk merealisasikan undang-undang
(ihya al nizham) Allah yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.
Syaikh Ali Mahfudz dalam bukunya Hidayat al Mursyidin: “Dakwah
adalah mendororng (memotivasi) umat manusia agar melaksanakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan berbuat makruf
dan mencegah dari perbuatan munkar supaya mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat”.
HSM. Nasirudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah
Islamiyyah: “Dakwah adalah setiap usaha atau aktivitas dengan lisan
dan tulisan dan yang lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah swt.
sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyyah”.
Mohammad Natsir dalam tulisannya Fungsi Dakwah Islam dalam
Rangka Perjuangan: “Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi
Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang
meliputi amar makruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan
cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya
dalam prikehidupan perorangan, perikehidupan berumah tangga
(usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara”.
16. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
16
Letjen H. Sudirman dalam bukunya Problematika Dakwah Islam di
Indonesia: “Dakwah adalah usaha-usaha merealisasikan ajaran Islam di
dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang
maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama
dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk
memperoleh keridhaan Allah swt”.
Abdul Munir Mulkam dalam bukunya Ideologisasi Gerakan Dakwah:
“Dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi
keadaan lain yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam sehingga
seseorang atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan
pandangan hidup”.
Al Mursyid dalam bukunya Mustalzamat Da’wah fi al Islam: “Dakwah
merupakan sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan,
petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf, mengungkap media-
media pendekatan dan metode serta media dakwah”.
Ahmad Ghawsuly dalam bukunya al Da’wah al Islamiyyah: “Dakwah
adalah menyampakan pesan Islam Islam kepada manusia di setiap
waktu dan tempat dengan berbagai metode dan media yang sesuai
dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak
dakwah)”.
Abu Bakar Zakaria dalam al Da’wah ila al Islam: “Dakwah adalah
aktivitas para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan
agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak
(khalayak dakwah) hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan
agama dan kehidupannya sesuai dengan realitas dan kemampuannya”.
Dari definisi-definisi di atas, dilihat dari segi kegiatannya, maka dapat
disimpulkan bahwa dakwah itu meliputi empat kegiatan, sebagaimana
diungkapkan Asep Muhiddin (1992: 35), yaitu:
1. Tabligh Islam, sebagai upaya penerangan dan penyebaran pesan Islam
2. Irsyad Islam, sebagai upaya penyuluhan dan bimbingan Islam
17. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
17
3. Tadbir Islam, sebagai upaya pemberdayaan umat dalam menjalankan
Islam melalui lembaga-lembaga dakwah
4. Tathwir Islam, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi keumatan
2.2.4 Filosofi Dakwah
Dakwah sangat erat kaitannya dengan pembangunan masyarakat.
Karena itu, dalam pandangan sosiologi, sebagaimana dikatakan Ahmad Mansur
Suryanegara, dakwah adalah aktivitas menciptakan perubahan sosial dan
pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pembaharunya. Oleh karena itu, inti
dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat
secara kultural. Pelakunya sendiri disebut da’i, sebagai dinamisator perbaikan
dan perubahan. Dalam sosiologi pembangunan, dakwah ini diistilahkan dengan
rekontruksi sosial (social recontruction). Kata Amin Rais, segala macam proses
rekontruksi (perbaikan) masyarakat yang multidimensional itu sama dengan
dakwah. Atau rekayasa sosial yang konstruktif, kalau menurut Jalaludin
Rakhmat.
Jadi, hakikat dan filosofi dakwah adalah adanya perubahan dan
perbaikan pada masyarakat (al tahawwul wa al taghayyur fi al ijtima’iyyah)
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Maka ada dua indikator keberhasilan
dakwah: pertama, adanya perubahan persepsi, sikap dan tindakan dari mad’u
sebagai objek dakwah sesuai tujuan dakwah; kedua, adanya peningkatan
perbaikan kualitas dan kuantitas hidup dan kehidupan dari segi sosial, ekonomi
dan budaya.
Supaya dakwah ini dapat berjalan baik dan berhasil sesuai dengan
tujuan yang diinginkan, maka aktivitas dakwah ini seyogianya dikelola secara
profesional. Dari mulai perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
monitoring (pengawasan) harus menyertai kegiatan dakwah. Sehingga tahapan-
tahapannya jelas dan tingkat keberhasilannya dapat diukur dan terus
18. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
18
ditingkatkan. Berkenaan dengan hal ini, dalam surat Yusuf ayat 108, Allah
SWT berfirman:
Artinya: “Katakanlah: inilah jalanku (agama)ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” (Q.S.
Yusuf [12]: 108)
Dalam ayat di atas diungkapkan, bahwa dakwah itu harus dilakukan
dengan bashirah; artinya secara terencana dan terarah sejalan dengan visi dan
misi dakwah yang diemban. Karena bashirah itu sendiri memiliki makna
pandangan dan wawasan jauh ke depan. Dalam tafsirnya, Muhammad Ali Ash
Shabuni (t.th,:70) menjelaskan, “Serulah manusia untuk beribadah dan taat
kepada Allah dengan penjelasan dan penerangan yang jelas”. Artinya ada
upaya yang sungguh-sungguh dalam berdakwah dengan melibatkan semua
komponen yang menunjang terhadap keberhasilan dakwah.
Komponen-komponen dakwah tersebut adalah da’i, mad’u, materi
dakwah, media dakwah, metode dakwah dan efek dakwah. Semuanya
merupakan satu kesatuan dari sistem dakwah yang harus dikelola secara baik
dan benar untuk mencapai tujuan dakwah sesuai dengan yang telah digariskan
oleh Alquran dan Assunnah.
2.2.5 Syarat-Syarat Dakwah
Berdakwah mengajak manusia kepada Islam yang benar, yaitu mengajak
manusia kepada cara beragama yang benar, baik tentang ‘aqidah, manhaj, ibadah,
akhlak, dan yang lainnya.
Menurut pemahaman Salafush Shalih. Dakwah ini harus memenuhi tiga syarat:
- Pertama: َالَمَةَُ لََُْْتَََت ِ (‘Aqidahnya Benar) Selamat ‘aqidahnya. Maksudnya
seseorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah ketauhidan
19. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
19
yang meyakini zat, sifat dan perbuatan Allah SWT, beserta dengan semua
hal yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.
- Kedua: َالَمَةَُ لََْتََْت ِ (Manhajnya Benar) Yaitu memahami Al-Qur-an dan
As-Sunnah. Mengikuti prinsip dan kaidah yang telah ditetapkan ulama
terpercaya.
- Ketiga: َالَمَةَُ لََََْت ِ (Beramal dengan Benar) Seorang yang berdakwah,
mengajak umat kepada Islam yang benar, maka ia harus beramal dengan
benar yaitu beramal semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’
(mengikuti) contoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak
mengadakan bid’ah baik i’tiqad (keyakinan), perbuatan atau perkataan.
12Dakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan amal yang sangat
mulia, ketaatan yang besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allah
Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: تمَم َْ َمَستنَُ َو تلَا مَملم دَعَا إَ لى لِه
َْلََع َْ دَال دَا َقدَا َْ إلْنلى َملم َمملَللتسََت ِ “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:
‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” [Fushshilat: 33]
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ‘Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu anhu : ...لو َلَِ، تألَن َْ َهلْتَََ َو َكلَ َةَلًَ َِْ لِن َْ َتيمٌَ َكَ لمتم ليتََن لنََْ ِ. “Demi
Allah, bila Allah memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang
saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.”
13
ليتََْت ِ َْ أللى َدألَسنل ت ِ إلفَ ولى ٍيتسٌَ ََملي ِ ِلََْما ِلَللََع َْ دْ ِلحدَال ِ تلَاِ َلَو َْ مللَات دلَ ِ تلَاِ َلَو َْ لتيصْ دلَ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.” [Al-‘Ashr: 1-3]
12 Lihat al-Wajiiz fii ‘Aqiidatis Salafish Shaalih (hal. 221-222). Lihat QS. Al-Baqarah: 112, an-
Nisaa': 125, al-Kahfi: 110, Ali ‘Imran: 31 dan al-Mulk: 2.
13 HR. Al-Bukhari (no. 2942, 3701), Muslim (no. 2406), dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu.
20. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
20
2.2.6 Tujuan Dakwah
Disadari atau tidak, teknologi Informasi dan komunikasi ini berpengaruh
besar terhadap pola pikir dan aktivitas manusia. Untuk itu, pembicaraan mengenai
komunikasi ini menjadi penting. Dalam konteks inilah, penulis ingin menyoroti
signifikansi komunikasi bagi proses dakwah islamiyah.
Tujuan dakwah merupakan salah satu tujuan umum islam, sehingga bisa
dikatakan apabila unsur ini tidak ada maka ajaran islam tidak akan membuahkan
hasil seperti yang diharapkan atau semua usaha akan sia-sia. Para pakar
memberikan definisi yang berbeda-beda. Namun perbedaan pendapat tersebut
hanyalah dalam tataran redaksi bahasa. Substansinya sesungguhnya sama yaitu
demi kemaslahatan hidup manusia di dunia dan kehidupan di akhirat. Muhammad
Natsir mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah:
1. Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup,
baik persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah,
bermasyarakat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara.
2. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di
muka bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian
bagi umat manusia.
3. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah
Allah Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta. Adapun menurut Prof. Toha
Yahya Umar, M.A. menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah untuk
menobatkan benih hidayah dalam meluruskan itiqad, memperbanyak amal
secara terus-menerus, membersihkan jiwa dan menolak syubhat agama.
Sementara Didin Hafiduddin menegaskan tujuan dakwah adalah untuk
mengubah masyarakat sebagai sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik
dan lebih sejahtera lahiriah maupun bathiniah. Dalam hal tujuan dakwah Asmuni
Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
21. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
21
1. Tujuan Umum (mayor objektive) dakwah adalah mengajak ummat
manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada
jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam
dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik
yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial
kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
2. Tujuan Khusus (minor objektive) dakwah merupakan perumusan tujuan
sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan
agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara
jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa
berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss
komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah)
yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak
dicapai.
2.2.7 Metode Dakwah
Dilihat dari metode yang digunakan dalam penyampaian
dakwah Islamiyah di media televisi, akan muncul berbagai
macam metode dakwah. Metode dakwah tersebut akan dibahas
dalam uraian berikut ini:
1. Metode Dialog. Dalam program dakwah dihadirkan seorang
da’i sebagai narasumber didampingi oleh seorang pemandu
acara yang sekaligus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Dalam acara ini juga berlangsung secara interaktif dengan
menerima telepon dari pemirsa. Setiap harinya ada topik
khusus yang dibahas sesuai dengan pertanyaan yang
muncul. Dilihat dari metode dakwah yang umum, cara dialog
ini menggunakan metode mujadalah atau debat meskipun
debat dalam hal ini tidak seperti debat pada umumnya, tetapi
22. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
22
hanya berupa pembahasan tentang suatu masalah antara
kedua belah pihak.
2. Metode dialog interaktif dengan menghadirkan seorang da’i
sebagai narasumber dan menerima pertanyaan dari pemirsa.
Acara ini juga menggunakan metode mujadalah dalam
pengertian adanya dua pihak yang terlibat dalam
pembahasan masalah.
3. Metode i’tibar yang menampilkan sepotong fragmen
kehidupan yang kemudian fragmen tersebut menjadi topik
utama yang dibahas oleh seorang da’i. Fragmen tersebut
dijadikan sebagai i’tibar bagi para pemirsa. Metode yang
digunakan lebih banyak bersifat al-maw’izhah al-hasanah
atau lebih banyak mengungkapkan nasehat-nasehat menuju
kebajikan. Jadi dalam metode ini, da’i merupakan tokoh
sentral yang secara tunggal mengisi acara dakwah ini.
4. Metode kisah historis. Program ini lebih mengedepankan
perjalanan ke wilayah-wilayah yang bersejarah dalam
wilayah Islam di Timur Tengah. Setiap penayangan gambar
tentang bukti-bukti sejarah Islam disertai dengan narasi
tentang kisah-kisah yang berkaitan dengan tempat tersebut.
Juga ditampilkan ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadis Nabi
yang berkaitan dengan hal tersebut. Metode kisah historis
ini juga memakai pendekatan i’tibar dengan mengedepankan
al-mauizhah al-hasanah.
5. Metode taushiyah yang menampilkan dua orang da’i yang
tampil secara duet dan dipandu oleh seorang pemandu acara.
Acara yang ditayangkan langsung dari studio ini juga dihadiri
oleh jamaah yang bisa mengajukan pertanyaan kepada kedua
narasumber. Acara ini juga menerima telepon interaktif dari
pemirsa di rumah. Metode yang diuraikan lebih merupakan
gabungan antara mujadalah dan al-mau’izhah al-hasanah.
23. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
23
6. Metode curhat. Model dakwah yang digunakan adalah model
curhat terutama menyangkut masalah keluarga baik yang
diungkapkan oleh jamaah yang hadir langsung di studio
maupun yang menelpon dari rumah. Kebanyakan penelpon
berasal dari kalangan ibu-ibu. Bahasa yang digunakan lebih
bernuansa bahasa keseharian yang gampang dicerna oleh
pemirsa. Metode dakwahnya lebih merupakan penggabungan
antara mujadalah dan al-mau’izhah al-hasanah.
7. Metode Mauw’izhah Hasanah adalah acara dakwah Islamiyah
yang menampilkan tokoh-tokoh yang sudah bertaubat dari
dunia hitam yang didampingi oleh seorang narasumber.
Terjadi dialog diantara keduanya, dimana pengakuan-
pengakuan dari oran yang bertaubat kemudian dibahas
oleh sang da’i dan dijadikan i’tibar kepada pemirsa.
Metode yang digunakan lebih cenderung bersifat al-
mau’izhah al-hasanah dengan menjadikan tokoh tamu
sebagai obyek yang dikaji.
8. Metode hikmah. Program dakwah ini banyak mengangkat
kisah hidup orang-orang tertentu yang diceritakan
langsung oleh pelaku aslinya tentang kesusahan hidupnya
namun tetap istiqomah dalam Islam. Dari ungkapan ini
kemudian diulas oleh presenter yan sekaligus narasumber
pada acara ini. Acara ini lebih banyak mengedepankan
hikmah dari berbagai kesulitan hidup, namun semua itu
bukan alasan untuk meninggalkan Islam.
9. Metode Tafsiriyah adalah program dakwah Islamiyah yang
seorang narasumber yang lebih banyak menampilkan tafsir
Al-Qur’an sebagai kajian utamanya. Program ini dipandu
oleh seorang pembawa acara yang mengajukan pertanyaan-
petanyaan dari jamaah yang hadir di studio maupun dari
pemirsa di rumah. Dilihat dari metode dakwahnya, maka
24. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
24
program ini lebih mengedepankan metode bil-hikmah dan al-
mau’izhah al-hasanah.
10. Metode Zikir adalah proram dakwah ini lebih
mengedepankan zikir-zikir kepada Allah, kemudian zikir-zikir
tersebut diulas kepada jamaah yang hadir dan juga pemirsa
yang menelpon dari rumah. Dari sisi metode dakwah,
program ini lebih mengedepankan metode bil-hikmah yang
berupaya menyentuh hati setiap orang yang terlibat di
dalamnya. Pendekatan hikmah melalui media zikir
merupakan salah satu metode dakwah yang terbukti cukup
ampuh untuk menyebarkan dan membina ajaran Islam.
2.3 Teori Ekonomi Politik Media
Seperti yang dikemukakan oleh para peneliti ilmu komunikasi seperti Dennis
McQuail, terdapat lima jenis utama dari teori media kritis yang salah satunya
adalah teori ekonomi-politik media (political economy media theory).
Dalam ekonomi politik komunikasi, sumber daya ini dapat berupa surat kabar,
majalah, buku, kaset, film, internet dan sebagainya.14
Seperti teori Marxisme Klasik, teori ini menganggap bahwa kepemilikan media
pada segelintir elit penguasa telah menyebabkan patologi atau penyakit sosial.
Dalam pemikiran ini, kandungan media adalah komoditas yang dijual di pasar dan
iformasi yang disebarluaskan dikendalikan oleh apa yang pasar akan tanggung.
Sistem ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak ambil resiko, suatu
bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat media tertentu
mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan.
Teori ekonomi media merupakan sebuah pendekatan yang memusatkan
perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi daripada muatan atau ideologi
14 Vincent Moscow.1998. The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal.
University of Winconsin Press. Hal. 25
25. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
25
media. Teori ini fokus ideologi medianya pada kekuatan ekonomi dan
mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur
pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Menurut tinjauan ini,
institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga
bertalian erat dengan sistem politik.15
Vincent Moscow mengatakan bahwa ekonomi politik dipandang sebagai studi
mengenai hubungan sosial, khususnya hubungan kekuatan, yang biasanya
berbentuk produksi, distribusi, dan konsumsi dari sumber. Hubungan ini timbul
dalam hubungan timbal balik antara sumber daya alam proses produksi
komunikasi seperti surat kabar, buku, video, film, dan khalayak adalah yang
utama.16
Sedangkan kegunaan ekonomi politik dalam komunikasi adalah untuk
menggambarkan dan menjelaskan signifikansi dari benuk produksi, distribusi, dan
pertukaran komoditas komunikasi serta peraturan yang mengatur struktur media
tersebut, khususnya oleh negara. Gaya produksi media dan hubungan ekonomi
kemudian menjadi dasar atau elemen penentu dalam pikiran kita.
Seperti yang kita ketahui, masyarakat memerlukan informasi dan juga hiburan
dengan berbagai cara. Dan kebutuhan tersebut difasilitasi oleh media yang juga
ingin menguatkan kedudukan ekonominya dalam sistem ekonomi masyarakat.
Hubungan yang terjadi antara produsen dan konsumen ini menjadi hubungan
timbal balik yang berkesinambungan, ketika media massa seperti televisi, surat
kabar, dan bahkan internet tunduk pada kepentingan modal, maka kepentingan
masyarakat bisa menjadi ambivalen.
Menurut Murdock dan Golding), efek kekuatan ekonomi tidak secara langsung
secara acak, tetapi terus-menerus: “Pertimbangan untung rugi diwujudkan secara
sistematis dengan memntapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah
15 Dennis McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa,terj Agus Dharma dan Aminuddin Ram.
Jakarta: Erlangga. Hal. 63
16 Vincent Moscow.1998. The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal.
University of Winconsin Press. Hal. 25
26. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
26
mapan dalam pasar media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang
tidak memiliki modal dasar yang diperlukan untuk mampuu bergerak. Oleh
karena itu, pendapat yang dapat diterima berasal dari kelompok yang cenderung
tidak melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan kekuasaan yang
berlangsung. Sebaliknya, mereka yang cenderung menantang kondisi semacam itu
tidak dapat mempublikasikan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan mereka karena
mereka tidak mampu menguasai sumber daya yang diperukan untuk menciptakan
komunikasi efektif terhadap khalayak luas.17
Ada 3 konsep untuk aplikasi pendekatan ekonomi politik dalam industri
komunikasi yang ditawarkan Moscow:
1. Commodification (komodifikasi). Konsep ini mengacu pada pemanfaatan
barang dan jasa yang dilihat dari kegunaannya kemudian
ditransformasikan menjadi komoditi yang bernilai jual pasar. Bentuk
komodifikasi dalam komuniikasi ada tiga macam: intrinsinc
commodification (komodifikasi intrinsik), extrinsinc commodification
(komodifikasi ekstrinsik), dan cybernatic commodification (komodifikasi
sibernatik).
2. Spatialization (spasialisasi) adalah proses untuk mengatasi hambatan
ruang dan waktu dalm kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam
bentuk perluasan usaha seperti proses intregasi: integrasi horizontal,
vertikal, dan internasionalisasi.
3. Structuration (strukturasi), yakni proses penggabungan human agency
(agensi manusia) dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis
struktur. Karakteristik penting dari teori strukturisasi ialah kekuatan yang
diberikan pada perubahan sosial, yang menggambarkan bagaimana
struktur diproduksi dan direproduksi oleh agen manusia yang bertindak
melalui medium struktur-struktur.
17 Dennis McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa,terj Agus Dharma dan Aminuddin Ram.
Jakarta: Erlangga. Hal. 65
27. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
27
BAB III
TELEVISI, DAKWAH DAN KOMERSIL
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, yang mengindikasikan sebagian
besar warganya adalah menjadi penganut agama khususunya Islam, dalam hal ini
menjadi segmen pasar yang sangat diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan
media televisi. Kompleksitas masalah sosial keagamaan yang berkembang selama
ini telah direspon oleh para arsitek siaran, dalam rangka menarik sebanyak
mungkin pemirsa atau pasar.
Pengolahan atas isu-isu yang diangkat di media elektronik juga akan
menemukan peta kedakwahan yang diselenggarakan, baik menyangkut model
tayangan, waktu tayang, dan model artistic yang ditampilkan. Namun demikian,
dakwah televisi di tengah masyarakat yang awam dan tidak kritis, sering
menghasilkan efek mainstreaming.
Pesan-pesan yang disampaikan acapkali mencerminkan paham keagamaan
yang dimiliki oleh sang narasumber, dan mengharuskannya untuk diterima secara
mutlak. Sementara paham atau pemikiran keagamaan yang berbeda dari si
penceramah cenderung dilemahkan.
Hasil penelitian Sunandar menginformasikan bahwa, secara umum
dakwah di tv dengan berbagai bentuk dan formatnya, masih belum meningkatkan
rating acara yang bersangkutan (Sunandar, 2008).18 Sementara itu, dengan
rendahnya rating, menunjukkan kemungkinan kecilnya dukungan atau kepedulian
mayarakat terhadap siaran-siaran dakwah di TV.
Bentuk-bentuk dakwah yang digunakan berjalan tampak tidak sanggup
berpacu melawan produk siaran pop dan komedian, serta beragam produk lainnya
yang lebih mengundang minat kalangan pemirsa. Sampai-sampai akhirnya da’i di
sulap menjadi badut dan komedian oleh para pemburu rente penyiaran disatu sisi
dan Da’i itu sendiri disisi yang lain, agar pemirsa mulai tertarik dengan acara
18 https://marzanianwar.wordpress.com/2009/10/01/muatan-dakwah-trans-tv/
28. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
28
siaran dakwah di televisi dan tidak lain tujuannya untuk menaikan rating program,
hingga akhirnya iklan-iklan mengantri untuk masuk dalam runtutan jeda acara
dari program dakwah tersebut.
Maka dari itu, hal ini, dirasa tim penyusun patut menjadi perhatian
bersama. Sehingga pisau analisa yang kami gunakan adalah teori ekonomi politik
media, dengan cara melihat, beberapa faktor tertentu di dalamnya yaitu:
1. Gaya bahasa Da’i, mulai dari bahasa lisan dan bahasa tubuh mereka
sebagai daya jual siaran dan strategi penyampaian pesan.
2. Peranan unsur-unsur di dalam televisi (produser dan sutradara), dalam
membentuk karakter Da’i di panggung dakwah.
3. Peranan besar kecil rating suatu program dakwah dalam menaikan
popularitas dan keuntungan individual bagi televisi dan Da’i itu sendiri.
Faktor inilah yang menjadi dasar analisa tim peneliti dan penyusun dalam
menggambarkan fenomena dakwah di televisi dan bagaimana yang seharusnya
dilakukan oleh media penyiaran dan da’i itu sendiri dalam menyampaikan pesan
keislaman kepada umat di Indonesia.
3.1 Penyajian Dan Analisis Data
Hasil penelitian Sunandar (2008) menginformasikan bahwa secara umum
dakwah di televisi dengan berbagai bentuk dan formatnya masih belum
meningkatkan rating acara yang bersangkutan. Hal ini karena jam siaran
keagamaan tersebut bukanlah pada waktu prime time, namun mayoritas di pagi-
pagi buta ketika masyarakat masih tertidur lelap atau sibuk mempersiapkan diri
untuk berangkat bekerja.
Selain itu, munculnya persaingan usaha antar stasiun televisi yang
dihadapi produser juga menjadi salah satu penyebabnya. Rendahnya rating siaran
keagamaan khususnya di televisi nasional baik televisi publik maupun swasta
menunjukkan rendahnya dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap siaran-
siaran dakwah tersebut.
29. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
29
Program dakwah Islamiyah yang ditayangkan di televisi nasional
Indonesia sesungguhnya sama halnya dengan program-program lainnya yang
mengisi slot siaran berbagai televisi nasional Indonesia. Pada umumnya
keseluruhan program acara tersebut dibuat untuk pencitraan stasiun televisi untuk
kepentingan meraih keuntungan finansial yang menjadi inti dari bisnis televisi di
Indonesia. Bisnis televisi adalah bisnis yang padat modal, sehingga
keseluruhan programnya termasuk juga program dakwah Islamiyah dirancan untuk
sebanyak mungkin mengangkat citra stasiun televisi untuk meraih keuntungan
ekonomi sebesar-besarnya.
Di dunia televisi, sebuah program televisi yang tersaji di hadapan
pemirsa sebagaimana juga program dakwah Islamiyah melibatkan banyak
pihak yang memungkinkan bisnis televisi tetap hidup. Pihak-pihak yang terlibat
dalam penyusunan program tersebut antara lain:
1. Stasiun Televisi yang menjadi media penyebaran program siaran
kepada masyarakat yang terjangkau dengan pancaran
gelomban siarannya. Media ini cukup diminati karena
merupakan gabungan ari media dengar dan gambar. Bisa
bersifat informatif, hiburan mapun pendidikan, bahkan
merupakan gabungan dari ketiga unsur di atas. Secara spesifik,
program dakwah Islamiyah merupakan peranan televisi dalam
upaya pendidikan masyarakat khususnya dalam bidang
kerohanian.
2. Production House atau sering disebut Rumah Produksi, adalah
lembaga terpisah dengan stasiun televisi. Lembaga ini
memproduksi program – program televisi seperti film atau
sinetron. Kemudian paket acara tersebut dijual ke stasiun
televisi untuk ditayangkan. Dalam kaitannya dengan produksi
siaran dakwah Islamiyah, stasiun televise menggunakan dua
cara yaitu membeli paket siaran dari Production House terutama
30. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
30
progrm siaran dakwah yang menggunakan media luar ruang.
Adapun cara kedua, stasiun televisi memproduksi sendiri siaran
dakwahnya.
Cara ini disebut dengan istilah in house production, dimana
stasiun televisi menggunakan studio internalnya dan menyiarkan
secara langsung program dakwah tersebut kepada khalayak.
Biasanya program ini bersifat interaktif, yang memungkinkan
terjadinya diskusi secara langsung antara da’i dengan
pemirsanya.
3. Lembaga Suvei Pemirsa. Lembaga ini juga adalah lembaga yang
berdiri terpisah dengan stasiun televisi. Lembaga ini berfungsi
meneliti minat pemirsa tentang suatu program televisi. Pemirsa
yang disurvei biasanya mereka yang tinggal di kota-kota besar
yang disurvei melalui saluran telepon. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah rating siaran. Rating adalah suatu
istilah di dunia pertelevisian yang menjadi indicator tentang
jumlah besaran pemirsa yang menyaksikan sebuah program
televisi. Rating itu biasanya dilambangkan dengan angka-
angka, semakin besar angka rating sebuah acara televisi berarti
semakin besar jumlah orang yang menyaksikan acara tersebut.
Rating juga ikut menentukan kapan waktu sebuah program
televisi ditayangkan. Semakin besar ratingnya maka semakin
besar kemungkinan siaran tersebut ditayangkan saat prime
time (jam tayang utama yang berlangsung antara pukul
19.00-22.00 setiap harinya). Program dakwah Islamiyah
memang sangat jarang ditayangkan saat prime time, karena pada
saat-saat seperti itu biasanya para pemirsa akan lebih
memilih siaran-siaran hiuran seperti sinetron, kuis, dan
lain sebagainya. Program-program dakwah Islamiyah biasanya
ditayangkan sebagai pembuka acara di pagi hari, kemungkinan
disesuaikan dengan aktivitas kaum Muslimin yang baru selesai
31. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
31
menunaikan ibadah sholat Subuh. Meskipun demikian,
lembaga survei tetap memasukkan program dakwah
Islamiyah dalam rangkaian surveinya terutama terkait dengan
siapa da’i yang menjadi favorit pemirsa televisi.
4. Pemasang Iklan. Media massa khususnya televisi ditunjang
kehidupannya dengan iklan yang menjadi ujung tombak
pemasukan terutama bagi televisi swasta. Bahkan saat ini, seperti
TVRI pun, tidak lagi ”mengharamkan” iklan menjadi bagian
dari siarannya. Popularitas sebuah program acara, akan semakin
menyebabkan program tersebut diminati pengiklan. Biasanya
para pengiklan berpatokan pada rating siaran dan jam tayangan
sebuah proram siaran. Program dakwah Islamiyah, meskipun
bukan merupakan merupakan tayangan utama dari stasiun
televisi, namun tetap diminati oleh pengiklan karena segmen
sasarannya umat Islam Indonesia sangat besar, terutama iklan
produk-produk yang berkaitan dengan kebutuhan umat Islam
seperti perlengkapan ibadah, produk-produk halal dan lain
sebagainya.
5. Pemirsa sebagai obyek. Penonton televisi menjadi pihak
terakhir dalam mata rantai siaran televisi. Dari sisi stasiun
televisi, pemirsa adalah receiver atau penerima siaran. Dari sisi
pemasang iklan, pemirsa adalah market bagi produk-produk
yang ditawarkan melalui iklan-iklannya. Dari sisi lembaga
survei, pemirsa adalah obyek penelitian untuk menentukan
rating dari siaran televisi. Bisa jadi, pemirsa adalah muara dari
nilai positif dan negatif siaran televisi.
Keterlibatan semua pihak di atas, telah memungkinkan adanya
berbagai program acara televisi, termasuk di dalamnya siaran-siaran
dakwah Islamiyah. Dari sisi dunia pertelevisian seluruh program yang
ditayangkan di layar kaca, di-setting untuk kepentingan pencitraan
stasiunnya sekaligus sebagai nilai jual dan daya tarik modal yan
32. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
32
diharapkan muncul dari pemasang iklan. Sehingga segala program
yang dianggap akan merusak citra televisi dan berimbas pada larinya
pemasan iklan sedapat mungkin dihindari.
Program-program siaran dakwah Islamiyah yang ditayangkan
oleh stasiun televisi juga tidak terlepas dari upaya pencitraan yang
positif dalam pandangan semua pihak. Oleh karena itu, penayangan
siaran dakwah Islamiyah di televisi tidak semata-mata ditujukan
untuk menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah
sebagaimana tujuan ideal dakwah Islamiyah, akan tetapi juga
ditujukan untuk meraih sebanyak mungkin pemirsa di rumah untuk
mendongkrak rating program sekaligus sebagai jalan untuk menarik
pemasang iklan.
Oleh karena itulah, fokus utama stasiun televisi terhadap
siaran dakwah yang akan ditayangkan bukan pada materi atau metode
yang dibawakan, akan tetapi pada person atau da’i yang akan
membawakan dakwah Islamiyah tersebut. Karena da’i merupakan
key person dalam program tersebut, dan karena itulah maka
dicarilah da’i dengan citra dan reputasi positif di mata masyarakat
banyak. Oleh karena itulah, maka dalam kurun waktu tertentu bisa
dilihat terjadi pergeseran dari da’i yang satu ke da’i yang lainnya
yang menghiasi layar kaca televisi Indonesia.
3.2 Pembahasan
3.2.1. Profil Media Televisi
3.2.1.1.Profil Trans TV
PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) adalah stasiun televisi
swasta di bawah naungan TRANS CORP dan dimiliki oleh CT CORP yang
mengudara secara nasional di Indonesia. Memperoleh ijin siaran pada Oktober
1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar
33. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
33
departemen pemerintah, kemudian mulai siaran resmi secara komersial pada 15
Desember 2001. TRANS TV selalu menayangkan tampilan, gaya, serta program
yang inovatif, berbeda, dan kreatif sehingga menjadi trendsetter di industri
pertelevisian. TRANS TV bersama TRANS7 dan Detikcom di bawah payung
TRANSMEDIA, diharapkan dapat menjadi televisi terdepan di Indonesia, dengan
program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan
inovatif.
A NEW LOGO TRANSMEDIA
TRANSMEDIA, sebagai media terdepan di Indonesia yang selalu
konsisten menghadirkan karya penuh inovasi dan menjadi trendsetter untuk
Indonesia lebih baik telah memiliki identitas baru. Minggu, 15 Desember 2013
TRANSMEDIA me-launching logo baru bersamaan dengan ulang tahun
TRANSMEDIA yang ke-12. Logo dengan simbol 'Diamond A' ditengah kata
TRANS TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan
inspirasi bagi semua orang
didalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau
keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat. Masing-masing warna dalam
logo ini memiliki makna dan filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna
keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus
melambangkan optimisme masyarakat Indonesia. Sedangkan rangkaian
warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur,
serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya
cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda
bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Yang terakhir adalah
rangkaian warna ungu, menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan
seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita didalamnya, menyatu
dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya didalam
berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru
34. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
34
TRANSMEDIA ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah semangat dan
perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang
hingga masa mendatang.
VISI :
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha
yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas,
berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh
stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
MISI :
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai
demokrasi.19
19 Transtv.com
35. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
35
3.2.1.2. Profil Indosiar
Sejarah PT Indosiar Karya Media Tbk ("IDKM")
19 Juli 1991 : PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan dengan nama PT
Indovisual Citra Persada.
20Agustus
2003
:
IDKM mengubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media.
4 Oktober 2004 : IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Visual Mandiri
dengan kepemilikan 99,99%.
4 Oktober 2004 : IDKM mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan
simbol IDKM.
13 Mei 2011 : PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan
pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki oleh PT Prima
Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti dengan
Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa saham IDKM yang
dimiliki Publik.
28 Juni 2011 : Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan IDKM menyetujui
antara lain perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi.
13 Juli 2011 : Periode Penarawan Tender Wajib atas 1.473.905.135 saham
IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh
Emtek setelah Penawaran Tender adalah 1.717.044.055 atau
mewakili 84,77% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor
penuh IDKM.
36. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
36
8 Oktober 2012 : Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1 saham
dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar saham
berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095
lembar saham.
5 April 2013 : Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SCM dan IDKM.
25 April 2013 : Tanggal perdagangan terakhir saham IDKM di Bursa Efek
Indonesia.
1 Mei 2013 : Efektifnya Penggabungan SCM dan IDKM.
Sejarah PT Indosiar Visual Mandiri ("Anak Perusahaan")
19 Juli 1991 : Anak Perusahaan berdiri sebagai badan hukum.
11Januari 1995 : Anak Perusahaan mulai mengudara sebagai televisi nasional.
12 Maret 2001 : Anak Perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana
dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya ("BEJ" dan "BES") (sekarang bergabung menjadi Bursa
Efek Indonesia).
8 Agustus 2003 : Anak Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi I
Indosiar Tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% per tahun
untuk jangka waktu 5 tahun.
4 Oktober 2004 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan PT Indosiar Karya
Media Tbk dan melakukandelisting dari BEJ dan BES.
2009 : Anak Perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam
rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara bertahap.
37. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
37
Media televisi sebagai salah satu bagian dari media massa,
menjadi perbincangan yang sangat menarik bagi ilmuwan dan akademisi
komunikasi itu sendiri. Sehingga, ketika berbicara tentang media massa
pastinya akan bersangkutan dengan pembicaraan tentang globalisasi
media massa. Sebab menurut sejarah, fenomena globalisasi media massa
berawal pada keamjuan teknologi komunikasi sejak dasawarsa 1970-an.
Semenjak saat itu bermunculan berbagai media massa sebagai akibat
dari kemajuan teknologi informasi salah satunya adalah media televisi.
Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan
teknologi bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai
perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari berlin yang bernama Paul
Nipkop untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat
lain yang terjadi antara tahun 1883-1884. Sehingga Nipkop diakui
sebagai “bapak televisi.” Penemuan tabung kamera televisi oleh
Vladimir Zworykin pada tahun 1923 semakin melengkapi eksistensi
televisi sebagi salah satu elemen media massa. Penemuan inilah yang
kemudian mendorong lahirnya stasiun televisi reguler yang pertama
kalinya didirikannya BBC Television di Inggris.20
Televisi memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan
media massa lainnya karena memiliki tampilan audio visual yang idak
dimiliki media lainnya. Dari segi kecepatan liputan berita, televisi sudah
jauh meninggalkan surat kabar. Berbagai program siaran televisi
uatamanya menyangkut hiburan an informasi sangat diminati oleh
masyarakat. Sehingga media ini sangat baik jika digunakan untuk
menyebarkan berbagai informasi seperti berita, hiburan, film,
bahkan materi menyangkut pembinaan rohani. Hal ini terkait dengan
20 Jurnal Farabi Vol 11,No. 1 Juni 2014
1 Mei 2013 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan SCM.
38. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
38
asumsi bahwa televisi merupakan alat informasi yang ampuh dalam
mengubah sikap dan perilaku pemirsa, karena efek suara an bentuk
gambarnya secara nyata dapat disaksikan mata pemirsa di rumah.
Adalah kenyataan bila gambar yang tertayang di televisi (paket
acara) baik film, drama, berita maupun iklan, akan mempengaruhi
kejiwaan pemirsa, demikian pula halnya dengan acara-acara
kerohanian khususnya yang berkaitan dengan pembinaan rohani Islam,
khususnya acara dakwah. Memang harus diakui bahwa di antara
sekian banyak paket acara televisi, bisa jadi yang paling sedikit
peminatnya adalah acara-acara keagamaan. Hal ini berkaitan dengan
kenyataan bahwa acara seperti ini kuang diminati oleh pemasang iklan
sehingga paket acaranya pun cenderung monoton dan kurang menarik.
Berbagai acara siraman rohani Islam muncul di layar kaca
nasional. Paket acara ini menjadi santapan rohani umat Islam di
pagi hari. Acara ini ternyata mendapat perhatian yang luas dari kalangan
umat Islam karena dirasakan cukup bermanfaat bagi pemirsa di rumah.
Fenomena ini menarik minat stasiun televisi baik Indosiar maupun Trans
TV. Sehingga tayangan paket siaran keagamaan seolah menjadi paket
acara yang wajib dalam setiap program stasiun televise lainnya.
Sehingga di setiap pagi dapat ditemukan dihampir seluruh stasiun
televise di Indonesia terdapat program siaran dakwah dengan berbagai
ragamnya. Meskipun demikian, paket acara dakwah di media televisi
tetap saja tak luput dari kekurangan.
Selain karena terlalu seringgnya acara demikian di berbagai
stasiun televisi Indonesia yang berimbas pada monotonnya program
siaran, bisa jadi program acara seperti ini disusupi misi terselubung dari
nara sumbernya. Karena meski dibalut dengan program dakwah
Islamiyah, tapi setiap presenter juga berasal dari latar belakang
keyakinan atau ideologi yang berbeda, apalagi ini berkaitan dengan
latar belakang keagamaan pemirsa yang juga beragam. Sehingga hal ini
ikut mempengaruhi minat pemirsa untuk mengikuti program dakwah
39. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
39
dimaksud. Meskipun demikian, kehadiran paket acara keagamaan di
layar televisi nasional khususnya di Indosiar dan Trans TVsudah patut
di syukuri karena bisa diharapkan memberikan bimbingan mental bagi
umat Islam Indonesia setiap harinya. Dan fakta ini membuktikan
bahwa, siaran televisi bisa menjadi media penyampaian pesan-pesan
dakwah bagi masyarakat banyak.
3.2.2. Profil Da’i
3.2.1.3.Profil Oki Setiana Dewi
Oki Setiana Dewi adalah salahsatu Ustadzah yang memanfaatkan
media telivisi sebagai media dakwah, awal karirnya dimulai sejak tahun 2009
disinetron Ketika Cinta Bertasbih, berkat perannya yang maksimal oki
mendapatkan penghargaan ditahun 2010 sebagai artis pendatang baru Wanita
favorit dalam Film Ketika Cinta Bertasbih.
Ketenaran wanita kelahiran 13 Januari 1989 mulai dilirik media
telivisi sebagai sosok artis terpuji, salahsatu media telivisi yang memanfaatkan
oki adalah Trans TV dengan mempersilahkan oki menjadi ustadzah dalam
acara Islam Itu Indah dan mendampingi Ustadz Maulana, Dalam acara inilah
awalmulanya Oki menjadi Ustadah dimedia telivisi, dengan pembawaan yang
menarik dan menggugah hati saat ini Oki sudah memiliki Program Tv sendiri
yaitu “Curhatan Hati Perempuan”.
Oki merupakan Sosok Ustadzah yang banyak digemari kaum muslimin
di Indonesia khususnya kaum Hawa karena oki dapat membawa penontonnya
dengan baik melalui tutur kata dan tindakannya yang santun dan memberikan
solusi yang tepat kepada pemirsa.
40. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
40
Berikut adalah profil singkat dari Oki Setiana Dewi,
Nama Oki Setiana Dewi
Lahir Batam, Kepulauan Riau, Indonesia,
13 Januari 1988
Agama Islam
Ayah Suliyanto
Ibu Yunifah Lismawati
Suami Ory Vitrio
Judul Film Dan Sinetron Yang Pernah Dibintangi:
2009, Ketika Cinta Bertasbih
2010, Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan
2010, Ketika Cinta Bertasbih 1&2
2011, Ketika Cinta Bertasbih Meraih Ridho Illahi
2011, Dari Sujud Ke Sujud
2011, Dalam Mihrab Cinta
2011, Dari Sujud Ke Sujud
Judul Buku Yang Sudah Ditulis:
2011, Melukis Pelangi Catatan Oki Setiana Dewi
2012, Cahaya Di Atas Cahaya
2012, Sejuta Pelangi Pernik Cinta Oki Setiana Dewi
2013, Hijab Im In Love
Penghargaan Yang Pernah Diraihnya:
Aktris Pendatang Baru Wanita Terbaik
41. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
41
Indonesia Movie Awards 2010: Aktris Pendatang Baru Wanita Terfavorit
(Ketika Cinta Bertasbih)21
3.2.1.4.Profil Ustad Maulana Nur
uara An Nahdlah : Sapaan jamaah dengan dialek dan intonasi yang
khas selalu disebutkannya saat berdakwah. Siapakah dia? Setiap pagi, Ustad
Maulana dengan setia menyapa umat melalui tayangan dakwah Islam Itu
Indah di Trans TV. Sosok ustad yg satu ini boleh dikata unik. Jenaka, murah
senyum dan cepat akrab dengan siapa saja, baik terhadap anak-anak, remaja,
orang tua, maupun pejabat adalah karakternya.
Siapa saja, bisa mengajaknya berkomunikasi. Dijamin bisa langsung
akrab dengannya. Maklum, ia tak suka menjaga wibawa. Mungkin karena
kelebihannya itulah ia kemudian akrab dipanggil Ustad Gaul. Ia pun tak
keberatan dengan sebutan Ustad Gaul.
Berikut adalah Profil singkat dari Ustad Maulana Nur,
Nama M Nur Maulana
Lahir Makassar, 20 September 1974
Anak ke Keempat dari tujuh bersaudara
Ayah Maulana
Ibu Masyita
Pendidikan Pesantren An Nahdah Makassar
(lulus 1994)
Pekerjaan: - Guru Agama Islam SD Mangkura
- Guru SD Islam Athirah
- Pesantren An Nahdah
Istri Nur Aliah
21
http://sisiuk.com/2014/11/01/biodata-dn-profil-lengkap-oki-setiana-dewi/
42. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
42
Anak Munawar
Alamat rumah Jl Sibula Dalam No 15, Makassar.
Gaya Ceramahnya Dibanjiri Kritik Juga Pujian
CARA ceramah Ustadz Muhammad Nur Maulana yang ringan dan sering
diselingi senda gurau dianggap lebay. Bahkan di jejaring sosial, Nur Maulana
dihujani kritik pedas yang memojokkan. Nur Maulana pun menangis saat
membaca kritik-kritik itu.
Dengan intonasi dan gerakan khas, Ustadz M Nur Maulana (37) menyapa
jemaahnya di acara Islam Itu Indah (Trans TV) dengan “Jamaah oh jamaah”.
Panggilan yang tengah populer dan identik dengan ustadz asal Makassar ini.
Anak-anak hingga remaja gemar menirukan ucapannya.
Ada juga yang memanggilnya Ustadz “Jamaah oh Jamaah”. Namun gaya
ceramahnya yang khas, ringan, dan selalu diselingi senda gurau ini membuat Nur
Maulana ini dihujani berbagai kritik di jejaring sosial. Cara ceramah Nur Maulana
dianggap lebay, kurang berwibawa dan maaf, kemayu.
Saat membaca semua kritik itu, Nur Maulana menangis karena banyak yang
memojokkannya. “Saya sampai menangis. Gaya ceramah saya memang seperti
itu. Bahkan sejak kali pertama ceramah saat kelas 1 SMP, gaya saya sudah seperti
itu. Tidak ada yang dibuatbuat, seperti itulah karakter saya. Itu semua juga tidak
ada kaitannya dengan strategi saya dalam berceramah, saya ini memang suka
bercanda,” ucap Nur Maulana.
Kritik itu dijadikan cambuk oleh ayah yang kini tengah menanti kelahiran anak
keduanya. Namun banyak juga yang memuji cara ceramah Nur Maulana, yang
dianggap telah membawa warna baru dalam dunia ceramah. Meski ringan dan
diselingi lelucon, materi ceramah Nur Maulana berbobot. Bahkan banyak yang
memuji pengetahuan agamanya yang luas.
Trans TV tidak mempermasalahkan gaya ceramah Nur Maulana. Malah dianggap
bisa menciptakan suasana santai dan tidak monoton.
43. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
43
“Selama ini, penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui.
Kami ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam berdakwah. Lewat acara
Islam Itu Indah kami menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam
dunia dakwah. Kritik yang menganggap Ustadz Nur Maulana lebay itu berlebihan.
Bertahun-tahun mengajar anak TK, SD, SMP telah membentuk karakter Ustadz
Nur Maulana seperti itu. Saya menilai, Ustaz Nur Maulana itu bukan lebay tapi
childish,” urai Sunka Da Ferry, produser Islam Itu Indah.
Strategi Trans TV berbuah manis. Cara Nur Maulana berdakwah menjadi daya
tarik. Hasilnya, Islam Itu Indah beroleh rating cukup bagus dengan share 22
tertinggi untuk acara sejenis.Popularitas Nur Maulana pun melambung tinggi.
Jadwal ceramah ayah Munawaroh (2) ini pun sudah penuh hingga Januari 2012.
“Kritik perlahan-lahan berubah menjadi pujian. Pernah ada ibu-ibu yang berterima
kasih karena anaknya yang remaja mau mendalami agama Islam setelah menonton
Islam Itu Indah. Itu semua bukan karena saya, tapi karena Allah SWT. Islam itu
memang indah,” ucap Nur Maulana.
Jama'ah Protes, Ban Motor pun Digembosi
SEJAK kecil Nur Maulana sudah bercita-cita menjadi seorang ustadz. Namun
keinginan itu sempat pudar ketika ayahnya meninggal dunia, saat ia berusia 7
tahun. Pada usia 9 tahun pria asli Bugis ini hidup mandiri dan tidak pernah minta
uang kepada ibunya.
“Tidak tega saya minta uang kepada ibu, kondisinya sangat memprihatinkan.
Bahkan untuk beli buku paket saja saya tidak mampu,” urainya.
Nur Maulana kecil lalu belajar ilmu agama di Pesantren An-Nahdlah, Makassar.
Menimba ilmu di pesantren ini membangkitkan kembali cita-citanya untuk
menjadi pendakwah.
“Saya belajar agama, dari pagi hingga malam. Saya menjalaninya dengan
senang,” ucapnya.
44. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
44
Saat duduk di kelas 1 SMP, Nur Maulana memberanikan diri ceramah. Gaya
berdakwahnya seperti itu sempat dipandang sebelah mata teman-temannya.
Awalnya ceramah di lingkungan pesantren, kemudian merambah ke acara
syukuran, bahkan dari desa ke desa terpencil.
“Dari dulu, gaya ceramah saya seperti ini. Suka memperagakan suatu cerita
dengan gerakan-gerakan lucu. Saat mengajar di TK, SD, dan SMP, gaya saya
seperti sedang ceramah. Makanya anak-anak senang kalau saya mempraktikkan
sesuatu dengan gerakan. Misalnya gerakan nenek tua yang jalan atau cara ibu
memberi perhatian pada anakanaknya,” urainya.
Gaya berceramah Nur Maulana ini saat itu juga sudah mengundang protes. Saat
ceramah di suatu masjid, dia dihampiri seseorang yang melontarkan protes. “Saya
jelaskan kepadanya, gaya saya memang seperti itu. Tapi saya senang, akhirnya
mereka bisa menerima materi ceramah saya, bahkan sempat tertawa,” ucapnya.
Bentuk protes lain berupa pengempisan ban motor dan busi motornya diambil.
Dia terpaksa mendorong motor hingga puluhan kilometer. Itu belum seberapa
dibanding pengalamannya saat masih SMA. Usai sekolah, sorenya dia mengajar
anak-anak SMP. Setelah maghrib, dia lanjut berdakwah ke pelosok desa-desa
terpencil, yang hanya bisa ditempuh dengan bersepeda atau jalan kaki.
“Saya pernah ceramah, jaraknya jauh sekali dan harus jalan kaki. Makin sedih saat
musim hujan. Walau sudah pakai payung, tetap saja baju basah,” kenangnya.
Untuk menempuh jarak puluhan kilometer itu, dia juga pernah menumpang truk
terbuka. Sering kali, dia tidak mendapat uang transportasi. Namun itu bukan
tujuan utamanya; dia senang berbagi ilmu. Kalaupun dipaksa menerima bayaran
atau amplop usai ceramah, akan diberikan kepada ibunya. Hal itu berlaku hingga
kini.
“Dari tahun 1988 hingga 2000, semua amplop yang saya terima saya serahkan
kepada Ibu. Tahun 2000 hingga 2008, uang yang ada di dalam amplop dibagi dua,
untuk ibu dan cicilan motor saya. Dari 2008 hingga kini dibagi 3, untuk Ibu, istri
saya, dan saya. Saya juga tidak mau tahu nominalnya. Saya lakukan hal itu karena
45. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
45
saya ikhlas dalam mensyiarkan agama,” urai Nur Maulana, yang juga menyelingi
wawancara ini dengan gurauan.
Terkenal Gara-gara Youtube
LULUS SMA, Nur Maulana sempat mengajar di TK Islam dan SD. Di dua tempat
itu, Nur Maulana mengajar beberapa mata pelajaran, kadang juga mengajar
olahraga.
“Saya mengajar di sekolah untuk anak-anak miskin. Gurunya terbatas, kondisi
sekolahnya juga sangat memprihatinkan,” ucapnya lirih.
Saat muridnya diundang untuk mengisi satu acara, Nur Maulana yang mengajar
menari dan paduan suara.
“Di desa terpencil itu, guru harus bisa melakukan apa saja, termasuk mengajar
menari. Sejak kecil saya sudah dekat dengan dunia anak-anak, hingga sekarang.
Di depan rumah saya, ada satu berkumpul anak-anak. Siapa pun bisa dan bebas
bermain,” ujarnya.
Lulus SMA, langkah Nur Maulana kian mantap untuk menjadi ustadz. Usai
mengajar, dia sibuk syiar agama. Namun, Nur Maulana lebih sering diundang di
acara duka. Mungkin karena ceramahnya ringan dan segar dianggap, bisa
menghibur keluarga yang tengah berduka. Saking seringnya diundang ke acara
duka, dirinya mendapat julukan
“Ustadz Spesial Acara Kematian”.
Cara ceramahnya yang ringan namun berbobot membuat Nur Maulana laris manis
di Makassar. Setiap dia ceramah, ada saja yang mengabadikannya dalam bentuk
video. Video-video ini tersebar luas. Kabarnya, DVD Nur Maulana sudah terjual
sebanyak 2.000 ribu keping.
“Saya tidak tahu bagaimana DVD itu bisa beredar. Namun yang membuat saya
terkejut, cover DVD itu memakai foto saya, tapi nama orang lain. Videonya berisi
saya sedang ceramah,” ucapnya. Nur Maulana tidak mempermasalahkan. Namun
Allah Mahaadil, video ini diunggah ke YouTube.
46. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
46
“Sampai saat ini saya tidak tahu, siapa yang telah memasukkan video saya ke
YouTube. Jadi saya juga terkenal karena YouTube, hehehe,” ucapnya.
Video Nur Maulana di YouTube juga ditonton Wishnutama, Direktur Utama
Trans TV. Dia lantas memerintahkan anak buahnya untuk mencari Nur Maulana.
“Saya tidak tahu bagaimanacara mereka mendapatkan telepon saya. Saya kaget
saat ditelepon Trans TV. Untuk meyakinkan saya ini ustadz yang ada di YouTube,
mereka hanya minta saya mengucapkan kalimat, jamaah oh jamaah,” ucap Nur
Maulana tertawa geli, sambil menutup mulutnya dengan sorban.
Sejak itu nasib Nur Maulana berubah, namun kepribadiannya tidak berubah. Dia
masih menyempatkan diri keliling kampung untuk syiar agama.
“Sampai saat ini saya sering tidak percaya dengan semua ini. Allah itu
Mahapemurah dan Mahapenyayang. Setelah 23 tahun ceramah keliling kampung,
baru masuk televisi,” ucap Nur Maulana yang masih tinggal di Makassar.
Meski dakwahnya diselingi canda, Nur Maulana sangat menghindari materi
ceramah yang berbau pornografi, mengkritik orang, memojokkan agama lain, dan
perbedaan pendapat dalam materi berdakwahnya. Dia hanya membahas hal-hal
umum saja.
“Penceramah itu bukan berarti lebih baik daripada yang diberi ceramah. Semua
materi ceramah saya, akan saya pertanggunggjawabkan kelak setelah saya
meninggal,” ucapnya.22
3.2.1.5.Profil Mamah Dedeh
Mamah Dedeh berasal dari Ciamis tepatnya didaerah Pasir Angin dan
dibesarkan dilingkungan Pesantren. Hobi dan kemahiran melukis membuat
Dedeh Rosidah Syarifudin bercita-cita menjadi seorang pelukis profesional.
22
Sumber : http://ahmadsudaisih.blogspot.com
47. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
47
Padahal hampir semua keluarganya, dari kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, om,
tante, dan masih banyak familinya yang lain berprofesi sebagai pendakwah.
Konon sang Ayah KH. Sujai (alm) yang juga seorang mubaligh tidak
menyetujui dengan cita-citanya, dan dikirimlah Mamah Dedeh remaja ke
Jakarta pada tahun 1968, untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Agama Islam Negeri yang sekarang telah berubah namanya
menjadi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Ciputat. Menjadi
pendakwah sudah dilakoni Mamah Dedeh sejak ia masih duduk dibangku
kuliah dengan keliling kampung untuk mensyiarkan agama yang dianutnya.
Berikut adalah profil singkat mamah Dedeh,
Nama Dedeh Rosidah
Lahir Ciamis, 5 Agustus 1951
Anak ke -
Ayah Drs. H. M. Syarifuddin
Ibu -
Pendidikan UIN Jakarta (Pendidikan Guru
Agama)
Pekerjaan: Pendakwah
Suami -
Anak -
Alamat rumah -
Acara Rohani
Mamah dan Aa (2007-sekarang)
Ceramah (Ceria Bersama Mamah) (2011)
Curhat Akbar (2011)
Mamah On The Street (2011)
Mamah dan Aa Beraksi
48. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
48
Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh
Mamah Dedeh berasal dari Ciamis tepatnya didaerah Pasir Angin dan dibesarkan
dilingkungan Pesantren. Hobi dan kemahiran melukis membuat Dedeh Rosidah
Syarifudin bercita-cita menjadi seorang pelukis profesional. Padahal hampir
semua keluarganya, dari kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, om, tante, dan masih
banyak familinya yang lain berprofesi sebagai pendakwah. Konon sang Ayah KH.
Sujai (alm) yang juga seorang mubaligh tidak menyetujui dengan cita-citanya, dan
dikirimlah Mamah Dedeh remaja ke Jakarta pada tahun 1968, untuk melanjutkan
kuliah di Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Agama Islam Negeri yang sekarang telah
berubah namanya menjadi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Ciputat.
Menjadi pendakwah sudah dilakoni Mamah Dedeh sejak ia masih duduk dibangku
kuliah dengan keliling kampung untuk mensyiarkan agama yang dianutnya.
Pada saat kuliah Mamah Dedeh bertemu dengan idaman hatinya yang bernama
Drs. H. M. Syarifuddin yang kelak menjadi pendamping hidupnya. Ternyata sang
suami juga anak dari seorang mubaligh di Jakarta yang bernama KH. Hasan Basri
yang masih keturunan dari Guru Mughni. Dari hasil perkawinan ini Mamah
Dedeh mempunyai 3 orang Putra dan 1 orang putri yang sangat lucu-lucu
(hehehe-red). Pada saat sekarang ini Mamah Dedeh juga sudah mempunyai 3
orang cucu yang sudah pasti lucu-lucu dan sangat menggemaskan (hehehe-red)
Pada tahun 1995 Aktivitas dakwah off air dari kampung ke kampung, kota ke kota
dan menjadi narasumber di berbagai kelompok pengajian rupanya menarik
perhatian almarhum Benjamin Sueb, pendiri sekaligus pemilik Bens Radio
meminta Mamah Dedeh untuk ceramah on air di Bens Radio yang ditayangkan
secara LIVE dan akhirnya menjadi penceramah tetap hingga sekarang, mengisi
program Ngaji setiap Jumat pukul 11.00-13.00 WIB.
Awal Maret 2007, Mamah Dedeh mulai muncul di televisi lewat sebuah program
talk show religius di Indosiar. Acara ini diberi nama Mamah dan Aa ditayangkan
setiap Jumat-Sabtu pukul 05.00–06.00 WIB LIVE, dan rekaman untuk hari yang
lainnya. dikarenakan Gaya ceramahnya unik banyak disukai pemirsa televisi
49. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
49
sehingga Acara Mamah dan Aa ini juga diputar ulang di televisi Elshinta setiap
hari pukul 18.00-19.00 WIB.
Lulus dari SD, Mamah Dedeh meneruskan ke Pendidikan Guru Agama (PGA)
dan lulus pada tahun 1968 dan langsung kuliah di IAIN Jakarta. Pada saat kuliah
Mamah Dedeh bertemu dengan idaman hatinya yang bernama Drs. H. M.
Syarifuddin yang kelak menjadi pendamping hidupnya. Suaminya juga anak dari
seorang mubaligh di Jakarta yang bernama KH. Hasan Basri yang masih
keturunan dari Guru Mughni. Mamah Dedeh menikah pada tahun 1970 ketika
menginjak tahun ke tiga kuliahnya. Mamah Dedeh menikah secara sederhana dan
tidak dirayakan.
Video Mamah Dedeh di Youtube
Setelah menikah, Mamah Dedeh kembali ke kampus untuk meneruskan kuliah
dan tetap tinggal di asrama kampus. Seminggu sekali, setiap Sabtu siang, Mamah
Dedeh dijemput suaminya untuk pulang ke rumah orangtuanya di Tanah Abang.
Tiap kali pulang ke rumah mertuanya, Mamah Dedeh membantu melakukan
pekerjaan rumah tangga, termasuk menyiram tanaman, menyapu dan sebagainya.
Senin Subuh, barulah aku diantarkan kembali ke asrama.
Pindah Rumah
Menikah sambil kuliah tidak menjadi hambatan bagi mamah dedeh, karena ia
menjalaninya dengan senang hati. Empat tahun setelah menikah, yaitu tahun
1974, Mamah Dedeh melahirkan anak pertama. Waktu itu, ia sudah lulus kuliah
dan pulang ke rumah mertuanya. Lima tahun kemudian, setelah punya dua anak,
Mamah Dedeh pindah ke Depok dan disinilah ia melahirkan dua anak
lagi. Karena dulunya terbiasa hidup di kampung dan terbiasa bekerja, mengurus
anak-anak tidaklah masalah baginya.
Setelah menikah, selain berdakwah di Ciputat, Mamah Dedeh juga mengajar
mengaji di Tanah Abang, mengikuti kegiatan keluarga suami. Setelah pindah ke
50. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
50
Depok, semakin luas pergaulannya, dan makin banyak tempatnya berdakwah.
Pada tahun 1995 Aktivitas dakwah off air dari kampung ke kampung, kota ke kota
dan menjadi narasumber di berbagai kelompok pengajian rupanya menarik
perhatian almarhum Benjamin Sueb, pendiri sekaligus pemilik Bens Radio
meminta Mamah Dedeh untuk ceramah on air di Bens Radio yang ditayangkan
secara LIVE dan akhirnya menjadi penceramah tetap untuk mengisi program
"Ngaji" yang diadakan setiap Jumat.
Diundang Menteri
Sejak tahun 1980, Mamah Dedeh yang juga pendakwah beserta teman-temannya
mempunya ratusan anak asuh. Mereka membiayai sekolah mereka, mulai dari
siswa SD sampai SMA. Salah satu dari anak asuhnya itu ada yang jadi penyiar di
Bens Radio milik almarhum Benyamin S. Tahun 1994, kebetulan Benyamin
sedang mencari pendakwah perempuan. Anak asuhnya itu menyodorkan nama
Mamah Dedeh. Mamah Dedeh juga sering diundang oleh berbagai kalangan,
mulai dari kelompok pengajian, gubernur, sampai menteri.
Pada awal Maret 2007, Mamah Dedeh mulai muncul di televisi lewat sebuah
program talk show religius di Indosiar. Acara ini diberi nama "Mamah dan
Aa"ditayangkan setiap Jumat-Sabtu pada pagi hari.
3.3 Analisis Da’i
Jamah oh jamaah… itulah kata yang sering diucapkan olehnya Ustadz
Muhammad Nur Maulana dia adalah seorang ustadz asal Makassar yang kini sedang
naik daun dan ramai diperbincangkan pada situs jejaring social atau lebih kerennya di
duni maya, akan tetapi di dunia nyatapun ia selalu ramai diperbincangkan. Yang
membuat ustad ini terkenal ialah cara penyampaian dakwahnya yang tergolong unik
dalam acara Islam Itu Indah Trans TV.
Penyampaian yang ringan dan diselingi gurauan menjadi daya pikat dan ciri
khas Nur Maulana dalam berdakwah , Strategi Trans TV dalam membuat acara Islam
itu Indah dengan penceramahnya ustadz Muhammad Nur Maulana cukup berbuah
manis, cara Nur Maulana berdakwah menjadi daya tarik. Hasilnya, Islam Itu Indah
51. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
51
beroleh rating cukup bagus dengan share 22 tertinggi untuk acara sejenis. Popularitas
Nur Maulana pun melambung tinggi sehingga Jadwal ceramahnya sudah penuh
hingga Januari 2012.
Ada cerita yang cukup unik Seperti yang dilansir dari tabloidbintang.com:
"Cara ceramah Ustadz Muhammad Nur Maulana yang ringan dan sering diselingi
senda gurau dianggap lebay. Bahkan di jejaring sosial, Nur Maulana dihujani kritik
pedas yang memojokkan. Nur Maulana pun menangis saat membaca kritik-kritik itu.
Dengan intonasi dan gerakan khas, Ustadz M Nur Maulana (37) menyapa
jemaahnya di acara Islam Itu Indah (Trans TV) dengan Jamaah oh jam“aah”.
Panggilan yang tengah populer dan identik dengan ustadz asal Makassar ini. Anak-
anak hingga remaja gemar menirukan ucapannya.
Ada juga yang memanggilnya Ustadz “Jamaah oh Jamaah”. Namun gaya
ceramahnya yang khas, ringan, dan selalu diselingi senda gurau ini membuat Nur
Maulana ini dihujani berbagai kritik di jejaring sosial. Cara ceramah Nur Maulana
dianggap lebay, kurang berwibawa dan maaf, kemayu.
Saat membaca semua kritik itu, Ustad Nur Maulana menangis karena banyak
yang memojokkannya. “Saya sampai menangis. Gaya ceramah saya memang seperti
itu. Bahkan sejak kali pertama ceramah saat kelas 1 SMP, gaya saya sudah seperti itu.
Bahkan sejak kali pertama ceramah saat kelas 1 SMP, gaya saya sudah seperti itu.
Tidak ada yang dibuatbuat, seperti itulah karakter saya. Itu semua juga tidak ada
kaitannya dengan strategi saya dalam berceramah, saya ini memang suka bercanda,”
ucap Nur Maulana.
Kritik itu dijadikan cambuk oleh ayah yang kini tengah menanti kelahiran
anak keduanya. Namun banyak juga yang memuji cara ceramah Nur Maulana, yang
dianggap telah membawa warna baru dalam dunia ceramah. Meski ringan dan
diselingi lelucon, materi ceramah Nur Maulana berbobot. Bahkan banyak yang
memuji pengetahuan agamanya yang luas.
Trans TV tidak mempermasalahkan gaya ceramah Nur Maulana. Malah
dianggap bisa menciptakan suasana santai dan tidak monoton. “Selama ini,
penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui. Kami ingin
memberikan sesuatu yang berbeda dalam berdakwah. Lewat acara Islam Itu Indah
52. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
52
kami menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam dunia dakwah.
Kritik yang menganggap Ustadz Nur Maulana lebay itu berlebihan. Bertahun-tahun
mengajar anak TK, SD, SMP telah membentuk karakter Ustadz Nur Maulana seperti
itu. Saya menilai, Ustaz Nur Maulana itu bukan lebay tapi childish,” urai Sunka Da
Ferry, produser Islam Itu Indah.
Sedangkan Si Penulis juga pembicara yang cantik, Oki Setoiana Dewi
memulai karirnya sebagai seorang aktris yang terkenal sejak ia bermain di Film yang
berjudul ketika Cinta Bertasbih pada tahun 2009. Oki memutuskan memakai jilbab
ketika sang bunda terserang sakit yang kata dokter sudah sulit disembuhkan.
Mendengar itu Oki jadi sangat sedih. Ia pun lalu memutuskan untuk berjilbab agar
bisa lebih dekat dengan Allah dan bisa lebi khusyuk mendoakan kedua orang tuanya
terutama bundanya. Sejak saat itulah Oki memakai jilbab.
Kegiatan lainnya, Oki juga sering mengisi seminar kemuslimahan dan
kepemudaan. Oki juga meluangkan waktunya mengajar ngaji di TPA untuk anak-
anak dan ibu-ibu. Oki juga memiliki komunitas sendiri yaitu Sahabat Oki Setiana
Dewi atau SOSD yang telah memiliki member beribu orang baik itu di Indonesia dan
juga di luar negeri. Bersama komunitas tersebut, Oki menggalakkan kegiatan DMKM
yaitu Dari Masjid ke Masjid dan juga program “Yuk Mengaji, Al Qur’an di Hati”
dimana pelaksanaannya juga menyentuh lingkungan Lapas Wanita Tangerang.
Lalu di lain kariernya tersebut ia mempunyai program dakwah di tv yaitu
acara "islam itu indah" yang mana ia menjadi narasumber bersama ustad Maulana
dan mempunyai kesibukkan lain yaitu memproduksi baju-baju muslim gamis&koko
hasil desainnya sendiri di butiknya "OSD" di Thamrin City Jakarta. Tak jarang para
pembawa acara (host), narasumber (ustad/ustadzah) bahkan produser dan teman-
teman kreatifnya di acara "islam itu indah" pun memakai baju hasil desain oki sendiri
yang secara tidak langsung ia promosikan kepada para penonton yg menyaksikan
acara tersebut.
Dia tuh cara dakwahnya sesuai hadits sama alquran. Dan ketika ada yang
salah, seperti waktu itu ada yg nentang poliandri, seorang perempuan yang punya
suami banyak mengatakan bahwa definisi poliandri yang sebenarnya adalah
(diibaratkan sebagai sebuah gelas yang di isi air. Kalo dia nikah cuma sama 1 laki-
laki berarti ibarat gelas di isi air putih (cuma 1 jenis air). Tapi kalo banyak laki-laki
53. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
53
ibarat gelas diisi air putih fanta cocacola dll (banyak jenis air)". Nah itu bahasa yg oki
ceramahin ke si penentang poliandri itu.
Ia juga keibuan.Jadi dalam ceramahnya lebih kepada nasehat. Kalo ada yang
agak berbeda pendapat atau pendapatnya nyelewang dari islam dia tegas, akan tetappi
tapi tegasnya itu buka berarti galak. Sebab sebelum mempertegas pemahamannya
tentang poliandri itu dilarang, dirinya minta maaf dulu kepada penanyayang
mengatakan, "saya langsung jelaskan ya tapi mohon maaf ibu sebelumnya jangan
kesindir, saya hanya menjelaskan kalo hal yg ibu lakukan itu salah dan agama pun
melarang”. Jadi si penanya pas menceritakan kalo dia itu poliandri gayanya tuh kaya
mencerminkan kalo dia tuh bangga poliandri.
54. Makalah Ilmiah Kelompok 5 Komunikasi Islam
Dakwah Da’i di Televisi
54
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa siaran dakwah di televise dapat membentuk
budaya masyarakat islam. Oleh karenanya, televisi sebagai media dakwah
harus digunakan secara arif dan bijak agar konsepsi ekonomi politik media
hanya menjadi alat atau instrument kerja dari dakwah itu sendiri.
Disisi yang lain, da’i sebagai kominikator dakwah mesti memiliki
pemahaman yang mendalam mengenai keagamaan khususnya ke-islaman.
Sebab juika tidak, akulturasi budaya masyarakat yang modern menuju
masyarakat islam, menjadi sulit. Untuk itu maka, pemahaman agama yang
luas, ilmiah dan filosofis menjadi tolak ukur penyampaian pesan dakwah
islam dalam membentuk budaya (karakter dan akhlak islami) masyarakat.
Maka dengan demikian, dakwah da’i di televise tidak bisa dilepaskan dari
pengarus ekonomi dan politik media itu sendiri. Jika ekonomi dari media
tersebut lemah maka, penyiaran program dakwah tidak akan terlaksana secara
massif dan efektif kepada masyarakat, karena dengan ekonomi yang kuat,
televise dapat mengkontrak ustad-ustad yang berkualitas dalam penyampaian
pesan ke-islaman, yang dimana sesuai dengantingkat kebutuhan pengetahuan
masyarakat.
Dan dengan politik, media dapat mengelola dan mengatur penyiaran
program dakwah yang dapat merubah budaya hidup dan kehidupan
masyarakat modern yang sangat kurang dari nilai-nilai islam.