Dokumen tersebut membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan inventarisasi, meliputi langkah-langkah inventarisasi, kode barang inventaris, perencanaan inventarisasi kantor, klasifikasi barang inventaris, dan teknik inventarisasi untuk barang habis pakai dan barang tetap.
2. Menyiapkan buku
golongan barang
Inventaris ( BGBI )
Menyiapkan daftar
kode wilayah
1. Langkah-langkah Inventarisasi
Menyiapkan lembar
buku hasil Opnam
Barang Inventaris (
LHOPBI )
Menyiapkan buku induk
barang Inventaris ( BIBI )
Menyiapkan kode
klasifikasi barang
Inventaris
Menyiapkan daftar kode
akuntan pengguna barang
3. 2. Kode barang Inventaris
Penggolongan barang dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah dalam mencatat, mencari dan menemukan
kembali barang tertentu, baik secara fisik maupun melalui
daftar catatan ataupun dalam ingatan orang. Sesuai
dengan tujuan tersebut, bentuk lambang, sandi, atau kode
yang digunakan sebagai pengganti nama atau uraian bagi
tiap golongan, kelompok, dan/atau jenis barang haruslah
bersifat membantu/memudahkan penglihatan dan ingatan
orang dalam mendapatkan kembali barang yang
diinginkan.
4. Sandi atau kode yang digunakan untuk
melambangkan nama atau uraian kelompok/jenis barang
haruslah bersifat angka bilangan ( numerik ) yang tersusun
menurut pola tertentu, agar mudah diingat dan dikenali,
serta memberi petunjuk mengenai formulir nama yang
harus dipergunakan untuk tempat mencatat jenis barang
tertentu.
Nomor kode itu terdiri atas tujuh buah angka yang
tersusun menjadi tiga dan empat angka yang dipisahkan
oleh sebuah tanda titik. Adapun susunannya, sebagai
berikut :
• Angka pertama dari susunan tiga didepan adalah untuk
menyatakan jenis formulir yang dipergunakan
• Dua angka berikutnya, yakni yang berada sebelum
tanda titik, merupakan sandi pokok untuk kelompok
barang menurut ketentuan didalam masing-masing
formulir.
5. Contoh kode secara berturut-turut
Kode Nama Aset Tetap
110.0300 Tanah lapangan olahraga
110.0400 Tanah untuk jalan dan tempat parkir
110.0500 Tanah Pertanian
110.0600 Tanah Perternakan
110.0700 Tanah Perkebunan
6. 3 Perencanaan Inventarisasi Kantor
a. Perencanaan barang Inventaris
Viencent Gasperz dalam bukunya Production Planning and Inventory Control
(2008:177)
memaparkan bahwa :
Perencanaan kebutuhan material adalah metode penjadwalan untuk
permintaan persediaan (purchased planned orders) dan permintaan
perencanaan produksi (manufactured planned orders). Tujuan dari
perencanaan kebutuhan akan barang adalah untuk memperoleh material
yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, dan
pada waktu yang tepat. Sistem perencanaan kebutuhan barang
mengidentifikasi item apa yang harus dipesan, berapa banyak kuantitas
item yang harus dipesan, dan bila mana waktu memesan item itu.
7. Planning horizon
dipahami sebagai
perencanaan secara
umum atau keseluruhan
dari kebutuhan barang
pada instansi terkait.
Length of buckets
Faktor-Faktor Perencanaan Kebutuhan
Panjangnya batas
penggunaan barang
tergantung dengan
lingkungan dari instansi
terkait.
Frekuensi
perencanaan ulang
Hal ini tergantung
dengan lingkungan dan
ukuran dari waktu
optimal penggunaan 21
barang ( time bucket )
yang dipilih.
8. b. Perencanaan dan pengendalian sistem distribusi Inventori
Sistem manajemen distribusi Inventori dapat diklasifikasi sebagai sistem tarik ( pull system
) dan sistem dorong ( push system ) yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Sistem tarik terdesentralisasi ( decentralized pull system )
Prinsip dasar dari sistem tarik ( pull system ) dalam perencanaan dan pengendalian sistem
distribusi inventori adalah bahwa setiap distribusi mengelola inventori yang dimilikinya
menggunakan metode pengendalian inventori konvesional.
2. Sistem dorong terdensentralisasi ( decentralization push system )
Sistem dorong ( push system ) melakukan pengendalian terpusat dari jaringan distribusi
dengan menggunakan data yang diperoleh dari field strocking points. Sistem dorong
mempertimbangkan kebuituhan total yang di proyeksikan dari semua warehouse, inventori
yang tersedia pada regional warehouse, inventori dalam pengangkutan, dan menentukan
kuantitas yang tersedia pada tiap warehouse.
9. Pesanan diajukan tanpa
memperhatikan inventori
yang tersedia, jadwal
produksi dan kejadian
yang tidak teratur
Kurang koordinasi antara
stocking points dan
ketiadaan data
perencanaan untuk pusat
yang lebih tinggi
Poin kelemahan Sistem Tarik Terdesentralisasi
Pesanan dilakukan
langsung kepada pusat
sentral warehouse tanpa
sepengetahuan warehouse
lainnya.
Warehouse pemesan biasanya
tidak mengetahui rencana-
rencana pengiriman yang
mungkin mencakup kombinasi
pengiriman
Pengendalian terhadap
kuantitas pengiriman lebih
banyak dilakukan pada
central warehouse
Tingkat stok pengaman dalam
sistem distribusi lebih banyak
daripada bila menggunakan
push system
10. 4. Klasifikasi Barang Inventaris
Setiap organisasi memiliki kebebasan melakukan pengelompokan atas barang yang dimilikinya,tetapi
tetap berpedoman pada orientasi guna mempermudah dalam pengenalan, pengawasan, keslamatan,
dan keamanan logistik.
Barang habis pakai Barang tetap
Barang tetap adalah barang-barang
yang umur pakai/teknisnya lebih dari
satu tahun. Barang ini dapat
bertahan lama dengan banyak
pemakaian dan umur ekonomisnya
mencapai satu tahun/lebih dalam
pemakaian normal
Barang habis pakai adalah barang
berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian dan umur
ekonomisnya kurang dari satu tahun
dalam kondisi pemakaian normal
11. 5. Teknik Inventarisasi
a. Teknik Inventarisasi untuk barang habis pakai
Menurut Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi Sumarto (2009:7), beberapa ketentuan inventarisasi barang
habis pakai, sebagai berikut :
1) Setiap satu jenis barang dibuatkan satu kartu barang.
2) Kartu barang disimpan dalam kotak atau file khusus, dan diurutkan secara alfabetis sesuai dengan nama barang.
3) Setiap ada perubahan jumlah logistik, baik karena adanya pemasukan barang maupun pengeluaran barang harus
secepatnya dicatat.
4) Setiap kartu barang dapat menunjukan persediaan barang saat itu.
5) Untuk unit pemakai barang, setiap ada pemasukan harus disertai dengan bukti penerimaan barang yang berupa
bon pengeluaran barang atau surat penyerahan barang atau bon gudang. Sementara untuk setiap pengeluaran
barang harus dicatat tanggal pengeluaran, jumlah barang yang dikeluarkan, penggunaan barang, dan jumlah sisa
barang.
6) Pada unit penggudangan dan/atau distribusi setiap adanya pemasukan barang harus disertai dengan bukti
pemasukan barang yang berupa kwitansi, nota, surat pengantar barang, tanda terima, ataupun berita acara
penyerahan/serah terima barang.
7) Bukti pemasukan barang maupun bukti pengeluaran barang harus diberi nomor kode bukti yang diurutkan
berdasarkan urutan kronologi transaksi maupun pengeluaran barang guna mempermudah pengecekan barang
8) Bukti pemasukan barang disimpan dalam satu tempat yang khusus berisi bukti penerimaan logistik
9) Bukti pengeluaran barang disimpan khusus dalam satu tempat yang khusus berisi bukti pengeluaran barang.
12. b. Teknik Inventarisasi untuk barang tahan lama ( barang tetap )
Inventarisasi untuk barang tahan lama dengan menggunakan sistem kartu barang
ditujukan untuk kepentingan pemantauan atas keamanan dan keselamatan barang,
biaya operasional barang, dan kondisi barang.
Adanya pengelolaan administrasi pergudangan yang baik dalam setiap organisasi
dapat mengurangi bahkan menghapuskan bentuk penyelewengan pengelolaan logistik
maupun hilangnya logistik. Oleh karena itu, inventarisasi harus dikelola dengan sebaik
mungkin melalui tahapan sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan tata buku/pembukuan pergudangan yang jelas dan mudah
diperiksa
2) Membukukan mutasi barang ( penerimaan dan pengeluaran barang )
3) Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi barang dalam buku-buku atau
kartu-kartu barang
4) Melaksanakan pembukuan gudang dan administrasi barang perlu ditunjuk masing-
masing satu petugas khusus. Petugas ini tidak boleh merangkap tugas lain
5) Memberikan nilai/harga untuk setiap barang yang disimpan digudang berdasarkan
faktur atau bukti-bukti lainnya