4. “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu:
Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan
mendapati seekor keledai muda tertambat,
yang belum pernah ditunggangi orang.
Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari.
Dan jika ada orang bertanya kepadamu:
Mengapa kamu melepaskannya? jawablah
begini: Tuhan memerlukannya."
5. Mengapa keledai?
Keledai simbol perdamaian.
“Kedatangan Yesus sebagai
Raja bukan sebagai sosok
militer yang akan
menaklukkan dan
menguasai, tetapi Dia
datang dengan lemah
lembut untuk membawa
sebuah perdamaian.”
6. Zakharia 9:9
”Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri
Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem!
Lihat, rajamu datang kepadamu;
ia adil dan jaya.
Ia lemah lembut dan
mengendarai seekor
keledai, seekor keledai
beban yang muda”.
7.
8. “Namun di tengah sorak-sorai orang banyak
itu, di hadapan Allah, Dia adalah seorang
hamba.”
“Yesus yang dalam rupa Allah, yang memiliki hakekat
Illahi, tidak mengganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama
dengan manusia.” (Filipi 2:6-7)
10. Saya pilih jadi keledai.
Mengapa?
Karena dia mau dipakai oleh Yesus,
Dia mau ditunggangi oleh Yesus,
Dia bersedia menjadi alat untuk melancarkan
Karya Keselamatan Allah yang sedang Yesus
kerjakan.
11. Beranikah kita mengambil sikap untuk menjadi
pihak yang pertama untuk meminta maaf
kepada pasangan kita? Atau kepada siapapun
yang sedang kita musuhi?
12. Jika relasi kita dengan sesama baik,
maka relasi kita dengan Tuhan
akan baik. Tetapi sebaliknya,
jika relasi dengan sesama kita rusak
maka akan mengganggu
relasi kita dengan Tuhan.
13. Selama ini kita berpikir kita adalah domba-domba
Kristus yang berada di tengah-tengah serigala.
Tapi kini,
kita tahu bahwa kita juga adalah keledai-keledai
Kristus yang dipakai olehNya, menjadi hamba
untuk membawa kedamaian dalam kehidupan
kita, di mana pun kita di tempatkan.