SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
KELOMPOK 6
ASHAR SUNYOTO MUNANDAR
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
ORGANISASI DAN
KELOMPOK KERJA
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y. A. I.
FAKULTAS PSIKOLOGI
ANGGOTA
01. Shafa Khairunnisa (2224090043)
02. Najwa Urwatulwusqa (2224090063)
03. Khofifah Khairunnisa (2224090083)
04. Maitsa Zatin Azkiya (2224090086)
05. Elisa Salsabila (2224090097)
Kast & Rosenzweig memandang
organisasi industri sebagai satu sistem
sosio-teknikal, artinya sistem yang
memiliki aspek-aspek sosial dan teknikal.
Sebagai sistem sosial organisasi industri
terdiri dari subsistem-subsistem. Dengan
kata lain organisasi industri terdiri dari
kelompok-kelompok manusia yang
saling berinteraksi, yang lingkungannya
dapat ditemukenali secara sambung
menyambung.
PENGANTAR
1.
Secara sadar atau tidak, sejak lahir sampai
meninggal, kita sudah menjadi anggota
kelompok. Memasuki dunia pekerjaan, selain
menjadi anggota dari kelompok kerja, kita
juga menjadi anggota dari perkumpulan-
perkumpulan yang berkaitan dengan minat
kita (perkumpulan olahraga, perkumpulan
kesenian dan sebagainya), dengan tempat
tinggal kita (rukun tetangga), dengan
keahlian dan profesi kita masing-masing
(misalnya persatuan sarjana hukum, sarjana
psikologi, dan lain sebagainya).
2. PENGERTIAN
Organisasi dan Kelompok Kerja
Likert (1961, 1967) berpendapat bahwa organisasi dapat dipandang sebagai sistem dari kelompok
yang saling berkaitan. Kelompok yang saling berkaitan ini dihubungkan oleh tenaga kerja yang
menduduki jabatan kunci dan menjadi anggota dari dua kelompok sekaligus, yang berfungsi
sebagai pasak penghubung antara kelompok-kelompok.
Kelompok kerja direksi merupakan
kelompok kerja yang tertinggi. Setiap
direktur menjadi penyelia dari dua kepala
divisi, merupakan pasak penghubung dari
kelompok kerjanya. Setiap kepala divisi
menjadi penyelia dari dua kepala bagian dan
merupakan pasak penghubung dari
kelompok kerjanya, demikian seterusnya
sampai kelompok kerja terendah dalam
organisasi.
Robbins (1988:71) mengatakan bahwa unsur-unsur dari batasan
tersebut ialah:
(a) dua atau lebih orang,
(b) saling mempengaruhi, saling tergantung,
(c) bersama-sama mencapai sasaran.
Dua hal yang tidak ditekankan pada batasan dari Robbins ialah
kesadaran anggota kelompok tentang keberadaan diri dan anggota
kelompok lainnya serta persepsi bahwa mereka membentuk satu
kelompok.
Kelompok formal diberi batasan oleh struktur
organisasi, yang berisi rincian tugas-tugas
pekerjaan dan tanggung jawab tertentu, yang
pelaksanaannya akan menuju ke tercapainya
sasaran dan misi keseluruhan organisasinya.
Kelompok formal dapat dibedakan kedalam
kelompok komando dan kelompok tugas
(Robbins, 1998).
Kelompok komando, yang ditentukan oleh
bagan organisasinya, terdiri dari para bawahan
yang melapor secara langsung kepada seorang
manajer tertentu. Kelompok komando juga
dapat disebut kelompok permanen.
Kelompok tugas ditentukan oleh organisasi,
terdiri dari tenaga kerja yang bekerja bersama
untuk menyelesaikan pekerjaan dan Schein
menamakannya kelompok sementara (temporary
groups).
Secara struktural, kelompok dapat dibedakan kedalam kelompok formal dan
kelompok informal.
Kelompok informal dapat dibedakan kedalam kelompok atau klik informal mendatar,
tegak dan acak (Schein, 1980). Pada kelompok informal mendatar para anggotanya
berasal dari pekerjaan dari satuan kerja yang sama ataupun berbeda yang terletak pada
taraf/tingkat organisasi yang sama. Sedangkan para anggota kelompok tegak berasal
dari pekerjaan dari taraf/tingkat yang berbeda-beda. Para anggota dari kelompok acak
terdiri dari para tenaga kerja yang datang dari pekerjaan dari satuan kerja yang
sama/berbeda, dari tingkat organisasi yang sama/berbeda.
Makna dan Fungsi kelompok
Makna Kelompok
Dengan adanya atau terbentuknya suatu kelompok, kita dapat merasakan terpenuhinya atau
terealisasikannya kebutuhan dan harapan kita. Kelompok dapat kita nilai baik jika dapat memberikan
makna bagi diri kita.
Fungsi Kelompok Bagi Anggotanya
a. Sebagai pemenuh kebutuhan para anggotanya: memberikan rasa aman dan nyaman, memberikan
rasa kepastian pada diri seseorang, memenuhi rasa akan diperhatikan dan memberikan status sosial
pada dirinya.
b. Sebagai pengembang, penunjang dan pemantap dari identitas pemelihara dari harga diri: untuk
menunjang dan memantapkan identitas setiap anggota kelompoknya.
c. Sebagai penetap dan penguji realitas sosial: membantu anggotanya mencari solusi atas
permasalahan yang sedang dihadapi dengan bagaimana mereka memprepsikannya
Fungsi Kelompok Bagi Organisasi
d. Sebagai mekanisme pemecah masalah dan pelaksanaan tugas: kelompok dapat membantu
memecahkan masalah yang dialami oleh anggotanya, dengan pengumpulan data yang diperlukan dan
pemberian alternatif penyelesaian.
a. Sebagai pelaksana tugas yang majemuk dan saling tergantung: membantu menyelesaikan pekerjaan
yang tidak bisa dilakukan secara individu.
b.Sebagai mekanisme pemecahan masalah: dapat membantu mengatasi suatu permasalah dengan
mengumpulkan informasi yang berbeda-beda.
c. Sebagai penghasil gagasan baru dan jawaban kreatif: dapat membantu merangsang anggota lain
dalam memberikan gagasan atau jawaban yang kreatif.
d. Sebagai pelancar dari pelaksanaan keputusan yang majemuk: untuk merencanakan pelaksanaan dan
memantau keputusan tersebut.
e. Sebagai vehicle/wahana dari sosialisasi dan pelatihan: dapat mempercepat dan mempelancar
proses sosialiasi saat pelatihan orientasi dilakukan.
f. Sebagai penghubung atau koordinator utama antarbeberapa departemen.
Interaksi Antarnggota Kelompok
Proses Kelompok
3
Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang
didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu:
a. Kelompok Interaktif
Pada kelompok ini, para anggotanya saling tergantung dan aksi atau tindakan mereka
perlu dikerjakan dan disusun bersama agar dapat menyelesaikan tugas kelompok
dengan baik. Dengan kata lain, kelompok ini memerlukan kooperasi dan koordinasi
dari kegiatan para anggotanya dalam pelaksanaan tugas kelompok. Jika kooperasi dan
koordinasi berlangsung baik dalam kelompok, maka kelompok dapat dikatakan satu
tim. Misalnya, tim basket, tim masak, tim bedah, dan tim kelompok belajar.
3
Anggota kelompok ini bekerja sama dalam melaksanakan tugasnya, tetapi masing-
masing dapat melaksanakan pekerjaannya relative secara mandiri tidak saling
bergantung. Jika salah seorang anggota kelompok di atas kurang lancar atau kurang
berhasil dalam menjalankan tugasnya maka hasil kelompok tidak akan optimal.
Misalnya, tim salesman atau kelompok kerja kepegawaian yang memiliki sub
kelompok.
b. Kelompok Koaktif
c. Kelompok Konteraktif
Pada kelompok ini, para anggota bekerja sama untuk tujuan perundingan dan
memufakatkan sasaran dan tuntutan yang bertentangan. Para anggota kelompok ini
terdiri dari wakil dari pihak yang berbeda pendapat. Kelompok ini merupakan
kelompok sementara yang terbentuk akibat adanya pertentangan maupun konflik antar
kelompok.
TAHAP 1. TAHAP ‘PATHFINDING’
Pathfinding atau pemanduan bersibuk diri engan penemukenalan dari tujuan, dengan
penciptaan masalah-masalah yang menarik. Para pemimpin harus mampu mengolah data
yang ada untuk dapat memelihara dan mengembangkan organisasinya agar mampu untuk
dapat menetapkan arahnya suatu organisasi harus pergi dan apa yang dinilai bermakna
yang harus dicapai.
4
Leavit menyebut bahwa proses manajemen dapat dibagi kedalam tiga
tahap, Leavit (1988) memberikan penjelasan tentang masing-masing tahap
sebagai berikut:
TAHAP 3. TAHAP IMPLEMENTASI
Tahap ini mencakup kegiatan membentuk, menyusun, menjual, membuat sesuatu terjadi.
Pada kelompok kerja bukan pimpinan ini berarti bahwa para tenaga kerja, para anggota
kelompok kerja masing-masing menjalankan tugasnya sebagaimana telah diberikan pada
mereka. Tidak demikian dengan kelompok kerja manajerial. Implementasi dalam
manajemen merupakan suatu proses sosial yang mengharuskan manajer untuk
mempengaruhi, meyakinkan, memaksa, menjual dan berkomunikasi dengan orang lain. 4
Pada tahap ini adalah proses pemecahan suatu masalah. Kita setiap hari memecahkan
masalah. Demikian juga pemecahan masalah dilakukan oleh kelompok kerja. Kalau
dibandingkan dengan proses pemecaham masalah yang diajarkan disekolah akan
dapat kita lihat beberapa perbedaan.
TAHAP 2. TAHAP PEMECAHAN MASALAH
GEJALA-GEJALA
ANGGOTA KELOMPOK BERINTERAKSI DAN KELOMPOK
MELAKSANAKAN FUNGSINYA
Merupakan normal kelompok kerja, misalnya
adanya aturan yang tidak tertulis untuk tidak
mengatakan sesuatu kepada atasan kalau
rekanya melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan peraturan perusahaan; adanya
kesepakatan untuk tidak memberikan prestasi
yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan
oleh kelompok dan sebagainya.
KONFORMISME
1. Norma-norma mengatakan kepada
anggota apa yang harus mereka lakukan
dan apa yang tidak boleh mereka lakukan
dalam keadaan tertentu. Kita semua
menginginkan untuk diterima dan
diperlukan sebagai anggota kelompok
yang sama oleh anggota dari kelompok
lain. Keinginan ini berkembang menjadi
kita akan mengikuti apa yang oleh
mayoritas anggota diterima sebagai benar
atau baik, agar kita tidak dikucilkan. Kita
berusaha untuk menjadi konformis, tidak
berbeda dari anggota lain.
Setiap kelompok kerja memiliki sasaran
yang harus dicapai. Dengan begitu jika
memerlukan kerja sama, maka perlu untuk
masing-masing anggota kelompok mau
menerima dan mampu bekerja sama
dengan anggota kelompok lainnya. Tinggi
rendahnya kesepakatan para anggota
terhadap sasaran kelompok, serta derajat
dapatnya saling menerima anggota
kelompok lainnya menunjukan deajat
kelekatan (cohesiveness). Semakin para
anggota tertarik dan makin sepakat
mereka terhadap sasaran kelompok, makin
lekat kelompoknya.
2.KELEKATAN
Faktor-faktor derajat kelekatan kelompok :
Lamanya waktu bersama dalam kelompok: dapat semakin
saling mengenal serta makin dapat timbul sikap toleran terhadap
satu sama lain.
Parahnya masa awal: makin sulit seseorang memasuki kelompok
kerja, maksudnya makin sulit seseorang diterima di dalam kelompok
kerja sebagai anggota.
Besarnya kelompok: semakin besar kelompoknya maka sulit
terjadinya interaksi yang mengakibatkan kurang adanya kelekatan
kelompok.
Ancaman dari luar: kebanyakan penelitian menunjang hasil
bahwa kelekatan kelompok akan bertambah jika kelompok
mendapat ancaman dari luar, bahwa mereka menghadapi ‘musuh’
bersama.
Kerhasilan di masa lalu: jika kelompok kerja memiliki
pengalaman yang gemilang, maka terbentuklah esprit de corps
yang menarik anggota-anggota baru, maka kelekatan kelompok
tetap tinggi.
3. SINERGI
Dalam proses pengambilan keputusan
dalam kelompok timbul gejala bahwa
keputusan yang diambil kelompok
merupakan keputusan yang lebih baik dari
keputusan yang diambil oleh setiap anggota
kelompok tersendiri. Gejala ini yang
dinamakan sinergi. Sinergi terjadi karena
diskusi dalam kelompok menimbulkan lebih
banyak alternative dari pada jumlah
orangnya, cenderung untuk mengeliminasi
sumbangan-sumbangan gagasan yang kurang
bermutu, mengurangi nilai-nilai kesalahan dan
menunjang pemikiran kreatif.
4. GROUPTHINK
Satu gejala yang merupakan kelemahan dari
kelompok yang terlalu lekat ialah bahwa
kecakapan pengambilan keputusan mereka
dapat secara mendadak berkurang. Oleh
Janis (1972) disebut berpikir kelompok
(groupthink) merupakan suatu kemunduran
dari efisiensi mental, pengujuian realitas, dan
pertimbangan moral yang dihasilkan oleh
tekanan-tekanan dari dalam kelompoknya
sendiri. Dengan demikian menciptakan
kemungkinan bahwa keputusan kelompok
tidak mencerminkan analisis yang cermat,
melainkan mencerminkan pandangan yang
dominan, apapun yang akan tejadi.
1.Kelompok memiliki ilusi bahwa mereka kebal
2.Kelompok terlibat dalam rasionalisasi kolektif untuk memotong
informasi yang berbeda ,menentang
3.Kelompok mulai percaya pada moralitas inheren tentang apa
yang ingin dilakukan
4.Kelompok mengembangkan stereotip dari kelompok lain dan
dari para penentang ,sehingga melindungi diri dari analisis yang
cermat
5.Kelompok memberi tekanan langsung kepada para penentang
untuk membuat diam mereka
6.Para anggota kelompok mulai menyensor pemikiran mereka
sendiri,terutama tentang keraguan yang mungkin mereka miliki
tentang kearifan dari tindakan yang diusulkan
7.Kelompok mulai percaya akan kebulatan kesepakatannya
karena tidak tidak ada penentang dan kepercayaan bahwa “Diam
berarti menyetujui.
8.Beberapa anggota dari kelompok mulai berfungs sebagai
“penjaga pikiran” (mindguards) penjaga yang “melindungi”para
pemimpin dari pandangan yang menyimpang dengan mejerakan
secara aktif para penentang untuk mengungkapkan
ketidaksetujuan mereka.
a.Memiliki kelekatan (cohesiveness) yang
tinggi
b.Terasing dari kelompok lain dengan
pandangan yang berbeda
c.Tidak memiliki prosedur metodologikal
untuk mengkaji dan memilih informasi jawaban
alternative yang relevan
d.Tidak memiliki prosedur yang sistematis
untuk menilai alternative-alternatif
e. Memiliki pimpinan otoriter yang kuat ,yang
menjerakan para penentang yang berada di
bawah tekanan yang besar tetapi merasa
putus asa dalam mencari penyelesaian yang
lebih baik dari yang sedang dipertimbangkan.
Janis (Janis & mann 1977)
gejala berpikir kelompok:
Gejala berpikir kelompok tidak merupakan
gejala yang timbul di setiap kelompok,
kecuali kondisi berikut:
Gejala pertama dinamakan penggeseran keresiko
(risky syift), derajat resiko dari keputusan kelompok
lebih tinggi dari derajat risiko yang lebih rendah dari
derajat resiko yang berani diambil oleh setiap
anggotanya.
Sedangkan yang kedua dinamakan (fincham & Rhodes
1988) penggeseran kehati-hatian(caution shift). Pada
penggeseran ke kehati-hatian keputusan kelompok
justru sebaliknya memiliki derajat resiko yang lebih
rendah dari derajat derajat resiko yang yang berani
diambil oleh para anggota kelompok.
Gejala lain dalam proses pengambilan keputusan
kelompok ialah adanya pergeseran keputusan yang
menuju kedua ekstrem, keputusan yang sangat tinggi
resikonya atau keputusan yang sangat rendah derajat
resikonya.
1.
2.
5.POLARISASI KELOMPOK
(GROUP POLARIZATION)
Fincham dan Rhodes yang menamakan kedua gejala
tersebut polarisasi kelompok, mengemukakakn
terjadi nya kedua gejala tersebut :
1. Suatu kemungkinan ialah adanya tanggung jawab
yang tersebar (diffusion of responsibility) dengan
keputusan kelompok para anggota merasa bahwa mereka
tidak dimintai pertangung jawaban secara keseluruhan.
2. Kemungkinan penjelasan yang lain ialah karena
beroprasinya proses pembanding social (social
comparison process) tidak hanya menyokong nilai
kebudayaan yang dominan, tetapi dengan
membandingkan pandangan mereka dengan
pandangan anggota lain, berusaha menunjang.
3. Kemungkinan yang lebih mutakhir k ialah bahwa
pengambilan keputusan yang ekstrem sangat
dipengaruhi oleh pertukaran informasi dan argumentasi
yang meyakinkan (persuasive).
INTERAKSI ANTAR
KELOMPOK
Organisasi terdiri dari berbagai kelompok kerja, dan
berinteraksi dengan organisasi lainnya dalam suatu organisasi
yang lebih besar.
Sistem terdiri dari berbagai subsistem, dan berinteraksi secara
sambung-menyambung dengan sistem lain dalam suprasistem.
SAINGAN ATAU KONFLIK ANTAR KELOMPOK
Robbins (1998) berpendapat bahwa konflik “adalah suatu proses yang dimulai jika satu pihak
beranggapan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi atau akan mempengaruhi
secara negatif, sesuatu yang akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama.
Dampak dari konflik :
Yang terjadi didalam setiap kelompok yang bersaing
Yang terjadi antara kelompok yang bersaing
Yang terjadi dengan yang menang
Yang terjadi dengan yang kalah
Teknik - teknik Mengurangi Akibat Negatif dari Saingan
Strategi dasar dari pengurangan konflik ialah menemukan tujuan yang dapat diterima
oleh kelompok yang bersaing sebagai tujuan bersama dan melancarkan proses
komunikasi antar kelompok.
Menemukan Musuh Bersama
Pimpinan atau Subkelompok dari Kelompok-kelompok yang Bersaing Dibawa
Berinteraksi
Menemukan Tujuan yang Mencakup (Superordinate)
Pelatihan Antarkelompok Melalui Penghayatan-Pengalaman
Shein (1980)
Dimensi Assertiveness
Dimensi Cooperativenes
2 dimensi :
5 Itensi Menyelesaikan Konflik:
Bersaing (Competiting), Bekerja sama
(Colaborating), Berkompromi (Compromising),
Menghindar (Avoiding), Menyesuaikan
(Accomodating)
Dimensi dari Interaksi Menyelesaikan Konflik
Robbins (1998) membahas dimensi dari
intensi menyelesaikan konflik dari Thomas
(1992).
Teknik problem solving
Teknik pengadaan sumber yang lebih banyak
Teknik pelunakkan
Teknik perintah otoritatif
Teknik mengubah variabel manusia
Teknik mengubah variabel struktual
Teknik penyelesaian konflik
Robbins (1998), yang bersifat
situasi win-win.
THANK YOU

More Related Content

Similar to ppt organisasi dan kelompok kerja (6)_maitsa zatin azkiya_2224090086.pdf

Bab 6 organisasi dan kelompok kerja
Bab 6 organisasi dan kelompok kerjaBab 6 organisasi dan kelompok kerja
Bab 6 organisasi dan kelompok kerjafinnaharjanti123
 
Teori Organisasi Wasis 0
Teori Organisasi Wasis 0Teori Organisasi Wasis 0
Teori Organisasi Wasis 0Andi Iswoyo
 
Bekerjasama dalam team(kelompok)
Bekerjasama dalam team(kelompok)Bekerjasama dalam team(kelompok)
Bekerjasama dalam team(kelompok)Ridho Vargash Lexie
 
Pengertian dan karakteristik kelompok
Pengertian dan karakteristik kelompokPengertian dan karakteristik kelompok
Pengertian dan karakteristik kelompokjosmarsell
 
Ppt dinamika kelompok dan team building
Ppt dinamika kelompok dan team buildingPpt dinamika kelompok dan team building
Ppt dinamika kelompok dan team buildingAliyyaSalsabilaluthf
 
Pembagian kerja dan struktur organisasi
Pembagian kerja dan struktur organisasiPembagian kerja dan struktur organisasi
Pembagian kerja dan struktur organisasiAmalia Damayanti
 
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)ikbalbale95
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)pjj_kemenkes
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)pjj_kemenkes
 
Teori organisasi kelompok 2
Teori organisasi kelompok 2Teori organisasi kelompok 2
Teori organisasi kelompok 2Harry Oktavianus
 
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad FeisalDinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad FeisalDaeng Muhammad Feisal
 

Similar to ppt organisasi dan kelompok kerja (6)_maitsa zatin azkiya_2224090086.pdf (20)

Bab 6 organisasi dan kelompok kerja
Bab 6 organisasi dan kelompok kerjaBab 6 organisasi dan kelompok kerja
Bab 6 organisasi dan kelompok kerja
 
Teori Organisasi Wasis 0
Teori Organisasi Wasis 0Teori Organisasi Wasis 0
Teori Organisasi Wasis 0
 
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docxMAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
 
Bekerjasama dalam team(kelompok)
Bekerjasama dalam team(kelompok)Bekerjasama dalam team(kelompok)
Bekerjasama dalam team(kelompok)
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengertian dan karakteristik kelompok
Pengertian dan karakteristik kelompokPengertian dan karakteristik kelompok
Pengertian dan karakteristik kelompok
 
Ppt dinamika kelompok dan team building
Ppt dinamika kelompok dan team buildingPpt dinamika kelompok dan team building
Ppt dinamika kelompok dan team building
 
Pembagian kerja dan struktur organisasi
Pembagian kerja dan struktur organisasiPembagian kerja dan struktur organisasi
Pembagian kerja dan struktur organisasi
 
1 teori-kelompok
1 teori-kelompok1 teori-kelompok
1 teori-kelompok
 
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)
 
Teori organisasi kelompok 2
Teori organisasi kelompok 2Teori organisasi kelompok 2
Teori organisasi kelompok 2
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad FeisalDinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNAManajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNAManajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
Manajemen kep chachang AKPER PEMKAB MUNA
 
Pertemuan 3 dan 4
Pertemuan 3 dan 4Pertemuan 3 dan 4
Pertemuan 3 dan 4
 
Dinamika kelp.
Dinamika kelp.Dinamika kelp.
Dinamika kelp.
 

Recently uploaded

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

ppt organisasi dan kelompok kerja (6)_maitsa zatin azkiya_2224090086.pdf

  • 1. KELOMPOK 6 ASHAR SUNYOTO MUNANDAR PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y. A. I. FAKULTAS PSIKOLOGI
  • 2. ANGGOTA 01. Shafa Khairunnisa (2224090043) 02. Najwa Urwatulwusqa (2224090063) 03. Khofifah Khairunnisa (2224090083) 04. Maitsa Zatin Azkiya (2224090086) 05. Elisa Salsabila (2224090097)
  • 3. Kast & Rosenzweig memandang organisasi industri sebagai satu sistem sosio-teknikal, artinya sistem yang memiliki aspek-aspek sosial dan teknikal. Sebagai sistem sosial organisasi industri terdiri dari subsistem-subsistem. Dengan kata lain organisasi industri terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang lingkungannya dapat ditemukenali secara sambung menyambung. PENGANTAR 1. Secara sadar atau tidak, sejak lahir sampai meninggal, kita sudah menjadi anggota kelompok. Memasuki dunia pekerjaan, selain menjadi anggota dari kelompok kerja, kita juga menjadi anggota dari perkumpulan- perkumpulan yang berkaitan dengan minat kita (perkumpulan olahraga, perkumpulan kesenian dan sebagainya), dengan tempat tinggal kita (rukun tetangga), dengan keahlian dan profesi kita masing-masing (misalnya persatuan sarjana hukum, sarjana psikologi, dan lain sebagainya). 2. PENGERTIAN Organisasi dan Kelompok Kerja
  • 4. Likert (1961, 1967) berpendapat bahwa organisasi dapat dipandang sebagai sistem dari kelompok yang saling berkaitan. Kelompok yang saling berkaitan ini dihubungkan oleh tenaga kerja yang menduduki jabatan kunci dan menjadi anggota dari dua kelompok sekaligus, yang berfungsi sebagai pasak penghubung antara kelompok-kelompok. Kelompok kerja direksi merupakan kelompok kerja yang tertinggi. Setiap direktur menjadi penyelia dari dua kepala divisi, merupakan pasak penghubung dari kelompok kerjanya. Setiap kepala divisi menjadi penyelia dari dua kepala bagian dan merupakan pasak penghubung dari kelompok kerjanya, demikian seterusnya sampai kelompok kerja terendah dalam organisasi.
  • 5. Robbins (1988:71) mengatakan bahwa unsur-unsur dari batasan tersebut ialah: (a) dua atau lebih orang, (b) saling mempengaruhi, saling tergantung, (c) bersama-sama mencapai sasaran. Dua hal yang tidak ditekankan pada batasan dari Robbins ialah kesadaran anggota kelompok tentang keberadaan diri dan anggota kelompok lainnya serta persepsi bahwa mereka membentuk satu kelompok.
  • 6. Kelompok formal diberi batasan oleh struktur organisasi, yang berisi rincian tugas-tugas pekerjaan dan tanggung jawab tertentu, yang pelaksanaannya akan menuju ke tercapainya sasaran dan misi keseluruhan organisasinya. Kelompok formal dapat dibedakan kedalam kelompok komando dan kelompok tugas (Robbins, 1998). Kelompok komando, yang ditentukan oleh bagan organisasinya, terdiri dari para bawahan yang melapor secara langsung kepada seorang manajer tertentu. Kelompok komando juga dapat disebut kelompok permanen. Kelompok tugas ditentukan oleh organisasi, terdiri dari tenaga kerja yang bekerja bersama untuk menyelesaikan pekerjaan dan Schein menamakannya kelompok sementara (temporary groups). Secara struktural, kelompok dapat dibedakan kedalam kelompok formal dan kelompok informal.
  • 7. Kelompok informal dapat dibedakan kedalam kelompok atau klik informal mendatar, tegak dan acak (Schein, 1980). Pada kelompok informal mendatar para anggotanya berasal dari pekerjaan dari satuan kerja yang sama ataupun berbeda yang terletak pada taraf/tingkat organisasi yang sama. Sedangkan para anggota kelompok tegak berasal dari pekerjaan dari taraf/tingkat yang berbeda-beda. Para anggota dari kelompok acak terdiri dari para tenaga kerja yang datang dari pekerjaan dari satuan kerja yang sama/berbeda, dari tingkat organisasi yang sama/berbeda.
  • 8. Makna dan Fungsi kelompok Makna Kelompok Dengan adanya atau terbentuknya suatu kelompok, kita dapat merasakan terpenuhinya atau terealisasikannya kebutuhan dan harapan kita. Kelompok dapat kita nilai baik jika dapat memberikan makna bagi diri kita. Fungsi Kelompok Bagi Anggotanya a. Sebagai pemenuh kebutuhan para anggotanya: memberikan rasa aman dan nyaman, memberikan rasa kepastian pada diri seseorang, memenuhi rasa akan diperhatikan dan memberikan status sosial pada dirinya. b. Sebagai pengembang, penunjang dan pemantap dari identitas pemelihara dari harga diri: untuk menunjang dan memantapkan identitas setiap anggota kelompoknya. c. Sebagai penetap dan penguji realitas sosial: membantu anggotanya mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan bagaimana mereka memprepsikannya
  • 9. Fungsi Kelompok Bagi Organisasi d. Sebagai mekanisme pemecah masalah dan pelaksanaan tugas: kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang dialami oleh anggotanya, dengan pengumpulan data yang diperlukan dan pemberian alternatif penyelesaian. a. Sebagai pelaksana tugas yang majemuk dan saling tergantung: membantu menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan secara individu. b.Sebagai mekanisme pemecahan masalah: dapat membantu mengatasi suatu permasalah dengan mengumpulkan informasi yang berbeda-beda. c. Sebagai penghasil gagasan baru dan jawaban kreatif: dapat membantu merangsang anggota lain dalam memberikan gagasan atau jawaban yang kreatif. d. Sebagai pelancar dari pelaksanaan keputusan yang majemuk: untuk merencanakan pelaksanaan dan memantau keputusan tersebut. e. Sebagai vehicle/wahana dari sosialisasi dan pelatihan: dapat mempercepat dan mempelancar proses sosialiasi saat pelatihan orientasi dilakukan. f. Sebagai penghubung atau koordinator utama antarbeberapa departemen.
  • 10. Interaksi Antarnggota Kelompok Proses Kelompok 3 Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu: a. Kelompok Interaktif Pada kelompok ini, para anggotanya saling tergantung dan aksi atau tindakan mereka perlu dikerjakan dan disusun bersama agar dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik. Dengan kata lain, kelompok ini memerlukan kooperasi dan koordinasi dari kegiatan para anggotanya dalam pelaksanaan tugas kelompok. Jika kooperasi dan koordinasi berlangsung baik dalam kelompok, maka kelompok dapat dikatakan satu tim. Misalnya, tim basket, tim masak, tim bedah, dan tim kelompok belajar.
  • 11. 3 Anggota kelompok ini bekerja sama dalam melaksanakan tugasnya, tetapi masing- masing dapat melaksanakan pekerjaannya relative secara mandiri tidak saling bergantung. Jika salah seorang anggota kelompok di atas kurang lancar atau kurang berhasil dalam menjalankan tugasnya maka hasil kelompok tidak akan optimal. Misalnya, tim salesman atau kelompok kerja kepegawaian yang memiliki sub kelompok. b. Kelompok Koaktif c. Kelompok Konteraktif Pada kelompok ini, para anggota bekerja sama untuk tujuan perundingan dan memufakatkan sasaran dan tuntutan yang bertentangan. Para anggota kelompok ini terdiri dari wakil dari pihak yang berbeda pendapat. Kelompok ini merupakan kelompok sementara yang terbentuk akibat adanya pertentangan maupun konflik antar kelompok.
  • 12. TAHAP 1. TAHAP ‘PATHFINDING’ Pathfinding atau pemanduan bersibuk diri engan penemukenalan dari tujuan, dengan penciptaan masalah-masalah yang menarik. Para pemimpin harus mampu mengolah data yang ada untuk dapat memelihara dan mengembangkan organisasinya agar mampu untuk dapat menetapkan arahnya suatu organisasi harus pergi dan apa yang dinilai bermakna yang harus dicapai. 4 Leavit menyebut bahwa proses manajemen dapat dibagi kedalam tiga tahap, Leavit (1988) memberikan penjelasan tentang masing-masing tahap sebagai berikut:
  • 13. TAHAP 3. TAHAP IMPLEMENTASI Tahap ini mencakup kegiatan membentuk, menyusun, menjual, membuat sesuatu terjadi. Pada kelompok kerja bukan pimpinan ini berarti bahwa para tenaga kerja, para anggota kelompok kerja masing-masing menjalankan tugasnya sebagaimana telah diberikan pada mereka. Tidak demikian dengan kelompok kerja manajerial. Implementasi dalam manajemen merupakan suatu proses sosial yang mengharuskan manajer untuk mempengaruhi, meyakinkan, memaksa, menjual dan berkomunikasi dengan orang lain. 4 Pada tahap ini adalah proses pemecahan suatu masalah. Kita setiap hari memecahkan masalah. Demikian juga pemecahan masalah dilakukan oleh kelompok kerja. Kalau dibandingkan dengan proses pemecaham masalah yang diajarkan disekolah akan dapat kita lihat beberapa perbedaan. TAHAP 2. TAHAP PEMECAHAN MASALAH
  • 14. GEJALA-GEJALA ANGGOTA KELOMPOK BERINTERAKSI DAN KELOMPOK MELAKSANAKAN FUNGSINYA Merupakan normal kelompok kerja, misalnya adanya aturan yang tidak tertulis untuk tidak mengatakan sesuatu kepada atasan kalau rekanya melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan; adanya kesepakatan untuk tidak memberikan prestasi yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan oleh kelompok dan sebagainya. KONFORMISME 1. Norma-norma mengatakan kepada anggota apa yang harus mereka lakukan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan dalam keadaan tertentu. Kita semua menginginkan untuk diterima dan diperlukan sebagai anggota kelompok yang sama oleh anggota dari kelompok lain. Keinginan ini berkembang menjadi kita akan mengikuti apa yang oleh mayoritas anggota diterima sebagai benar atau baik, agar kita tidak dikucilkan. Kita berusaha untuk menjadi konformis, tidak berbeda dari anggota lain.
  • 15. Setiap kelompok kerja memiliki sasaran yang harus dicapai. Dengan begitu jika memerlukan kerja sama, maka perlu untuk masing-masing anggota kelompok mau menerima dan mampu bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Tinggi rendahnya kesepakatan para anggota terhadap sasaran kelompok, serta derajat dapatnya saling menerima anggota kelompok lainnya menunjukan deajat kelekatan (cohesiveness). Semakin para anggota tertarik dan makin sepakat mereka terhadap sasaran kelompok, makin lekat kelompoknya. 2.KELEKATAN Faktor-faktor derajat kelekatan kelompok : Lamanya waktu bersama dalam kelompok: dapat semakin saling mengenal serta makin dapat timbul sikap toleran terhadap satu sama lain. Parahnya masa awal: makin sulit seseorang memasuki kelompok kerja, maksudnya makin sulit seseorang diterima di dalam kelompok kerja sebagai anggota. Besarnya kelompok: semakin besar kelompoknya maka sulit terjadinya interaksi yang mengakibatkan kurang adanya kelekatan kelompok. Ancaman dari luar: kebanyakan penelitian menunjang hasil bahwa kelekatan kelompok akan bertambah jika kelompok mendapat ancaman dari luar, bahwa mereka menghadapi ‘musuh’ bersama. Kerhasilan di masa lalu: jika kelompok kerja memiliki pengalaman yang gemilang, maka terbentuklah esprit de corps yang menarik anggota-anggota baru, maka kelekatan kelompok tetap tinggi.
  • 16. 3. SINERGI Dalam proses pengambilan keputusan dalam kelompok timbul gejala bahwa keputusan yang diambil kelompok merupakan keputusan yang lebih baik dari keputusan yang diambil oleh setiap anggota kelompok tersendiri. Gejala ini yang dinamakan sinergi. Sinergi terjadi karena diskusi dalam kelompok menimbulkan lebih banyak alternative dari pada jumlah orangnya, cenderung untuk mengeliminasi sumbangan-sumbangan gagasan yang kurang bermutu, mengurangi nilai-nilai kesalahan dan menunjang pemikiran kreatif. 4. GROUPTHINK Satu gejala yang merupakan kelemahan dari kelompok yang terlalu lekat ialah bahwa kecakapan pengambilan keputusan mereka dapat secara mendadak berkurang. Oleh Janis (1972) disebut berpikir kelompok (groupthink) merupakan suatu kemunduran dari efisiensi mental, pengujuian realitas, dan pertimbangan moral yang dihasilkan oleh tekanan-tekanan dari dalam kelompoknya sendiri. Dengan demikian menciptakan kemungkinan bahwa keputusan kelompok tidak mencerminkan analisis yang cermat, melainkan mencerminkan pandangan yang dominan, apapun yang akan tejadi.
  • 17. 1.Kelompok memiliki ilusi bahwa mereka kebal 2.Kelompok terlibat dalam rasionalisasi kolektif untuk memotong informasi yang berbeda ,menentang 3.Kelompok mulai percaya pada moralitas inheren tentang apa yang ingin dilakukan 4.Kelompok mengembangkan stereotip dari kelompok lain dan dari para penentang ,sehingga melindungi diri dari analisis yang cermat 5.Kelompok memberi tekanan langsung kepada para penentang untuk membuat diam mereka 6.Para anggota kelompok mulai menyensor pemikiran mereka sendiri,terutama tentang keraguan yang mungkin mereka miliki tentang kearifan dari tindakan yang diusulkan 7.Kelompok mulai percaya akan kebulatan kesepakatannya karena tidak tidak ada penentang dan kepercayaan bahwa “Diam berarti menyetujui. 8.Beberapa anggota dari kelompok mulai berfungs sebagai “penjaga pikiran” (mindguards) penjaga yang “melindungi”para pemimpin dari pandangan yang menyimpang dengan mejerakan secara aktif para penentang untuk mengungkapkan ketidaksetujuan mereka. a.Memiliki kelekatan (cohesiveness) yang tinggi b.Terasing dari kelompok lain dengan pandangan yang berbeda c.Tidak memiliki prosedur metodologikal untuk mengkaji dan memilih informasi jawaban alternative yang relevan d.Tidak memiliki prosedur yang sistematis untuk menilai alternative-alternatif e. Memiliki pimpinan otoriter yang kuat ,yang menjerakan para penentang yang berada di bawah tekanan yang besar tetapi merasa putus asa dalam mencari penyelesaian yang lebih baik dari yang sedang dipertimbangkan. Janis (Janis & mann 1977) gejala berpikir kelompok: Gejala berpikir kelompok tidak merupakan gejala yang timbul di setiap kelompok, kecuali kondisi berikut:
  • 18. Gejala pertama dinamakan penggeseran keresiko (risky syift), derajat resiko dari keputusan kelompok lebih tinggi dari derajat risiko yang lebih rendah dari derajat resiko yang berani diambil oleh setiap anggotanya. Sedangkan yang kedua dinamakan (fincham & Rhodes 1988) penggeseran kehati-hatian(caution shift). Pada penggeseran ke kehati-hatian keputusan kelompok justru sebaliknya memiliki derajat resiko yang lebih rendah dari derajat derajat resiko yang yang berani diambil oleh para anggota kelompok. Gejala lain dalam proses pengambilan keputusan kelompok ialah adanya pergeseran keputusan yang menuju kedua ekstrem, keputusan yang sangat tinggi resikonya atau keputusan yang sangat rendah derajat resikonya. 1. 2. 5.POLARISASI KELOMPOK (GROUP POLARIZATION) Fincham dan Rhodes yang menamakan kedua gejala tersebut polarisasi kelompok, mengemukakakn terjadi nya kedua gejala tersebut : 1. Suatu kemungkinan ialah adanya tanggung jawab yang tersebar (diffusion of responsibility) dengan keputusan kelompok para anggota merasa bahwa mereka tidak dimintai pertangung jawaban secara keseluruhan. 2. Kemungkinan penjelasan yang lain ialah karena beroprasinya proses pembanding social (social comparison process) tidak hanya menyokong nilai kebudayaan yang dominan, tetapi dengan membandingkan pandangan mereka dengan pandangan anggota lain, berusaha menunjang. 3. Kemungkinan yang lebih mutakhir k ialah bahwa pengambilan keputusan yang ekstrem sangat dipengaruhi oleh pertukaran informasi dan argumentasi yang meyakinkan (persuasive).
  • 19. INTERAKSI ANTAR KELOMPOK Organisasi terdiri dari berbagai kelompok kerja, dan berinteraksi dengan organisasi lainnya dalam suatu organisasi yang lebih besar. Sistem terdiri dari berbagai subsistem, dan berinteraksi secara sambung-menyambung dengan sistem lain dalam suprasistem.
  • 20. SAINGAN ATAU KONFLIK ANTAR KELOMPOK Robbins (1998) berpendapat bahwa konflik “adalah suatu proses yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama. Dampak dari konflik : Yang terjadi didalam setiap kelompok yang bersaing Yang terjadi antara kelompok yang bersaing Yang terjadi dengan yang menang Yang terjadi dengan yang kalah
  • 21. Teknik - teknik Mengurangi Akibat Negatif dari Saingan Strategi dasar dari pengurangan konflik ialah menemukan tujuan yang dapat diterima oleh kelompok yang bersaing sebagai tujuan bersama dan melancarkan proses komunikasi antar kelompok. Menemukan Musuh Bersama Pimpinan atau Subkelompok dari Kelompok-kelompok yang Bersaing Dibawa Berinteraksi Menemukan Tujuan yang Mencakup (Superordinate) Pelatihan Antarkelompok Melalui Penghayatan-Pengalaman Shein (1980)
  • 22. Dimensi Assertiveness Dimensi Cooperativenes 2 dimensi : 5 Itensi Menyelesaikan Konflik: Bersaing (Competiting), Bekerja sama (Colaborating), Berkompromi (Compromising), Menghindar (Avoiding), Menyesuaikan (Accomodating) Dimensi dari Interaksi Menyelesaikan Konflik Robbins (1998) membahas dimensi dari intensi menyelesaikan konflik dari Thomas (1992).
  • 23. Teknik problem solving Teknik pengadaan sumber yang lebih banyak Teknik pelunakkan Teknik perintah otoritatif Teknik mengubah variabel manusia Teknik mengubah variabel struktual Teknik penyelesaian konflik Robbins (1998), yang bersifat situasi win-win.
  • 24.