3. KD
PESERTA MAMPU MEMAHAMI DAN
MENGETAHUI TINDAK PIDANA KORUPSI
YANG DAPAT TERJADI Di UNIT KERJANYA.
IKB
1. MENGURAIKAN PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR TINDAK
PIDANA KORUPSI.
2. MENGINDENTIFIKASI TINDAKAN-TINDAKAN PEGAWAI NEGERI
ATAU PENYELENGGARAAN NEGARA YG MERUPAKAN TINDAK
KORUPSI.
3. MENJELASKAN DAN MELAKSANAKAN PERAN SERTA
MASYARAKT DLM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
KORUPSI.
4. MEMBERIKAN LATIHAN TATA CARA MENGANALISIS SUATU
KEJADIAN /FEIT SEBAGAI TINDAK PIDANA KORUPSI
24/4//2015 WST 3
6. Perilaku ini telah dianggap sebagai perilaku
yang wajar/biasa dalam seluruh aspek
kehidupan kita sehari-hari. Sudah saatnya
membuang perilaku koruptif itu secara
konsisten, dengan menerapkan prinsip-
prinsip good governance.
Pemborosan, inefisiensi
‘Ungkapan terima kasih’ atas jasa yang memang seharusnya diberikan/
diterima
Tidak menghargai waktu
Memperlambat/menghambat pelayanan untuk mendapatkan uang/’ongkos
administrasi’
Aneka ‘biaya pendidikan’ sekalipun dikatakan SPP gratis
Perencanaan kegiatan dibuat dengan ‘pertimbangan’ tertentu
Mem’proyek’kan kegiatan rutin instansi pemerintah
dll.
KORUPSI SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG
24/4//2015 6
WST
7. 7
GUNUNG ES TINDAK PIDANA KORUPSI
TINDAK PIDANA KORUPSI
CORRUPTION HAZARDS (CH)
POTENSI MASALAH
PENYEBAB KORUPSI
(PMPK)
Korupsi sbg
Kejahatan terjadi,
apabila terdapat :
• Desire to Act
• Ability to Act
• Opportunity
• Suitable Target
Kelemahan bangsa
• Kesisteman
• Kesejahteraan /
Penghasilan
• Mental / moral
• Internal, sosial,
self control
• Budaya ketaatan
hukum
lokasi :
• pemasok
anggaran
• pengguna
anggaran,
• disparitas
pendapatan
Manusia
berjiwa koruptor
Barang
• asset negara,
• barang sitaan
Kegiatan :
• proyek
pembangunan
• pengadaan
barang / jasa
• perijinan /
pelayanan publik
24/4//2015 WST 7
8. PENYEBAB KORUPSI TERJADI ANTARA LAIN:
Penegakan hukum tidak konsisten;
penyalahgunaan wewenang/kekuasaan;
Rendahnya integritas dan profesionalisme;
Kurangnya keteladanan dan kepemimpinan elit
bangsa;
Langkanya lingkungan yang anti korupsi;
rendahnya pendapatan penyelenggara negara;
Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan
hadiah;
Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah dari
pada keuntungan korupsi;
Gagalnya pendidikan agama dan etika.
8
24/4//2015 WST
9. Menurut Baharudin Lopa Penyebab Korupsi
. Kerusakan moral
. Kelemahan sistem
. Kerawanan kondisi sosial
. Ketdk tegasan dlm penindakan hk
. Seringnya pejabat meminta sumbangan kpd pengusaha pengusaha
. Pungutan liar
. Kekurang pengertian ttg tindak pidana korupsi
. Penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan serba tertutup
. Kurangnya fungsi kontrol oleh DPR
. Masih lemahnya perundang-undangan yg ada
24/4//2015 WST 9
10. Rendahnya kualitas infrastruktur dan pelayanan publik;
Timbulnya ekonomi biaya tingggi;
Berkurangnya penerimaan negara;
Runtuhnya lembaga dan nilai-nilai demokrasi;
DAMPAK KORUPSI
24/4//2015 10
WST
11. Membahayakan kelangsungan pembangunan dan supremasi hukum;
Meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan rakyat;
Bertambahnya masalah sosial dan kriminal
Adanya mata rantai antara korupsi dengan bentuk-bentuk lain dari kejahatan,
khususnya kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi.
DAMPAK KORUPSI
24/4//2015 11
WST
12. Sisi Ekonomi :
Akan menyebabkan tidak terdistribusinya
sumber daya secara merata dan adil,
harga kebutuhan pokok tinggi (pungutan
liar), kemiskinan
Sisi Sosbud :
Akan menyebabkan perubahan pola
perilaku masyarakat yaitu membangun
mental penipu dan penjilat
Sisi Politik :
Akan menyebabkan proses pengambilan
kebijakan berjalan tertutup dan tidak
melibatkan partisipasi masyarakat dan
pelayanan mahal
Sisi Hukum :
Akan menyebabkan diskriminasi dalam
penegakan hukum
DAMPAK
KORUPSI
Sangat
besar
terhadap
rusaknya
tatanan
ekonomi,
sosial
budaya,
politik
dan
hukum
24/4//2015 WST 12
13. • LISTRIK: 35 % (sekitar 84 juta) penduduk Indonesia setiap
malam masih dirundung kegelapan - tanpa listrik (sumber :
listrikindonesia.com)
• ENERGI: 35,6% konsumsi energi di negeri ini sangat
tergantung pada BBM → subsidi untuk BBM
menghabiskan hampir 14% APBN.(sumber : bicaraenergi.com & jpnn.com)
• KESEHATAN: 2/3 penduduk Indonesia masih
mengkonsumsi makanan kurang dari 2.100 kalori per hari
→ sebagaian besar masyarakat kita hidup di bawah
standar garis kemiskinan.
• AIR: 85 juta penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki
akses terhadap air bersih. Penyediaan air bersih saat ini
baru menjangkau 9% dari total penduduk Indonesia. (sumber :
Kementerian PU)
• KERUSAKAN ALAM: 3,8 juta hektar hutan di Indonesia
dibabat setiap tahunnya, belum lagi yang disebabkan oleh
kebakaran. Akibatnya, 39% habitat alami turut musnah.
(sumber : isai.or.id)
KONDISI INDONESIA SAAT INI
4
24/4//2015 13
WST
14. MNRD KAMUS BHS INDONESIA 1991:
BUSUK; PALSU; SUAP; PENYUAPAN; PEMALSUAN
KAMUS HUKUM, 2002 :
BURUK; RUSAK; SUKA MENERIMA UANG SOGOK;
MENYELEWENGKAN UANG / BARANG MILIK
PERUSAHAAN ATAU NEGARA; MENERIMA UANG
DGN MENGGUNAKAN JABATNNYA
UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI
PENYELEWENGAN ATAU PENGGELAPAN UANG NEGARA
ATAU PERUSAHAAN SEBAGAI TEMPAT SESEORANG
BEKERJA UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI ATAU ORG LAIN
THE LEXICON WEBSTER DICTIONARY 1978 :
KEBEJATAN ; KETIDAK JUJURAN; TIDAK BERMORAL;
PENYIMPANGAN DARI KESUCIAN
Arti kata “KORUPSI”
24/4//2015 WST 14
15. KORUPSI
PENGERTIAN SECARA UMUM
“ Tindakan yang melanggar norma-norma
hukum, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang berakibat rusaknya tatanan
hukum, politik, administrasi, manajemen,
sosial dan budaya serta berakibat pula
terhadap terampasnya hak-hak rakyat
yang semestinya didapat “
24/4//2015 WST 15
16. Pasal 2
Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri dan orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara
PENGERTIAN KORUPSI
(MENURUT UU 31/1999 TTG
Pemberantasan tindak Pidana Korupsi (ptpk) Jo UU 20/2001)
24/4//2015 WST 16
17. KKN
Kolusi :
kerjasama secara melawan hk antar
penyelenggara ngr dgn pihak lain yg
merugikan org lain masy dan atau negara
Nepotisme adalah perbuatan penyelenggara
ngr secara melawan hk yg menguntungkan
keluarga atau rekannya diatas kepentingan
masyarakat bangsa dan ngr
UU No. 31 Tahun 1999
Pasal 2
Korupsi adalah setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri dan orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara
24/4//2015 WST 17
18. UNDANG-UNDANG KORUPSI
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata
kerjacorrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus|politisi maupunpegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi
secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
• perbuatan melawan hukum;
1. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau
sarana;
2. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
3. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Korupsi sebagian besar melibatkan 2 aktor yakni
Pemerintah dan Sektor Swasta & Masyarakat Sipil yang
jadi korban. (TI – Jeremy Pope)
24/4//2015 18
WST
20. 20
1. Prof.Mulyanto: Perbuatan yang dilarang aturan hukum
barang siapa melanggarnya disertai sanksi pidana
tertentu.
2. E.Utrecht: Menterjemah straafbaarfeit artinya peristiwa
pidana yang merupakan peristiwa hukum sebagai
peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat yang
diatur oleh hukum, delik.
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
24/4//2015 WST
21. 24/4//2015 21
PERATURAN
PEMBERANTASAN
KORUPSI
1. Peraturan Penguasa Militer:
A. Nomor PRT/PM/06/1957 dimaksudkan untuk menerobos kemacetan
usaha memberantas korupsi
B. dirubah dengan Nomor PRT/PM/08/1957 ttg penilikan harta benda
C. PRT/PM/011/1957 tentang wewenang PM menyita barang- barang
D. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kastaf AD No: PRT
/PERPU/013/1958 dinyatakan ketika RI dinyatakan dalam keadaan
Perang berd.UU No:74 tahun 1957 jo. UU No.79 tahun 1957
dimaksudkan untuk tambahan beberapa aturan pidana pengusutan,
penuntutan, dan pemeriksaan untuk pemb.korupsi.
E. Peraturan Penguasa Perang Kastaf AL No: PRT /Z/I/7/1958
WST
22. 24/4//2015 22
2. UU No 24/Prp/1960 ttg
pengusutan,penuntutan,dan pemeriksaan TPK
dikeluarkan mengingat peraturan penguasa militer
bersifat sederhana ( sebagai pengganti ).
3. Masa UU N0.3 tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK)
Sebagai penyempurnaan thd.UU No 24 thn 1960.
4. UU N0.31 tahun 1999 ttg PTPK sebagai pengganti
UU N0.3 tahun 1971 dianggap tidak sesuai lagi.
5. Jo UU Nomor 20 Tahun 2001
WST
23. 24/4//2015 23
TINDAKAN/ KEBIJAKAN
YANG DIANGGAP KORUPSI
1. 30 BENTUK/JENIS TPK ( PS.2 S.D. PS.13 UU
NO.31/1999 JO.UU NO.20/2001 ):
2 JENIS DELIK PERBUATAN MERUGIKAN NEGARA
28 JENIS MENGATUR PRILAKU PENYELENGGARA
NEGARA
2. 6 JENIS TP LAIN BERKAITAN KORUPSI.
WST
24. KORUPSI
UU NO 31 TH 1999
JO
UU NO 20 TH 2001
KERUGIAN
KEUANGAN
NEGARA
Ps 2 & 3
SUAP
MENYUAP
Ps
5,6,11,12,13
PENGGELAPAN
DLM JABATAN
Ps 8, 9,
Ps 10.a,b c
PERBUATAN
PEMERASAN
Ps 12, e,g, f
PERBUATAN CURANG
Ps 7 ayat (1) a.b.c.d
Ps 7 (2) PS 12,h
Benturan
Kepentingan
Ps 12 i
Gratifikasi
Ps 12b Jo 12 c
PTPK UU No 31 th 1999 Jo UU No 20 Th 2001
24/4//2015 WST 24
25. 24/4//2015 25
1. MERINTANGI PROSES PEMERIK PERKARA KORUPSI.
2. TIDAK ATAU MEMBERI KETERANGN TIDAK BENAR.
3. BANK TIDAK MEMBERI KETER.REKENING TSK.
4. SAKSI ATAU AHLI TIDAK/MEMBERI KETER.PALSU.
5. ORANG YG MEMEGANG RAHASIA JABAT TIDAK/
MEMBERI KETER.PALSU.
6. SAKSI MEMBUKA IDENTITAS PELAPOR
6 TP LAIN BERKAITAN DENGAN TPK:
WST
26. 26
Tindak Pidana Lain
yang berkaitan dengan TPK :
1. Merintangi Proses pemeriksaan perkara Korupsi :
- Pasal 21
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan tidak benar :
- Pasal 22 jo. Pasal 28
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka:
- Pasal 22 jo. Pasal 29
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu :
- Pasal 22 jo.Pasal 35
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor :
- Pasal 24 jo. Pasal 31
24/4//2015 WST
27. 1. Unsur Objektif
Tindak pidana Korupsi meliputi :
1. Kerugian Keuangan Negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam Pengadaan
7. Gratifikasi
2. Unsur Subjektif
TINDAK PIDANA KORUPSI
Dari 31 jenis
Tindak pidana
korupsi
dikelompokkan
menjadi 7 jenis
Uang,
Daftar,
surat,
akta,
barang
a. Janji
b. Kesempatan
c. Kemudahan
d. Kekayaan Negara
Setiap orang
Penyelenggara negara
Pegawai Negeri
Korporasi
24/4//2015 27
WST
28. 28
PEJABAT NEGARA
DLM LEMBAGA
NEGARA
MENTERI
GUBERNUR HAKIM
PEJABAT
NEGARA
SESUAI UU
PEJABAT LAIN
PUNYA FUNGSI
STRATEGIS DNG
PENYEL. NEGARA
PENYELENGGARA
NEGARA
24/4//2015
PEJABAT NEGARA YANG
MENJALANKAN FUNGSI :
EKSEKUTIF, LEGISLATIF,
YUDIKATIF, AUDITIF
PEJABAT YANG FUNGSI &
TUGASNYA BERKAITANNYA
DENGAN
PENYELENGGARAAN
NEGARA
Perwakilan RI di LN
Duta Besar, Wakil
Gub Bupati dan
Walikota
Semua Tingkat
Pengadilan
-Direksi, Komisaris,
BUMN/D
- Pimpinan BI, BPPN,
Perguruan,Tg
- Es I/dusamakan
dilingkungan
sipil, Polri
- Jaksa, Penyidik,
Panitera
- Pimpro, Benpro
Wakil Pemerintah
Pusat Di Daerah
Pasal 2 UU No. 28/1999
Tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan
Bebas KKN WST
Unsur subjek
31. 31
Perlakuan Istimewa dalam Bentuk
- Bunga pinjaman tidak wajar
- Harga tidak wajar
- Izin eksklusif
- Keringanan Bea Masuk
- Pajak >< aturan
PEGAWAI NEGERI
ORANG YANG TERIMA
GAJI/UPAH DARI
SESUAI UU
KEPEGAWAIAN KORPORASI YANG
TERIMA BANTUAN
KEUANGAN NEGARA
ATAU DAERAH
KORPORASI YANG
PAKAI MODAL
FASILITAS NEGARA
ATAU MASYARAKAT
KEUANGAN
NEGARA
/ DAERAH
* Pasal 1 UU 31/99
24/4//2015 WST
32. 1. Melawan hukum untuk mempekaya diri dan dapat merugikan keuangan negara adalah
KORUPSI (Pasal 2).
Unsur-unsur :
- Setiap orang
- Memperkaya diri sendiri/ orang lain/ korporasi
- Melawan hukum
- Merugikan negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan dapat merugikan
keuangan negara adalah KORUPSI (Pasal 3).
Unsur-unsur :
- Setiap orang
- Menyalahgunakan kewenangan
- Menguntungkan diri sendiri/ orang lain
- Merugikan keuangan negara
24/4//2015 WST 32
1. KORUPSI YG TERKAIT DGN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
33. Bentuk-bentuk
kerugian Negara
Tumbuhnya kewajiban negara/daerah
yg seharusnya
tidak ada
Tumbuhnya kewajiban negara/daerah yg lebih
besar dari yg seharusnya .
. Hilangnya hak negara/daerah yg seharusnya
dimiliki/diterima menurut aturan yg berlaku
. Hak negara/daerah yg diterima lebih kecil dari yg
seharusnya diterima
24/4//2015 WST 33
34. 34
TINDAK PIDANA KORUPSI
UU NO 31 TH 1999 ( BAB II PS.2 )
SETIAP ORANG DENGAN MELAWAN HUKUM
MELAKUKAN PERBUATAN
MEMPERKAYA
DIRI SENDIRI
MEMPERKAYA ORANG
LAIN/KORPORASI
KESEMPATAN/SARANA
YANG ADA PADANYA
KARENA JABATAN
MENYALAHGUNAKAN
KEWENANGAN
1. MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
2. PEREKONOMIAN NEGARA
PS : 2 DIPIDANA PENJARA # SEUMUR HIDUP, PALING SINGKAT
1 TH, PALING LAMA 20 TH, PIDANA DENDA PALING SEDIKIT
RP. 50 JUTA, PALING BANYAK 1 MILYAR
24/4//2015 WST
36. CONTOH KASUS.1 (PERTAMA)
• B selaku Dirut telah menjual tanah negara yg merupakan aset
perusahaan (BUMN) yg dipimpinnya kepada F seluas 50 Ha. Akan
tetapi sebelum melakukan transaksi penjualan, B mengadakan
beberapa kali pertemuan dengan F, sehingga tercapai
kesepakatan bahwa B akan menurunkan harga NJOP tanah serta
sistem pembayaran dari F akan dilakukan secara bertahap.
Kemudian B meminta kepada F agar menyertakan 2 perusahaan
pendamping untuk memenuhi persyaratan formal dalam proses
lelang.
• Selanjutnya B mengupayakan penurunan harga NJOP atas tanah
sehingga NJOP tanah tersebut menjadi sesuai dengan
kesepakatan harga yang telah dibuatnya dengan F dan meminta
suatu perusahaan appraisal untuk membuat taksiran harga jual
sesuai dengan permintaannya.
24/4//2015 36
WST
37. SELANJUTNYA
• B kemudian mengatur siasat agar penjualan seolah-olah sesuai dengan
prosedur dengan cara membentuk panitia penaksir harga dan panitia
penjualan, akan tetapi B lebih dahulu memberikan pengarahan kepada panitia
penaksir harga agar menetapkan harga jual sesuai dengan keinginannya dan
memerintahkan panitia penjualan agar penawaran dibatasi hanya utk F dan 2
perusahaan lain yang disodorkan oleh F serta sistem pembayaran di dalam RKS
dilakukan secara bertahap. Sebenarrnya perbuatan B tersebut telah
bertentangan dengan SK Menkeu tentang penjualan aset negara dengan
prosedur lelang terbuka untuk umum.
• Pada tanggal 10 Januari 2005 aset berupa tanah tersebut dijual kepada F di
depan Notaris dengan harga Rp.100 M, padahal menurut SK Meneg BUMN
penjualan tanah aset BUMN adalah sesuai dengan NJOP tertinggi tahun
berjalan atau harga pasar sehingga seharusnya aset tersebut dijual dengan
harga Rp.150 M.
• Dalam proses penjualan aset tersebut, F mentransfer uang sebesar Rp.15 M ke
rekening milik B.
• Atas perbuatan B tersebut negara Cq. Perusahaan BUMN tersebut telah
dirugikan sebesar Rp.50 M.
24/4//2015 37
WST
38. ANALISIS KASUS.1 (PERTAMA)
• Kasus pertama tsb dianalisis dgn memecah ke dalam unsur tindak pidana
korupsi Pasal 2 UU no.31 tahun 1999 jo. UU no.20 tahun 2001 sbb:
1. Setiap orang
2. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi
3. Dengan cara melawan hukum
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Unsur Tindak Pidana 1 : Setiap Orang
Fakta perbuatan yg dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- B adalah seorang direktur BUMN
- Alat bukti yang mendukung:
- Keterangan dari terdakwa B
- KTP A/n. B
- SK pengangktan B sebagai dirut BUMN
24/4//2015 38
WST
39. LANJUTAN ANALISIS KASUS.1 (PERTAMA)
Unsur Tindak Pidana 2: Memperkaya diri sendiri, orang lain
atau suatu korporasi.
Fakta perbuatan yg dilakukan dan kejadian yang ditemukan :
- Pada tgl 10 Januari 2005 B mendapat transfer uang sebesar
Rp.15 M dari F.
- F telah mendapat kekayaan berupa aset tanah seluas 50 Ha
dengan harga dibawah NJOP/harga pasar
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari terdakwa B
- Keterangan dari Saksi F
- Keterangan dari Petugas Bank
- Print-out rekening bank.
24/4//2015 39
WST
40. LANJUTAN ANALISIS KASUS PERTAMA
• Unsur Tindak Pidana 3 : Dengan cara melawan hukum.
- Fakta perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- B telah menjual tanah negara aset perusahaan (BUMN) yang dipimpinnya
kepada F seluas 50 Ha.
- Sebelum menjual, B mengadakan beberapa kali pertemuan dengan F untuk
melakukan negosiasi harga dan tata cara pembayaran.
Memenuhi formalitas administrasi proses penjualan secara lelang serta telah
menetapkan harga tanah dan pembelinya serta sistem pembayaran secara
bertahap.
- Padahal menurut SK Menkeu penjualan harus dengan prosedur aset tanah
terbuka untuk umum dan pembayarannya harus dengan tunai.
- Pada tgl 10 januari 2005 aset tanah terebut dijual dengan harga Rp.100 M,
padahal menurut SK Meneg BUMN penjualan tanah aset BUMN adalah
sesuai dengan NJOP tertinggi tahun berjalan dan atau harga pasar sehingga
seharusnya aset tersebut dijual dengan harga Rp.150M.
24/4//2015 40
WST
41. LANJUTAN ANALISIS KASUS PERTAMA
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Saksi F
- Keterangan dari Panitia Penaksir Harga
- Keterangan dari Panitia Penjualan
- Keterangan dari kantor PBB
- Keterangan dari Perusahaan appraisal
- Keterangan dari komisaris perusahaan – keterangan dari para direksi
- Keterangan dari Notaris
-Surat seperti dokumen yang berhubungan dengan penjualan, NJOP
tanah, SK Panitia
- SK Menteri Keuangan
- SK Meneg BUMN
- Akta Jual Beli - sertifikat tanah
- Kuitansi penjualan
- Print out rekening Koran Perusahaan BUMN
- Keteranan dari Petugas Bank
- Print out Rekening Bank.
24/4//2015 41
WST
42. LANJUTAN ANALISIS KASUS PERTAMA
• Unsur Tindak Pidana 4 : Dapat Merugikan Keuangan Negara
atau Perekonomian Negara.
Fakta perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- Negara dirugikan sebesar Rp,50 M.
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari ahli BPKP
- surat berupa laporan hasil perhitungan kerugian keuangan
negara.
24/4//2015 42
WST
43. 1. Menyuap Pegawai Negeri adalah KORUPSI (Pasal 5 ayat 1 huruf a dan b).
Unsur –unsur :
- Setiap orang
- Memberi/ Menjanjikan
- Pegawai negeri/ Penyelenggara negara
- Supaya berbuat/ tidak berbuat
2. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya adalah KORUPSI (pasal 13).
Unsur-unsur :
- Setiap orang
- Memberi hadiah/ janji
- Kepada Pegawai negeri
- Melekat ke jabatan/ kedudukan
3. Pegawai negeri menerima suap adalah KORUPSI (Pasal 5 ayat 2; pasal 12 huruf a dan b).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Menerima pemberian/ janji
- Berkaitan dengan jabatan
4. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya adalah KORUPSI
(Pasal 11).
5. Menyuap Hakim adalah KORUPSI (Pasal 6 ayat 1). WST 43
2. KORUPSI YG TERKAIT DGN SUAP MENYUAP
24/4//2015
44. 6. Menyuap Advokat adalah KORUPSI (Pasal 6 ayat 1).
7. Hakim dan Advokat menerima suap adalah
KORUPSI ( Pasal 6 ayat 2).
8. Hakim menerima suap adalah KORUPSI (Pasal 12
huruf c).
9. Advokat menerima suap adalah KORUPSI (Pasal 12
huruf d).
24/4//2015 WST 44
46. 46
MEMINTA
MENERIMA
PEKERJAAN
PENYERAHAN
BARANG
(SEOLAH HUTANG
PADA DIRINYA)
PS 12 UU NO 20 /2001
Penjara Pidana Seumur Hidup atau
P.S 4 Th, P.L 20 Th
Pidana Denda P.S Rp 200 Jt,
P.B Rp 1 Milyar
MENGGUNAKAN
TANAH
NEGARA (HP)
MERUGIKAN ORANG
YANG BERHAK
(SEOLAH
SESUAI ATURAN)
PEGAWAI NEGERI
PENYELENGGARA NEG.
LANGSUNG /TIDAK
LANGSUNG SENGAJA
/TURUT SERTA
DALAM PEMBORONGAN
PENGADAAN/ PERSEWAAN
( PADAHAL YANG
DILAKUKAN SELURUH
/SEBAGIAN PETUGAS
UNTUK MENGURUS /
MENGAWASI )
24/4//2015 WST
47. 47
MENERIMA
HADIAH
JANJI
PEG. NEGERI
PENYEL. NEGARA
MELAWAN
HUKUM SALAH
GUNAKAN
KEKUASAAN
Karena kewenangan
Kekuasaan yang
Berhubungan dengan jabatan
Menggerakan untuk :
- Melakukan sst
- Tidak melakukan sst
d.j.b.k
Sebagai akibat sebab telah
- Melakukan sst
- Tidak melakukan sst
d.j.b.k
Memaksa
Seseorang
Peg. Negeri
Penyel. Negara
lain
“SUAP”
Ps. 11 uu No. 20/2001
Pidana penjara p.s 1 th, p.l 5 th
Pidana denda p.s rp 50 Jt
p.b Rp 250 Jt
“PEMERASAN”
Pasal 12 UU No. 20 /2001
Pidana penjara p.s 4 th, p.l 20 th
Pidana denda p.sedikit Rp 200 Jt
p.b Rp 1 M
1. Memberi sst
2. Membayar
3. Terima bayaran dengan
potongan
4. Mengerjakan sst
untuk diri sendirii
1. Meminta
2. Menerima
3. Memotong
Pembayaran
24/4//2015 WST
49. CONTOH KASUS.2 (KEDUA)
• W salah seorang pejabat di sebuah lembaga Negara dan telah ditunjuk
menjadi ketua panitia/penanggungjawab proyek pengadaan barang pada
tahun 2005 di lembaga tersebut.
• Pada akhir tahun anggaran, S selaku salah seorang pemeriksa dari instansi
yang berwenang melakukan pemeriksaan keuangan telah ditugaskan untuk
melakukan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan W.
Dalam melakukan pemeriksaaan, S menemukan adanya sejumlah indikasi
penyimpangan dalam proses pengadaan yang mengakibatkan timbulnya
kerugian negara. W mengetahui hal tersebut, lalu berusaha melakukan
pendekatan kepada S dengan menawakan uang sebesar Rp.300 juta dan
menyampaikan keinginannya kepada S supaya temuan indikasi penyimpangan
itu dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan.
• S melaporkan upaya pemberian uang tersebut kepada Penyidik yang kemudian
ditindak lanjuti dengan melakukan perekaman terhadap pembicaraan W
dengan S serta merekam proses pemberian uang yang dilakukan oleh W
kepada S. Pada saat W memberikan uang kepada S, Penyidik melakukan
penangkapan.
24/4//2015 49
WST
50. CONTOH KASUS.2 (KEDUA)
CATATAN :
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No.31 tahun 1999 jo UU No.20 Tahun
2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupaih) setiap orang yang :
a.memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya, atau
24/4//2015 50
WST
51. ANALISIS KASUS.1 (PERTAMA)
• Kasus kedua tsb dianalisis dgn memecah ke dalam unsur tindak pidana korupsi Pasal
5 ayat (1) huruf a UU no.31 tahun 1999 jo. UU no.20 tahun 2001 sbb:
1. Setiap orang
2. Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu
3. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
4. Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
sehingga bertentangan dengan kewajibannya.
Unsur Tindak Pidana 1 : Setiap Orang
- Fakta perbuatan yg dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- W salah seorang pejabat di sebuah lembaga Negara
- W adalah Ketua Panitia/Penanggungjawab proyek pengadaan barang di lembaga
tersebut
- Alat bukti yang mendukung:
- Keterangan dari terdakwa W
- KTP A/n. W
- SK sebagai Ketua Panitia
24/4//2015 51
WST
52. LANJUTAN ANALISIS KASUS.1 (PERTAMA)
Unsur Tindak Pidana 2: Memberi sesuatu atau menjajikan sesuatu
- Fakta perbuatan yg dilakukan dan kejadian yang ditemukan :
- W memberi uang Rp.300juta kepada S
- S melaporkan kepada Penyidik tentang rencana pemberian uang
oleh W
- Alat Bukti yang mendukung 2 adalah:
- Keterangan dari terdakwa W dan keterangan dari saksi S
- Keterangan dari Petugas Penyidik yang melakukan penangkapan
- Alat Bukti Petunjuk berupa :
- Hasil perekaman oleh Penyidik tentang rekaman peristiwa
pemberian uang dari terdakwa W kepada Saksi S
- Uang tunai Rp.300 juta
24/4//2015 52
WST
53. LANJUTAN ANALISIS KASUS KEDUA
• Unsur Tindak Pidana 3 : Kepada pegawai Negeri atau Penyelenggara
Negara
- Fakta perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- S adalah seorang pegawai negeri di salah satu lembaga negara yang
berfungsi sebagai pemeriksa keuangan negara .
- SK S sebagai Pegawai Negeri
- Surat tugas S untuk melakukan pemeriksaan di lembaga W.
- Keterangan dari atasan S
• Unsur Tindak Pidana 4 : Dengan maksud supaya berbuat atau tidak
berbaut sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan
kewajibannya
- Fakta perbuatan yang dilakukan dan kejadian yang ditemukan:
- Pemberian uang oleh W kepada S dimaksudkan agar S dalam membuat
laporan hasil pemeriksaan tidak mencantumkan temuan tentang adanya
indikasi penyimpangan dalam pengadaan barang.
- W mengetahui bahwa hal tersebut bertentangan dengan kewajiban S
selaku Pemeriksa
24/4//2015 53
WST
54. LANJUTAN ANALISIS KASUS KEDUA
- Alat Bukti yang mendukung:
- Keterangan dari Terdakwa W dan keterangan dari Saksi S
- Keterangan dari Anggota Tim S
- Keterangan dari atasan S
- surat berupa laporan hasil pemeriksaan Keungan.
KESIMPULAN :
Keempat unsur tidak pidana korupsi pada pasal 5 ayat (1) huruf a
UU no. 31 tahun 1999 jo UU no.20 tahun 2001 terpenuhi.
Keseluruhan rangkaian perbuatan yang telah dilakukan oleh W
sebuah tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 5 ayat (1) huruf
a UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 sehingga W
dituntur untuk dipidana penjara.
24/4//2015 54
WST
55. 1. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan adalah KORUPSI (Pasal 8).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Sengaja
- Menggelapkan/ membiarkan
- Uang/ surat berharga
- Disimpan karena jabatan
2. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi adalah KORUPSI (Pasal 9).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Sengaja
- Memalsu
- Buku-buku
3. Pegawai negeri merusakkan bukti adalah KORUPSI (Pasal 10 huruf a).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Sengaja
- Menggelapkan/ merusak/ membiarkan
4. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti adalah KORUPSI (Pasal 10 huruf b).
5. Pegawai negei membantu orang lain merusakkan bukti adalah KORUPSI (Pasal 10 huruf c).
55
3. KORUPSI YG TERKAIT DGN PENGGELAPAN DALAM JABATAN
24/4//2015 WST
56. 56
PEGAWAI
NEGERI
BUKAN
PEGAWAI
NEGERI
DITUGASI
MENJALANKAN
JABATAN
UMUM TERUS
MENERUS
ATAU
SEMENTARA
SENGAJA
MENGGELAPKAN
UANG, SURAT BERHARGA
YANG DISIMPAN KARENA
JABATANNYA
MEMBIARKAN UANG,
SURAT BERHARGA
DIAMBIL
DIGELAPKAN ORANG
LAIN
MEMBANTU PEMBUATAN
TERSEBUT
SENGAJA MEMALSUKAN
BUKU-BUKU, DAFTAR
DAFTAR KHUSUS UNTUK
PEMERIKSAAN
ADMINISTRASI
Ps 8 UU No. 20 Th 2001
Dipidana Penjara Paling
Sedikit 3 th, paling lama
15 th, Pidana denda
Paling sedikit Rp 150 Jt,
Paling banyak Rp 750 Jt
Ps 9 UU No. 20 Th 2001
Dipidana Penjara Paling
Sedikit 1 th, paling lama
5 th, Pidana denda paling
sedikit Rp 50 Jt, paling
Banyak Rp 250 Jt
24/4//2015 WST
57. 57
PEGAWAI NEGERI
BUKAN PEGAWAI
NEGERI
SENGAJA
MEMBANTU
ORANG LAIN
MEMBIARKAN
ORANG LAIN
• MENGGELAPKAN
• MENGHANCURKAN
• MERUSAKAN
• MEMBUAT TIDAK
DAPAT DIPAKAI
• MENGHILANGKAN
• MENGHANCURKAN
• MERUSAK
• MEMBUAT TIDAK
DAPAT DIPAKAI
BARANG, AKTA, SURAT, DAFTAR
UNTUK BUKTI
PASAL 10 UU NO 20 /2001
Pidana penjara P.S 2 Th, P.L 7 Th
Pidana Denda P.S Rp 100 Jt, P.B Rp 350 Jt
24/4//2015 WST
58. 1. Pegawai negeri memeras adalah KORUPSI (Pasal 12 huruf e dan g).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Menguntungkan diri sendiri/ orang lain
- Melawan hukum
- Memaksa
- Menyalahgunakan kekuasaan
2. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain adalah KORUPSI (Pasal 12 huruf
f).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Saat bertugas
- Meminta/ menerima/ memotong
- Kepada pegawai negeri
- Seolah-olah PN yang lain punya hutang
- Hal tersebut bukan merupakan hutang
58
4. KORUPSI YG TERKAIT DGN PERMBUATAN PEMERASAN
24/4//2015 WST
59. 1. Pemborong berbuat curang adalah KORUPSI (Pasal 7 ayat 1).
Unsur-unsur :
- Pemborong
- Melakukan perbuatan curang
- Pada waktu membuat/ menyerahkan bangunan
- Membahayakan keamanan negara
2. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang adalah KORUPSI (Pasal 7 ayat 1).
Unsur-unsur :
- Pengawas
- Membiarkan kecurangan
- Sengaja
3. Rekanan TNI/ Polri berbuat curang adalah KORUPSI (Pasal 7 ayat 1).
4. Pengawas rekanan TNI/ Polri membiarkan perbuatan curang adalah KORUPSI (Pasal 7 ayat
1huruf d).
59
5. KORUPSI YG TERKAIT DGN PERBUATAN CURANG
24/4//2015 WST
60. 5. Penerima barang TNI/ Polri membiarkan perbuatan
curang adalah KORUPSI (Pasal 7 ayat 2).
6. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga
merugikan orang lain adalah KORUPSI (Pasal 12
huruf h).
24/4//2015 WST 60
61. 61
SUBYEK HUKUM
1. PEMBORONG
2. AHLI BANGUNAN
PENJUAL BAHAN
BANGUNAN
PETUGAS PENGAWAS
BANGUNAN
ORANG MENYERAHKAN
BAHAN BANGUNAN
SETIAP ORANG
MENYERAHKAN BARANG
KEPERLUAN TNI, POLRI
PERBUATAN
CURANG
SENGAJA
CURANG
CURANG
MEMBIARKAN
CURANG
PASAL 7 UU NO 20 TH 2001
PIDANA PENJARA PS 2 TH,
PALING LAMBAT 7 TH
PIDANA DENDA :
PS 100 JT PB.350 JT
1. PENERIMA BAHAN
BANGUNAN
2. PENERIMA
PENYERAHAN
BARANG
KEPERLUAN
TNI-POLRI
3. MEMBIARKAN
PERBUATAN
CURANG
24/4//2015 WST
62. 1. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang
diurusnya adalah KORUPSI (Pasal 12 huruf i).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Sengaja
- Langsung/ tidak langsung turut memborong
- Seharusnya mengurus/ mengawasi
62
6. KORUPSI YG TERKAIT DGN BENTURAN
KEPENTINGAN DLM PENGADAAN
24/4//2015 WST
63. 1. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak
lapor PK adalah KORUPSI (Pasal 12 B dan C).
Unsur-unsur :
- Pegawai negeri
- Menerima Gratifikasi
- Yang berhubungan dengan jabatan
- Tidak melapor ke KPK dalam 30 hari sejak
menerima
24/4//2015 WST 63
7. Korupsi yg Terkait Dgn
Gratifikasi
64. 64
Pasal 12 B UU 20/2001
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
24/4//2015 WST
65. GRATIFIKASI
24/4//2015 WST 65
Penjelasan Pasal 12 B
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gratifikasi” dalam ayat ini
adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik
66. 66
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1)
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat
menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status
gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
24/4//2015 WST
67. 67
Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan
pasal 12 B UU No. 20 Tahun 2001
• Pengecualian :Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
Pasal 12 C ayat (1):
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1)
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
24/4//2015 WST
68. 1. Delik yang dapat merugikan keuangan negara atau
2. perekonomian negara (Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
2. Delik penyuapan memberikan atau menjanjikan sesuatu Pasal 5 UU NO.
31 Tahun 1999 JO. UU NO. 20 Tahun 2001 yang diadopsi dari Pasal 209
KUHP (SUAP AKTIF).
3. Delik penyuapan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim
dan Advokat Pasal 6 UU NO. 31 Tahun 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001
yang diadopsi dari Pasal 210 KUHP (SUAP AKTIF).
DELIK – DELIK (TINDAK PIDANA) KORUPSI
( PUSAT PENERANGAN HUKUM KEJAKSAAN AGUNG RI
DOWNLOADS 20 NOV’2012 )
24/4//2015 68
WST
69. 4. Delik dalam hal membuat bangunan dan menjual bahan
bangunan dan korupsi dalam menyerahkan alat keperluan
TNI dan Kepolisian RI Pasal 7 UU. No. 31 Tahun 1999 Jo. UU
NO. 20 Tahun 2001 yang diadopsi dari Pasal 387 dan 388
KUHP.
5. Delik Pegawai Negeri menggelapkan Uang dan Surat
Berharga Pasal 8 UU. No. 31 Tahun 1999 Jo. UU NO. 20
Tahun 2001 yang diadopsi dari Pasal 415 KUHP.
6. Delik Pegawai Negeri memalsu buku-buku dan daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi Pasal 9 UU. No.
31 Tahun 1999 Jo. UU NO. 20 Tahun 2001 yang diadopsi dari
Pasal 416 KUHP.
24/4//2015 69
WST
70. 7. Delik Pegawai Negeri merusakkan barang, akta, surat, atau
daftar untuk meyakinkan/membuktikan di muka pejabat yang
berwenang Pasal 10 UU. No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20
Tahun 2001 yang diadopsi dari Pasal 417 KUHP.
8. Delik Pegawai Negeri menerima hadiah atau janji yang
berhubungan dengan kewenangan jabatan, Pasal 11 UU.
No.31 Tahun 1999 Jo. UU NO. 20 Tahun 2001 yang diadopsi
dari Pasal 418 KUHP.
9. Delik Pegawai Negeri atau penyelenggara negara, hakim dan
advokat menerima hadiah atau janji (suap pasif), Pegawai
Negeri memaksa membayar, memotong pembayaran,
meminta pekerjaan, menggunakan tanah negara, dan turut
serta dalam pemborongan, Pasal 12 UU. No.31 Tahun 1999
Jo. UU NO. 20 Tahun 2001 yang diadopsi dari Pasal 419,
420, 423, 425, 435 KUHP.
24/4//2015 70
WST
71. 10. Delik Pegawai Negeri menerima gratifikasi (Pegawai Negeri
atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
pemberian dalam arti luas, yakni : pemberian uang, rabat,
komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan
fasilitas lainnya (Pasal 12 B UU. No.20 Tahun 2001).
11. Delik suap pada Pegawai Negeri dengan mengingat
kekuasaan Jabatan Pasal 13 UU. No.31 Tahun 1999 Jo. UU
No.20 tahun 2001.
12. Delik yang berhubungan dengan hukum acara Pemberantasan
Korupsi :
Mencegah, merintangi/menggagalkan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan TPK (Pasal 21 UU. No.31
Tahun 1999).
24/4//2015 71
WST
72. 13. Tersangka tidak memberikan keterangan seluruh hartanya,
saksi bank, setiap saksi dan mereka yang wajib menyimpan
rahasia jabatan sengaja tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan yang palsu (Pasal 22 UU. No.31
Tahun 1999).
14. Delik saksi menyebut pelapor tindak pidana korupsi (Pasal 24
Jo. Pasal 31 UU. No.31 Tahun 1999).
24/4//2015 72
WST
73. 1. Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, ijin ekspor,
angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).
2. Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi
pajak).
3. Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender,
penunjukan langsung, mark up dll.).
4. Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan
(bea cukai).
5. Pungutan liar oleh oknum polisi, imigrasi, tenaga kerja.
6. Proses pembayaran termin proyek dari KPPN.
73
PRAKTEK-PRAKTEK KORUPSI
24/4//2015 WST
74. 24/4//2015 74
TITIK RAWAN TERJADINYA KORUPSI
DI PEMERINTAH DAERAH
1. Pengadaan Barang dan Jasa
2. Proses Perizinan & Pembuatan dokumen/Surat
Keterangan.
3. Pengelolaan Aset/Barang Milik Negara/Daerah
4. Pengelolaan Penerimaan Negara/Daerah/Pendapatan
Asli Daerah (Pajak, Retribusi, Denda)
5. Penggunaan APBD/APBN (Perjalanan Dinas, Honor)
WST
75. Ke mana arah perubahan?
Pemerintah
Masyarakat
Dunia Usaha
Pembaruan Tata
Kelola
Pemerintahan
(PTKP)
Judiciary aparatur
Public service sector
Political
representation
Good Corporate
Governance
CSR (Corporate Social
Resp)
Kode Etik (Code of
Conduct)
Gerakan anti
suap
Fair competition
Gerakan massive
Say NO to corruption
Masyarakat madani
yang tidak lagi permisif
terhadap perilaku
koruptif
Masy yg kritis, tidak
anarkhis
24/4//2015 WST 75
76. • Pemberantasan korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah
dan menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan) dengan peran serta masyarakat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Ada 3 (tiga) bentuk upaya pemberantasan korupsi
1. Pencegahan (antikorupsi/preventif)
2. Penindakan (penaggulangan/kontrakorupsi/represif)
3. Peran serta masyarakat
24/4//2015 WST 76
77. Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan
peluang bagi berkembangnya korupsi
Langkah-langkah anti korupsi :
1.Perbaikan sistem
- memperbaiki peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi)
menjadi simpel dan efisien
- memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan
pribadi
- menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga
dengan pemberian sanksi yang tegas
24/4//2015 WST 77
78. 2. Perbaikan manusianya
- Memperbaiki moral manusia sebagai umat
beriman
- Memperbaiki moral sebagai satu bangsa
- Meningkatkan kesadaran hukum dengan
sosialisasi dan pendidikan anti korupsi
- Mengentaskan kemiskinan & meningkatkan
kesejahteraan
- Memilih pemimpin yang bersih, jujur, anti
korupsi, cepat tanggap dan bisa menjadi
teladan
24/4//2015 WST 78
79. Kontra korupsi adalah kebijakan dan upaya-upaya
yang menitik beratkan aspek penindakan.
Pedoman dalam proses penindakan (Abdullah
Hehamahua)
- Hukuman bagi koruptor harus mengandung unsur
jera dan unsur pendidikan
- Penindakan harus bisa mengembalikan uang negara
yang dikorup
24/4//2015 WST 79
80. Dikeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi (ada 12 diktum)
1. Dorongan untuk melaporkan LHKPN
2. Perbantuan kepada KPK dalam LHKPN
- SE MENPAN Nomor 03/2005 tentang LHKPN
- SE MENPAN Nomor 05/2006 tentang LKHPN berisi
mekanisme penetapan, monitoring dan pelaporan
instansi
- SE MENPAN No 16/2006 tentang Monitoring dan
sanksi LHKPN
- SE MENPAN Nomor 01/2008 tentang peningkatan
ketaatan LHKPN
24/4//2015 WST 80
81. 3. Penetapan Kinerja
- Inpres No. 7/1999 [ tentang LAKIP
- SE MenPAN Nomor SE/31/M.PAN/12/2008
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indikator
Kinerja Utama Instansi Pemerintah.
4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
- SE MenPAN Nomor SE/04/M.PAN/4/2005 tentang
Peningkatan Pelayanan dan Supervisi Berjenjang.
- UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik.
5.Penetapan Program dan Wilayah Bebas Korupsi
- SE MenPAN Nomor SE/06/M.PAN/4/2005 tentang
Pelaksanaan Pakta Integritas
24/4//2015 WST 81
82. 6.Pengadaan barang dan jasa sesuai Perpres
Nomor 4 Tahun 2015
7. Kesederhanaan hidup
SE MenPAN Nomor 357/M.PAN/12/2001
perihal langkah-langkah efisiensi dan
penghematan serta hidup sederhana di
lingkungan aparat negara
8. Dukungan kepada penegak hukum
SE MenPAN Nomor 03/M.PAN/04/2007
tentang perlakuan pejabat yang terlibat KKN
24/4//2015 WST 82
83. 9. Kerjasama dengan KPK tentang kajian
sistem yang menimbulkan korupsi
10. Peningkatan dan pembinaan aparatur
11. Instruksi khusus ke menteri yang
disampaikan ke masing-masing instansi
12. Melaksanakan laporan pelaksanaan
Inpres Nomor 5 Tahun 2004
24/4//2015 WST 83
84. LANGKAH-LANGKAH ANTI KORUPSI
1. Perbaikan peraturan
Perund yg berlaku
2. Secara tegas kepemilkan
Negara
dan Pribadi
3. Memperbaiki cara kerja
pemerintah
4. Menegakkan etika frofesi dan tata tertib
lembaga dan memberikan sanksi yg
tegas
5. Menerapkan prinsip –prinsip Good
Governance
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
/memperkecil terjadinya human eror
PERBAIKAN SISTEM
24/4//2015 WST 84
85. PERAN MASYARAKAT
DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA
ADALAH HAK
@ CARI
@ MEMPEROLEH
@ MEMBERI
INFORMASI
PENYEL NEGARA
DAPAT LAYANAN
YANG ADIL
DAPAT PERLIN
DUNGAN HUKUM
SAMPAIKAN :
• SARAN
• PENDAPAT ATAS
KP PENYELENGGARA
NEGARA
24/4//2015 85
WST
86. PELAPOR
SETIAP
ORANG
ORGANISASI
MASYARAKAT
L S M
• INFORMASI
• SARAN
• PENDAPAT
KPD
PENEGAK
HUKUM TTG
DUGAAN
TPK
TERTULIS
BERIDENTITAS
PENEGAK
HUKUM
LAYANAN DAN JAWABAN
PERLINDUNGAN HUKUM
(STATUS HKM-RASA AMAN)
DAPAT PENGHARGAAN
(PIAGAM/PREMI 20/00 x NILAI KN)
1. MERAHASIAKAN
• IDENTITAS PELAPOR
• ISI INFORMASI
• PENDAPAT SARAN
2. BERI PENGAMANAN
FISIK PELAPOR + KLG
WAJIB
BERHAK
PP NO. 71 TH 2001
TATA CARA PELAKSANAAN PERAN
SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN
PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN TPK
24/4//2015 86
WST
89. INPRES NO. 24 TH 2004
PERCEPATAN
PEMBERANTASAN
KORUPSI
UNTUK SEGENAP JAJARAN
EKSEKUTIF PUSAT + DAERAH
☻
BANTU KPK TTG
LHK
☻ BUAT RENSTRA
☻ PEL PRIMA
PD MASYARAKAT
☻
PENETAPAN WILAYAH
BEBAS KORUPSI
☻ MELAKSANAKAN KEPRES
80/2003 MENCEGAH BOCOR
PEMBOROSAN APBN - APBD
☻
MENGKAJI SISTEM YANG
POTENSI TIMBULKAN TPK
DI LINGK. MASING-MASING
☻
MEMPERCEPAT PEMBERIAN
INFO PADA PENEGAK
HUKUM TTG TPK
☻
SEDERHANA DALAM DINAS
DAN HIDUP PRIBADI
PERCEPATAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
24/4//2015 89
WST
92. CARI PERMASALAHAN YG BERINDIKASI KORUPSI YANG ADA DALAM
PEMIKIRAN DI TIAP KELOMPOK
Permasahan
Yang Berindikasi
Korupsi
Bentuk / jenis
TPK
Unsur TPK Sanksi Upaya
Pencegahannya
1. …………
2. …………
3. …………
24/4//2015 WST 92
93. CARI PERMASALAHAN YG BERINDIKASI KKN YANG ADA
DALAM TUGAS TIAP KELOMPOK
Permasalahan yg
berindikasi korupsi
Unsur Jenis KKN,
korupsi,kolusi,
nepotisme
Upaya
pencegahan
1. ……………….
2. ……………….
3. ……………….
4. ……………….
5. ……………….
6. ………………..
24/4//2015 WST 93