SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
LAPORAN PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 04
PUTARAN KRITIS
Disusun Oleh
Ryanda Wahyu Nugroho
1807110015
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam peralatan maupun konstruksi pemesinan banyak sekali
ditemukan komponen-komponen yang berputar dan mekanisme yang
menyebabkan momen-momen disekitar batang ataupun poros. Poros dalam
hal ini memiliki banyak sekali fungsi pada aplikasi dunia industri
ataupun yang lainnya. Poros mempunyai peranan penting terutama
sebagai media penambah gaya yang menghasilkan kerja atupun sebagai
penghubung putaran dari satu komponen ke komponen yang lain.
Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada
pada keadaan lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung.
Pada titik putaran tertentu lengkungan poros tersebut mencapai nilai
yang maksimum. Putaran yang menyebabkan lengkungan poros mencapai
harga maksimum tersebut dinamakan dengan putaran kritis.
Keadaan yang demikian dinamakan dengan efek whirling shaft.
Pada kondisi seperti inibisa terjadi unbalancekarena putaran poros yang
tidak stabil lagi [1]. Unbalance ini menyebabkan distribusi massa yang
tidak seragam disepanjang poros atau lebih dikenal sebagai massa
unbalance [2].Dan pada akhirnya dapat terjadi kerusakkan pada
komponen atau mesin yang berhubungan dengan poros tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3. Mentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.
2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Getaran Bebas ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui karateristik poros.
2. Dapat mengetahui tentang piutaran kritis.
3. Dapat Menambah wawasan penulis terkait dengan objeck yang di kaji.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration)
pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah
putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi
disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor
listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya.
Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan-
kecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros
dapat berputar dengan sangat mulus pada kecepatan-kecepatan lainnya.
Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi sangat besar,
dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau getaran dapat
mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-komponen
sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana
ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil.
Getaran semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut
dengan olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada
suatu poros, atau kombinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa tersebut
berbeda, namun akan dapat ditunjukkan bahwa masing-masing dapat
ditangani dengan cara serupa dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi
pribadi dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastic, dan
menunjukkan karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan
pendekatan dan untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang
dipakai dan digunakan analisa sebuah system massa dan pegas yang sederhana.
16
a. Massa bergerak di bidang horizontal
Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound yang
diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer
melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan. Massa
dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan kemudian dilepaskan.
Ingin ditentukan tipe dari gerakan mana dapat menggunkan persamaan-
persamaan Newton dengan persamaan energi.
Gambar 2.1 (a) Massa Bergerak Horizontal, (b) Kerja yang dilakukan pada Pegas
b. Massa bergetar di suatu bidang vertical
Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan
sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut sejauh xo.
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari posisi
keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui geraknya sebagai
efek gravitasi.
Gambar 2.2 Getaran Massa
c. Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros poros
mebuntukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi,
17
meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatan kecepatan
yang lebih rendah atau lebih tinggi. Gambar dibawah menunjukkan sebuah
poros dengan panjang L cm ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya,
sebuah piringan yang dipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya
W Newton, aksi giroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan
diasuksikan poros bergerak melalui sebuah kopling yang bekerja tanpa
menahan lendutan poros.
Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat diabaikan, meskipun
hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros vertikal atau horizontal.
Apabila titik berat dari massa ada disumbu puntir, maka tidak akan ada kata
keseimbangan macam apapun yang dapt menyebabkan poros berputar disuatu
sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya, kondisi semacam
ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu jarak e yang boleh
dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik berat yang diluar
sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya inersia yang
mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan pusat poros dinyatakan
dengan r pada gambar dibawah :
Gambar 2.3 Olakan Poros
Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros pada
piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbu
bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat
disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia, untuk
sebuah massa yang berputar terhadap satu pusat tetap, adalah :
18
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah laju
pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada piringan.
Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol, dengan
termasuk gaya inersia, maka didapatkan :
Dengan menata kembali suku-sukunya
Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan
dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni kecepatan dimana
perbandingan r/e adalah takhingga. Operasi pada suatu kecepatan yang mendekati
kecepatan kritis juga tak dikehendaki karena besarnya perpindahan pusat
piringan dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi
dimana persamaan diatas sama dengan nol :
Konstanta k dapat dinyatakan dalam bermacam cara, misalnya seperti
konstanta yang diperoleh dari persamaan lendutan sebuah poros dengan
tumpuan sederhana dibawah aksi suatu beban P,
Perbandingan P/r mendefinisikan laju pegas k menjadi
Khusus untuk poros yang sedang dibahas ini, kecepatan kritis dapat
dinyatakan dengan
19
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalam
suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang sama dengan
berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultane akan berupa lendutan static dari
poros horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut dinamakan
xst Jadi,
d. Efek gesekan terhadap kecepatan kritis
Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya menunjukkan
suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada kecepatan kritis,
namun kondisi semacam ini secara praktek tidak mungkin. Menurut hasil-hasil
yang diperoleh dari persamaan teoritik, poros yang berputar pada putaran
kritis tentu saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi, kita tahu bahwa poros-poros
yang berjalan pada kecepatan kritis tidak perlu patah, dan mungkin berjalan
dengan sangat kasar tetapi tanpa distorsi permanen.
Gambar 2.4 Efek Gesekan terhadap Putaran Kritis
Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakan
dihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat kecil.
20
Gambar 2.5 Grafik Kecepatan Olakan Tanpa Gesekan
Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi (dimensionless
ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman, ditunjukkan
dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo resonansi.
Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau kecepatan kritis.
Gambar 2.6 Model fisik poros dengan beban ditengah
Gambar 2.7 Model fisik poros dengan beban sembarang
π‘˜ =
π‘š Γ— 𝑔
𝛿
21
𝑁𝑐 =
60
2πœ‹
√
π‘˜
π‘š
Keterangan :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (π‘š/𝑠2
)
𝛿 = Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)
𝑁𝑐 = Putaran kritis poros (rpm)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putaran-putaran kritis 𝑁𝑐1, 𝑁𝑐2, 𝑁𝑐3,..., dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem 𝑁𝑐0 dapat ditentukan oleh:
1
2
=
1
2
+
1
2
+
1
2
…
𝑁𝑐0 𝑁𝑐1 𝑁𝑐2 𝑁𝑐3
Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula
bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang berlebihan,
sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional
terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan diferensial untuk menentukan
defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi kecil dibandingkan dengan
panjangnya poros.
22
Gambar 2.8 Diagram benda bebas poros dengan beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai satu beban dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
𝛿 =
𝑃 Γ— π‘Ž Γ— 𝑏
6 Γ— 𝐸 Γ— 𝐼 Γ— 𝐿
(𝐿2
Γ— π‘Ž2
Γ— 𝑏2
)
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai dua beban dan tiga beban ditentukan
dengan metode superposisi.
2.2.2 Definisi Putaran Kritis
Apabila pada suatu poros yang didukung diantara dua bantalan
dipasang disk maka poros tersebut akan mengalami defleksi statis. Defleksi
tersebut disebabkan oleh berat disk (jika massa poros diabaikan). Defleksi
akan bertambah besar akibat gaya sentrifugal pada saat poros berputar.
Putaran kritis poros adalah putaran yang mengakibatkan
terjadinya defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan
poros berputar sambil bergetar dengan amplitudo yang besar. Gejala
ini disebut whirling shaft. Terjadinya whirling shaftpada permesinan
dapat mengakibatkan:
ο‚· Timbulnya getaran yang berlebihan, getaran ini kemudian
diinduksikan ke komponen mesin lainnya dan sekelilingnya.
23
ο‚· Kerusakan mekanik. Hal ini disebabkan oleh:
- Tegangan bending yang besar pada poros.
- Gesekan antara poros dan rumah.
- Beban yang diterima bearing menjadi berlebih.
ο‚· Pada akhirnya, semua hal diatas akan memperpendek umur
(komponen) mesin.
Untuk menguraikan terjadinya gejala whirling shaft, berikut ini
kita akan menganalisa suatu model poros dengan panjang L
yang dipasangi disk dengan berat M kemudian poros tersebut
diputar dengan kecepatan .Poros tersebut ditumpu oleh bantalan A
dan B.Skema poros yang terdefleksi bisa dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Poros yang terdefleksi
Dimana :
M = massa disk
G = Pusat berat disk
 = kecepatan sudut poros
K = konstanta pegas poros
e = jarak dari pusat berat disk sampai pusat poros
r = jarak dari pusat poros sampai pusat putaran
Poros akan melentur kalau diputar. Untuk kecepatan
sudut tertentu akan terjadi kesetimbangan antara gaya inersia yang
timbul dengan gaya pegas dari poros.
24
Bila n adalah frekuensi natural disk, maka nilai n
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: sehingga
persamaan di atas menjadi :
Dari persamaan di atas, maka:
ο‚· Untuk << n, maka /nο‚»0, r/e ο‚»0, atau r ο‚»0. Ini berarti poros tidak
melengkung.
ο‚· Untuk > n, maka /n> 1, dan r/e = negatif. Ini berarti pusat
poros dan pusat disk berada pada pihak yang berlawanan terhadap
sumbu putar.
ο‚· Untuk >>n, maka harga /n besar sekali dan r/e = -1 atau r = -e.
Ini berarti bahwa pusat berat disk hampir berada pada sumbu
putar, atau dengan kata lain sumbu putar hampir tidak melengkung.
ο‚· Untuk = n,maka /n= 1, dan r/e = ο‚₯. Ini menunjukkan bahwa harga
r besar sekali dan poros bergetar keras sekali. Gejala ini disebut
whirling shaft. Whirling shaft terjadi apabila frekuensi putaran poros
sama dengan frekuensi natural disk. Bila c adalah putaran kritis poros,
maka whirling shaft terjadi bila:
25
2.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental
dan analisa secara teoritis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek
whirling terhadap disk yang diputar pada poros panjang yang akan
diputar dengan motor. Disk diletakkan dengan jarak yang
divariasikanuntuk mengetahui pengaruh dan efek whirling-nya.
Gambar 2.10 Test Rig
Dari penelitian ini didapatkan respon percepatan dari getaran
yang disebabkan karena poros yang berputar pada bagian
bantalannya. Dari respon percepatan ini akan diketahui putaran kritis
yang terjadi padabeberapa variasi penelitian ini. Namun, pada
penelitian ini belum dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai
putaran kritis dan mengamati efek whirling shaft dengan variasi jarak
disk dan massa disknya. Hasil respon percepatan pada penelitianini
bisa dilihat pada Gambar 2.11. Respon percepatan pada Bantalan.
Gambar 2.11. Respon Percepatan pada Bantalan Arah Horisontal
26
2.3 Teori Dasat Alat uji
a. Tachometer
Alat ini digunakan untuk menghitung kecepatan dari massa yang berada
pada poros yang akan di uji pada percobaan yang dilakukan kami
menggunakan tachometer digital dengan satuan rpm.
b. Mistar
Digital untuk mengukur jarak agar menvariasikan massa possi massa rotor
15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum putaran kritis ini adalah sebagai
berikut :
1. Alat uji putaran kritis
Terdiri dari motor, poros, slide regulator dan bantalan
2. Beban (2 variasi massa)
Agar mendapatkan fenomena-fenomena yang berbeda dari setiap massa
yang diberikan.
3. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran kritis yang terjadi pada poros secara
aktual. Tachometer yang digunakan dengan satuan rpm.
4. Mistar
Digunakan untuk mengukur panjang poros dan jarak pemberian beban
pada poros.
5. Kunci L mm
Digunakan untuk membuka baut pada beban, agar beban dapat diubah-
ubah posisinya.
3.2 Prosedur Pratikum
Adapun prosedur pratikum putaran kritis ini adalah sebagai berikut :
1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk (dibantu asisten)
2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan,
dan peralatan lain dalam keadaan baik.
3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya
4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator
5. Hitung putaran-putaran poros
6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda.
7. Tambahkan pembebanan dengan menambahkan 1buah rotor.
8. Lakukan kembali prosedur 3-6 hingga semua data diperoleh.
9. Catatlah data pengujian pada tabel.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Pengujian
Adapun data pengujian yang telah diberikan pada percobaan putaran kritis
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Pengujian Putaran Kritis
L (m) V a (m) b (m)
Nc
(Rpm)
M (kg)
0.64
100
0.18 0.46
1426
1.65
125 1432
150 1436
100
0.36 0.28
1425
125 1466
150 1468
100
0.54 0.1
1470
125 1478
150 1480
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Dengan 1 Beban
 Posisi 1
m = 1,65 kg
Panjang a = 0.18 m
Panjang b = 0.46 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125 dan 150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
18
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 16,1865 𝑁
 Perhitungan defleksi
2 2 2
( )
6
P a b
L a b
E I L

οƒ— οƒ—
ο€½ ο€­ ο€­
οƒ— οƒ— οƒ—
𝛿 =
16,1865𝑁 . 0,18π‘š . 0,46π‘š
6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š
((0,64π‘š)2
βˆ’ (0,18π‘š)2
βˆ’
(0,46π‘š)2
)
𝛿 = 0,00003875π‘š
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
π‘˜ =
16,1865 𝑁
0.00003875π‘š
= 417716,129 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
417716,129𝑁 /π‘š
1,65
= 4804,7408π‘Ÿπ‘π‘š
 Posisi 2
m = 1.65 kg
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
d = 0,02 m
19
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125,150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 16,1865 𝑁
 Perhitungan defleksi
2 2 2
( )
6
P a b
L a b
E I L

οƒ— οƒ—
ο€½ ο€­ ο€­
οƒ— οƒ— οƒ—
𝛿 =
16,1865𝑁 . 0,36π‘š . 0,28π‘š
6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š
((0,64π‘š)2
βˆ’ (0,36π‘š)2
βˆ’
(0,28π‘š)2
)
𝛿 = 0,00005743π‘š
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
π‘˜ =
16,1865 𝑁
0.00005743π‘š
= 281847,466 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
281847,4664π‘š
1,65
= 3946,721 π‘Ÿπ‘π‘š
20
 Posisi 3
m = 1,65 kg
Panjang a = 0,54 m
Panjang b = 0,1 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 Pa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 16,1865 𝑁
 Perhitungan defleksi
2 2 2
( )
6
P a b
L a b
E I L

οƒ— οƒ—
ο€½ ο€­ ο€­
οƒ— οƒ— οƒ—
𝛿 =
16,1865𝑁 . 0,54π‘š . 0,1π‘š
6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š
((0,64π‘š)2
βˆ’ (0,54π‘š)2
βˆ’ (0,1π‘š)2
)
𝛿 = 0,00001648π‘š
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
π‘˜ =
16,1865 𝑁
0.00001648π‘š
= 982190,533 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
21
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
982190 ,533π‘š
1,65
= 7367,621 π‘Ÿπ‘π‘š
4.2.2 Dengan 2 Beban
 Posisi 1
m = 3.3 kg
Panjang a = 0.18 m
Panjang b = 0.46 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125 dan 150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 3.3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 32,373 𝑁
 Perhitungan defleksi
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
𝑃.π‘Ž
24.𝐸.𝐼
(3 .𝐿2
βˆ’ 4 . π‘Ž2
)
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
32.373N . 0,18m
24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š2
(3(0,64π‘š)2
βˆ’ 4(0,18m)2
)
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0001367 π‘š
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
22
π‘˜ =
32,373 𝑁
0.0001367π‘š
= 236817,849 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
236817,849/π‘š
3,3
= 2558,124 π‘Ÿπ‘π‘š
 Posisi 2
m = 3.3 kg
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125,150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 3,3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 32,373 𝑁
 Perhitungan defleksi
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
𝑃.π‘Ž
24.𝐸.𝐼
(3 .𝐿2
βˆ’ 4 . π‘Ž2
)
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
32.373N . 0,28m
24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 . 7,85 x10βˆ’9π‘š2
(3(0,64π‘š)2
βˆ’ 4(0,28m)2
)
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0000292 π‘š
23
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
π‘˜ =
3,373 𝑁
0,0000292π‘š
= 115513,698 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
115513.698 π‘š
3,3
= 1786,615 π‘Ÿπ‘π‘š
 Posisi 3
m = 3,3 kg
Panjang a = 0,54 m
Panjang b = 0,1 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 Pa
V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt
 Perhitungan inersia
4
64
D
I
 οƒ—
ο€½
𝐼 =
3,14 . (0,02 m)4
64
= 0,00000000785 m4
 Perhitungan gaya pada poros
P m g
ο€½ οƒ—
𝑃 = 3,3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2
= 32,372 𝑁
 Perhitungan defleksi
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
𝑃.π‘Ž
24.𝐸.𝐼
(3 .𝐿2
βˆ’ 4 . π‘Ž2
)
24
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ =
32.373N . 0,54m
24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 . 7,85 x10βˆ’9π‘š2
(3(0,64π‘š)2
βˆ’ 4(0,54m)2
)
π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0000305 π‘š
 Perhitungan konstanta kekakuan poros
P
k

ο€½
π‘˜ =
32,373 𝑁
0,0000305 π‘š
= 1061409,836 𝑁/π‘š
 Perhitungan putaran kritis
60
2
k
Nc
m

ο€½
οƒ—
𝑁𝑐 =
60
2.πœ‹
√
1061409 ,836 π‘š
3,3 π‘˜π‘”
= 5415,717 π‘Ÿπ‘π‘š
2 Beban
L (m) v a (m) b (m)
Nc
Actual
(Rpm)
m(kg)
P
(N)
I
(m4)
Ξ΄ (m) K (N/m)
Nc
Teoritis
(rpm)
0.64
100
0.18 0.46
1426
3.3
16.1865
7.85x10
-9
0.0001367 236817.849 2558.124
125 1432 0.0001367 236817.849 2558.124
150 1436 0.0001367 236817.849 2558.124
100
0.36 0.28
1425 0.0000292 115513.698 1786.615
125 1466 0.0000292 115513.698 1786.615
150 1468 0.0000292 115513.698 1786.615
100
0.54 0.1
1470 0.0000305 1061409.856 5415.717
125 1478 0.0000305 1061409.856 5415.717
150 1480 0.0000305 1061409.856 5415.717
25
4.1 Tabel Hasil Pengolahan Data 1 Beban
1 Beban
L
(m)
v
a
(m)
b (m)
Nc
Actual
(Rpm)
m(kg)
P
(N)
I
(m4)
Ξ΄ (m) K (N/m)
Nc
Teoritis
(rpm)
0.64
100
0.18 0.46
1426
1.65
16.1865
7.85x10
-9
0.00003875 417716.129 4804.741
125 1432 0.00003875 417716.129 4804.741
150 1436 0.00003875 417716.129 4804.741
100
0.36 0.28
1425 0.00005743 281847.466 3946.721
125 1466 0.00005743 281847.466 3946.721
150 1468 0.00005743 281847.466 3946.721
100
0.54 0.1
1470 0.00001648 982190.533 7367.621
125 1478 0.00001648 982190.533 7367.621
150 1480 0.00001648 982190.533 7367.621
Tabel Hasil 4.2 Hasil Pengolahan Data 2 Beban
4.3 Analisa Data
Berdasarkan data dan hasil perhitungan data yang di peroleh, putaran kritis
pada poros tidak hanya di pengaruhi oleh kecepatan putarannya saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor memiliki
beban yang mempengaruhi batang poros.
Jadi nilai kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin jauh
pada posisi tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak di tengah maka
defleksi akan semakin besar dan putaran semakin tak seimbang
26
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum Putaran Kritis adalah
sebagai berikut:
1. Jadi semakin dekat posisi rotor terhadap motor nya maka defleksi yang
di hasilkan akan semakin kecil dan kecepatan yang di hasilkan juga
akan semakin besar apabila posisi rotor dekat terhadap motor.
2. Poros yang di beri beban dan diputar dengan kecepatan tertentu pasti
mempunyai batas kritis nya atau memiliki putaran kritisnya.
3. Pada putaran dan beban tertentu maka poros dapat mengalami putaran
kritis karena adanya beda antara batas maksimum poros yang berputar
dan batas poros yang dalam keadaan diam
4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk dia meter poros yang
sama, semakin panjang poros, maka putaran kritisnyaakan semakin
cepat tercapai.Sedangkan peletakkan jarak disk pada poros tidak
terlalu berpengaruh terhadap putaran kritis karena panjang porosnya
sama.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Agar lebih memahami materi pratikum
2. Lebih Teliti Dalam Menghitung
3. Untuk kede pan nya agar pratikum bisa berjalan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Thomson,W,T., Theory of vibration with applications,4th ed., prentice Hall, 1993
Rao,S.S.,Mechanical Vibrations,Addison-Wesley,1986
William T. Thomsun. 1998. Thori of Vibration with Application Practice. Hall int
London
Jabir, Ahmad. 2003. Perilaku Dinamik Sistem Poros Rotor dengan Cacat Retak.
Swanson, Erik. 2005. A Practical Review of Rotating Machinery Critical
Speeds and Modes. New Jersey.
LAMPIRAN
TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM
1. Turunkan solusi persamaan diferensial gerak sistem getaran bebas yang
dinyatakan di persamaan (3.7) untuk kondisi awal berupa simpangan
Jawab :
Diketahui : 𝐼0 =
1
12
𝑀𝐿2
sin πœƒ β‰ˆ πœƒ sin πœƒ β‰ˆ πœƒ
π‘₯ = π‘Ž sinπœƒ π‘₯ = 𝑏sin πœƒ
π‘₯ = π‘Ž πœƒ 𝐢π‘₯Μ‡ = πΆπ‘Ž πœƒΜ‡ π‘₯ = 𝑏 πœƒ 𝐢π‘₯Μ‡ = 𝐾𝑏 πœƒΜ‡
π‘₯ = π‘Ž πœƒΜ‡ π‘˜π‘₯ = 𝑏 πœƒ
𝛴𝑀 = 0
[π‘€π‘ƒπ‘Ž. π‘Ž +
1
12
𝑀𝐿2
+
𝑀𝐿
2
βˆ—
𝐿
2
]πœƒ +
̈ πΆπ‘Ž πœƒΜ‡.π‘Ž + 𝐾𝑏 πœƒ.
Μ‡ 𝑏 = 0
[π‘€π‘ƒπ‘Ž2
+
𝑀𝐿2
12
+
𝑀𝐿2
4
] πœƒ +
̈ πΆπ‘Ž2
πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2
πœƒΜ‡ = 0
[π‘€π‘ƒπ‘Ž2
+
𝑀𝐿2
+ 3 𝑀𝐿2
12
]πœƒ +
̈ πΆπ‘Ž2
πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2
πœƒΜ‡ = 0
[π‘€π‘ƒπ‘Ž2
+
𝑀𝐿2
3
] πœƒΜˆ + πΆπ‘Ž2
πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2
πœƒΜ‡ = 0
2. Turunkan asal-usul penentuan konstanta pegas di persamaan (3.6) dan (3.8).
Jawab :
Rumus πœ”π‘› = √
π‘˜
π‘š
𝑓 =
1
𝑇
πœ”π‘› = 2πœ‹π‘“ β†’
2πœ‹
𝑇
2πœ‹
𝑇
= √
π‘˜
π‘š
β†’
π‘˜
π‘š
= (
2πœ‹
𝑇
)
2
β†’ π‘˜
4πœ‹2
𝑇𝑛
π‘š
3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam
yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan.
Dalam hal ini faktor redaman, 𝜁<1 (sistem teredam kurang atau underdamped
Jawab :
Dari persamaan gerak newton 𝛴𝐹 = π‘š.π‘Ž = π‘š
𝑑2
π‘₯
𝑑𝑑2 β†’ Percepatan Komponen
gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan, gaya
pemulih berbanding lurus dengan simpangannya.
𝐹𝑝 = βˆ’π‘˜π‘₯
Gaya hambat adalah meredam gaya pemulih
πΉβ„Ž = βˆ’π‘π‘£ = βˆ’π‘
𝑑π‘₯
𝑑𝑑
Disubtitusikan.
𝑀
𝑑2
π‘₯
𝑑𝑑2
+
𝑏𝑑π‘₯
𝑑𝑑
+ π‘˜π‘₯ = 0
π‘€π‘’π‘˜ πœƒΜˆ + πΆπ‘’π‘˜πœƒΜ‡ + π‘˜π‘’π‘˜π‘₯ = 0
4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut.
Jawab :
Yang bisa dipercaya adalah solusi teoritik karena solusi teoritik telah
mempunyai rumus standar yang telah disepakati dibandingkan solusi hasil uji.
Kebanyakan praktikan mengalami kesalaha dalam pengambilan data ( Human
error )

More Related Content

What's hot

51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
oto09
Β 
Analisis momentum aliran fluida
Analisis momentum aliran fluidaAnalisis momentum aliran fluida
Analisis momentum aliran fluida
Rock Sandy
Β 
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
Β 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
ndirocket
Β 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Dewi Izza
Β 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
Ahmad Wiratama
Β 

What's hot (20)

Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
Β 
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGANMEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
MEKANIKA TEKNIK - TEGANGAN
Β 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
Β 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)
Β 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
Β 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Β 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
Β 
Analisis momentum aliran fluida
Analisis momentum aliran fluidaAnalisis momentum aliran fluida
Analisis momentum aliran fluida
Β 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Β 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Β 
TEGANGAN
TEGANGANTEGANGAN
TEGANGAN
Β 
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Β 
Kuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkapKuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkap
Β 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)
Β 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
Β 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
Β 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Β 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Β 
Elemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andriElemen mesin 2 andri
Elemen mesin 2 andri
Β 
2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat2. analisis tenaga alat berat
2. analisis tenaga alat berat
Β 

Similar to Laporan akhir putaran kritis ryanda wahyu nugroho_1807110015

9 rigid body dynamics.pdf
9 rigid body dynamics.pdf9 rigid body dynamics.pdf
9 rigid body dynamics.pdf
a a
Β 
Principles of biomechanics
Principles of biomechanicsPrinciples of biomechanics
Principles of biomechanics
P Krishna Kumar
Β 
12 rotational motion 2
12 rotational motion 212 rotational motion 2
12 rotational motion 2
IZZUDIN IBRAHIM
Β 

Similar to Laporan akhir putaran kritis ryanda wahyu nugroho_1807110015 (20)

Physics 9
Physics 9Physics 9
Physics 9
Β 
15 bcm0081 assign 2
15 bcm0081 assign 215 bcm0081 assign 2
15 bcm0081 assign 2
Β 
Balancing of coupled locomotivies
Balancing of coupled locomotiviesBalancing of coupled locomotivies
Balancing of coupled locomotivies
Β 
AP Physics C Rotational Motion
AP Physics C Rotational MotionAP Physics C Rotational Motion
AP Physics C Rotational Motion
Β 
Propulsion 2 notes
Propulsion 2 notesPropulsion 2 notes
Propulsion 2 notes
Β 
Investigating the Physics of Cylindrical Motion
Investigating the Physics of Cylindrical MotionInvestigating the Physics of Cylindrical Motion
Investigating the Physics of Cylindrical Motion
Β 
Ch09 ssm
Ch09 ssmCh09 ssm
Ch09 ssm
Β 
Cinematica y dinamica de motores
Cinematica y dinamica de motoresCinematica y dinamica de motores
Cinematica y dinamica de motores
Β 
MANUAL SAP2000 - VIGAS - CARGAS INTERNAS
MANUAL SAP2000 - VIGAS - CARGAS INTERNASMANUAL SAP2000 - VIGAS - CARGAS INTERNAS
MANUAL SAP2000 - VIGAS - CARGAS INTERNAS
Β 
9 rigid body dynamics.pdf
9 rigid body dynamics.pdf9 rigid body dynamics.pdf
9 rigid body dynamics.pdf
Β 
Star Fish2 Nus 021511
Star Fish2 Nus 021511Star Fish2 Nus 021511
Star Fish2 Nus 021511
Β 
Spring
SpringSpring
Spring
Β 
Principles of biomechanics
Principles of biomechanicsPrinciples of biomechanics
Principles of biomechanics
Β 
Ch 8 Rotational Kinematics
Ch 8 Rotational KinematicsCh 8 Rotational Kinematics
Ch 8 Rotational Kinematics
Β 
Unit 8: Torsion of circular shafts and elastic stability of columns
Unit 8: Torsion of circular shafts and elastic stability of columnsUnit 8: Torsion of circular shafts and elastic stability of columns
Unit 8: Torsion of circular shafts and elastic stability of columns
Β 
Plastic bottle analysis
Plastic bottle analysisPlastic bottle analysis
Plastic bottle analysis
Β 
Pivots.pptx
Pivots.pptxPivots.pptx
Pivots.pptx
Β 
Physics 10
Physics 10Physics 10
Physics 10
Β 
12 rotational motion 2
12 rotational motion 212 rotational motion 2
12 rotational motion 2
Β 
Review of Compression Helical Spring for Two Wheeler Suspension Systems
Review of Compression Helical Spring for Two Wheeler Suspension SystemsReview of Compression Helical Spring for Two Wheeler Suspension Systems
Review of Compression Helical Spring for Two Wheeler Suspension Systems
Β 

Recently uploaded

UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and workingUNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
rknatarajan
Β 
AKTU Computer Networks notes --- Unit 3.pdf
AKTU Computer Networks notes ---  Unit 3.pdfAKTU Computer Networks notes ---  Unit 3.pdf
AKTU Computer Networks notes --- Unit 3.pdf
ankushspencer015
Β 
UNIT - IV - Air Compressors and its Performance
UNIT - IV - Air Compressors and its PerformanceUNIT - IV - Air Compressors and its Performance
UNIT - IV - Air Compressors and its Performance
sivaprakash250
Β 

Recently uploaded (20)

Java Programming :Event Handling(Types of Events)
Java Programming :Event Handling(Types of Events)Java Programming :Event Handling(Types of Events)
Java Programming :Event Handling(Types of Events)
Β 
CCS335 _ Neural Networks and Deep Learning Laboratory_Lab Complete Record
CCS335 _ Neural Networks and Deep Learning Laboratory_Lab Complete RecordCCS335 _ Neural Networks and Deep Learning Laboratory_Lab Complete Record
CCS335 _ Neural Networks and Deep Learning Laboratory_Lab Complete Record
Β 
Introduction to Multiple Access Protocol.pptx
Introduction to Multiple Access Protocol.pptxIntroduction to Multiple Access Protocol.pptx
Introduction to Multiple Access Protocol.pptx
Β 
KubeKraft presentation @CloudNativeHooghly
KubeKraft presentation @CloudNativeHooghlyKubeKraft presentation @CloudNativeHooghly
KubeKraft presentation @CloudNativeHooghly
Β 
Booking open Available Pune Call Girls Koregaon Park 6297143586 Call Hot Ind...
Booking open Available Pune Call Girls Koregaon Park  6297143586 Call Hot Ind...Booking open Available Pune Call Girls Koregaon Park  6297143586 Call Hot Ind...
Booking open Available Pune Call Girls Koregaon Park 6297143586 Call Hot Ind...
Β 
UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and workingUNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
UNIT-V FMM.HYDRAULIC TURBINE - Construction and working
Β 
Online banking management system project.pdf
Online banking management system project.pdfOnline banking management system project.pdf
Online banking management system project.pdf
Β 
BSides Seattle 2024 - Stopping Ethan Hunt From Taking Your Data.pptx
BSides Seattle 2024 - Stopping Ethan Hunt From Taking Your Data.pptxBSides Seattle 2024 - Stopping Ethan Hunt From Taking Your Data.pptx
BSides Seattle 2024 - Stopping Ethan Hunt From Taking Your Data.pptx
Β 
AKTU Computer Networks notes --- Unit 3.pdf
AKTU Computer Networks notes ---  Unit 3.pdfAKTU Computer Networks notes ---  Unit 3.pdf
AKTU Computer Networks notes --- Unit 3.pdf
Β 
High Profile Call Girls Nagpur Meera Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
High Profile Call Girls Nagpur Meera Call 7001035870 Meet With Nagpur EscortsHigh Profile Call Girls Nagpur Meera Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
High Profile Call Girls Nagpur Meera Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
Β 
Sheet Pile Wall Design and Construction: A Practical Guide for Civil Engineer...
Sheet Pile Wall Design and Construction: A Practical Guide for Civil Engineer...Sheet Pile Wall Design and Construction: A Practical Guide for Civil Engineer...
Sheet Pile Wall Design and Construction: A Practical Guide for Civil Engineer...
Β 
The Most Attractive Pune Call Girls Manchar 8250192130 Will You Miss This Cha...
The Most Attractive Pune Call Girls Manchar 8250192130 Will You Miss This Cha...The Most Attractive Pune Call Girls Manchar 8250192130 Will You Miss This Cha...
The Most Attractive Pune Call Girls Manchar 8250192130 Will You Miss This Cha...
Β 
Call Girls in Nagpur Suman Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
Call Girls in Nagpur Suman Call 7001035870 Meet With Nagpur EscortsCall Girls in Nagpur Suman Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
Call Girls in Nagpur Suman Call 7001035870 Meet With Nagpur Escorts
Β 
Porous Ceramics seminar and technical writing
Porous Ceramics seminar and technical writingPorous Ceramics seminar and technical writing
Porous Ceramics seminar and technical writing
Β 
Processing & Properties of Floor and Wall Tiles.pptx
Processing & Properties of Floor and Wall Tiles.pptxProcessing & Properties of Floor and Wall Tiles.pptx
Processing & Properties of Floor and Wall Tiles.pptx
Β 
(ANVI) Koregaon Park Call Girls Just Call 7001035870 [ Cash on Delivery ] Pun...
(ANVI) Koregaon Park Call Girls Just Call 7001035870 [ Cash on Delivery ] Pun...(ANVI) Koregaon Park Call Girls Just Call 7001035870 [ Cash on Delivery ] Pun...
(ANVI) Koregaon Park Call Girls Just Call 7001035870 [ Cash on Delivery ] Pun...
Β 
UNIT - IV - Air Compressors and its Performance
UNIT - IV - Air Compressors and its PerformanceUNIT - IV - Air Compressors and its Performance
UNIT - IV - Air Compressors and its Performance
Β 
Glass Ceramics: Processing and Properties
Glass Ceramics: Processing and PropertiesGlass Ceramics: Processing and Properties
Glass Ceramics: Processing and Properties
Β 
College Call Girls Nashik Nehal 7001305949 Independent Escort Service Nashik
College Call Girls Nashik Nehal 7001305949 Independent Escort Service NashikCollege Call Girls Nashik Nehal 7001305949 Independent Escort Service Nashik
College Call Girls Nashik Nehal 7001305949 Independent Escort Service Nashik
Β 
MANUFACTURING PROCESS-II UNIT-1 THEORY OF METAL CUTTING
MANUFACTURING PROCESS-II UNIT-1 THEORY OF METAL CUTTINGMANUFACTURING PROCESS-II UNIT-1 THEORY OF METAL CUTTING
MANUFACTURING PROCESS-II UNIT-1 THEORY OF METAL CUTTING
Β 

Laporan akhir putaran kritis ryanda wahyu nugroho_1807110015

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR TA 2020-2021 MODUL 04 PUTARAN KRITIS Disusun Oleh Ryanda Wahyu Nugroho 1807110015 LABORATORIUM KONVERSI ENERGI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2020
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam peralatan maupun konstruksi pemesinan banyak sekali ditemukan komponen-komponen yang berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen-momen disekitar batang ataupun poros. Poros dalam hal ini memiliki banyak sekali fungsi pada aplikasi dunia industri ataupun yang lainnya. Poros mempunyai peranan penting terutama sebagai media penambah gaya yang menghasilkan kerja atupun sebagai penghubung putaran dari satu komponen ke komponen yang lain. Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada keadaan lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada titik putaran tertentu lengkungan poros tersebut mencapai nilai yang maksimum. Putaran yang menyebabkan lengkungan poros mencapai harga maksimum tersebut dinamakan dengan putaran kritis. Keadaan yang demikian dinamakan dengan efek whirling shaft. Pada kondisi seperti inibisa terjadi unbalancekarena putaran poros yang tidak stabil lagi [1]. Unbalance ini menyebabkan distribusi massa yang tidak seragam disepanjang poros atau lebih dikenal sebagai massa unbalance [2].Dan pada akhirnya dapat terjadi kerusakkan pada komponen atau mesin yang berhubungan dengan poros tersebut. 1.2 Tujuan Percobaan 1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan. 2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan yang telah ditentukan. 3. Mentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi tegangan.
  • 3. 2 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum Getaran Bebas ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui karateristik poros. 2. Dapat mengetahui tentang piutaran kritis. 3. Dapat Menambah wawasan penulis terkait dengan objeck yang di kaji.
  • 4. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar 2.1.1 Putaran Kritis Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan- kecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada kecepatan-kecepatan lainnya. Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau getaran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau kombinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat ditunjukkan bahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastic, dan menunjukkan karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan analisa sebuah system massa dan pegas yang sederhana.
  • 5. 16 a. Massa bergerak di bidang horizontal Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan. Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan mana dapat menggunkan persamaan- persamaan Newton dengan persamaan energi. Gambar 2.1 (a) Massa Bergerak Horizontal, (b) Kerja yang dilakukan pada Pegas b. Massa bergetar di suatu bidang vertical Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut sejauh xo. Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui geraknya sebagai efek gravitasi. Gambar 2.2 Getaran Massa c. Olakan Poros Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros poros mebuntukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi,
  • 6. 17 meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatan kecepatan yang lebih rendah atau lebih tinggi. Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L cm ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang dipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksi giroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasuksikan poros bergerak melalui sebuah kopling yang bekerja tanpa menahan lendutan poros. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat diabaikan, meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros vertikal atau horizontal. Apabila titik berat dari massa ada disumbu puntir, maka tidak akan ada kata keseimbangan macam apapun yang dapt menyebabkan poros berputar disuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya, kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya inersia yang mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan pusat poros dinyatakan dengan r pada gambar dibawah : Gambar 2.3 Olakan Poros Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros pada piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbu bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia, untuk sebuah massa yang berputar terhadap satu pusat tetap, adalah :
  • 7. 18 Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol, dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan : Dengan menata kembali suku-sukunya Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni kecepatan dimana perbandingan r/e adalah takhingga. Operasi pada suatu kecepatan yang mendekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki karena besarnya perpindahan pusat piringan dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas sama dengan nol : Konstanta k dapat dinyatakan dalam bermacam cara, misalnya seperti konstanta yang diperoleh dari persamaan lendutan sebuah poros dengan tumpuan sederhana dibawah aksi suatu beban P, Perbandingan P/r mendefinisikan laju pegas k menjadi Khusus untuk poros yang sedang dibahas ini, kecepatan kritis dapat dinyatakan dengan
  • 8. 19 Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalam suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang sama dengan berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultane akan berupa lendutan static dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut dinamakan xst Jadi, d. Efek gesekan terhadap kecepatan kritis Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya menunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada kecepatan kritis, namun kondisi semacam ini secara praktek tidak mungkin. Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan teoritik, poros yang berputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi, kita tahu bahwa poros-poros yang berjalan pada kecepatan kritis tidak perlu patah, dan mungkin berjalan dengan sangat kasar tetapi tanpa distorsi permanen. Gambar 2.4 Efek Gesekan terhadap Putaran Kritis Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakan dihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat kecil.
  • 9. 20 Gambar 2.5 Grafik Kecepatan Olakan Tanpa Gesekan Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi (dimensionless ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman, ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau kecepatan kritis. Gambar 2.6 Model fisik poros dengan beban ditengah Gambar 2.7 Model fisik poros dengan beban sembarang π‘˜ = π‘š Γ— 𝑔 𝛿
  • 10. 21 𝑁𝑐 = 60 2πœ‹ √ π‘˜ π‘š Keterangan : m = Massa beban (kg) g = Percepatan gravitasi bumi (π‘š/𝑠2 ) 𝛿 = Defleksi (mm) k = Konstanta kekakuan poros (N/mm) 𝑁𝑐 = Putaran kritis poros (rpm) Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih dahulu putaran-putaran kritis 𝑁𝑐1, 𝑁𝑐2, 𝑁𝑐3,..., dari masing-masing benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis keseluruhan dari sistem 𝑁𝑐0 dapat ditentukan oleh: 1 2 = 1 2 + 1 2 + 1 2 … 𝑁𝑐0 𝑁𝑐1 𝑁𝑐2 𝑁𝑐3 Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi kecil dibandingkan dengan panjangnya poros.
  • 11. 22 Gambar 2.8 Diagram benda bebas poros dengan beban Defleksi maksimum pada poros yang dikenai satu beban dapat dihitung dengan persamaan berikut : 𝛿 = 𝑃 Γ— π‘Ž Γ— 𝑏 6 Γ— 𝐸 Γ— 𝐼 Γ— 𝐿 (𝐿2 Γ— π‘Ž2 Γ— 𝑏2 ) Defleksi maksimum pada poros yang dikenai dua beban dan tiga beban ditentukan dengan metode superposisi. 2.2.2 Definisi Putaran Kritis Apabila pada suatu poros yang didukung diantara dua bantalan dipasang disk maka poros tersebut akan mengalami defleksi statis. Defleksi tersebut disebabkan oleh berat disk (jika massa poros diabaikan). Defleksi akan bertambah besar akibat gaya sentrifugal pada saat poros berputar. Putaran kritis poros adalah putaran yang mengakibatkan terjadinya defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan poros berputar sambil bergetar dengan amplitudo yang besar. Gejala ini disebut whirling shaft. Terjadinya whirling shaftpada permesinan dapat mengakibatkan: ο‚· Timbulnya getaran yang berlebihan, getaran ini kemudian diinduksikan ke komponen mesin lainnya dan sekelilingnya.
  • 12. 23 ο‚· Kerusakan mekanik. Hal ini disebabkan oleh: - Tegangan bending yang besar pada poros. - Gesekan antara poros dan rumah. - Beban yang diterima bearing menjadi berlebih. ο‚· Pada akhirnya, semua hal diatas akan memperpendek umur (komponen) mesin. Untuk menguraikan terjadinya gejala whirling shaft, berikut ini kita akan menganalisa suatu model poros dengan panjang L yang dipasangi disk dengan berat M kemudian poros tersebut diputar dengan kecepatan .Poros tersebut ditumpu oleh bantalan A dan B.Skema poros yang terdefleksi bisa dilihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Poros yang terdefleksi Dimana : M = massa disk G = Pusat berat disk  = kecepatan sudut poros K = konstanta pegas poros e = jarak dari pusat berat disk sampai pusat poros r = jarak dari pusat poros sampai pusat putaran Poros akan melentur kalau diputar. Untuk kecepatan sudut tertentu akan terjadi kesetimbangan antara gaya inersia yang timbul dengan gaya pegas dari poros.
  • 13. 24 Bila n adalah frekuensi natural disk, maka nilai n ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: sehingga persamaan di atas menjadi : Dari persamaan di atas, maka: ο‚· Untuk << n, maka /nο‚»0, r/e ο‚»0, atau r ο‚»0. Ini berarti poros tidak melengkung. ο‚· Untuk > n, maka /n> 1, dan r/e = negatif. Ini berarti pusat poros dan pusat disk berada pada pihak yang berlawanan terhadap sumbu putar. ο‚· Untuk >>n, maka harga /n besar sekali dan r/e = -1 atau r = -e. Ini berarti bahwa pusat berat disk hampir berada pada sumbu putar, atau dengan kata lain sumbu putar hampir tidak melengkung. ο‚· Untuk = n,maka /n= 1, dan r/e = ο‚₯. Ini menunjukkan bahwa harga r besar sekali dan poros bergetar keras sekali. Gejala ini disebut whirling shaft. Whirling shaft terjadi apabila frekuensi putaran poros sama dengan frekuensi natural disk. Bila c adalah putaran kritis poros, maka whirling shaft terjadi bila:
  • 14. 25 2.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan analisa secara teoritis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek whirling terhadap disk yang diputar pada poros panjang yang akan diputar dengan motor. Disk diletakkan dengan jarak yang divariasikanuntuk mengetahui pengaruh dan efek whirling-nya. Gambar 2.10 Test Rig Dari penelitian ini didapatkan respon percepatan dari getaran yang disebabkan karena poros yang berputar pada bagian bantalannya. Dari respon percepatan ini akan diketahui putaran kritis yang terjadi padabeberapa variasi penelitian ini. Namun, pada penelitian ini belum dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai putaran kritis dan mengamati efek whirling shaft dengan variasi jarak disk dan massa disknya. Hasil respon percepatan pada penelitianini bisa dilihat pada Gambar 2.11. Respon percepatan pada Bantalan. Gambar 2.11. Respon Percepatan pada Bantalan Arah Horisontal
  • 15. 26 2.3 Teori Dasat Alat uji a. Tachometer Alat ini digunakan untuk menghitung kecepatan dari massa yang berada pada poros yang akan di uji pada percobaan yang dilakukan kami menggunakan tachometer digital dengan satuan rpm. b. Mistar Digital untuk mengukur jarak agar menvariasikan massa possi massa rotor
  • 16. 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat Dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Alat uji putaran kritis Terdiri dari motor, poros, slide regulator dan bantalan 2. Beban (2 variasi massa) Agar mendapatkan fenomena-fenomena yang berbeda dari setiap massa yang diberikan. 3. Tachometer Digunakan untuk mengukur putaran kritis yang terjadi pada poros secara aktual. Tachometer yang digunakan dengan satuan rpm. 4. Mistar Digunakan untuk mengukur panjang poros dan jarak pemberian beban pada poros. 5. Kunci L mm Digunakan untuk membuka baut pada beban, agar beban dapat diubah- ubah posisinya. 3.2 Prosedur Pratikum Adapun prosedur pratikum putaran kritis ini adalah sebagai berikut : 1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk (dibantu asisten) 2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan peralatan lain dalam keadaan baik. 3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya 4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator 5. Hitung putaran-putaran poros 6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda. 7. Tambahkan pembebanan dengan menambahkan 1buah rotor. 8. Lakukan kembali prosedur 3-6 hingga semua data diperoleh. 9. Catatlah data pengujian pada tabel.
  • 17. 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Pengujian Adapun data pengujian yang telah diberikan pada percobaan putaran kritis adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Pengujian Putaran Kritis L (m) V a (m) b (m) Nc (Rpm) M (kg) 0.64 100 0.18 0.46 1426 1.65 125 1432 150 1436 100 0.36 0.28 1425 125 1466 150 1468 100 0.54 0.1 1470 125 1478 150 1480 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Dengan 1 Beban  Posisi 1 m = 1,65 kg Panjang a = 0.18 m Panjang b = 0.46 m d = 0,02 m E = 1,9x1011 pa V = 100,125 dan 150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4
  • 18. 18  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 16,1865 𝑁  Perhitungan defleksi 2 2 2 ( ) 6 P a b L a b E I L  οƒ— οƒ— ο€½ ο€­ ο€­ οƒ— οƒ— οƒ— 𝛿 = 16,1865𝑁 . 0,18π‘š . 0,46π‘š 6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š ((0,64π‘š)2 βˆ’ (0,18π‘š)2 βˆ’ (0,46π‘š)2 ) 𝛿 = 0,00003875π‘š  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½ π‘˜ = 16,1865 𝑁 0.00003875π‘š = 417716,129 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 417716,129𝑁 /π‘š 1,65 = 4804,7408π‘Ÿπ‘π‘š  Posisi 2 m = 1.65 kg Panjang a = 0,28 m Panjang b = 0,36 m d = 0,02 m
  • 19. 19 E = 1,9x1011 pa V = 100,125,150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 16,1865 𝑁  Perhitungan defleksi 2 2 2 ( ) 6 P a b L a b E I L  οƒ— οƒ— ο€½ ο€­ ο€­ οƒ— οƒ— οƒ— 𝛿 = 16,1865𝑁 . 0,36π‘š . 0,28π‘š 6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š ((0,64π‘š)2 βˆ’ (0,36π‘š)2 βˆ’ (0,28π‘š)2 ) 𝛿 = 0,00005743π‘š  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½ π‘˜ = 16,1865 𝑁 0.00005743π‘š = 281847,466 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 281847,4664π‘š 1,65 = 3946,721 π‘Ÿπ‘π‘š
  • 20. 20  Posisi 3 m = 1,65 kg Panjang a = 0,54 m Panjang b = 0,1 m d = 0,02 m E = 1,9x1011 Pa V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 1,65 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 16,1865 𝑁  Perhitungan defleksi 2 2 2 ( ) 6 P a b L a b E I L  οƒ— οƒ— ο€½ ο€­ ο€­ οƒ— οƒ— οƒ— 𝛿 = 16,1865𝑁 . 0,54π‘š . 0,1π‘š 6 .0,19 x1012 𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š4 .0,64π‘š ((0,64π‘š)2 βˆ’ (0,54π‘š)2 βˆ’ (0,1π‘š)2 ) 𝛿 = 0,00001648π‘š  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½ π‘˜ = 16,1865 𝑁 0.00001648π‘š = 982190,533 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis
  • 21. 21 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 982190 ,533π‘š 1,65 = 7367,621 π‘Ÿπ‘π‘š 4.2.2 Dengan 2 Beban  Posisi 1 m = 3.3 kg Panjang a = 0.18 m Panjang b = 0.46 m d = 0,02 m E = 1,9x1011 pa V = 100,125 dan 150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 3.3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 32,373 𝑁  Perhitungan defleksi π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 𝑃.π‘Ž 24.𝐸.𝐼 (3 .𝐿2 βˆ’ 4 . π‘Ž2 ) π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 32.373N . 0,18m 24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 .7,85 x10βˆ’9π‘š2 (3(0,64π‘š)2 βˆ’ 4(0,18m)2 ) π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0001367 π‘š  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½
  • 22. 22 π‘˜ = 32,373 𝑁 0.0001367π‘š = 236817,849 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 236817,849/π‘š 3,3 = 2558,124 π‘Ÿπ‘π‘š  Posisi 2 m = 3.3 kg Panjang a = 0,28 m Panjang b = 0,36 m d = 0,02 m E = 1,9x1011 pa V = 100,125,150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 3,3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 32,373 𝑁  Perhitungan defleksi π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 𝑃.π‘Ž 24.𝐸.𝐼 (3 .𝐿2 βˆ’ 4 . π‘Ž2 ) π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 32.373N . 0,28m 24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 . 7,85 x10βˆ’9π‘š2 (3(0,64π‘š)2 βˆ’ 4(0,28m)2 ) π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0000292 π‘š
  • 23. 23  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½ π‘˜ = 3,373 𝑁 0,0000292π‘š = 115513,698 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 115513.698 π‘š 3,3 = 1786,615 π‘Ÿπ‘π‘š  Posisi 3 m = 3,3 kg Panjang a = 0,54 m Panjang b = 0,1 m d = 0,02 m E = 1,9x1011 Pa V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt  Perhitungan inersia 4 64 D I  οƒ— ο€½ 𝐼 = 3,14 . (0,02 m)4 64 = 0,00000000785 m4  Perhitungan gaya pada poros P m g ο€½ οƒ— 𝑃 = 3,3 π‘˜π‘” .9,81 π‘š/𝑠2 = 32,372 𝑁  Perhitungan defleksi π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 𝑃.π‘Ž 24.𝐸.𝐼 (3 .𝐿2 βˆ’ 4 . π‘Ž2 )
  • 24. 24 π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 32.373N . 0,54m 24 .0,19 x1012𝑁/π‘š2 . 7,85 x10βˆ’9π‘š2 (3(0,64π‘š)2 βˆ’ 4(0,54m)2 ) π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 0,0000305 π‘š  Perhitungan konstanta kekakuan poros P k  ο€½ π‘˜ = 32,373 𝑁 0,0000305 π‘š = 1061409,836 𝑁/π‘š  Perhitungan putaran kritis 60 2 k Nc m  ο€½ οƒ— 𝑁𝑐 = 60 2.πœ‹ √ 1061409 ,836 π‘š 3,3 π‘˜π‘” = 5415,717 π‘Ÿπ‘π‘š 2 Beban L (m) v a (m) b (m) Nc Actual (Rpm) m(kg) P (N) I (m4) Ξ΄ (m) K (N/m) Nc Teoritis (rpm) 0.64 100 0.18 0.46 1426 3.3 16.1865 7.85x10 -9 0.0001367 236817.849 2558.124 125 1432 0.0001367 236817.849 2558.124 150 1436 0.0001367 236817.849 2558.124 100 0.36 0.28 1425 0.0000292 115513.698 1786.615 125 1466 0.0000292 115513.698 1786.615 150 1468 0.0000292 115513.698 1786.615 100 0.54 0.1 1470 0.0000305 1061409.856 5415.717 125 1478 0.0000305 1061409.856 5415.717 150 1480 0.0000305 1061409.856 5415.717
  • 25. 25 4.1 Tabel Hasil Pengolahan Data 1 Beban 1 Beban L (m) v a (m) b (m) Nc Actual (Rpm) m(kg) P (N) I (m4) Ξ΄ (m) K (N/m) Nc Teoritis (rpm) 0.64 100 0.18 0.46 1426 1.65 16.1865 7.85x10 -9 0.00003875 417716.129 4804.741 125 1432 0.00003875 417716.129 4804.741 150 1436 0.00003875 417716.129 4804.741 100 0.36 0.28 1425 0.00005743 281847.466 3946.721 125 1466 0.00005743 281847.466 3946.721 150 1468 0.00005743 281847.466 3946.721 100 0.54 0.1 1470 0.00001648 982190.533 7367.621 125 1478 0.00001648 982190.533 7367.621 150 1480 0.00001648 982190.533 7367.621 Tabel Hasil 4.2 Hasil Pengolahan Data 2 Beban 4.3 Analisa Data Berdasarkan data dan hasil perhitungan data yang di peroleh, putaran kritis pada poros tidak hanya di pengaruhi oleh kecepatan putarannya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor memiliki beban yang mempengaruhi batang poros. Jadi nilai kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin jauh pada posisi tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak di tengah maka defleksi akan semakin besar dan putaran semakin tak seimbang
  • 26. 26 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum Putaran Kritis adalah sebagai berikut: 1. Jadi semakin dekat posisi rotor terhadap motor nya maka defleksi yang di hasilkan akan semakin kecil dan kecepatan yang di hasilkan juga akan semakin besar apabila posisi rotor dekat terhadap motor. 2. Poros yang di beri beban dan diputar dengan kecepatan tertentu pasti mempunyai batas kritis nya atau memiliki putaran kritisnya. 3. Pada putaran dan beban tertentu maka poros dapat mengalami putaran kritis karena adanya beda antara batas maksimum poros yang berputar dan batas poros yang dalam keadaan diam 4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk dia meter poros yang sama, semakin panjang poros, maka putaran kritisnyaakan semakin cepat tercapai.Sedangkan peletakkan jarak disk pada poros tidak terlalu berpengaruh terhadap putaran kritis karena panjang porosnya sama. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Agar lebih memahami materi pratikum 2. Lebih Teliti Dalam Menghitung 3. Untuk kede pan nya agar pratikum bisa berjalan lancar
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Thomson,W,T., Theory of vibration with applications,4th ed., prentice Hall, 1993 Rao,S.S.,Mechanical Vibrations,Addison-Wesley,1986 William T. Thomsun. 1998. Thori of Vibration with Application Practice. Hall int London Jabir, Ahmad. 2003. Perilaku Dinamik Sistem Poros Rotor dengan Cacat Retak. Swanson, Erik. 2005. A Practical Review of Rotating Machinery Critical Speeds and Modes. New Jersey.
  • 29. TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM 1. Turunkan solusi persamaan diferensial gerak sistem getaran bebas yang dinyatakan di persamaan (3.7) untuk kondisi awal berupa simpangan Jawab : Diketahui : 𝐼0 = 1 12 𝑀𝐿2 sin πœƒ β‰ˆ πœƒ sin πœƒ β‰ˆ πœƒ π‘₯ = π‘Ž sinπœƒ π‘₯ = 𝑏sin πœƒ π‘₯ = π‘Ž πœƒ 𝐢π‘₯Μ‡ = πΆπ‘Ž πœƒΜ‡ π‘₯ = 𝑏 πœƒ 𝐢π‘₯Μ‡ = 𝐾𝑏 πœƒΜ‡ π‘₯ = π‘Ž πœƒΜ‡ π‘˜π‘₯ = 𝑏 πœƒ 𝛴𝑀 = 0 [π‘€π‘ƒπ‘Ž. π‘Ž + 1 12 𝑀𝐿2 + 𝑀𝐿 2 βˆ— 𝐿 2 ]πœƒ + ̈ πΆπ‘Ž πœƒΜ‡.π‘Ž + 𝐾𝑏 πœƒ. Μ‡ 𝑏 = 0 [π‘€π‘ƒπ‘Ž2 + 𝑀𝐿2 12 + 𝑀𝐿2 4 ] πœƒ + ̈ πΆπ‘Ž2 πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2 πœƒΜ‡ = 0 [π‘€π‘ƒπ‘Ž2 + 𝑀𝐿2 + 3 𝑀𝐿2 12 ]πœƒ + ̈ πΆπ‘Ž2 πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2 πœƒΜ‡ = 0 [π‘€π‘ƒπ‘Ž2 + 𝑀𝐿2 3 ] πœƒΜˆ + πΆπ‘Ž2 πœƒΜ‡ + 𝐾𝑏2 πœƒΜ‡ = 0 2. Turunkan asal-usul penentuan konstanta pegas di persamaan (3.6) dan (3.8). Jawab : Rumus πœ”π‘› = √ π‘˜ π‘š 𝑓 = 1 𝑇 πœ”π‘› = 2πœ‹π‘“ β†’ 2πœ‹ 𝑇 2πœ‹ 𝑇 = √ π‘˜ π‘š β†’ π‘˜ π‘š = ( 2πœ‹ 𝑇 ) 2 β†’ π‘˜ 4πœ‹2 𝑇𝑛 π‘š 3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan. Dalam hal ini faktor redaman, 𝜁<1 (sistem teredam kurang atau underdamped
  • 30. Jawab : Dari persamaan gerak newton 𝛴𝐹 = π‘š.π‘Ž = π‘š 𝑑2 π‘₯ 𝑑𝑑2 β†’ Percepatan Komponen gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan, gaya pemulih berbanding lurus dengan simpangannya. 𝐹𝑝 = βˆ’π‘˜π‘₯ Gaya hambat adalah meredam gaya pemulih πΉβ„Ž = βˆ’π‘π‘£ = βˆ’π‘ 𝑑π‘₯ 𝑑𝑑 Disubtitusikan. 𝑀 𝑑2 π‘₯ 𝑑𝑑2 + 𝑏𝑑π‘₯ 𝑑𝑑 + π‘˜π‘₯ = 0 π‘€π‘’π‘˜ πœƒΜˆ + πΆπ‘’π‘˜πœƒΜ‡ + π‘˜π‘’π‘˜π‘₯ = 0 4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut. Jawab : Yang bisa dipercaya adalah solusi teoritik karena solusi teoritik telah mempunyai rumus standar yang telah disepakati dibandingkan solusi hasil uji. Kebanyakan praktikan mengalami kesalaha dalam pengambilan data ( Human error )