Petunjuk praktikum Kimia Fisika Farmasi memberikan panduan pelaksanaan praktikum untuk mahasiswa Jurusan Farmasi Universitas Jenderal Soedirman. Buku ini berisi penjelasan umum tentang pelaksanaan praktikum, jurnal praktikum, laporan praktikum, panduan keselamatan di laboratorium, teknik dasar laboratorium, dan beberapa contoh percobaan."
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Petunjuk Praktikum Kimia Fisika Farmasi
1. PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA FARMASI
Disusun Oleh :
Rehana., M.Si., Apt
Dr. Dhadhang Wahyu Kurniawan., M.Sc., Apt
Dr. M.Salman Fareza., M.Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb.
Alhamdulillah, penyusun ucapkan atas terbitnya Petunjuk Praktikum
Kimia Fisika Farmasi bagi mahasiswa Jurusan Farmasi FKIK Universitas
Jenderal Soedirman. Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam
memahami pelaksanaan praktikum Kimia Fisika Farmasi yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari materi kuliah Kimia Fisika Farmasi, semoga
dapat memberi manfaat.
Untuk menambah pengetahuan mengenai paktikum Kimia Fisika
Farmasi, disarankan mahasiswa membaca buku referensi atau rujukan yang
ada dalam daftar pustaka petunjuk praktikum ini, atau referensi lainnya baik
sumber tertulis maupun dari internet.
Disadari sepenuhnya petunjuk praktikum ini masih jauh dari
sempurna, sehingga saran dari pembaca kami terima sebagai
penyempurnaan untuk penerbitan pada tahun yang akan datang.
Wassalamu’alaikum, wr.wb.
Purwokerto, Agustus 2022
Penyusun,
3. PENJELASAN UMUM
Praktikum Kimia Fisika Farmasi di lingkungan Jurusan Farmasi
Unsoed merupakan salah satu komponen Kuliah Kimia Fisika Farmasi,
yang menjadi penentu kelulusan anda. Berikut beberapa penjelasan singkat
tentang pelaksanaan prakikum :
1. Peserta praktikum ( praktikan ) harus sudah berada di dalam
laboratorium sesuai waktu praktikum dengan membawa semua
kelengkapan untuk mengikuti praktikum berupa jas laboratorium lengan
panjang, sepatu, lap/serbet, kertas tissue dan masker.
2. Kumpulkan jurnal praktikum Anda di tempat yang telah disediakan.
Ikuti penjelasan singkat dari koordinator tentang praktikum yang akan
dilaksanakan maupun penjelasan tambahan lainnya. Simpan tas anda di
tempat yang telah disediakan.
3. Segera cek peralatan yang akan Anda gunakan. Tandatanganilah bon
peminjaman alat masing-masing jika Anda sudah memeriksa alat-alat
tersebut. Pastikan Anda memeriksa jumlah dan kondisi alat dengan
baik. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas, jangan segan untuk
bertanya pada asisten / laboran Anda.
4. Sebelum memulai pelaksanaan praktikum, simpan buku petunjuk
praktikum ini pada tas Anda. Gunakan jurnal yang telah Anda buat di
rumah sebagai pedoman Anda bekerja. Pelaksanaan praktikum pada
dasarnya dilakukan secara perorangan, karena praktikum bertujuan
memebentuk kebiasaan Anda bekerja di laboratorium. Asisten akan
memandu pelaksaan praktikum secara lebih teknis. Catat berbagai
pengamatan yang anda temui terkait dengan percobaan dijurnal Anda
masing-masing.
5. Asisten akan memberikan sesi khusus menjelang akhir praktikum untuk
berdiskusi dengan seluruh kelompok untuk membahas materi
praktikum.
4. 6. Cucilah seluruh alat yang telah digunakan dengan baik dan bersih
(perhatikan ketentuan pembuangan limbah sisa praktikum dengan
baik!!!!! ). Jaga kebersihan dan kerapihan lingkungan laboratorium.
Setelah itu, Anda minta Asisten / laboran untuk memeriksa seluruh alat
yang Anda pinjam. Asisten / laboran akan menandatangani bon
pengembalian alat. Jika ada alat yang rusak, catat dibagian yang telah
tersedia pada bon Anda dan laporkan pada asisten / laboran.
Penggantian alat sebaiknya dilakukan segera mungkin, maksimal
sebelum pelaksanaan responsi.
7. Seluruh pekerjaan Anda diharapkan sudah selesai 15 menit sebelum
waktu praktikum berakhir.
8. Praktikum memberikan kontribusi pada nilai akhir kuliah Kimia Fisika
Farmasi sebanyak 30 %, dengan komposisi rata – rata pre tes 20%,
praktikum 20%, laporan 20% dan response 40%
9. Kehadiran pada praktikum adalah wajib, kecuali karena sakit atau tugas
dari institusi (dengan menyerahkan bukti dari pihak berwenang).
Praktikum susulan tidak menjadi prioritas untuk diselenggarakan. Nilai
akhir dihitung dari jumlah nilai total dibagi jumlah.
10. Hal-hal lain yang belum disampaikan mengenai praktikum akan
dijelaskan dalam bagian lain pada buku ini atau disampaikan langsung
pada saat praktikum dilaksanakan atau melalui pengumuman
laboratorium.
5. JURNAL PRAKTIKUM
1. Jurnal praktikum / jurnal kerja dikerjakan secara berkelompok.
2. Jurnal praktikum merupakan pedoman bagi Anda untuk bekerja di
laboratorium dan tempat Anda mencatat semua data dan pengamatan
yang Anda peroleh selama praktikum.
3. Jurnal ditulis pada buku tulis berukuran folio dengan disampul kertas
berwarna merah.
a. Pada halaman muka buku ditulis identitas yang meliputi
nama anggota kelompok
NIM
shift dan kelompok praktikum Anda.
b. Pada halaman – halaman selanjutnya digunakan untuk menulis isi
jurnal dari tiap percobaan. Jurnal dari tiap percobaan berisi:
judul percobaan
tanggal dan jam pelaksanaan
alat & bahan rinci dengan jumlahnya
cara kerja dalam bentuk bagan
form data pengamatan dan perhitungan kadar dalam bentuk table
tandatangan & nama asisten jaga
4. Nilai jurnal terutama berdasarkan pada terdapatnya kelengkapan bagian-
bagian jurnal tersebut dan ketepatan isi masing-masing bagian tersebut.
6. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum dikerjakan secara kelompok pada buku yang sama
dengan jurnal praktikum.
2. Laporan dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum di meja dosen yang
memandu kegiatan praktikum. Setiap keterlambatan pengumpulan akan
mengurangi nilai.
3. Kecurangan dalam pembuatan laporan praktikum, mencontek laporan
mahasiswa/i lain akan menyebabkan hukuman bagi kedua belah pihak.
4. Bagian-bagian laporan:
a. Cover
b. Judul percobaan
c. Tujuan
d. Alat dan bahan
e. Cara kerja
f. Data pengamatan
g. Perhitungan (jika ada)
h. Pembahasan
i. Kesimpulan
j. Daftar pustaka
Poin a sampai e sama dengan jurnal sehingga anda cukup
melanjutkannya saja (tidak mengulang), jika ada perubahan poin a
sampai e anda wajib menulis ulang poin a sampai e dengan informasi
yang terbaru.
5. Laporan wajib ditulis tangan.
6. Imbal balik (revisi) akan disampaikan secara tertulis dalam laporan dan
anda cukup menjawab pertanyaan – pertanyaannya saja maksimal 1
minggu setelah anda mendapat revisi. Jawaban ditulis pada buku yang
sama dengan jurnal dan laporan.
7. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENJELASAN UMUM
JURNAL PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
PANDUAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
TEKNIK DASAR DI LABORATORIUM
PERCOBAAN I
VISKOSITAS & TEGANGAN PERMUKAAN
PERCOBAAN II
MIKROMERITIK
PERCOBAAN III
EMULSI & SIFAT - SIFATNYA
PERCOBAAN IV
STABILITAS OBAT
BAB VI
LARUTAN DAPAR
8. PANDUAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
1. Taati dan patuhi setiap aturan laboratorium untuk keselamatan Anda.
2. Pelajari prosedur kerja yang akan Anda lakukan dengan baik. Tanyakan
pada asisten kelompok Anda jika terdapat hal yang masih kurang jelas.
3. Laboratorium kimia merupakan tempat bersifat membahayakan bagi
tubuh, berhati-hatilah selama berada didalamnya.
4. Selama di laboratorium dilarang merokok, bersolek termasuk memakai
pelembab bibir dan lensa kontak, makan dan minum. Gunakanlah selalu
jas lab lengan panjang dan sepatu tertutup sebagai alas kaki Anda
(bukan sandal). Jika Anda keluar lab, jas wajib ditanggalkan.
5. Bagi yang menggunakan kerudung, harap kerudung dimasukan ke
dalam jas lab. Ikat rambut yang panjang ke arah belakang ketika bekerja
dengan bahan kimia, bahan dengan bahaya biologi, radiosiotop atau
mesin yang sedang beroperasi.
6. Usahakan tempat bekerja bersih dan bebas dari bahan kimia dan alat
yang tidak dibutuhkan lagi.
7. Bacalah MSDS (Material Safety Data Sheet) sebelum bekerja dengan
bahan kimia berbahaya.
8. Jangan pernah mencicipi atau mencium bahan kimia di lab (kecuali ada
intruksi khusus).
9. Tempatkan limbah padat maupun limbah cair pada tempatnya. Jagalah
kebersihan tempat kerja Anda.
10. Limbah cair dapat berupa larutan yang mengandung ion logam berat
atau pelarut organik. Masing-masing disediakan tempat penampungnya
dilaboratorium.
11. Asam pekat maupun zat-zat yang berbahaya ditangani pengerjaannya
didalam lemari asam.
12. Pada umumnya zat-zat yang digunakan pada praktikum ini telah
tersedia dilaboratorium. Zat-zat ini diberi label tertentu pada wadahnya.
Baca dan perhatikan dengan teliti setiap keterangan pada label zat
sebelum Anda menggunakannya.Bekerjalah dengan cermat, jangan
9. menukar-nukar pipet atau tutup botol zat karena dapat merusak zat.
Selain itu jika Anda harus mengganti untuk mengambil zat, tunggulah
giliran Anda secara tertib dan tetap hati-hati.
13. Jangan pernah bercanda, mengobrol atau bermain-main dengan teman
selama berada di laboratorium. Ingat, potensi terjadinya kecelakaan di
tempat ini sangat besar, yang diantaranya disebabkan oleh kelalaian,
ketidakseriusan dan tidak berhati-hati ketika berada di dalamnya.
Jangan sampai Anda menyesal karena kesalahan sendiri.
14. Jadikan laboratorium sebagai tempat untuk mengeksplorasi dan
mengasah kemampuan Anda meneliti. Amati dengan cermat, catat,
pikirkan setiap hal yang Anda peroleh selama Anda bekerja.
15. Kecelakaan merupakan hal yang tidak dapat kita duga kapan terjadinya.
Tanamkan dalam diri Anda untuk TIDAK PANIK.
16. Jika terdapat alat gelas yang pecah, jangan bereskan dengan
menggunakan tangan. Gunakan sapu dan sendok sampah untuk
membersihkannya. Sekali lagi jangan gunakan tangan kosong,
karena selain pecahan gelas tajam juga terdapat zat kimia di dalamnya.
17. Jika kulit terkena zat kimia, segera cuci dengan air kran. Jika anggota
badan yang terkena sangat banyak, segera tanggalkan jas lab anda.
Lapor segera ke asisten Anda atau petugas laboratorium untuk
penanganan lebih lanjut.
18. Jika mata atau muka terkena zat kimia, semprot langsung dengan air
kran jangan digosok dengan tangan. Ingat tangan Anda sangat mungkin
telah menempel dengan sejumlah zat kimia lain dan sangat mungkin
Anda belum mencuci tangan. Segera hubungi asisten atau petugas
laboratorium untuk membantu hal ini.
19. Apabila terjadi kebakaran di meja Anda, jangan panik dan menjauhlah
dari meja Anda jika Anda tidak mengetahui cara menanganinya dan
segera hubungi petugas laboratorium atau asisten Anda. Kebakaran
kecil dapat diatasi dengan menutup objek dengan kain/lap basah dan
biarkan api mati sendiri atau dengan cara disemprot dengan alat
pemadam kebakaran di lab.
20. Matikan air, listrik, dan alat-alat lain sebelum Anda meninggalkan lab.
21. Panduan keselamatan ini hanyalah upaya kita mencegah dan
meminimalkan potensi kecelakaan maupun kerusakan di lab.
10. TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengenal jenis dan fungsi alat-alat yang terdapat
di laboratorium kimia farmasi dasar dan dapat menggunakannya dengan
baik sesuai tujuan penggunaan dan fungsi alat tersebut.
II. PENDAHULUAN
Alat-alat gelas yang terdapat di laboratorium kimia berdasarkan
fungsinya secara umum dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu alat
ukur, alat tampung, dan alat pendukung.
Alat ukur adalah alat yang berfungsi untuk menentukan jumlah zat
cair secara tepat. Alat ini digunakan terutama dalam keperluan analisis
kuantitatif yang memerlukan ketepatan hasil. Alat-alat yang termasuk
kelompok alat ukur umumnya memiliki nilai ketelititan pengukuran pada
bagian depannya. Yang termasuk sebagai alat ukur adalah gelas ukur, labu
takar, pipet volume, pipet ukur, buret dan lain-lain.
Alat tampung adalah alat gelas yang fungsi utamanya adalah
menampung zat kimia, bukan mengukur kuantitas zat. Seringkali memang
pada alat ini tercantum sejumlah skala, namun skala ini bisa dikatakan skala
kasar saja, dan tidak dapat dijadikan patokan terutama jika digunakan untuk
keperluan analisis kuantitatif. Beberapa contoh alat tampung adalah gelas
kimia dan labu Erlenmeyer.
Selain alat ukur dan alat tampung terdapat pula alat yang terbuat dari
gelas yang berfungsi sebagai pendukung. Alat-alat ini diantaranya adalah
batang pengaduk, corong pendek, kaca arloji, botol timbang, pipet tetes dan
lain-lain.
1. Pipet volum. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume
tertentu, digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat
sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung
(gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau bulb
untuk menyedot larutan.
11. 2. Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala,digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Gunakan bulb atau karet penghisap
untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
3. Labu ukur (labu takar), digunakan untuk menakar volume zat
kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini
tersedia berbagai macam ukuran.
4. Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam
bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam
ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan
skala.
12. 5. Gelas Beker, Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala,
namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan
dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan
solven/pelarut atau untuk memekatkan.
6. Buret. Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dankran pada bagian
bawah, digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran).
7. Erlenmeyer, Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala
pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat
zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk
memanaskan larutan.
13. 8. Spektrofotometer dan Kuvet,kuvet serupa dengan tabung reaksi,
namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample
untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh
dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau
polimetakrilat.
9. Tabung reaksi. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia,
dalam skala kecil dan dapat digunakan sebagai wadah untuk
perkembangbiakkan mikroba.
10. Corong , Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat
dari plastik. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan
cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol,
labu ukur, buret dan sebagainya.
14. 11. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa suatu zat.
12. Gelas arloji, digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat
menimbang, mengeringkan bahan, dll.
13. Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan
ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet.
Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
15. 14. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran,
atau mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).
15. Spatula, digunakan untuk mengambil bahan.
Penggunaan alat-alat laboratorium harus diupayakan tepat sesuai
tujuan dan fungsi alat tersebut.
1. Termometer
Hal yang terlihat sepele padahal cukup berisiko adalah tidak digunakannya
batang pengaduk ketika mengaduk larutan, atau menggunakan termometer
sebagai alat pengaduk. Termometer terbuat dari bahan gelas lebih mudah
patah dibandingkan batang pengaduk. Selain itu jika patah, mungkin saja
raksa yang terdapat dalam termometer menjadi ancaman bagi orang-orang
yang ada disekitarnya. Sekali lagi perhatikan dan pahami tujuan prosedur
dan fungsi alat gelas yang digunakan hendaknya sesuai.
2. Neraca
Neraca merupakan alat yang penting di laboratorium dalam
mengukur jumlah zat padat yang diperlukan. Proses menimbang dalam
analisis kuantitatif sangat penting seperti dalam pembuatan larutan standar
primer untuk analisis kuantitatif asam basa. Saat ini selain neraca dengan
menggunakan dua lengan beban juga terdapat neraca digital atau dikenal
16. juga sebagai neraca analitik. Pastikan Anda mengenal dan dapat
mengoperasikan alat ini dan senantiasa menjaga kebersihannya baik dari
debu maupun sisa-sisa zat yang ditimbang. Hindarkan pula menimbang
sesuatu yang melebihi kapasitas maksimal neraca untuk meminimalkan
potensi terjadinya kerusakan. Anda dapat menimbang zat secara langsung
maupun dengan timbang selisih. Jangan timbang alat yang masih panas.
Sebelum anda timbang, dinginkan terlebih dulu alat di dalam eksikator
beberapa saat.
Gambar 1.1. Gambar neraca analitik
3. Bak cuci
Bak cuci yang terdapat di laboratoriumbukan tempat pembuangan
sampah. Anda tidak diperkenankan membuang sampah yang berupa padatan
seperti padatan korek api, kertas dan lain-lain ke dalamnya. Buang sampah
padat ditempat limbah padat. Zat-zat cair juga memiliki aturan sendiri. Jika
anda membuang sidikit sisa asam maupun basa, buang sambil membuka
aliran air kran kedalam bak cuci. Zat-zat yang mengandung logam berat
seperti Cu, Pb dan lain-lain harus dibuang terlebih dahulu di tempat limbah
cair. Pelarut organik juga memiliki tempat penampungan khusus. Jangan
buang pelarut organik ke bak cuci.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
III.1. Pengenalan Alat Laboratorium
Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan di
Laboratorium Kimia, Gambarlah alat tersebut pada buku kerja kalian dan
praktekkan cara penggunaan alat tersebut sesuai dengan instruksi yang
diberikan!
17. Gambar 1.2. Peralatan umum di laboratorium
III.2. Teknik Dasar Kerja Laboratorium
Berikut ini diuraikan beberapa teknik dasar kerja di Laboratorium
Kimia, praktekkan teknik kerja sesuai instruksi yang diberikan !
19. Gambar 1.4 teknik memanaskan dengan tabung reaksi
Gambar 1.5. Teknik mencium bau/gas
20. Gambar 1.6. Teknik pemipetan dan pemindahan larutan
* jangan pernah memipet bahan dengan mulut, gunakanlah peralatan yang
tepat untuk pemipetan
Gambar 1.7. Teknik menempatkan kertas saring dalam corong
21. Teknik pengenceran larutan menggunakan labu takar
IV. PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM
Keterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat
diperoleh melalui kegiatan praktikum.Di samping itu ada kemungkinan
bahaya yang terjadi di laboratorium seperti adanya bahan kimia yang
karsinogenik, bahaya kebakaran, keracunan, sengatan listrik dalam
penggunaan alat listrik (kompor, oven, dll).Di samping itu, orang yang
bekerja di Laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar, yang
disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan :
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,
korosif, karsinogenik, dan beracun.
2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
22. 3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan
listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpecik.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, hal yang
harus dilakukan pada saat bekerja di Laboratoriumantara lain :
1. Tahap persiapan
a. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan
praktikum serta hal yang harus dihindari selama praktikum,
dengan membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat
terhindar dari kecelakaan kerja selama di Laboratorium. Sifat
bahan dapat diketahui dari Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang akan digunakan serta fungsi dan cara
penggunaannya.
d. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti jas praktikum lengan
panjang, kacamata goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker,
dll.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena
dapat mencemari lingkungan.
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai,
disesuaikan dengan kategori limbahnya.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang
diperlukan.
3. Tahap pasca pelaksanaan
a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan
kembalikan ke tempat semula.
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat
(tutup jangan tertukar).
c. Bersihkan tempat atau meja kerja praktikum.
d. Cuci tangan dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar dari
laboratorium.
23. Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis
pelaksanaan di laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan
pengetahuan sifat bahan yang digunakan dalam percobaan.Sifat bahan
secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet
(MSDS) yang dapat didownload dari internet. Berikut ini sifat bahan
berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia :
Simbol berbahaya
Toxic
(sangat beracun)
Huruf
kode:
T+
Bahan ini dapat menyebabkan kematian
atau sakit serius bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, pencernaan
atau melalui kulit
Corrosive(korosif)
Huruf
kode: C
Bahan ini dapat merusak jaringan
hidup, menyebabkan iritasi kulit, dan
gatal.
Explosive (bersifat
mudah meledak)
Huruf
kode: E
Bahan ini mudah meledak dengan
adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan.
Oxidizing
(pengoksidasi)
Huruf
kode:
O
Bahan ini dapat menyebabkan
kebakaran. Bahan ini menghasilkan
panas jika kontak dengan bahan organik
dan reduktor.
flammable (sangat
mudah terbakar) Huruf
kode: F
Bahan ini memiliki titik nyala rendah
dan bahan yang bereaksi dengan air
untuk menghasilkan gas yang mudah
terbakar.
24. Harmful (berbahaya)
Huruf
kode:
Xn
Bahan ini menyebabkan luka bakar
pada kulit, berlendir dan mengganggu
pernapasan.
IV. TUGAS
1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol
berbahaya!
2. Carilah MSDS pada masing-masing bahan kimia yang anda
sebutkan pada no.1!
3. Apa fungsi lemari asam dalam laboratorium kimia?
25. PERCOBAAN I
PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON
DENGAN VISKOSIMETER OSTWALD & PENGUKURAN
TEGANGAN PERMUKAAN
TUJUAN
1. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan newton dengan
viskosimeter Ostwald
2. Mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa manfaat penentuan viskositas dalam tahap formulasi sediaan
farmasi?
2. Bagaimana cara menaikkan dan atau menurunkan viskositas suatu
sediaan farmasi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sifat viskositas sediaan farmasi?
KONSEP
Satuan cgs viskositas adalah poise, gaya gesek yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm/det antara dua bidang parallel dari zat cair
yang luasnya 1 cm2
dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. dalam satuan cgs, poise
= = = dyne.det.cm2
. satuan lain yang lebih sering
digunakan adalah centipoise = cps. 1 poise = 100 centipoise
Zat cair akan mengalir jika kepadanya dikenakan suatu pengadukan atau
tekanan (stress), yang dalam satuan cgs dapat dinyatakan dengan dyne/cm2
.
Hal yang penting dalam pengukuran ini, gaya yang diberikan harus
diatur sedemikian rupa sehingga aliran yang terjadi bersifat laminar bukan
turbulen. Aliran laminar melalui pipa kapiler dapat digambarkan sebagai
berikut :
26. III
1
ηIII 1
ηII
1
ηI
Keterangan :
X = jari-jari dalam pipa;
V = kecepatan alir
dv/dx = kecepatan graditan atau
kecepatan gesek (shearing rate)
Gambar 1. Aliran laminar zat cair dalam pipa kepiler
Pada pipa kepiler, gaya yang bekerja yang menyebabkan terjadinya
aliran adalah gaya berat zat cair. Seandainya tekanan dari gaya tersebut
dinyatakan dengan “Shearing stress” atau tekanan gesek = F/A, dan
kecepatan geseng atau “shearing rate” = dv/dx, untuk zat cair yang
memiliki sifat alir Newton, hubungan tersebut dapat dilakukan dengan :
F/A α dv/dx atau F/A = η dv/dx (1)
Dimana η = viskositas atau koefisien viskositas.
Jika hubungan ini dinyatakan dengan suatu grafik dapat dilihat pada gambar
2.
Gambar 2. Hubungan antara kecepatan gesek (dv/dx) dengan gaya gesen
(F/A) pada cairan Newton
Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa makin besar angka arahnya
(slope)-nya, makin rendah viskositas cairan.
x
v
dy
dx
F/A
II
I
27. Log η0
Log η
K
2,303
Zat cair tunggal serta larutan molekulnya kecil, misalnya sirup, memiliki
tipe alir Newton. Adapun hubungan antara kadar zat terlarut dengan
viskositas larutannya, dapat dinyatakan dengan persamaan Arrhenius
η = η0ekc
(2)
dimana : η dan η0 berturut-turut adalah viskositas larutan dan pelarut, k =
suatu tetapan, dan c = kadar larutan
log η = log η0 + (3)
jika persamaan (3) digambarkan dalam suatu grafik dapat dilihat pada
gamabar 3.
Gambar 3. Hubungan antara log η larutan dengan kadar larutannya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi viskositas adalah suhu. Hubungan
ini dapat pula dinyatakan dengan persamaan arrhenius :
η = A.e E/RT
Dimana : A = suau tetapan
E = energy aktivasi
R = tetapan gas
T = suhu (dalam °K)
Pengukuran Viskositas
Untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua
alat pengukur viskositas, misalkan Viskosimeter Ostwald, Viskosimeter
Hoopler, Viskosimeter Brookfild, Viskosimeter Stormerr, dan lain-lain.
Untuk percobaan ini alat yang digunakan adalah Viskosimeter Ostwald.
Dasar yang digunakan untuk penentuan viskositas ini adalah hukum
28. Poiseuile tentang zat cair yang mengalir melalui pipa kapiler dengan
persamaan :
V = atau η =
Dimana : r = jari-jari pipa kapiler, I = panjang pipa kapiler, v =
volule zat cair
P = tekanan yang bekerja pada zat cair, t = waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan volume v zat cair melalui pipa
sepanjang I.
Karena sukar untuk membuat pengukuran yang teliti (accurate) dari
jenis jari-jari tube, alat tersebut biasanya diukur/dikaliberasi dengan suatu
cairan yang telah diketahui viskositasnya.
=
Karena digunakan tube yang sama untuk mengukur kedua duanya maka :
=
Dimana ; u = tidak diketahui (unknown), k = diketahui (known)
Dan karena tekanan yang menekan cairan melalui tube sesuai dengan
kenaikan gravitasi dan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, maka :
= ηu = ηk
Percobaan :
Tentukan viskositas cairan cairan berikut dengan viskosimeter Ostwald :
1. Air
2. Alcohol
3. Larutan gula 20 %, 40%, 60% dan X%.
4. Hitung secara teoritis viskositas larutan gula 45%
29. PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON
DENGAN VISKOSIMETER OSTWALD
Lembar Laporan Hasil Percobaan
Tanggal : …………………………… Nama: ……………………
No : ………………………….... Gol : ……………….......
Data Percobaan
No Nama Zat Cair Kerapatan Waktu Viskositas
1. Air
2. Alkohol
3. Larutan gula 20%
4. Larutan gula 40%
5. Larutan gula 60%
6. Larutan gula X%
Mengetahui,
……………….,……………
Asisten, Praktikan
(…………………….) (…………………………)
30. PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN
TUJUAN :
1. Mampu melakukan pengukuran tegangan muka cairan/larutan.
2. Mengetahui cara pengukuran tegangan antar muka 2 cairan tak
bercampur.
3. Mampu menentukan konsentrasi misel kritik surfaktan.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa manfaat penentuan tegangan permukaan suatu cairan/larutan?
2. Jika tegangan permukaan suatu bahan berkhasiat besar, apa yang
terjadi & bagaimana memperbaiki sifat tersebut
3. Bagaimana cara menentukan nilai konsentrasi misel kritik surfaktan?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan
cairan/larutan?
KONSEP
Definisi fenomena permukaan dan antar muka
1. Tegangan muka dapat didefinisikan sebagai gaya yang terjadi pada
permukaan suatu cairan yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal
ini disebabkan oleh gaya gaya tarik yang tidak seimbang pada antar
muka (interfaces) cairan. Gaya ini bias segera diketahui pada kenaikan
cairanbiasa dalam kapiler dan bentuk spheris suatu tetesan kecil cairan.
2. Tegangan antar muka (interfasial) adalah tegangan yang diukur pada
bidang matas dua cairan yang saling tidak bias bercampur. Tegangan
natar muka ini penting dalam aspek praktis dan teoritis pada masalah-
masalah emulsi.
Tegangan muka memiliki definisi gaya per unit panjang permukaan
(dyne/cm) atau tenaga per unit permukaan kuadrat (erg/cm2
) ini dapat
dihitung dengan mengetahui secara pasti gaya yang sama dan berlawanan.
31. Metoda pengukuran tegangan muka terdapat dalam setiap text standart
Kimia Fisika.
Metoda kenaikan kapiler
Suatu cairan naik dalam kapiler karena gaya tegangan mukanya bekerja
pada sisi-sisi kapiler, lalu bekerja sepanjang perimeter kapiler, dan menurut
definisi diatas, hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Tegangan muka = gaya / 2μ r
Dimana, r adalah jari-jari kapiler
Gaya ini yang menyebabkan cairan naik ke atas, secara pasti dilawan
oleh efek gravitasi yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
2. Efek Gravitasi = μ r2
h d g
Dimana, r adalah jari-jari kapiler, h adalah tinggi kenaikan, d adalah
kerapatan cairan dan g adalah gaya gravitasi.
Dengan menyamakan kedua gaya tersebut diatas, didapatkan rumusan :
Teganyan muka x 2 μ r = μ r2
h d g atau Tegangan muka = ½ r h
d g
Catatan :
Sudut yang dibuat cairan dengan kapiler pada permukaannya dapat
memodofisir persamaan tersebut, tetapi secara umum untuk cairan efeknya
sedemikian hingga faktor ni dapat diabaikan. Mengukur jari-jari kapiler
merupakan tugas yang sukar dilakukan, namun demikian ada kemungkinan
untuk membandingkan kenaikan kapiler cairan yang belum diketahui
dengan tegangan mukannya, kemudian rasio berikut ini dapat digunakan
untuk perhitungannya.
=
=
Jadi dengan mengetahui kerapatan cairan-cairan dan tingginya kenaikan
dalam kapiler yang sama dengan tegangan muka cairan yang belum
diketahui dapat ditentukan.
32. METODE PERCOBAAN
Tentukan tegangan muka zat-zat berikut ini dengan metode kenaikan kapiler
1. Air
2. Larutan Natrium laurel sulfat 0.01 % , 0,05% dan 0,1 %
3. Paraffin cair
33. PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN
Lembar Laporan Hasil Percobaan
Tanggal : …………………………… Nama: …………………
No : ………………………….... Gol : ……………………
Data Percobaan
Nama zat cair Kerapatan Tinggi
kenaikan
Tegangan
muka
Air
Larutan Natrium lauril
sulfat 0.01 %
Larutan Natrium lauril
sulfat 0.05 %
Larutan Natrium lauril
sulfat 0.1 %
Paraffin cair
Mengetahui,
……………….,……………
Asisten, Praktikan
(…………………….) (…………………………)
34. PERCOBAAN II
MIKROMERITIK
TUJUAN :
1. Menghitung ukuran partikel dengan metode pengayakan bertingkat
TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan dan jelaskan secara lengkap metode-metode yang dapat
digunakan untuk menghitung ukuran partikel!
2. Jelaskan pentingnya mengetahui ukuran partikel suatu bahan obat!
3. Jelaskan cara memperkecil suatu partikel!
KONSEP
Menurut Dalla Valle, mikromeritik merupakan ilmu dan teknologi yang
mempelajari tentang partikel kecil terutama mengenai ukuran partikel.
Ukuran partikel dalam bidang farmasi sangat penting karena berhubungan
dengan kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga menentukan sistem
dispersi farmasetik. Ukuran partikel dapat berkorelasi langsung dengan sifat
fisika, kimia dan farmakologi suatu obat. Dalam tataran klinis ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasan suatu obat yang
diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Keberhasilan formulasi
suspensi, emulsi dan tablet selain dari stabilitas fisik dan respon farmakologi
juga tergantung dari ukuran partikel yang dapat dicapai oleh suatu produk.
Tabel Pembagian Sistem Dispersi Berdasarkan Ukuran Partikel
35. Ukuran partikel adalah diameter partikel suatu paket sampel, karena
umumnya sediaan obat yang digunakan dalam farmasi mengandung
komponen bahan yang berupa partikel -partikel, baik yang sendirian atau
terdispersi sebagai partikel halus dalam medium yang lain, maka penentuan
ukuran partikel (obat) menjadi sangat menentukan. Pengecilan ukuran
partikel hingga batas tertentu sangat menguntungkan, sejak pembuatan
hingga efek obat yang bersangkutan.
Ukuran partikel dapat diperkecil baik dengan metode fisis maupun
dengan metode kimiawi. Prinsip metode kimiawi yang dapat digunakan
adalah dengan pengendapan dari suatu larutan dengan jalan mereaksikan zat
dengan zat lain untuk medapatkan senyawa kimia yang diinginkan dengan
bentuk partikel halus.
Pengukuran ukuran partikel biasanya cukup sukar sekali kecuali jika
partikel tersebut mempunyai bentuk yang tetap dan teratur dan hal ini jarang
terjadi. Pengetahuan statistik berguna sekali dalam hal ini dan umumnya
mempunyai ukuran partikel diasumsikan sebgai diameter bola equaivalen.
Metode pengukuran partikel ada bermacam-macam, mulai dari yang
sederhana sampai yang sangat kompleks dan bergantung pada ukuran
partikel yang diselidiki. Beberapa metode yang digunakan adalah
mikroskopi, pengayakan, pengendapan, adsorpsi, permeatri dan pancaran
radiasi. Metode yang sederhana adalah mikroskopi, pengayakan dan
sedimentasi.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik
b. Ayakan bertingkat dengan beberapa nomer mesh tertentu
c. Alat vibrator
d. Spatula
e. Kertas perkamen
36. 2. Bahan
a. Amilum Manihot
b. Parasetamol
METODE PERCOBAAN METODE PENGAYAKAN
1. Ayakan dibersihkan terlebih dahulu dengan menyikat ayakan secara
perlahan-lahan menggunakan kuas bersih dan kering.
2. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas (nomer
mesh kecil) ke bawah (nomer mesh besar)
3. Timbang kurang lebih 25 gr zat (amilum dan parasetamol) secara
seksama dan tempatkan pada ayakan yang paling atas
4. Serbuk diayak selama kurang lebih 5 menit pada 5 rpm
5. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
6. Dicatat data yang diperoleh dan dihitung nilai % serbuk atau granul yang
tertahan serta hitung ukuran diameter partikel rata-rata dari amilum dan
parasetamol.
METODE PERCOBAAN METODE MIKROSKOPI
1. Persiapan alat, bahan serta kalibrasi lensa mikroskop
Cara kalibrasinya adalah sebagai berikut :
a. Ditempatkan micrometer okuler dan micrometer objektif sesuai
tempatnya di mikroskop
b. Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif
c. Ditentukan garis kedua skala yang tepat berhimpit
d. Ditentukan harga skala okuler
2. Persiapan bahan yang akan dijadikan sampel dan dipreparasi di gelas
objek
3. Pengelompokan, penentuan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar
dan pembagian interval kelas
4. Pengukuran partikel dan penggolongan ke dalam kelompok yang telah
ditentukan dari hasil pengukuran minimal 500 partikel
5. Pembuatan kurva distribusi ukuran partikel dan penentuan nilai beberapa
jenis diameter partikel.
37. Percobaan II
MIKROMERITIK (METODE PENGAYAKAN)
Lembar Laporan Hasil Percobaan
Tanggal : …………………………… Nama: ……………………
No : ………………………….... Gol : …………………....
Data Pengukuran Diameter Partikel
Bahan :
No Mesh d (mm) g (gram) n (%) n x d Diameter partikel
Mengetahui,
……………….,……………
Asisten, Praktikan
(…………………….) (…………………………)
38. Percobaan II
MIKROMERITIK (METODE MIKROSKOPI)
Lembar Laporan Hasil Percobaan
Tanggal : …………………………… Nama: ……………………
No : ………………………….... Gol : …………………....
Data Pengukuran Diameter Partikel
Size
Range
Mid
Range
(d)
Jumlah
Partikel
(n)
n.d n.d2
n.d3
n.d4
Ʃ Ʃn = Ʃnd= Ʃnd2
= Ʃnd3= Ʃnd4
=
39. PERCOBAAN III
SISTEM EMULSI DAN SIFAT-SIFATNYA
TUJUAN
1. Mampu menentukan HLB sediaan emulsi yang stabil.
2. Mampu melakukan evaluasi sediaan emulsi (penentuan fasa dan
stabilitas).
TUGAS PENDAHULUAN
1. Berdasarkan pendekatan pre-formulasi dan tujuan pengobatan,
mengapa suatu bahan aktif obat dibuat sediaan emulsi?
2. Sebutkan apa saja yang harus diperhatikan ketika membuat sediaan
emulsi? Dan jelaskan mengapa hal itu perlu diperhatikan?
3. Bagaimana membuat sediaan emulsi yang baik?
4. Hitung harga HLB oleum cacao pada 100 ml!
KERANGKA KONSEP
Emulsi merupakan system disperse yang umum digunakan dalam
pembuatan sediaan farmasi cair dan terbuat dari kombinasi minyak dan air.
Berdasarkan fase terdispersinya, emulsi dibagi menjadi dua jenis emulsi,
yaitu: emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).
Dalam membuat sistem emulsi, diperlukan emulgator yang akan menjaga
kestabilan sistem dan menjadi parameter kualitas mutu sediaan emulsi.
Emulgator yang sering digunakan untuk menjaga sistem dispersi minyak
dan air diantaranya golongan surfaktan (surface active agent) atau zat aktif
permukaan yang bekerja dengan 3 mekanisme yaitu mengurangi tegangan
antar muka cairan, membentuk lapisan antar muka yang halus (sebagai
pembatas mekanik untuk penggabungan), membentuk lapisan listrik
rangkap (sebagai penghalang elektrik untuk mendekati partikel).
40. Penggunaan emulgator harus tepat dan penentuan komposisi surfaktan
ini dirumuskan sebagai nilai HLB. Nilai HLB adalah nomor yang diberikan
bagi tiap surfaktan dan menunjukkan tipe sistem dispersi suatu sediaan
emulsi. Berikut adalah tabel hubugan nilai HLB dengan tipe system.
Nilai HLB Tipe sistem
3 – 6 A/M emulgator
7 – 9 Zat pembasah (wetting agent)
8 – 18 M/A emulgator
13 – 15 Zat pembersih (detergent)
15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)
Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran
keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar) dan
gugus lipofilik (menyukai minyak atau non-polar), yang merupakan sistem
dua fase yang diemulsikan.Sistem HLB adalah metoda untuk menentukan
HLB-butuh suatu bahan dengan menggunakan berbagai bahan pengemulsi
standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat bantu.Makin rendah nilai
HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut, sedang
makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.
Cara menghitung HLB (Perhitungan jumlah emulgator) butuh suatu
sediaan emulsi menggunakan emulgator surfaktan dicontohkan dengan
formula sebagai berikut;
R/ Zat aktif (minyak) 20% HLB = 7
Emulgator 3%
Air add 100 %
Contohnya emulgator yang dipakai :Tween 80 (HLB = 16) dan Span 80
(HLB = 4,3)
Apabila jumlah Tween 80 = A, maka Span 80 = 3 – A
Sehingga, 16(A) + 4,3(3 – A) = 7 (3)
16A + 12,9 – 4,3A = 21
A = 0.69 (→ Tween 80)
41. Dan, Span 80 = 2,31
Untuk 100 mL sediaan, maka dibutuhkan sbb:
Bahan aktif = 20% x 100 mL ≈ 20 g
Tween 80 = 0.69 % x 100 mL ≈ 0,69 g
Span 80 = 2,31 % x 100 mL ≈ 2,31 g
Aquadest = 100 mL – (Bahan aktif + Tween 80 + Span 80)
Perhitungan Emulgator Cara Aligasi
Tween 80 HLB = 16 2,7 →
7
Span 80 HLB = 4,3 9 →
11,7
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia 250 mL
b. Gelas ukur 100 mL
c. Mixer
d. Timbangan analitik
e. Penangas air
f. Batang pengaduk
g. Cawan porselen
h. Botol semprot
i. Thermometer
j. Pipet tetes
k. Stopwatch
l. Tissue roll dan alumunium foil
42. 2. Bahan
a. Oleum cacao
b. Span 80 dan Tween 80
c. Aquadest
PERCOBAAN
1. Buat 100 mL emulsi oleum cacao, dengan kandungan oleum cacao 10%
serta beberapa variasi jumlah emulgator untuk mencapai nilai HLB 12
(4% emulgator), HLB 13 (5% emulgator), HLB 14 (6% emulgator)
2. Tentukan metode atau cara pembuatan emulsi yang baik
3. Hitung penimbangan Tween 80 dan Span 80, berdasarkan nilai HLB
butuh.
4. Amati dan lakukan evaluasi sebagai berikut
a. Stabilitass sediaan emulsi (penyimpanan pada suhu kamar selama 7
hari dan penyimpanan di oven suhu 40o
C selama 5 hari)
b. Penetapan bobot jenis (FI V )
c. Penentuan volume terpindahkan (FI V )
d. Penentuan tinggi sedimentasi
Perbandingan tinggi lapisan koloid emulsi terhadap tinggi seluruh
sediaan, emulsi dikatakan baik dan stabil jika perbandingannya
mendekati 1.
43. PERCOBAAN III
SISTEM EMULSI DAN SIFAT-SIFATNYA
Lembar Laporan Hasil Percobaan
Tanggal : …………………………… Nama :
……………………
No : ………………………….... Gol :
……………………
Data Percobaan
A. Pengamatan Emulsi
Pengamatan Bobot
jenis
Volume
Terpindahkan
Tinggi
Sediaan
Tinggi
Sedimentasi
(setelah 24
jam)
Perbandingan
tinggi sediaan
: tinggi
sedimentasi
HLB 12
HLB 13
HLB 14
B. Perhitungan HLB
Mengetahui,
……………….,……………
Asisten, Praktikan
(…………………….) (…………………………)
44. PERCOBAAN IV
UJI STABILITAS
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui prinsip uji stabilitas dipercepat (accelerated study) dan uji
stabilitas jangka panjang (real-time study)
2. Mampu menjelaskan intepretasi data studi stabilitas obat jadi
3. Memahami faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu produk obat jadi
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan manfaat melakukan uji stabilitas produk obat jadi !
2. Sebutkan 3 perbedaan uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka
panjang !
3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu obat jadi!
4. Sebutkan 5 contoh bentuk ketidak stabilan produk farmasi !
5. Kapan produk obat jadi harus dilakukan studi stabilitas dan studi profil
disolusinya?
KERANGKA KONSEP
Suatu obat dinyatakan stabil apabila kadarnya tidak berubah selama masa
penyimpanan. Obat juga dapat dinyatakan tidak stabil ketika obat tersebut
mengalami perubahan warna, bau, dan bentuk serta ditemukan adanya cemaran
mikroba (Fitriani, 2015).
Uji stabilitas obat dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu uji stabilitas
real time dan uji stabilitas dipercepat. Kedua metode tersebut dilakukan dengan
cara mengambil 10 atau lebih sediaan kemudian ditempatkan pada kondisi real
time (misalnya 5°C) dan pada kondisi stabilitas dipercepat (misalnya 30°C/65%
RH). Waktu yang diperlukan adalah 6 bulan hingga 2 tahun untuk uji stabilitas
real time dan 1 sampai 3 bulan untuk uji stabilitas dipercepat (Kelly, 2008).
45. PERCOBAAN
Siapkan masing – masing kelompok 1 botol suspense amoksisilin.
Lakukan peeriksaan kadar amoksisilin dalam suspense segera setelah dilarutkan
(hitung sebagai C0). Simpan 3 botol pada suhu ruang dan 3 botol pada climatic
chamber pada suhu 60C. Ukur kadar amoksisilin setiap hari hingga hari ke 5.
Pengukuran kadar dilakukan dengan metode spektrofotometri UV pada
panjang gelombang 291 nm. 80mg amoksisilin standar dilarutkan dalam NaOH
0,1 N hingga diperoleh 100 ml larutan 800 ppm. Satu milliliter larutan
amoksisilin 800 ppm diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga diperoleh 10 ml
larutan amoksisilin 80 ppm. Lima milliliter larutan amoksisilin 800 ppm
diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga diperoleh 10 ml larutan amoksisilin 400
ppm. Masing-masing 1 ml, 3 ml,dan 5 ml larutan amoksisilin 400 ppm
diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga diperoleh 10 ml larutan amoksisilin 40,
120 dan 200 ppm. Lima milliliter larutan amoksisilin 200 ppm diencerkan dengan
NaOH hingga diperoleh 10 ml larutan amoksisilin 100 ppm. Lima milliliter
larutan amoksisilin 100 ppm diencerkan dengan NaOH hingga diperoleh 10 ml
larutan amoksisilin 50 ppm. Larutan amoksisilin 80 ppm diukur serapannya pada
rentang panjang gelombang 200 – 380nm. Secara teoritik amoksisilin
memberikan serapan maksimum pada 247 dan 291nm. Larutan amoksisilin
40,50,80,100 dan 120 ppm diukur absorbansinya pada 291nm dengan blanko
NaOH 0.1N.
. Satu mililiter suspensi amoksisilin yang baru saja dibuat ditambah
NaOH 0,1 N kemudian dikocok hingga diperoleh 25 ml larutan. Larutan tersebut
disaring menggunakan corong pisah yang dilapisi kertas Whattman no 42. Satu
milliliter filtrat diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga diperoleh 10 ml larutan
yang selanjutnya disebut sampel suspensi hari ke 0. Larutan sampel hari ke 0
diukur absorbansinya panjang gelombang 291 nm dengan blanko NaOH 0,1 N.
Pengukuran yang sama dilakukan pada suspense yang disimpan setelah 1,2,3,4 &
5 hari.
Buat kurva hubungan lama penyimpanan dan kadar, untuk memprediksi
waktu kadaluwarsa suspense amoksisilin. Secara teoritik suspense amoksisilin
dapat digunakan hingga 7 hari setelah pembuatan.
46. PERCOBAAN V
KELARUTAN DAN KSP
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Membedakan kelarutan tak jenuh, jenuh dan sangat jenuh
2. Menghitung Qc NaCl, PbI2 dan Ba(OH)2.
3. Membandingkan pengaruh Qc dan Ksp terhadap kelarutan
TUGAS PENDAHULUAN
Cari nilai Ksp NaCl, PbI2 dan Ba(OH)2.
KERANGKA KONSEP
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama
(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut
(tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut),
partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul)
dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah
cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa
berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat
terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume
terbesar.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut
dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,
47. larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung
lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp
berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
PERCOBAAN
Percobaan 1
1. Memasukkan 2 mL larutan NaOH 0,05 M kedalam tabung reaksi I.
2. Mengambil 4 mL larutan HCl 0,05 M dengan gelas ukur.
3. Menambahkan larutan HCl ke dalam larutan NaOH tetes demi tetes dengan
pipet tetes. Menghentikan penambahan larutan HCl tepat ketika warna keruh (
endapan ) terbentuk untuk pertama kali nya. Mencatat volume HCl yang
ditambahkan.
4. Melanjutkan penambahan larutan HCl sampai volume 6 mL. Mengamati
perubahahn larutan.
5. Mencatat hasil pengamatan di tabel pengamatan.
Percobaan II
1. Memasukkan 3 mL larutan Pb(NO3)2 0,05 M kedalam tabung reaksi 2.
2. Mengambil 8 mL larutan KI 0,05 M dengan gelas ukur.
3. Menambahkan larutan KI ke dalam larutan Pb(NO3)2 tetes demi tetes dengan
pipet tetes. Menghentikan penambahan larutan KI tepat ketika warna keruh (
endapan ) terbentuk untuk pertama kali nya. Mencatat volume KI yang
ditambahkan.
4. Melanjutkan penambahan larutan KI sampai volume 8 mL. Mengamati
perubahahn larutan.
5. Mencatat hasil pengamatan di tabel pengamatan.
48. Percobaan III
1. Memasukkan 3 mL larutan BaCl2 0,05 M kedalam tabung reaksi 3.
2. Mengambil 8 mL larutan NaOH 0,05 M dengan gelas ukur.
3. Menambahkan larutan NaOH ke dalam larutan BaCl2 tetes demi tetes dengan
pipet tetes. Menghentikan penambahan larutan NaOH tepat ketika warna keruh (
endapan ) terbentuk untuk pertama kali nya. Mencatat volume NaOH yang
ditambahkan.
4. Melanjutkan penambahan larutan NaOH sampai volume 8 mL. Mengamati
perubahahn larutan.
49. PERCOBAAN VI
LARUTAN DAPAR
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari sifat-sifat larutan dapar meliputi pengenceran, penambahan
asam dan penambahan basa.
2. Mempelajari kapasitas larutan dapar.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan pengertian larutan dapar
2. Bagaimana pengaruh pengenceran, penambahan asam dan penambahan
basa pada larutan dapar?
3. Bagaimana cara menghitung kapasitas dapar ?
KERANGKA KONSEP
Larutan dapar adalah larutan yang dengan penambahan sedikit asam atau
dengan basa dan pengenceran yang lebih kecil dari 10 kali tidak memberikan
perubahan pH yang berarti. Oleh karena kemampuannya dalam menahan
perubahan pH, maka larutan dapar disebut juga larutan penahan atau larutan
penyangga. Campuran zat yang dapat menahan perubahan pH disebut sistem
dapar atau dapar. Umumnya sistem dapar merupakan campuran asam lemah
dengan basa kojugatnya atau campuran basa lemah dengan asam konjugatnya.
PERCOBAAN
Pengaruh pengenceran terhadap larutan buffer
1) Ambil 2 tabung reaksi
2) Tabung I : isi dengan 2 ml larutan buffer (tanpa pengenceran)
3) Tabung II : isi dengan 2 ml larutan buffer dan 4 ml akuades (pengenceran 3x)
4) Ukurlah pH
Pengaruh asam terhadap larutan buffer
1) Ambil 3 tabung reksi, kemudian isilah tiap-tiap tabung dengan:
50. Tabung I : 2 ml akuades
Tabung II : 2 ml larutan NaOH 0,01 N
Tabung III : 2 ml larutan buffer
2) Ukurlah pH ketiga tabung
3) Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 tetes larutan HCL 0,01 N
4) Ukurlah pH ketiga tabung
Pengaruh basa terhadap larutan buffer
1) Ambil 3 tabung reksi, kemudian isilah tiap-tiap tabung dengan:
Tabung I : 2 ml akuades
Tabung II : 2 ml larutan HCL 0,01 N
Tabung III : 2 ml larutan buffer
2) Ukurlah pH ketiga tabung
3) Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 tetes larutan NaOH
0,01 N
4) Ukurlah pH ketiga tabung
Kapasitas buffer phosphate pH 7 terhadap senyawa basa
1. Ambil tabung reaksi, kemudian isilah dengan 1 mL larutan, ukur pH nya
sebagai pH awal larutan dapar
2. Teteskan 2 tetes indicator pp
3. Tambahkan larutan NaOH 0,01 N tetes demi tetes
4. Catat penambahan larutan NaOH dan amati perubahan warna larutan dapar.
Bila larutan buffer masih jernih maka pH daparbelum berubah banyak atau
dianggap tetap
5. Hentikan penambahan larutan NaOH bila pH larutan dapar telah
berubah warna menjadi merah muda
6. Ukurlah pH larutan dapar
7. Hitunglah kapasitas dapar (mol/L) larutan dapar fosfat pH 7