REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
MODERASI] Moderasi Beragama Kunci Kerukunan
1. Direktorat GTK M a d r a s a h
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
POPI PUADAH
Dosen Pascasarjana
Universitas Islam Jakarta
3. TUJUAN YANG INGIN DICAPAI
SETELAH MEMPELAJARI SESI INI, PESERTA DIHARAPKAN MAMPU:
1. Memahami urgensi moderasi beragama di madrasah
2. Memahami konsep moderasi beragama
3. Mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama di
madrasah
9. TANTANGAN KEHIDUPAN KEAGAMAAN SAAT INI
Menguatnya pandangan, sikap, dan perilaku keagamaan
eksklusif yang bersemangat menolak perbedaan dan
menyingkirkan kelompok lain
Tingginya angka kekerasan bermotif agama yang
disebabkan pandangan, sikap, dan cara beragama yang
eksklusif
Berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras
dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI
1
2
3
10.
11. Berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik
beragama yang berlebihan (ekstrem), yang
mengesampingkan martabat kemanusiaan
18. BIAS KOGNITIF
Bias kognitif adalah bias sistematis dalam memandang dunia dan
kehidupan pada sistem berpikir kita. Ia akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang muncul dari cara orang memproses
informasi.
Bentuk-bentuk bias kognitif:
1. Egocentric Memory–--Mengingat bukti yang menguatkan
pendapatnya dan melupakan bukti yang tidak mendukung
pendapatnya
2. Egocentric Myopia---Melihat sesuatu hanya dari sudut pandangnya
3. Egocentric Righteousness---Menganggap diri paling benar/hebat
4. Egocentric Hypocrisy---Menerapkan standar ganda kepada orang lain
5. Egocentric Oversimplification---Terlalu menyederhanakan masalah
6. Egocentric Blindness---Tidak memperhatikan bukti yang berlawanan
dengan keyakinannya
19. EGOCENTRIC MEMORY
Kecenderungan alamiah seseorang untuk ‘melupakan’
bukti dan informasi yang tidak mendukung pendapat dan
‘mengingat’ bukti dan informasi yang mendukung
pendapatnya.
Cara Mengoreksinya:
Sengaja mencari bukti dan informasi yang tidak
mendukung pendapatnya dan secara eksplisit
mengarahkan perhatian kepada bukti dan informasi ini.
Ketika mencoba kemudian tidak menemukan bukti dan
informasi tersebut, asumsikanlah bahwa proses
mencarinya belum dilakukan secara benar
20. EGOCENTRIC MYOPIA
Kecenderungan alamiah seseorang untuk berpikir ‘absolutist’
dalam sudut pandang yang sangat sempit, hanya dari sudut
pandang dirinya.
Cara Mengoreksinya:
Secara rutin berpikir dengan sudut pandang yang berlawanan
dengan sudut pandangnya. Misalnya, kalau Anda sebagai aktivis,
coba berpikir sebagai pemerintah; kalau Anda sebagai wakil
pemerintah, coba berpikir sebagai aktivis; kalau Anda sebagai
pengusaha coba berpikir sebagai pekerja, begitu sebaliknya, dan
seterusnya.
Ketika Anda belum menemukan prasangka-prasangka pribadi dalam
proses ini, tanyakanlah apakah Anda sudah jujur untuk mencobanya
21. EGOCENTRIC RIGHTEOUSNESS
Kecenderungan alamiah seseorang untuk merasa lebih baik, lebih
hebat atau ‘superior’ karena yakin benar, padahal belum tentu
benar.
Cara Mengoreksinya:
Secara berkala mengingatkan diri betapa banyak hal yang belum
kita ketahui. Cobalah membuat daftar pertanyaan-pertanyaan
dalam hidup yang belum terjawab
Jika daftarnya terlalu pendek atau sedikit apalagi kosong, Anda
perlu meragukan cara Anda bertanya
22. EGOCENTRIC HYPOCRISY
Kecenderungan alamiah untuk mengabaikan inkonsistensi.
Misalnya inkonsistensi antara kata dan perbuatan atau standar
yang kita terapkan pada diri sendiri dan orang lain.
Cara Mengoreksinya:
Secara berkala membandingkan standar yang kita
terapkan pada diri sendiri dan orang lain
Jika tidak menemukan inkonsistensi dalam pikiran atau
perbuatan Anda, bertanyalah apakah Anda sudah
menggali lebih dalam atau tidak
23. EGOCENTRIC OVERSIMPLIFICATION
Kecenderungan alamiah untuk mengabaikan kompleksitas masalah
dengan memilih pandangan yang sederhana bila kompleksitas itu akan
mengubah pendapatnya
Cara Mengoreksinya:
Secara rutin memfokuskan pikiran pada kompleksitas masalah
dan secara eksplisit memformulasikannya dalam kata-kata
Jika Anda tidak menemukan bahwa Anda telah menyederhanakan
banyak masalah penting, bertanyalah apakah Anda telah benar-
benar mengonfrontasikan diri pada kompleksitas dalam masalah
yang dihadapi
24. EGOCENTRIC BLINDNESS
Kecenderungan alamiah untuk tidak memperhatikan fakta
atau bukti yang berlawanan dengan kepercayaan dan nilai-
nilai yang diyakini
Cara Mengoreksinya:
Secara eksplisit mencari fakta dan bukti tersebut
Bila Anda tidak mendapati diri Anda mengalami keresahan dalam
mencari fakta dan bukti ini, maka Anda perlu bertanya apakah
Anda telah secara serius menanggapi fakta dan bukti ini.
Bila Anda dapati bahwa semua kepercayaan-kepercayaan Anda
benar sejak awalnya, maka mungkin Anda telah secara canggih
“mengelabui diri sendiri”
25. V o i c e o f
J u d g e m e n t
Voice of Cynicism
Voice of Fear
Open Mind
Open Heart
Open Will
26. KONDISI KEBERAGAMAAN MASYARAKAT INDONESIA
KEBERAGAMAAN
INDONESIA:
Madzhab, sekte,
aliran, dsb
PERLU PEREKAT:
MODERASI BERAGAMA untuk
mempererat Ukhuwah
Islamiyah, Ukhuwah
Wathoniyah, ukhuwah
basyariyah
RAGAM TAFSIR
KEBENARAN
POTENSI KONFLIK
27. APA YANG DIMAKSUD DENGAN MODERASI
BERAGAMA DAN APA SAJA INDIKATOR NILAI-NILAI
MODERASI BERAGAMA
28. Rumusan
Moderasi Beragama
Moderasi beragama
sesungguhnya
merupakan kunci
terciptanya toleransi
dan kerukunan, baik di
tingkat lokal, nasional,
maupun global.
MODERASI, menurut kamus bahasa:
• Bahasa Indonesia: 1. pengurangan kekerasan dan 2. penghindaran
keekstreman.
• Bahasa Latin: ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).
• Bahasa Inggris: core (inti, esensi), standard (etika).
• Bahasa Arab: wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna
dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun
(berimbang).
8
Cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan
bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran
agama – yang melindungi martabat kemanusiaan dan
membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil,
berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan
berbangsa
29. BATASAN MODERASI BERAGAMA
Moderasi beragama
sesungguhnya
merupakan kunci
terciptanya toleransi
dan kerukunan, baik di
tingkat lokal, nasional,
maupun global.
8
Cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang tidak
berlebihan dan tidak melampaui batas.
Pengamalan agama yang berlebihan dapat menyebabkan
seseorang mudah menyalahkan, mengkafirkan, atau
membid’ahkan orang lain dan menganggap dirinya yang
paling benar.
Pengamalan agama yang melampaui batas dapat
menyebabkan seseorang akan menyepelekan ajaran agama
dan menafsirkan Al-Qur’an dan Hadits secara bebas
berdasarkan logika .
30. Moderasi
Beragama
Bukan
Moderasi
Agama
Agama tidak perlu dimoderasi karena
agama itu sendiri telah mengajarkan
prinsip moderasi, keadilan, dan
keseimbangan (Al Baqarah:143)
Jadi bukan agamanya yang harus
dimoderasi, melainkan cara pandang dan
sikap umat beragama dalam memahami
dan menjalankan agamanya yang harus
dimoderasi
Tidak ada agama yang mengajarkan
ekstremisme, tapi tidak sedikit orang
yang memahami dan menjalankan ajaran
agamanya secara ekstrem
31. 4 Indikator Nilai
ADAPTIF TERHADAP
KEBUDAYAAN LOKAL
Orang-orang yang moderat memiliki
kecenderungan lebih ramah dalam penerimaan
tradisi dan budaya lokal dalam perilaku
keagamaannya, sejauh tidak bertentangan
dengan pokok ajaran agama.
TOLERANSI
Sikap untuk memberi ruang dan tidak
mengganggu hak orang lain untuk
berkeyakinan, mengekspresikan
keyakinannya, dan menyampaikan
pendapat, meskipun hal tersebut berbeda
dengan apa yang kita yakini. Jadi toleransi
mengacu pada sikap terbuka, lapang dada,
sukarela, dan lembut dalam menerima
perbedaan
ANTI KEKERASAN
Menolak cara-cara kekerasan dalam
menyelesaikan masalah, misalnya
dalam melakukan perubahan yang
diinginkan
KOMITMEN KEBANGSAAN
Penerimaan terhadap prinsip-prinsip
berbangsa yang tertuang dalam Konstitusi
UUD 1945 dan regulasi di bawahnya.
Indikator inilah yang sering juga
dipergunakan sebagai indikator
ekstremisme yang biasanya memiliki
pandangan ingin mengubah sistem sosial
dan politik yang sudah ada dan menghujat
Pancasila sebagai thaghut Moderasi Beragama
32. 1. Kemanusiaan
2. Kemaslahatan Umum
3. Adil
4. Berimbang
5. Taat Konstitusi
6. Komitmen Kebangsaan
7. Toleransi
8. Anti Kekerasan
9. Penghormatan kepada Tradisi
INI MERUPAKAN GABUNGAN ANTARA DEFINISI MODERASI
BERAGAMA DAN INDIKATOR NILAI-NILA MODERASI
SEMBILAN KATA KUNCI MODERASI BERAGAMA
33. IMPLEMENTASI DI MADRASAH
Dalam KMA 184 2019 memuat pedoman “Implementasi Moderasi
Beragama” sebagai berikut:
o Setiap guru mata pelajaran wajib menanamkan nilai moderasi beragama.
o Penanaman nilai moderasi beragama kepada peserta didik bersifat hidden curriculum
dalam bentuk pembiasaan, pembudayaan dan pemberdayaan dalam kehidupan
sehari-hari.
o Implementasi penanaman nilai moderasi beragama kepada peserta didik tidak harus
tertuang dalam administrasi pembelajaran guru (RPP), namun guru wajib
mengkondisikan suasana kelas dan melakukan pembiasaan yang memungkinkan
terbentuknya budaya berfikir moderat dalam beragama serta menyampaikan pesan
moral kepada peserta didik.
34. IMPLEMENTASI DI MADRASAH
Moderasi beragama tidak menjadi mata pelajaran sendiri, akan tetapi muatannya
sudah terintegrasi di dalam semua mata pelajaran yang diajarkannya, terutama
pada rumpun mata pelajaran PAI yang meliputi Al-Quran dan Hadits, Fikih, atau
Akidah Akhlak atau Tasawuf, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan pada
jenjang MA ada pelajaran Tafsir/Ilmu Tafsir dan Ushul Fikih.
Muatan moderasi juga disisipkan pada pengajaran bahasa Arab di lingkungan
madrasah.
Muatan moderasi secara substantif masuk ke dalam sub-sub bab yang ada di
semua mata pelajaran itu baik tersirat maupun tersurat.
35. STRATEGI IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA
DI MADRASAH
1. Menyisipkan (insersi) muatan moderasi dalam setiap materi yang relevan.
Implementasinya lebih ditekankan pada aspek bagaimana substansi tersebut
dikaitkan dengan spirit moderasi beragama dan dapat diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Mengoptimalkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat melahirkan
cara berfikir kritis, bersikap menghargai perbedaan, menghargai pendapat orang
lain, toleran, demokratis, berani menyampaikan gagasan, sportif dan bertanggung
jawab--- Metode Diskusi, jigsaw, PJBL, PBL, dlsb.
3. Menyelenggarakan program pendidikan, pelatihan dan pembekalan tertentu
dengan tema khusus tentang moderasi beragama.
(Peraturan Dirjen Pendis No 7272 Tahun 2019)
37. DISKUSI KELOMPOK
Berdasarkan kata kunci moderasi beragama
1. Identifikasi implementasi nilai-nilai moderasi beragama yang
sudah dilakukan di lingkungan madrasah
2. Identifikasi kebijakan atau tindakan yang selama ini
betentangan dengan nilai-nilai moderasi beragama di
lingkungan madrasah
PRESENTASIKAN HASIL DISKUSINYA DALAM ROOM BESAR