2. Anggota kelompok
1. Arsita Chomiarni (211601003)
2. Dea Shofi W (211601008)
3. Eka Laily R (211601013)
4. Ester Dwi R (211601018)
5. Fauzia Cahya N (211601023)
6. Gita Magfiroh (211601028)
7. Nur Khasani (211601033)
8. Tara Deranica T.C.A.U (211601038)
9. Adellia Amanda N (211601043)
3. A. De
fi
nisi Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari
informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan
emosi dimana individu menyampaikan hubungan (Potter-Perry, 301).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakanpada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
4. B. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia, sebagai berikut :
1. Faktor klien
Meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran dan penglihatan, kurang hati-hati, tema
yang menetap, misal kepedulian terhadap kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut
kehilangan kontrol, dan kematian).
2. Faktor perawat
Meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidak pahaman perawat.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia dan terganggunya penerimaan pesan yang
disampaikan.
5. C. Hambatan Komunikasi Pada Lansia
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku di bawah ini:
•Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara).
•Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
•Menonjolkan diri sendiri.
•Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan.
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah :
•Menarik diri bila diajak berbicara
•Merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
•Merasa tidak berdaya
•Tidak berani mengungkapkan keyakinan
6. Lalu bagaimana cara mengatasi
hambatan berkomunikasi pada lansia?
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5. Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
6. Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia.
7. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
8. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir.
9. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.
7. D. Pendekatan Komunikasi
Pada Lansia
1. Pendekatan Fisik
3. Pendekatan sosial
2 . Pendekatan Spikis
4. Pendekatan
spiritual
keterampilan komunikasi yang penting dilakukan perawat
pada saat komunikasi dengan lansia sebagai berikut
•
• 1) Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta menjelaskan
tujuan
dan lama wawancara.
• 2) Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespons verbal.
• 3) Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
• 4) Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berpikir abstrak.
• 5) Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respons
nonverbal, seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan menyentuh pasien.
• 6) Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan
distress yang ada.
• 7) Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara
pengkajian.
• 8) Perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan dengan
cermat
dan tetap mengobservasi.
• 9) Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
• 10) Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
• 11)Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
• 12) Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien
atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
• 13) Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
8. E. Teknik atau Tahap
Komunikasi Terapeutik Pada
Lansia
1. Teknik Asertif
6. Sabar dan Ikhlas
5. Klarifikasi
4. Supportif
3. Fokus
2. Responsif
•
9. F. Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Tujuan Komunikasi Terapeutik Pada LansiaTujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien
untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan, mengurangi keraguan,
membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya,
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan,
mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional
dan proposional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006).