Tari tradisional Gandrung Banyuwangi terdiri dari 3 bagian yaitu Jejer, Maju, dan Seblang Subuh. Pertunjukan diawali dengan penari solo di Jejer, dilanjutkan dengan penari berinteraksi dengan tamu di Maju, dan ditutup dengan gerakan mistis Seblang Subuh. Musik pengiring terdiri dari gendang, gong, dan alat musik tradisional lainnya. Busana penari menggunakan batik dengan hiasan emas dan perak serta
3. A. ASAL-USUL TARI GANDRUNG
Kata ‘Gandrung’ dalam bahasa indonesia adalah suka,tergila-
gila,atau idola. Berdasarkan sejarahnya, tari ini berasal dari tari seblang
yang bersifat pemujaan.
Oleh masyarakat Banyuwangi, kata ”Gandrung”
diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris
kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi
masyarakat kota Blambangan Tari Gandrung dipertontonkan sebagai
wujud syukur atas hasil panen.
Tarian ini melibatkan seorang wanita penari professional yang
menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau
gamelan Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di
ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah
tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan
Gandrung, dan anda akan menjumpai patung penari Gandrung di
berbagai sudut wilayah Banyuwangi, dan tak ayal lagi Banyuwangi
sering dijuluki Kota Gandrung.
NEXT
4. Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh
para lelaki yang didandani seperti perempuan dan menurut laporan Scholte
(1927) instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini
adalah kendang. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun
lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an, yang dimungkinkan karena
ajaran Islam melarang segala bentuk travesty atau berdandan seperti
perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada
tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Sedangkan Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah
adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia
sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu
Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan
hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi
(Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken
Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu
Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan
dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya
Gandrung oleh wanita.
NEXT
5. B. TATA BUSANA PENARI
Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat
dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen
kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan
berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada,
sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan
terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan
yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian
atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan
satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan
ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain
berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu
dikenakan di bahu.
NEXT
6. Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang
disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan
diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen
tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa
namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari
gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat
pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung.
Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian
dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna
perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat
telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut ”cundhuk
mentul” di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang
Hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
NEXT
7. Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak
bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak
dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak
gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada
dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum
tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki,
namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu
memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
Pelengkap
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa
dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari
gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk
bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam
bagian seblang subuh.
NEXT
8. C. MUSIK PENGIRING
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari
satu buah kempul atau gong satu buah kluncing (triangle), satu atau
dua buah biola, dua buah kendhang,dan sepasangkethuk. Di
samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak
diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi
semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek
kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat
diambil oleh pemain kluncing.
Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung,
atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.
NEXT
9. F. PROPERTI
Properti yang digunakan antara lain:
Geter
Omprog
Ikat Bahu, Gelang
Ilat-ilat
Kepet
Pending
Renggoan werna-werna
Sembongan
Lakaran
Sampur
Kasut
Otok/Kemben
NEXT
11. D. TAHAPAN-TAHAPAN PERTUNJUKAN
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:
JEJER
Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada
bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa
tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
MAJU
Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-
selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih
dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu
terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di
tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari
dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah
esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu. Setelah selesai, si
penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu
penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-
seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan
berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang
pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton
yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.
12. SEBLANG SUBUH
Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan
gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat
sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari
yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang
dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali
sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento.
Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih
terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau
penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari
wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap
dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu
pertunjukan pentas gandrung.
NEXT
13. G. KOMPOSISI KOREOGRAFIS
Titik tumpu, pada umumnya tarian Banyuwangi, bertitik tumpu
pada berat badan terletak pada tapak kaki bagian depan (jinjid).
Tubuh bagian dada di dorong kedepan seperti pada tari Bali
Gerak tubuh ke depan yang di sebut dengan ngangkruk
Gerak persendianterbagi dalam gerak leher,misalnya:
>Deleg Duwur, yaitu gerakan kepala dan leher yang
digerakkan hanya leher bagian atas saja, gerak kepala ke
kiri dan ke kanan.
>Deleg nduwur atau dinggel, yaitu sama dengan atas
hanya saja disertai dengan tolehan.
>Deleg manthuk, yakni gerakan kepala mengangguk.
>Deleg layangan, yaitu gerakan deleg duwur yang
disertai dengan ayunan tubuh.
>Deleg gulu, yaitu gerakan kepala ke kiri dan ke kanan.
NEXT
14. Sikap dan gerak jari, gerakan ini ada 3 (tiga) macam
diantarannya:
1. Jejeb yaitu posisi tiga jari merapat dan telunjuk
merapat pada ibu jari.
2. Cengkah yaitu keempat jari merapat dan ibu jari tegak
kearah telapak tangan.
3. Ngeber yaitu telapak tangan terbuka, tangan lurus sejak
pangkal lengan sampai ujung jari.
Gerak persendian bahu. Gerakan ini dalam tari gandrung
terdiri dari: Jingket (gerakan bahu yang di gerakan ke atas
kebawah atau ke samping,) Egol pantat yang lombo dan kerep,
yakni gerakan pantat ke kanan ke kiri mengikuti iringan musik
gendang.
NEXT