SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
1.1.Latar Belakang 
Sel darah merah atau eritrosit adalah cakram bionkaf tidak berinti yang kira-kira 
berdiameter 8 mikro meter. Stroma bagian luar membran sel mengandung antigen 
golongan A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah. Komponen utama 
sel darah merah adalah hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dan 
sebagian kecil karbondioksida dan mempertahankan pH normal. 
Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada laki-laki 
daripada perempuan. Bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang lebih tinggi 
daripada orang dewasa. Jika jumlah sel darah merah lebih tinggi dalam sirkulasi dari 
biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi 
sebaliknya, jika sel darah merah lebih rendah dari daripada biasanya, dan kondisi ini 
disebut sebagai anemia. jumlah sel darah merah yang berlebih biasanya tidak terdapat 
tanda gejala, pada tahap awal polisitemia. 
1.2.Rumusan Masalah 
1. Apakah pengertian polisitemia ? 
2. Apa etiologi dari polisitemia ? 
3. Bagaimana patofisiologi polisitemia ? 
4. Bagaimana manifestasi klinik polisitemia ? 
5. Bagaimana evaluasi diagnostik polisitemia ? 
6. Bagaimana penatalaksanaan polisitemia ? 
1.3. Tujuan 
1. Tujuan umum 
Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan sistem Imunologi yaitu 
Polisitemia 
2. Tujuan Khusus 
a. Untuk mengetahui pengertian polisitemia 
b. Untuk mengetahui penyebab polisitemia
2 
c. Untuk mengetahui patofisiologi polisitemia 
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik polisitemia 
e. Untuk mengetahui evaluasi diagnostic polisitemia 
f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan polisitemia
3 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1.Pengertian Polisitemia 
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah). 
Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di 
dalam darah. 
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah 
akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. 
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak 
memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan 
hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 
juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl. 
Meningkatnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah, viskositas darah 
total,merupakan peristiwa yang menyebabkan melambatnya aliran darah dan merupakan 
penyebab dari manifestasi patofisiologi penyakit ini. Meningkatnya viskositas 
mengakibatkan peningkatan volume darah dan selanjutnya diikuti meningkatnya kerja 
jantung,vasodilatasi serta meningkatnya suplai oksigen ke jaringan. 
Terdapat 2 jenis polisitemia,yaitu : 
1) Polisitemia primer (vera) merupakan gangguan mielopoliferatif. Sel induk pluripoten 
abnormal,biasanya disertai dengan eritrositosis,leukositosis,dan trombositosis. 
Polisitemia vera merupakan penyakit progresif pada usia pertengahan, lebih banyak 
mengenai pada laki-laki daripada perempuan. Peningkatan volume dan vaskositas 
darah (aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah trombosit dan fungsi 
trombosit abnormal dapat menyebabkan seseorang mengalami trombosis dan 
pendarahan.Penyakit ini berkembang dalam waktu 10-15 tahun. Selama waktu itu 
limpa dan hati membesar, disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang menjadi 
fibrosis dan akhirnya nonproduktif, atau berubah menjadi leukemia mielogenik 
akut,baik sebagai akibat dari pengobatan atau perkembangan penyakit. (Sylvia : 2005) 
2) Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang beredar pada pembuluh darah 
berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume sel darah merah di dalam
sirkulasi normal. Oleh karena itu, hematokrit pada laki-laki kira-kira 57% dan pada 
perempuan meningkat sampai 54%. Penyebab yang paling mungkin adalah dehidrasi. 
Paling sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan,obese,sangat cemas disertai 
hipertensi. 
4 
2.2.Etiologi 
Etiologi yang sering muncul secara umum: 
a. Berkurangnya volume plasma.Dehidrasi akut tanpa peningkatan masa sel darah merah 
merupakan penjelasan yang lazim. 
b. Hipoksia, Sejauh ini merupaka etiologi polycythemia sekunder yang paling lazim. 
Pemeriksaan fungsi paru dan desaturasi oksigen pada penentuan gas darah mungkin di 
diagnostic. 
c. “ Sindrom Gaisbock “ (polycythemia beban). Biasanya terlihat peningkatan 
hematokrit pada pria setengah baya yang merokok berlebihan dan hipertensi serta 
tidak memiliki satupun gambaran klinis polycytemia. Masa sel darah merah biasanya 
normal (normal tinggi) dan volume plasma menurun. Banyak yang tidak menganggap 
hal ini sebagai suatu sindrom tetapi hanya sebagai salah satu ujung kurva normal 
berbentuk bel. Serta merokok dapat meningkatkan hematokrit akibat pembentuksn 
karboksihemoglobin. 
1) Polisitemia primer 
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya 
tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh 
kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan peningkatan sel darah merah. 
2) Polisitemia sekunder 
Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor 
lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti: 
a. tumor hati, 
b. tumor ginjal atau sindroma Cushing 
c. peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap hipoksia 
kronis (kadar oksigen rendah) 
d. perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit 
paru-paru parah, dan penyakit jantung.
Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak sel 
darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh. 
5 
2.3.Patofisiologi 
Di dalam tubuh kita terdapat darah yang berfungsi untuk menyalurkan sari makanan 
dan oksigen ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengumpulkan sampah dari jaringan tubuh 
kemudian dikeluarkan melalui paru-paru dan ginjal. Namun pernahkah kalian tahu 
bagaimana darah itu terbentuk? 
Hemopoiesis (hematoiesis) yaitu proses pembentukan elemen-elemen berwujud 
darah. Proses pembentukan ini terutama terjadi di sumsum tulang merah misalnya di 
epifisis tulang panjang (pangkal lengan dan tulang paha), tulang pipih (tulang rusuk dan 
tulang kranium), vertebra dan tulang panggul. Di dalam sumsum tulang merah, sel 
hemasitoblas membelah menjadi sel “blas”. Sel-sel ini kemudian menjadi elemen 
berwujud darah dengan tergolong menjadi beberapa kelompok. 
Eritropoiesis. 
Eritropoiesis, yaitu proses pembentukan darah khususnya darah merah (eritrosit). Proses 
ini dimulai dengan terbentuknya proeritroblas yang berasal dari sel hemopoitik. Setelah 
3-5 hari, beberapa berkembang dengan proliferasi ribosom (penggandaan ribosom) dan 
sintesis hemoglobin. Akhirnya, inti sel dikeluarkan, membuat depresi pada bagian pusat 
sel. Eritrosit muda, yang biasa dikenal dengan retikulosit, yang masih mengandung 
beberapa ribosom dan retikulum endoplasmik, memasuki aliran darah dan kemudian 
berkembang menjadi eritrosit dewasa setelah 1-2 hari. 
Leukopoiesis 
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony 
stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini 
dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa. Perkembangan dari setiap sel darah 
putih dimulai dengan terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel “blas” 
seperti berikut ini. 
a. Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu 
eosinofil, neutrofil, dan basofil. 
b. Monoblas berkembang menjadi monosit. 
c. Limfoblas akan berkembang menjadi limfosit.
6 
Trombopoiesis 
Jika di atas kita sudah belajar mengenai pembentukan sel darah merah dan putih, maka 
yang terakhir dari komponen darah yang akan kita ketahui lebih lanjut yaitu 
pembentukan trombosit (keping darah). Pembentukan keping darahdimulai dengan 
pembentukan megakarioblas dari sel batang hemopoitik. Megakarioblas membelah tanpa 
sitokinesis menjadi megakariosit, sel raksasa dengan inti besar dan multilobus (banyak 
ruang). Megakariosit kemudian terpecah-pecah menjadi segmen-segmen ketika membran 
plasma tertekuk ke dalam sitoplasma. 
Terdapat 2 jenis polisitemia yaitu primer, dan sekunder. 
a. Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih 
hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar 
eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena 
rangsangan eritropoietin yang kuat. 
b. Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar 
eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai 
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia 
ini adalah dehidrasi dan hipoksia. 
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel 
tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada 
sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau 
menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel 
tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui. 
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap 
faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah 
eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan DNA 
yang dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang 
memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah. 
Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai dengan ikatan 
antara ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R). Setelah terjadi ikatan,
terjadi fosforilasi pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan terfosforilasi, 
kemudian memfosforilasi domain reseptor di sitoplasma. Akibatnya, terjadi aktivasi 
signal transducers and activators of transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke 
inti sel (nucleus), lalu mengikat secara spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi 
aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari hematopoietic growth factor. Pada 
penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana terjadi 
pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama JAK2V617F. Hal 
ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses aktivasi JAK2 
berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung 
tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth factor. 
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah, sel 
darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita 
cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan 
mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan 
tingginya jumlah platelet. 
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke, 
pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari. Fungsi platelet penderita PV 
menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. 
Peningkatan pergantian sel dapat menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, 
peningkatan resiko pirai dan batu ginjal. 
Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan poliferesi sel induk 
7 
hematopoietik adalah sebagai berikut: 
a. tidak terkontrolnya poliferesi sel induk hematopoietik yang bersifat neoplastik 
b. adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang memepengaruhi poliferasi sel 
induk hematopoietik normal. 
c. Peningkatan sensivitas sel induk hematopoietik terhadap eritropoitin, 
interlaukin,1,3 GMCSF dan sistem cell faktor. 
Adapun fase klinis polisitemia yaitu : 
1. Fase eritrositik atau fase polisitemia. Fase ini merupakan fase permulaan. Pada 
fase ini didapatkan peningkatan jumlah eritrosit yang dapat bertanggung jawab 5-
25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk menggendalikan 
viskositas darah dalam batasan normal. 
2. Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis ). Dalam fase ini 
kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki priode panjang 
yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi trombositosis 
dan leokositosis biasanya menetap. 
3. Fase mielofibrotik. Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi 
klinis dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia 
mieliod. Kadang- kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar 
getah bening dan ginjal. 
4. Fase terminal. Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera 
diakibatkan oleh komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena 
mielofibrosis terjadi pada kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata (median 
survival) pasien yang diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada 
pasien yang tidak mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan dengan 
pengobatan flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia akut meningkat 5 kali jika 
pasien diberi pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat 
sitostatik seperti klorambusil. 
8 
2.4.Manifestasi Klinik 
Tanda dan gejala pada pasien polisitemia adalah sebagai berikut : 
2.4.1. Sistem Kardiovaskular 
Gejala kardiovaskular yang dapat dijumpai yaitu adanya keluhan seperti dispnea 
pada waktu bekerja,angina pectoris,palpitasi,sakit kepala dan pusing 
2.4.2. Gastrointestinal 
Dapat dijumpai adanya gejala gastrointestinal sperti rasa sakit 
epigastrik,mual,pembengkakan,muntah,konstipasi dan peptik ulser. 
2.4.3. Pruritus (gatal-gatal) 
Terutama terjadi pada saat setelah mandi air hangat dan berkeringat pada malam 
hari. 
2.4.4. Hiperurikemia 
Disebabkan karena produksi yang berlebihan dari asam uric. Secara klinis dapat 
juga terjadi pegal-pegal. 
2.4.5. Melena
Disebabkan karena adanya pembesaran pembuluh pada traktus intestinal yang 
kadang-kadang sangat parah sehingga berakibat fatal 
9 
2.4.6. Hipertensi 
Disebabkan oleh adanya peningkatan volume darah 
2.4.7. Gejala Neuromuscular 
Dijumpai keadaan seperti parestesi dari kaki dan tangan, sakit kepala, vertigo, 
insomnia, lemah, nyeri pada tungkai terutama setelah latihan fisik. 
2.4.8. Wajah dan kulit yang kemerah-merahan. 
Timbulnya kulit dan wajah yang kemerah-merahan. Ini tergantung pada perluasan 
kuantitas darah dalam pleksus vena subpapila. Kuantitas darah pada pleksus ini 
meningkat ,selanjutnya karena darah melewati sumbatan kapiler kulit sebelum 
memasuki plekusus vena, jumlah hemoglobin yang lebih dari normal deoksigenasi 
(proses penyingkiran oksigen dari suatu senyawa) sebelum darah masuk ke 
pleksus. Warna biru deoksigenasi hemoglobin ini menutupi warna merah 
oksigenasi hemoglobin. Oleh karena itu penderita polisitemia biasanya memiliki 
wajah kemerah-merahan dengan warna kebiru-biruan atau sianosis pada kulit. 
Warna merah serin terlihat pada telapak tangan,konjunctiva,faring,dan membrane 
mukosa. 
2.4.9. Fundus 
Pemeriksaan fundus sering memperlihatkan pembuluhan kecil retina yang 
mengalami pembengkakan dengan warna ungu gelap. 
2.4.10. Splenomegali (pembesaran limpa) 
Limpa dapat mengalami pembesaran dijumpai pada ¾ dari pasien dimana limpa 
biasanya kaku dan jarang meluas serendah umbilicus kecuali bila penyakit 
tersebut setelah ada selama beberapa tahun. Pada fase akhir penyakit 
ini,khususnya ketika leukemia berkembang,maka limpa semakin membesar dan 
mengisi hamper seluruh rongga abdomen yang menyebabkan rasa kenyang oleh 
karena pengisian gastrik yang disebabkan oleh pembesaran limpa. 
2.4.11. Hepatomegali (pembesaran hati) 
Hepatomegali juga sering terjadi pada penderita polisitemia. Namun lebih jarang 
terjadi dan cenderung timbul belakangan dalam perjalanan penyakit tersebut
10 
2.5.Pemeriksaan Penunjang 
1. Eritrosit 
Peningkatan >6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom, normositik, 
kecuali jika terdapat transisi ke arah metaplasia myeloid [Batas normal Pria : 4,5 – 5,5 
jt/ul Batas normal Wanita : 4,0 – 5,0 jt/ul] 
2. Granulosit, meningkat pada 2/3 kasus Polisitemia Vera, berkisar antara 12-25.000 
/mL tetapi dapat sampai 60.000 /mL. 
3. Trombosit, berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL sering 
didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal [Batas normal Pria : 150.000 – 
400.000 /ul] 
4. B12 serum 
B12 serum dapat meningkat pada 35% kasus, tetapi dapat pula menurun, pada ± 30% 
kasus, dan UBBC meningkat pada > 75% kasus Polisitemia Vera [Normal : 200 - 800 
pg/mL] 
5. Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST) 
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan 
penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukkan peningkatan selularitas seri 
eritrosit, megakariosit dan mielosit. 
6. Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/ dl [Batas normal Pria : 13 – 15 g/dl Batas 
normal Wanita : 12 – 14 g/dl] 
7. Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60 % [Batas normal Pria : 40 – 48 vol% 
Batas normal Wanita : 37 – 43 vol% 
8. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal 
9. UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat 75 % penderita. 
10. Pemeriksaan Sitogenetik, dapat dijumpai kariotip 20q,13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8 
dan trisomi 9. 
11. Serum eritropoitin, 
Pada Polisitemia Vera serum eritropoitin menurun atau normal sedangkan pada 
Polisitemia sekunder serum eritropoitin meningkat 
12. Pemeriksaan JAK2V617F ditemukan 90% pasien Polisitemia Vera dan 50% pasien 
Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik. 
Di India tahun 2006, dari 77 pasien Myeloproliferative Disorders, didapatkan positif 
pemeriksaan JAK2V617F pada 80% pasien polisitemia vera, 70% pada pasien
Trombositosis Esensial dan 51 % pada pasien IMF. Untuk mengetahui peranan mutasi 
invivo ditranplantasikan SST 
11 
2.6.Komplikasi 
Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain, termasuk 
kemungkinan komplikasi : 
a. Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan. 
b. Batu Ginjal Asam urat 
c. Gagal jantung 
d. Leukemia / leukositosit 
e. Myelofibrosis 
f. Penyakit ulkus peptikum 
g. Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung) 
2.7.Penatalaksanaan 
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang dapat 
dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien. 
2.7.1. Tujuan terapi yaitu: 
1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah (eritrosit) 
2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, 
serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan 
infark pulmonal. 
3. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal. 
2.7.2. Prinsip terapi 
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan 
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi. 
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum 
terkendali. 
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment) 
4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia 
muda. 
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi 
sitostatik.
12 
Pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan: 
 Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis 
 Leukositosis progresif 
 Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik 
 Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan, 
penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi. 
2.7.3. Terapi 
a. Flebotomi 
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya 
bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang selama 
bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi 
terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang masih 
dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai 
nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka 
darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit 
yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam 
dan perempuan. 
b. Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif 
Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi. Lebih baik 
menghindari kemoterapi jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi 
mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai 
pengganti flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga 
sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik golongan obat 
antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih diperdebatkan tentang 
keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan obat alkilasi sudah 
banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek leukemogenik dan 
mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih membenarkan klorambusil 
dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan pengobatan cara ini harus diperiksa 
lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan 
pemberian obat jika hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 
52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
13 
c. Fosfor Radiokatif (P32) 
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara untuk 
menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2 
secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya 
jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 
10-12 minggu. 
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak 
mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan 
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama. 
d. Kemoterapi Biologi (Sitokin) 
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama 
untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi 
yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada 
keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan klinisi 
mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan). 
2.7.4. Pengobatan 
a. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan 
penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal. 
b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan 
Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA). 
c. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2. 
d. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin. 
e. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak 
memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah 
platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum. 
Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati 
dengan anagrelid.
14 
BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN 
3.1.Pengkajian 
A. Identitas Klien 
Nama klien : Tn. J (45 th) 
Tgl Lahir : 16 maret 1969 
Jenis Kelamin : L 
Suku/bangsa : jawa 
Agama : Islam 
Pendidikan : Sarjana 
Pekerjaan : PNS 
Alamat : Perum Indah Blok A Bengkulu 
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu 
B. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) 
Penderita penyakit polisitemia vera menampakkan gejala mencakup pusing, sakit 
kepala, kemerahan pada wajah, kesulitan bernafas, kelelahan, gatal. Pada polisitemia 
sekunder menampakkan gejala kelesuan, hipertensi,sesak napas, batuk kronis, gangguan 
tidur (apnea tidur), pusing. 
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD) 
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan 
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : kelesuan, sakit kepala, 
hipertensi,dan riwayat merokok 
D. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) 
Riwayat adanya penyakit polisitemia pada anggota keluarga yang lain seperti : 
Kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah 
merah,PPOK, tumor ginjal atau sindroma Cushing,dan lain-lain. 
Pemeriksaan Fisik 
Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: 
1. Peningkatan warna kuli( sering kemerah-merahan) disebabkan oleh peningkatan kadar 
hemoglobin
15 
2. Gejala –gejala kelebihan beban sirkulasi( peningkatan tekanan darah, sakit kepala, dan 
pusing) 
3. Spenomegali 
4. Hepatomegali 
5. Gatal – gatal 
6. Riwayat pendarahan. 
Analisa Data : 
Nama klien : Tn. Jhon (45 th) 
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu 
Diagnosa medik : Polisitemia 
No Data Etiologi Masalah Kep 
1. DO: 
- Klientampak kesulitan 
bernapas 
- kelelahan 
- Dispnea (+) 
Limpa membesar 
Pusing,sakit kepala, pandangan 
kabur, 
Perubahan perfusi 
jaringan 
2. DO: 
- Klien tampak gelisah 
- Klien tampak meringis 
kesakitan akibat sakit 
perut 
- berkeringat 
- Klien tampak 
memegang di daerah 
perut dan melindungi 
daerah yang sakit 
- Kuku pucat dan 
sedikit sianosis 
- Mukosa bibir kering 
Penurunan berat badan,sakit 
perut atau kepenuhan. 
Perubahan Nutrisi
16 
dan pucat 
3. DO: 
-pasien tampak meringis 
kesakitan di bagian 
abdomen. 
Perut penuh,sakit kepala, 
Hipoksia kronis, eritropoietin. 
Nyeri 
3.2.Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 
1. Perubahan perfusi jaringan; kardiopulmoner,serebral, gasrtointinal,dan atau perfer 
yang berhubungan dengan aliran darah di buktikan dengan pendarahan 
2. Perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan 
ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi dibuktikan oleh distres 
epigastrik, perasaan kembung. 
3. Nyeriyang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan olehnyeri persendian dan 
sakit kepala. 
3.3.Intervensi 
No Diagnosa 
Keperawatan 
tujuan 
Kriteria Hasil Intervensi Rasional 
1. Perubahan perfusi 
jaringan; 
kardiopulmoner, 
serebral, 
gasrtointinal, dan 
atau perfer yang 
berhubungan 
dengan aliran darah 
di buktikan dengan 
pendarahan. 
Aliran darah 
dapat bekerja 
dengan 
normal 
kembali. 
-Tanda vital stabil 
- tidak terdapat 
bukti terjadi 
pendarahan. 
 Kaji kulit dan 
membran 
mukosa 
 auskultasi dada 
untuk 
mengetahui 
pernapasan dan 
bunyi jantung. 
 beri dorongan 
untuk 
berkomunikasi 
dengan orang 
terdekat. 
1. kondisi kulit 
dipengaruhi olek 
sirkulasi, nurtisi 
dan imobilisasi 
2. Jaringan dapat 
menjadi rapuh 
cenderung 
menjadi rusak. 
pertahanan 
posisi nyaman 
dan pernapasan 
maksimal 
3. meminimalkan
17 
 siapkan terapi 
aferesis sesuai 
pesanan jelaskan 
prosedurnya. 
 tingkatkan 
aktivitas reduksi 
stres lainnya. 
 instruksikan 
pasien untuk 
duduk selama 
10 sampai 15 
menit kemudian 
berdiri selama 3 
sampai 5 menit. 
 gabungkan 
prosedur 
laboatorium 
gunakan jarum 
dengan diameter 
kecil. 
 observasi 
perdarahan dari 
tempat fungsi 
vena berikan 
tekanan pada 
tempat tusukan 
selama 5 sampai 
10 menit atau 
sampai 
pendarahan 
berhenti. 
adanya 
perasaanketidak 
nyamanan. 
4. ketidaknyamana 
n terapi harus 
digunakan secara 
hati-hati, karena 
dapat 
menurunkan 
upaya menekan 
perdaraha 
5. berikan 
informasi 
tentang kondisi 
dan kemajuan. 
Dengan 
melakukan tanya 
jawab. 
6. meningkatkan 
secara bertahap 
tingkat aktivitas 
sampai normal 
untuk memper 
baiki tonus otot 
atau stamina 
tanpa 
kelemahan. 
7. indikasikan 
sesuai dengan 
prosedur. 
8. kaji dan catat 
dosis yang 
dbutuhkan
hingga 
perdarahan 
berhenti. 
18 
2. 
Perubahan 
nutrisi;kurang dari 
kebutuhan tubuh 
yang berhubungan 
dengan 
ketidakmampuan 
untuk mencerna 
atau menyerap 
nutrisi dibuktikan 
oleh distres 
epigastrik, perasaan 
kembung. 
Pemenuhan 
nutrisi 
seimbang. 
Berat badan 
menujukan tanda-tanda 
kemajuan 
mencapai berat 
badan normal; 
pasien 
mendapatkan diet 
seimbang dengan 
cairan 2000-2500 
ml/hari 
1. Berikan cairan 
pilihan sampai 
2500ml/hari 
2. Pantau masukan 
dan pengeluaran 
setiap 8 jam 
3. Ingatkan agar 
pasien makan 
dengan perlahan 
dan dikunyah 
dengan baik 
4. Atur 
pengunjung 
pasien yang 
dapat 
meningkatkan 
aspek sosial 
waktu makan 
5. Timbang berat 
badan pasien 
setiap hari 
1. Memenuhi 
kebutuhan 
adekuat didalam 
tubuh 
2. Mengetahui 
jumlah cairan 
yang masuk dan 
keluaran 
3. Menghindari luka 
diusus kerena 
makanan tidak 
dikunyah dengan 
baik 
4. Menimalkan 
semangat pasien 
waktu makan 
karena ada 
keluarga yang 
menemani makan 
5. Mengetahui berat 
badn pasien
19 
dengan 
menggunakan 
pakaiyan dan 
tumbangn yang 
sama 
6. Sajikan 
makanan 
dengan 
pengaturan yang 
baik 
apakah ada 
peningk batan 
atau penurunan. 
Untuk intervensi 
selanjutnya 
6. Meningkatkan 
nafsu makan 
3 Nyeri yang 
berhubungan 
dengan penyakit 
kronis dibuktikan 
oleh nyeri 
persendian dan sakit 
kepala. 
Pasien 
mengatakan 
tidak lagi 
merasa nyeri 
dan sakit 
kepala 
mengatur 
aktivitas tanpa 
ketidaknyamanan; 
postur tubuh dan 
wajah rileks 
1. kaji lokasi durasi 
dan beratnya rasa 
nyeri 
menggunakan 
skala nyeri. 
2. pertahankan 
lingkungan yang 
tenang dan 
berikan waktu 
istirahat tanpa 
gangguan. 
3. anjurkan 
masukan cairan 
4. berikan kompers 
dingin atau panas 
sesuai permintaan 
1. membantu 
mengkaji 
kebutuhan untuk 
intervensi; dapat 
menidentivikasik 
an terjadinya 
komplikasi. 
2. meningkatkan 
istirahat. 
3. menghindari 
terjadinya 
dehidrasi 
4. meminimalkan 
kebutuhan atau 
meningkatkan 
efek obat
20 
pasien. 
5. ubah posisi klien 
setiap 4 jam 
sekali: kaji 
latihan tentang 
gerak. 
6. kaji ulang atau 
tingkatkan 
intervensi 
kenyamanan 
pasien sendiri, 
posisi aktivitas 
fisik atau non 
aktif dsb. 
5. memperbaiki 
sirkulasi jaringan 
dan mobilitas 
sendi. 
6. penangan sukses 
terhadap nyeri 
memerlukan 
keterlibatakn 
pasien. 
Penggunaan 
teknik efektif 
memberikan 
penguatan yang 
positif.
21 
BAB IV 
PENUTUP 
4.1 Kesimpulan 
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah 
akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. 
Polisitemia terbagi menjadi 2 jenis yaitu polisitemia primer (vera) terjadi karena 
peningkatan volume dan vaskositas darah (aliran darah lambat) bersama dengan 
peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit abnormal dapat menyebabkan 
seseorang mengalami trombosis dan pendarahan. Polisitemia sekunder terjadi saat 
volume plasma yang beredar pada pembuluh darah berkurang (mengalami 
hemokonsentrasi) tetapi volume sel darah merah di dalam sirkulasi normal. 
Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab dasar dari polisitemia tersebut. 
Polisitemia sendiri diterapi dengan cara mengurangi atau mengeluarkan darah dari dalam 
tubuh sampai dengan jumlah hematokrit berada di dalam batas normal. Apabila 
penyebab polisitemia tidak diketahui, maka yang diperlukan adalah monitor teratur. 
4.2 Saran 
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien 
dengan Polisitemia, mahasiswa harus memahami benar tentang definisi, etiologi, 
patofisiologi, manifestasi klinik, serta penatalaksanaannya
22 
DAFTAR PUSTAKA 
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.2009.Patofisiologi Konsep-Konsep Klinis Penyakit 
Edisi 6. EGC : Jakarta 
NANDA – I. 2011. Diagnosis keperawatan. EGC : Jakarta. 
Sloane,Ethel.2009.Anatomi Fisiologi untuk Pemula.EGC : Jakarta 
http://www.globalrph.com/labs_v.htm 
http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/164-hematologi 
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7939/1/970600052.pdf 
www.klikdokter.com/medisaz/read/2014/09/26/252/polisitemia---darah-kental 
http://www.scribd.com/doc/241118132/Askep-Osteoarthritis

More Related Content

What's hot

Laporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOKLaporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOK
Ria Yaya
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Muhammad Awaludin
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Abdul Ghony
 

What's hot (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Laporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOKLaporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOK
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Tia
TiaTia
Tia
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Kuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas SelKuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas Sel
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyamanKebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyaman
 
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatanTeori Sistem dalam pelayanan kesehatan
Teori Sistem dalam pelayanan kesehatan
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Irds
IrdsIrds
Irds
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan EnchepalitisAsuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
 
Kul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas selKul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas sel
 

Similar to Asuhan Keperawatan Polisitemia

Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Warnet Raha
 

Similar to Asuhan Keperawatan Polisitemia (20)

Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
Makalah sel-darah-merah
Makalah sel-darah-merahMakalah sel-darah-merah
Makalah sel-darah-merah
 
Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat dalam jantung dan...
Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat dalam jantung dan...Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat dalam jantung dan...
Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat dalam jantung dan...
 
05.darah
05.darah05.darah
05.darah
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
 
Karsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docxKarsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docx
 
darah
darahdarah
darah
 
Makalah trombosit
Makalah trombositMakalah trombosit
Makalah trombosit
 
Anemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.pptAnemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.ppt
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan Apus
 
Laporan pendahuluanthalasemia1
Laporan pendahuluanthalasemia1Laporan pendahuluanthalasemia1
Laporan pendahuluanthalasemia1
 
PPT_Biokimia.pptx
PPT_Biokimia.pptxPPT_Biokimia.pptx
PPT_Biokimia.pptx
 
Makalah trombosit
Makalah trombositMakalah trombosit
Makalah trombosit
 
Makalah trombosit
Makalah trombositMakalah trombosit
Makalah trombosit
 
Makalah trombosit
Makalah trombositMakalah trombosit
Makalah trombosit
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
Darah
DarahDarah
Darah
 
BIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptxBIOMEDIK 8.pptx
BIOMEDIK 8.pptx
 
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan AkomodasiPatofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi
 

Asuhan Keperawatan Polisitemia

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit adalah cakram bionkaf tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 mikro meter. Stroma bagian luar membran sel mengandung antigen golongan A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah. Komponen utama sel darah merah adalah hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dan sebagian kecil karbondioksida dan mempertahankan pH normal. Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Jika jumlah sel darah merah lebih tinggi dalam sirkulasi dari biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi sebaliknya, jika sel darah merah lebih rendah dari daripada biasanya, dan kondisi ini disebut sebagai anemia. jumlah sel darah merah yang berlebih biasanya tidak terdapat tanda gejala, pada tahap awal polisitemia. 1.2.Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian polisitemia ? 2. Apa etiologi dari polisitemia ? 3. Bagaimana patofisiologi polisitemia ? 4. Bagaimana manifestasi klinik polisitemia ? 5. Bagaimana evaluasi diagnostik polisitemia ? 6. Bagaimana penatalaksanaan polisitemia ? 1.3. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan sistem Imunologi yaitu Polisitemia 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian polisitemia b. Untuk mengetahui penyebab polisitemia
  • 2. 2 c. Untuk mengetahui patofisiologi polisitemia d. Untuk mengetahui manifestasi klinik polisitemia e. Untuk mengetahui evaluasi diagnostic polisitemia f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan polisitemia
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Polisitemia Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah. Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl. Meningkatnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah, viskositas darah total,merupakan peristiwa yang menyebabkan melambatnya aliran darah dan merupakan penyebab dari manifestasi patofisiologi penyakit ini. Meningkatnya viskositas mengakibatkan peningkatan volume darah dan selanjutnya diikuti meningkatnya kerja jantung,vasodilatasi serta meningkatnya suplai oksigen ke jaringan. Terdapat 2 jenis polisitemia,yaitu : 1) Polisitemia primer (vera) merupakan gangguan mielopoliferatif. Sel induk pluripoten abnormal,biasanya disertai dengan eritrositosis,leukositosis,dan trombositosis. Polisitemia vera merupakan penyakit progresif pada usia pertengahan, lebih banyak mengenai pada laki-laki daripada perempuan. Peningkatan volume dan vaskositas darah (aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit abnormal dapat menyebabkan seseorang mengalami trombosis dan pendarahan.Penyakit ini berkembang dalam waktu 10-15 tahun. Selama waktu itu limpa dan hati membesar, disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang menjadi fibrosis dan akhirnya nonproduktif, atau berubah menjadi leukemia mielogenik akut,baik sebagai akibat dari pengobatan atau perkembangan penyakit. (Sylvia : 2005) 2) Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang beredar pada pembuluh darah berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume sel darah merah di dalam
  • 4. sirkulasi normal. Oleh karena itu, hematokrit pada laki-laki kira-kira 57% dan pada perempuan meningkat sampai 54%. Penyebab yang paling mungkin adalah dehidrasi. Paling sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan,obese,sangat cemas disertai hipertensi. 4 2.2.Etiologi Etiologi yang sering muncul secara umum: a. Berkurangnya volume plasma.Dehidrasi akut tanpa peningkatan masa sel darah merah merupakan penjelasan yang lazim. b. Hipoksia, Sejauh ini merupaka etiologi polycythemia sekunder yang paling lazim. Pemeriksaan fungsi paru dan desaturasi oksigen pada penentuan gas darah mungkin di diagnostic. c. “ Sindrom Gaisbock “ (polycythemia beban). Biasanya terlihat peningkatan hematokrit pada pria setengah baya yang merokok berlebihan dan hipertensi serta tidak memiliki satupun gambaran klinis polycytemia. Masa sel darah merah biasanya normal (normal tinggi) dan volume plasma menurun. Banyak yang tidak menganggap hal ini sebagai suatu sindrom tetapi hanya sebagai salah satu ujung kurva normal berbentuk bel. Serta merokok dapat meningkatkan hematokrit akibat pembentuksn karboksihemoglobin. 1) Polisitemia primer Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan peningkatan sel darah merah. 2) Polisitemia sekunder Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti: a. tumor hati, b. tumor ginjal atau sindroma Cushing c. peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) d. perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung.
  • 5. Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh. 5 2.3.Patofisiologi Di dalam tubuh kita terdapat darah yang berfungsi untuk menyalurkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengumpulkan sampah dari jaringan tubuh kemudian dikeluarkan melalui paru-paru dan ginjal. Namun pernahkah kalian tahu bagaimana darah itu terbentuk? Hemopoiesis (hematoiesis) yaitu proses pembentukan elemen-elemen berwujud darah. Proses pembentukan ini terutama terjadi di sumsum tulang merah misalnya di epifisis tulang panjang (pangkal lengan dan tulang paha), tulang pipih (tulang rusuk dan tulang kranium), vertebra dan tulang panggul. Di dalam sumsum tulang merah, sel hemasitoblas membelah menjadi sel “blas”. Sel-sel ini kemudian menjadi elemen berwujud darah dengan tergolong menjadi beberapa kelompok. Eritropoiesis. Eritropoiesis, yaitu proses pembentukan darah khususnya darah merah (eritrosit). Proses ini dimulai dengan terbentuknya proeritroblas yang berasal dari sel hemopoitik. Setelah 3-5 hari, beberapa berkembang dengan proliferasi ribosom (penggandaan ribosom) dan sintesis hemoglobin. Akhirnya, inti sel dikeluarkan, membuat depresi pada bagian pusat sel. Eritrosit muda, yang biasa dikenal dengan retikulosit, yang masih mengandung beberapa ribosom dan retikulum endoplasmik, memasuki aliran darah dan kemudian berkembang menjadi eritrosit dewasa setelah 1-2 hari. Leukopoiesis Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa. Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel “blas” seperti berikut ini. a. Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu eosinofil, neutrofil, dan basofil. b. Monoblas berkembang menjadi monosit. c. Limfoblas akan berkembang menjadi limfosit.
  • 6. 6 Trombopoiesis Jika di atas kita sudah belajar mengenai pembentukan sel darah merah dan putih, maka yang terakhir dari komponen darah yang akan kita ketahui lebih lanjut yaitu pembentukan trombosit (keping darah). Pembentukan keping darahdimulai dengan pembentukan megakarioblas dari sel batang hemopoitik. Megakarioblas membelah tanpa sitokinesis menjadi megakariosit, sel raksasa dengan inti besar dan multilobus (banyak ruang). Megakariosit kemudian terpecah-pecah menjadi segmen-segmen ketika membran plasma tertekuk ke dalam sitoplasma. Terdapat 2 jenis polisitemia yaitu primer, dan sekunder. a. Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat. b. Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia ini adalah dehidrasi dan hipoksia. Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui. Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan DNA yang dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah. Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai dengan ikatan antara ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R). Setelah terjadi ikatan,
  • 7. terjadi fosforilasi pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan terfosforilasi, kemudian memfosforilasi domain reseptor di sitoplasma. Akibatnya, terjadi aktivasi signal transducers and activators of transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke inti sel (nucleus), lalu mengikat secara spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari hematopoietic growth factor. Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth factor. Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet. Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari. Fungsi platelet penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan batu ginjal. Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan poliferesi sel induk 7 hematopoietik adalah sebagai berikut: a. tidak terkontrolnya poliferesi sel induk hematopoietik yang bersifat neoplastik b. adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang memepengaruhi poliferasi sel induk hematopoietik normal. c. Peningkatan sensivitas sel induk hematopoietik terhadap eritropoitin, interlaukin,1,3 GMCSF dan sistem cell faktor. Adapun fase klinis polisitemia yaitu : 1. Fase eritrositik atau fase polisitemia. Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini didapatkan peningkatan jumlah eritrosit yang dapat bertanggung jawab 5-
  • 8. 25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk menggendalikan viskositas darah dalam batasan normal. 2. Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis ). Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki priode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi trombositosis dan leokositosis biasanya menetap. 3. Fase mielofibrotik. Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieliod. Kadang- kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening dan ginjal. 4. Fase terminal. Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan oleh komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi pada kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan dengan pengobatan flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia akut meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti klorambusil. 8 2.4.Manifestasi Klinik Tanda dan gejala pada pasien polisitemia adalah sebagai berikut : 2.4.1. Sistem Kardiovaskular Gejala kardiovaskular yang dapat dijumpai yaitu adanya keluhan seperti dispnea pada waktu bekerja,angina pectoris,palpitasi,sakit kepala dan pusing 2.4.2. Gastrointestinal Dapat dijumpai adanya gejala gastrointestinal sperti rasa sakit epigastrik,mual,pembengkakan,muntah,konstipasi dan peptik ulser. 2.4.3. Pruritus (gatal-gatal) Terutama terjadi pada saat setelah mandi air hangat dan berkeringat pada malam hari. 2.4.4. Hiperurikemia Disebabkan karena produksi yang berlebihan dari asam uric. Secara klinis dapat juga terjadi pegal-pegal. 2.4.5. Melena
  • 9. Disebabkan karena adanya pembesaran pembuluh pada traktus intestinal yang kadang-kadang sangat parah sehingga berakibat fatal 9 2.4.6. Hipertensi Disebabkan oleh adanya peningkatan volume darah 2.4.7. Gejala Neuromuscular Dijumpai keadaan seperti parestesi dari kaki dan tangan, sakit kepala, vertigo, insomnia, lemah, nyeri pada tungkai terutama setelah latihan fisik. 2.4.8. Wajah dan kulit yang kemerah-merahan. Timbulnya kulit dan wajah yang kemerah-merahan. Ini tergantung pada perluasan kuantitas darah dalam pleksus vena subpapila. Kuantitas darah pada pleksus ini meningkat ,selanjutnya karena darah melewati sumbatan kapiler kulit sebelum memasuki plekusus vena, jumlah hemoglobin yang lebih dari normal deoksigenasi (proses penyingkiran oksigen dari suatu senyawa) sebelum darah masuk ke pleksus. Warna biru deoksigenasi hemoglobin ini menutupi warna merah oksigenasi hemoglobin. Oleh karena itu penderita polisitemia biasanya memiliki wajah kemerah-merahan dengan warna kebiru-biruan atau sianosis pada kulit. Warna merah serin terlihat pada telapak tangan,konjunctiva,faring,dan membrane mukosa. 2.4.9. Fundus Pemeriksaan fundus sering memperlihatkan pembuluhan kecil retina yang mengalami pembengkakan dengan warna ungu gelap. 2.4.10. Splenomegali (pembesaran limpa) Limpa dapat mengalami pembesaran dijumpai pada ¾ dari pasien dimana limpa biasanya kaku dan jarang meluas serendah umbilicus kecuali bila penyakit tersebut setelah ada selama beberapa tahun. Pada fase akhir penyakit ini,khususnya ketika leukemia berkembang,maka limpa semakin membesar dan mengisi hamper seluruh rongga abdomen yang menyebabkan rasa kenyang oleh karena pengisian gastrik yang disebabkan oleh pembesaran limpa. 2.4.11. Hepatomegali (pembesaran hati) Hepatomegali juga sering terjadi pada penderita polisitemia. Namun lebih jarang terjadi dan cenderung timbul belakangan dalam perjalanan penyakit tersebut
  • 10. 10 2.5.Pemeriksaan Penunjang 1. Eritrosit Peningkatan >6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom, normositik, kecuali jika terdapat transisi ke arah metaplasia myeloid [Batas normal Pria : 4,5 – 5,5 jt/ul Batas normal Wanita : 4,0 – 5,0 jt/ul] 2. Granulosit, meningkat pada 2/3 kasus Polisitemia Vera, berkisar antara 12-25.000 /mL tetapi dapat sampai 60.000 /mL. 3. Trombosit, berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal [Batas normal Pria : 150.000 – 400.000 /ul] 4. B12 serum B12 serum dapat meningkat pada 35% kasus, tetapi dapat pula menurun, pada ± 30% kasus, dan UBBC meningkat pada > 75% kasus Polisitemia Vera [Normal : 200 - 800 pg/mL] 5. Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST) Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukkan peningkatan selularitas seri eritrosit, megakariosit dan mielosit. 6. Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/ dl [Batas normal Pria : 13 – 15 g/dl Batas normal Wanita : 12 – 14 g/dl] 7. Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60 % [Batas normal Pria : 40 – 48 vol% Batas normal Wanita : 37 – 43 vol% 8. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal 9. UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat 75 % penderita. 10. Pemeriksaan Sitogenetik, dapat dijumpai kariotip 20q,13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8 dan trisomi 9. 11. Serum eritropoitin, Pada Polisitemia Vera serum eritropoitin menurun atau normal sedangkan pada Polisitemia sekunder serum eritropoitin meningkat 12. Pemeriksaan JAK2V617F ditemukan 90% pasien Polisitemia Vera dan 50% pasien Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik. Di India tahun 2006, dari 77 pasien Myeloproliferative Disorders, didapatkan positif pemeriksaan JAK2V617F pada 80% pasien polisitemia vera, 70% pada pasien
  • 11. Trombositosis Esensial dan 51 % pada pasien IMF. Untuk mengetahui peranan mutasi invivo ditranplantasikan SST 11 2.6.Komplikasi Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain, termasuk kemungkinan komplikasi : a. Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan. b. Batu Ginjal Asam urat c. Gagal jantung d. Leukemia / leukositosit e. Myelofibrosis f. Penyakit ulkus peptikum g. Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung) 2.7.Penatalaksanaan Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien. 2.7.1. Tujuan terapi yaitu: 1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah (eritrosit) 2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal. 3. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal. 2.7.2. Prinsip terapi 1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi. 2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum terkendali. 3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment) 4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia muda. 5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik.
  • 12. 12 Pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:  Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis  Leukositosis progresif  Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik  Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi. 2.7.3. Terapi a. Flebotomi Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan. b. Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi. Lebih baik menghindari kemoterapi jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik golongan obat antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih diperdebatkan tentang keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih membenarkan klorambusil dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
  • 13. 13 c. Fosfor Radiokatif (P32) Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama. d. Kemoterapi Biologi (Sitokin) Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan). 2.7.4. Pengobatan a. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal. b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA). c. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2. d. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin. e. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan anagrelid.
  • 14. 14 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.Pengkajian A. Identitas Klien Nama klien : Tn. J (45 th) Tgl Lahir : 16 maret 1969 Jenis Kelamin : L Suku/bangsa : jawa Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : PNS Alamat : Perum Indah Blok A Bengkulu Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu B. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita penyakit polisitemia vera menampakkan gejala mencakup pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah, kesulitan bernafas, kelelahan, gatal. Pada polisitemia sekunder menampakkan gejala kelesuan, hipertensi,sesak napas, batuk kronis, gangguan tidur (apnea tidur), pusing. C. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD) Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : kelesuan, sakit kepala, hipertensi,dan riwayat merokok D. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit polisitemia pada anggota keluarga yang lain seperti : Kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah merah,PPOK, tumor ginjal atau sindroma Cushing,dan lain-lain. Pemeriksaan Fisik Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Peningkatan warna kuli( sering kemerah-merahan) disebabkan oleh peningkatan kadar hemoglobin
  • 15. 15 2. Gejala –gejala kelebihan beban sirkulasi( peningkatan tekanan darah, sakit kepala, dan pusing) 3. Spenomegali 4. Hepatomegali 5. Gatal – gatal 6. Riwayat pendarahan. Analisa Data : Nama klien : Tn. Jhon (45 th) Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu Diagnosa medik : Polisitemia No Data Etiologi Masalah Kep 1. DO: - Klientampak kesulitan bernapas - kelelahan - Dispnea (+) Limpa membesar Pusing,sakit kepala, pandangan kabur, Perubahan perfusi jaringan 2. DO: - Klien tampak gelisah - Klien tampak meringis kesakitan akibat sakit perut - berkeringat - Klien tampak memegang di daerah perut dan melindungi daerah yang sakit - Kuku pucat dan sedikit sianosis - Mukosa bibir kering Penurunan berat badan,sakit perut atau kepenuhan. Perubahan Nutrisi
  • 16. 16 dan pucat 3. DO: -pasien tampak meringis kesakitan di bagian abdomen. Perut penuh,sakit kepala, Hipoksia kronis, eritropoietin. Nyeri 3.2.Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Perubahan perfusi jaringan; kardiopulmoner,serebral, gasrtointinal,dan atau perfer yang berhubungan dengan aliran darah di buktikan dengan pendarahan 2. Perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi dibuktikan oleh distres epigastrik, perasaan kembung. 3. Nyeriyang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan olehnyeri persendian dan sakit kepala. 3.3.Intervensi No Diagnosa Keperawatan tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Perubahan perfusi jaringan; kardiopulmoner, serebral, gasrtointinal, dan atau perfer yang berhubungan dengan aliran darah di buktikan dengan pendarahan. Aliran darah dapat bekerja dengan normal kembali. -Tanda vital stabil - tidak terdapat bukti terjadi pendarahan.  Kaji kulit dan membran mukosa  auskultasi dada untuk mengetahui pernapasan dan bunyi jantung.  beri dorongan untuk berkomunikasi dengan orang terdekat. 1. kondisi kulit dipengaruhi olek sirkulasi, nurtisi dan imobilisasi 2. Jaringan dapat menjadi rapuh cenderung menjadi rusak. pertahanan posisi nyaman dan pernapasan maksimal 3. meminimalkan
  • 17. 17  siapkan terapi aferesis sesuai pesanan jelaskan prosedurnya.  tingkatkan aktivitas reduksi stres lainnya.  instruksikan pasien untuk duduk selama 10 sampai 15 menit kemudian berdiri selama 3 sampai 5 menit.  gabungkan prosedur laboatorium gunakan jarum dengan diameter kecil.  observasi perdarahan dari tempat fungsi vena berikan tekanan pada tempat tusukan selama 5 sampai 10 menit atau sampai pendarahan berhenti. adanya perasaanketidak nyamanan. 4. ketidaknyamana n terapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya menekan perdaraha 5. berikan informasi tentang kondisi dan kemajuan. Dengan melakukan tanya jawab. 6. meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal untuk memper baiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. 7. indikasikan sesuai dengan prosedur. 8. kaji dan catat dosis yang dbutuhkan
  • 18. hingga perdarahan berhenti. 18 2. Perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi dibuktikan oleh distres epigastrik, perasaan kembung. Pemenuhan nutrisi seimbang. Berat badan menujukan tanda-tanda kemajuan mencapai berat badan normal; pasien mendapatkan diet seimbang dengan cairan 2000-2500 ml/hari 1. Berikan cairan pilihan sampai 2500ml/hari 2. Pantau masukan dan pengeluaran setiap 8 jam 3. Ingatkan agar pasien makan dengan perlahan dan dikunyah dengan baik 4. Atur pengunjung pasien yang dapat meningkatkan aspek sosial waktu makan 5. Timbang berat badan pasien setiap hari 1. Memenuhi kebutuhan adekuat didalam tubuh 2. Mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluaran 3. Menghindari luka diusus kerena makanan tidak dikunyah dengan baik 4. Menimalkan semangat pasien waktu makan karena ada keluarga yang menemani makan 5. Mengetahui berat badn pasien
  • 19. 19 dengan menggunakan pakaiyan dan tumbangn yang sama 6. Sajikan makanan dengan pengaturan yang baik apakah ada peningk batan atau penurunan. Untuk intervensi selanjutnya 6. Meningkatkan nafsu makan 3 Nyeri yang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan oleh nyeri persendian dan sakit kepala. Pasien mengatakan tidak lagi merasa nyeri dan sakit kepala mengatur aktivitas tanpa ketidaknyamanan; postur tubuh dan wajah rileks 1. kaji lokasi durasi dan beratnya rasa nyeri menggunakan skala nyeri. 2. pertahankan lingkungan yang tenang dan berikan waktu istirahat tanpa gangguan. 3. anjurkan masukan cairan 4. berikan kompers dingin atau panas sesuai permintaan 1. membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi; dapat menidentivikasik an terjadinya komplikasi. 2. meningkatkan istirahat. 3. menghindari terjadinya dehidrasi 4. meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat
  • 20. 20 pasien. 5. ubah posisi klien setiap 4 jam sekali: kaji latihan tentang gerak. 6. kaji ulang atau tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri, posisi aktivitas fisik atau non aktif dsb. 5. memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi. 6. penangan sukses terhadap nyeri memerlukan keterlibatakn pasien. Penggunaan teknik efektif memberikan penguatan yang positif.
  • 21. 21 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia terbagi menjadi 2 jenis yaitu polisitemia primer (vera) terjadi karena peningkatan volume dan vaskositas darah (aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit abnormal dapat menyebabkan seseorang mengalami trombosis dan pendarahan. Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang beredar pada pembuluh darah berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume sel darah merah di dalam sirkulasi normal. Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab dasar dari polisitemia tersebut. Polisitemia sendiri diterapi dengan cara mengurangi atau mengeluarkan darah dari dalam tubuh sampai dengan jumlah hematokrit berada di dalam batas normal. Apabila penyebab polisitemia tidak diketahui, maka yang diperlukan adalah monitor teratur. 4.2 Saran Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Polisitemia, mahasiswa harus memahami benar tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, serta penatalaksanaannya
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.2009.Patofisiologi Konsep-Konsep Klinis Penyakit Edisi 6. EGC : Jakarta NANDA – I. 2011. Diagnosis keperawatan. EGC : Jakarta. Sloane,Ethel.2009.Anatomi Fisiologi untuk Pemula.EGC : Jakarta http://www.globalrph.com/labs_v.htm http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/164-hematologi http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7939/1/970600052.pdf www.klikdokter.com/medisaz/read/2014/09/26/252/polisitemia---darah-kental http://www.scribd.com/doc/241118132/Askep-Osteoarthritis