3. Latar Belakang Perjanjian
Linggajati
– Perjanjian Linggarjati merupakan langkah-langkah yang diambil oleh
pemerintah Republik Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari
pemerintah Belanda. Sebelumnya, diplomat dari Inggris, Sir Archibald Clark Kerr
mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hoogwe Veluwe dari
tanggal 14 – 25 April 1946 untuk menyelesaikan konflik. Namun perundingan
tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas
Jawa, Sumatera, dan Madura, namun Belanda hanya mengakui Indonesia atas
Jawa dan Madura saja. Sehingga dengan gagalnya perundingan di Hoogwe
Veluwe ini, maka kemudian diselenggarakan kembali perundingan di
Linggarjati, Jawa Barat.
4. Pelaksanaan dan Isi
Perundingan Linggarjati
– Perundingan Linggarjati terlaksana pada 11 – 15 November 1946 di Linggarjati,
dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia dan
Belanda. Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Scermerhorn, dengan anggotanya:
• Max Van Poll
• F. de Baer
• H.J. Van Mook
– Sedangkan Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir dengan anggotanya ialah:
• Mr. Moh. Roem
• Mr. Susanto Tirtoprojo
• A.K. Gani
5. Pelaksanaan dan Isi
Perundingan Linggarjati
– Sebagai penengah dan pemimpin sidang adalah Lord Killearn, juga ada saksi-
saksi yakni Amir Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, dan Ali Budiarjo.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta juga hadir di dalam
perundingan Linggarjati itu.
6. Pelaksanaan dan Isi
Perundingan Linggarjati
– Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui
oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani
oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret
1947. Perundingan ini menghasilkan pokok-pokok sebagai berikut :
• Belanda mengakui de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de
facto paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
• Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam menyelenggarakan
berdirinya negara Indonesia Serikat. Pembentukan RIS akan diadakan sebelum
tanggal 1 Januari 1949.
• RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketua
7. Pelaksanaan dan Isi
Perundingan Linggarjati
– Terjadi pro dan kontra mengenai perjanjian Linggarjati tetapi akhirnya Indonesia
menandatangani perjanjian ini pada 25 Maret 1947 dengan alasan :
• Adanya keyakinan bahwa bagaimanapun juga jalan damai merupakan jalan yang
paling baik dan aman untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.
• Cara damai akan mendatangkan simpati dan dukungan internasional yang harus
diperhitungkan oleh lawan.
• Keadaan militer Indonesia yang masih lemah jika menyetujui perundingan
memungkinkan Indonesia memperoleh kesempatan untuk memperkuat militer.
• Jalan diplomasi dipandang sebagai jalan untuk memperjuangkan pengakuan
kedaulatan dan penegakan Negara RI yang berdaulat.
8. Dampak Perundingan Linggarjati
terhadap Indonesia dan Belanda
– Hasil perundingan ini tetap memberikan kesempatan untuk Belanda
membangun kedaulatannya di Indonesia. Pada dasarnya pihak Belanda terpaksa
untuk mengakui kedaulatan wilayah Indonesia. Namun hasil yang paling diingat
dari perundingan ini adalah adanya pengakuan de facto dari Belanda. Bukan
hanya Belanda, perundingan linggarjati juga berdampak terhadap negara asing
lainnya yang berangsur-angsur mengakui kekuasaan RI. Kesepakatan
pemberntukan RIS yang membuat Indonesia jharus menjadi bagian
persemakmuran kerajaan Belanda, tetap memberikan angin segar kepada
Indonesia yang menginginkan kedaulatan. Perundingan LInggarjati ini membuat
Indonesia terhindar dari banyaknya korban jiwa yang jatuh jika dibanding
dengan melakukan peperangan.
9. Dampak Perundingan Linggarjati
terhadap Indonesia dan Belanda
– Dampak negatif dari perundingan ini yaitu terjadinya gejolak dalam tubuh
pemerintahan Indonesia. KNIP tidak secepatnya mengesahkan perundingan
linggarjati ini karena dianggap terlalu menguntungkan pihak Belanda. Beberapa
partai seperti Masyumi, PNI, dan pengikut Tan Malaka begitu keras menentang
perjanjian Linggarjati. Walaupun, pada akhirnya KNIP mengesahkan perjanjian
linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 setelah Hatta mengancam Soekarno dan
ia akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden dan wakil presiden
Indonesia.
10. Dampak Perundingan Linggarjati
terhadap Indonesia dan Belanda
– Dampak yang lebih terasa lagi, adanya Agresi Militer Belanda I terhadap
Indonesia. Hal ini diakibatkan karena Belanda mengganggap Indonesia tidak
patuh terhadap perjanjian Linggarjati. Dikarenakan Indonesia mengadakan
hubungan diplomatic dengan negara lain, padahal itu bukan wewenangnya.
Pada tanggal 20 Juli 1947 Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan
perjanjian LInggarjati. Agresipun dilakukan keesokan harinya pada tanggal 21
Juli 1947 dimana Belanda melancarkan serangan ke daerah Jawa dan Sumatera.
Sumber : davidadinugroho.wordpress.com