Dokumen tersebut membahas alternatif solusi untuk meningkatkan motivasi belajar, literasi sains, keaktifan, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa SMP IT Nur Hasan melalui penerapan model pembelajaran tertentu. Beberapa model yang direkomendasikan adalah model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar, Guided Discovery Learning (GDL) untuk meningkatkan literasi sains, Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan ke
2. KARAKTERISTIK
SMP IT NUR HASAN
S M P B E R B A S I S B O A R D I N G S C H O O L /
P O N D O K
Terletak 15 menit dari Bandara Adi Soemarmo Solo. Siswa
dan siswinya berasal dari berberbagai daerah di
Indonesia. Memiliki fasilitas lab IPA, fasilitas lab komputer
dan fasilitas perpustakaan. Namun fasilitas-fasilitas
tersebut belum lengkap.
Akreditasi sekolah : B.
3. Hasil Identifikasi
Masalah
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA MASIH RENDAH
LITERASI SAINS SISWA MASIH RENDAH
KEAKTIFAN SISWA RENDAH DALAM
PEMEBALAJARAN IPA
KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL HOTS MASIH
RENDAH
4. Motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran IPA
masih rendah
Siswa pada umumnya
• tidak memiliki keinginan untuk berhasil dalam
belajar, -merasa tidak butuh belajar,
• tidak tertarik dalam belajar,
• tidak ulet dalam menghadapi kesulitan,
• memiliki tingkat kebosanan dalam belajar yang
tinggi.
5. Setelah dieksplorasi dan dianalisis
(kajian literatur dan wawancara)
ditemukan bahwa akar penyebab
masalah adalah model
pembelajaran yang digunakan
guru selama ini adalah kurang
mendukung motivasi belajar siswa.
6. Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung (hidayati, 2021).
Indikator motivasi belajar
(a) adanya hasrat dan keinginan berhasil;
(b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
(c) adanya harapan dan cita-cita masa depan;
(d) adanya penghargaan dalam belajar;
(e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
(f) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
(Hidayati, 2021)
7. Rahman (2021) menyatakan motivasi
berfungsi sebagai pendorong untuk
pencapaian hasil yang baik. Adanya
motivasi yang tinggi dalam belajar akan
mencapai hasil yang optimal
Lina Astria Tri W., S.Pd, M.Pd. (Guru Senior SMP IT
Nur Hasan) menyatakan motivasi adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Siswa
berusaha mendapat hasil yang optimal dalam belajar
apabila dalam dirinya terdapat keinginan untuk
belajar.
10. Model PBL mengarahkan siswa belajar
melalui permasalahan-permasalahan praktis
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar IPA siswa.
Model PBLmenantang siswa dalam
menghadapi kesulitan dan memberikan
kepuasan setelah menemukan pengetahuan
baru (keberhasilan) sehingga dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
(Hidayati, 2021)
11. Kelebihan Model PBL
• menekankan pada makna pembelajaran,bukan
sekadar fakta;
• meningkatkan pengarahan diri siswa ;
• meningkatkan pemahaman siswa dan
keterampilan proses pembelajaran;
• mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal siswa;
• meningkatkan motivasi siswa karena berbasis
masalah;
• meningkatkan kontak antarsiswa
(Ramlawati dkk, 2017)
12. Sintaks PBL
a.Orientasi siswa pada masalah
b.Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c.Membimbing penyelidikan individual/kelompok
d.Mengembangkan & menyajikan hasil karya
e.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah .
(Kusnandar, 2019)
13. Jika model Problem Based
Learning (PBL) diterapkan, maka
permasalahan rendahnya
motivasi belajar siswa dapat
teratasi.
Jika model Problem Based
Learning (PBL) tidak
diterapkan, maka harapan
untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa sulit untuk
diwujudkan
Maka,
14. Literasi sains yang rendah
Siswa pada umumnya
1. belum dapat menjelaskan fenomena
secara ilmiah,
2.belum mampu mengevaluasi dan
mendesain penyelidikan ilmiah,
3. belum mampu menginterpretasi data dan
fakta ilmiah.
15. Apa itu literasi
sains?
Literasi sains merupakan kemampuan
menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan
menarik kesimpulan berdasarkan
buktibukti dalam rangka berkenaan
dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui
aktifitas manusia (OECD-PISA, 2004)
16. Miftahudin, S.Pd, M.Si.
(Pakar Pendidik/Guru Berprestasi Nasional
2016)
Penyebab rendahnya literasi sains adalah
pembelajaran tidak konseptual dengan
lingkungan siswa.
Merta dkk (2020)
Pembelajaran sains kurang mengajak siswa untuk
berpikir lebih tinggi dan konstekstual terkait
dengan materi yang akan dibahas menyebabkan
tingkat literasi sains siswa rendah.
17. Setelah dieksplorasi dan dianalisis
(kajian literatur dan wawancara)
ditemukan bahwa akar penyebab
masalah adalah model
pembelajaran yang digunakan
guru selama ini adalah kurang
mengembangkan literasi sains
siswa
20. Model pembelajaran Guided Discovery
Learning (GDL) mengarahkan siswa untuk
menggunakan pendekatan kontekstual
dalam mengaitkan hubungan antara
pemahaman dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Model ini juga
memacu siswa untuk dapat mencari berbagai
informasi dan data untuk digunakan dalam
proses pembelajaran (Winangun dkk, 2021).
21. Kelebihan Model GDL
• siswa belajar cara belajar (learn to how learn);
• siswa menghargai diri sendiri dan memotivasi
diri;
• siswa mudah untuk mentransfer pemahaman;
• memperkecil atau menghindari menghafal;
• siswa bertanggungjawab atas pembelajarannya
,
• siswa lebih memahami sains dan teknologi;
• siswa dapat memecahkan masalah karena diberi
kesempatan berperan dalam kegiatan sains
sesuai dengan bimbingan guru (Hadiningsih,
2016).
22. Sintaks GDL
a. Memberi stimulus
b. Mengidentifikasi masalah
c. Mengumpulkan data
d. Mengolah data
e. Memverifikasi
f. Menyimpulkan
(Winangun, 2021)
23. Jika model Guided Discovery
Learning (GDL) diterapkan, maka
permasalahan rendahnya literasi
siswa dapat teratasi.
Jika model Guided Discovery
Learning (GDL) tidak
diterapkan, maka harapan
untuk meningkatkan literasi
siswa akan sulit untuk
diwujudkan
Maka,
24. Keaktifan Siswa dalam
Pembelajaran IPA
rendah
Siswa pada umumnya
• tidak aktif bertanya,
• tidak aktif mengerjakan tugas,
• tidak aktif menjawab pertanyaan
• tidak senang mendapat tugas.
25. Setelah dieksplorasi dan dianalisis
(kajian literatur dan wawancara)
ditemukan bahwa akar penyebab
masalah adalah model
pembelajaran yang digunakan guru
selama ini adalah kurang
mendukung keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA.
28. Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
merupakan model pembelajaran yang dapat
mendorongsiswa untuk aktifbelajar secara
berkolaborasi untuk memecahkan masalah
sehingga dapat mengkonstruksi inti
pelajarandari temuan-temuan dalam
tugasatau proyek yang dilakukan.Model ini
digunakan untuk melatih siswa melakukan
analisis terhadap permasalahan,
kemudianmelakukan eksplorasi,
mengumpulkan informasi, interpretasi,dan
penilaian dalam mengerjakan proyekyang
terkait dengan permasalahan yang dikaji
(Kanza dkk, 2020).
29. Kelebihan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
mempunyai kelebihan dapat meningkatkan motivasi,
membuat peserta didik lebih aktif, kreatif dan
membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan
bermakna (Fatmah, 2021).
30. Sintaks Model Pembelajaran
Project Based Learning (PjBL)
Ermawati dan Widowati (2020) menyebutkan
sintaks model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) yaitu:
• mengajukan pertanyaan
• membuat perencanaan
• menyusun penjadwalan
• memonitor pembuatan proyek
• melakukan penilaian
• evaluasi
31. Jika model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) , maka
permasalahan rendahnya
keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA dapat teratasi.
Jika model pembelajaran
Project Based Learning
(PjBL) tidak diterapkan, maka
harapan untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA akan sulit
untuk diwujudkan
Maka,
32. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS masih rendah
Siswa pada umumnya
• belum mampu menghubungkan pengetahuan yang
dimilikinya,
• tidak mampu mengolah data,
• belum mampu mentransformasikan pengetahuan
dan pengalaman,
• belum mampu berpikir secara kritis dan kreatif,
• belum mampu memecahkan masalah pada situasi
baru
33. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) adalah proses berpikir secara
kompleks, yang melibatkan aktivitas
mental untuk menghubungkan,
memanipulasi, dan mentransformasi
pengetahuan serta pengalaman yang
sudah dimiliki untuk berpikir secara
kritis dan kreatif dalam upaya
menentukan keputusan dan
memecahkan masalah dalam situasi
baru. (Astuti, 2018).
35. Setelah dieksplorasi dan dianalisis
(kajian literatur dan wawancara)
ditemukan bahwa akar penyebab
masalah adalah model
pembelajaran yang digunakan guru
selama ini belum meningkatkan
kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS.
37. Model pembelajaran POE (Predict,
Observe, Explain) melibatkan siswadalam
memprediksi suatu permasalahan,
melakukan pengamatan, dan menjelaskan
antara dugaan dengan teori yang ada.
Model pembelajaran ini meningkatkan
siswa untuk mencapai kemampuan
berpikir kritis, kreatif dan inovatif,
kemampuan bekerjasama, kemampuan
berkomunikasi, dan percaya diri (Waisah
dkk, 2020).
38. Kelebihan Model POE (Predict,
Observe, Explain)
Menurut Hunaidah dkk (2018) beberapa kelebihan
dari model pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) yaitu
• merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya
dalam mengajukan prediksi,
• dapat mengurangi verbalisme,
• proses pembelajaran menjadi lebih menarik
karena siswa juga mengamati peristiwa yang
terjadi melalui eksperimen,
• siswa memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori (dugaan) dengan
kenyataan.
39. Sintaks POE
Sintaks model Pembelajaran POE
(Predict, Observe, Explain) menurut
Safitri, Kosim dan Harjono (2019) adalah
a.Memprediksi
b.Mengobservasi
c.Menjelaskan
40. Jika model pembelajaran POE
(Predict, Observe, Explain)
diterapkan, maka permasalahan
rendahnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal HOTS
dapat teratasi.
Jika model pembelajaran
POE (Predict, Observe,
Explain) tidak diterapkan,
maka harapan untuk
meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan
soal HOTS akan sulit untuk
diwujudkan
Maka,
41. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji. 2018. Kemampuan Literasi Matematika dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 1: 263-268.
Ermawati & Widowati. 2020. Implementasi Project Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan
Menulis Siswa SMP Taman Dewasa Jetis. Wacana Akademika, 4(1): 23-32.
Fatmah, Heryani. 2021. Kreativitas Peserta Didik dalam Pembelajaran Bioteknologi dengan PjBL Berbasis STEAM. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pedagonal, 5(1): 7-14.
Hadiningsih, E, R. 2009. Keefektifan Metode Penemuan Terbimbing dan Metode Pemberian Tugas terhadap Prestasi
Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas 8 Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan
Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Hidayati. 2021. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Peserta Didik Kelas VII ASMP Negeri 13 Mataram Semester GenapTahun Pelajaran 2017-2018. Jurnal
Media Bina Ilmiah, 15(9): 5049-5056.
Hunaidah, M dkk. Penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan Metode Demonstrasi untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Fisika Materi Pokok Kalor Kelas VII 2 SMP Negeri 15 Kendari. Prosiding
Seminar Nasional Quantum Pendidikan Fisika UAD: 293-298.
42. Kanza, Nanda Rizky Fitrian dkk. 2020. Analisis Keaktifan Bbelajar Siswa Menggunakan Model Project Based
Learning dengan Pendekatan STEM pada Pembelajaran Fisika Materi Elastisitas di Kelas XI Mipa 5 SMA Negeri 2
Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika,9(2): 71-77.
Kriswarno, Danto. 2022. Wawancara pada 12 September 2022.
Kusnandar, Dede. 2019. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Motivasi
Belajar IPA. Jurnal Madrascience, 1(1): 17-30.
Merta, I Wayan dkk. Profil Literasi Sains dan Model Pembelajaran Dapat Meningkatkan Kemampuan Literasi
Sains. Jurnal Pijar MIPA, 15(3): 223-228.
Miftahudin. 2022. Wawancara pada 2 September 2022.
OECD-PISA. 2004. Learning for Tomorrow’s World First Results from PISA 2003. Paris: CFC.
Rahman, Sunarti. 2021. Pentingnya Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo, 289-302.
Ramlawati dkk. 2017. Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA
Peserta Didik. Jurnal Sainsmat, 6(1): 1-14.
43. Tri W,. Lina Astria. 2022. Wawancara pada 12 September 2022.
Waisah dkk. 2020. Pengaruh POE Berbasis Blended Learning terhadap High Order Thinking Skill (HOTS) Peserta
Didik SMP. Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti, 4(1): 1-11
.
Winangun, I Made Ari dkk. 2021. Model Guided Discovery Learning Berorientasi Pembelajaran Abad 21 Bermuatan
Tri Kaya Parisudha. Jurnal Mimbar Ilmu, 26(3): 355-363.