Dokumen tersebut merangkum tentang tuberkulosis (TB), penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan penyebab kematian menular utama di dunia yang menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lain. Gejala klinis TB antara lain batuk berkepanjangan, demam, dan penurunan berat badan. Diagnosis dapat dilakukan secara klinis maupun bakteriologis."
2. PENDAHULUAN
• Tuberkulosis Penyebab kematian menular utama di
dunia (2015)
• WHO TB menyebabkan 1,8 jt kematian,
• 10,4 jt kasus baru tiap tahun 1 jt kasus dan 210.000
kematian pada anak
• Ketika pasien TB paru batuk, bersin, meludah
mendorong kuman TB ke udara hanya perlu menghirup
beberapa kuman untuk terinfeksi
Wilmott RW (Robert W), Deterding RR, Li A, Ratjen FA (Felix A), Sly P, Zar HJ, et al. Kendig’s disorders of the respiratory tract in children. 1202 p.
3. Keberhasilan Pengobatan TB Di Pengaruhi Oleh:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [cited 2022 Dec 31]. Available from: https://www.idai.or.id/professional-
resources/pedoman-konsensus/pedoman-nasional-pelayanan-kedokteran-tata-laksana-tuberkulosis
•Faktor pasien
•Pasien tidak patuh
minum OAT
Pasien pindah
fasilitas pelayanan
kesehatan (tanpa
informasi hasil
pengobatan ke
fasyankes awal)
•kasus TB resistan
obat
•Faktor Pengawas
Menelan Obat
PMO tidak ada
PMO ada tapi kurang
memantau
•Faktor Obat
•suplai obat
terganggu pasien
menunda/ tidak
meneruskan
pengobatan
•kualitas obat
menurun
penyimpanan tidak
sesuai standar.
4. DEFINISI:
• Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh infeksi bakteri berbentuk batang, Mycobacterium
tuberculosis (M.TB)
• Penyakit TB sebagian besar mengenai parenkim paru (TB paru)
• Namun bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi
organ lain (TB ekstra paru)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [cited 2022 Dec 31]. Available from: https://www.idai.or.id/professional-
resources/pedoman-konsensus/pedoman-nasional-pelayanan-kedokteran-tata-laksana-tuberkulosis
5. EPIDEMIOLOGI
• Di America Kematian TB 2020 >
tinggi dibandingkan tahun 2015 di
Amerika (+10%).
• Menurun dibandingkan tahun 2015 di
wilayah WHO lainnya:
• 13% di Pasifik Barat
• 6,2% di Mediterania Timur
• 0,19% di Asia Tenggara.
Gambar 1 Estimasi Insiden TB 2020, Untuk Negara Dengan Sedikitnya
100.000 Kasus Insidensi (4)
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2021. 2021. Available From: Http://Apps.Who.Int/Bookorders.
6. Estimasi Rata-Rata
Insidensi TB, 2020
Progres global jumlah pasien telah menjalani
pengobatan (2018-2020), dibandingkan
dengan jumlah seluruh target (2018-2020)
2010
9,4%
2011
8,5%
2012
8,2%
2013
7,9%
2014
7,16%
2015
9% Proporsi kasus
TB anak di
antara semua
kasus TB di
Indonesia
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2021. 2021. Available From: Http://Apps.Who.Int/Bookorders.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak. 2016. 1–98 p.
7. FAKTOR RESIKO
Semua kelompok usia beresiko
Pasien HIV 16 x mungkin
terkena TB
Pasien dengan kekurangan
gizi beresiko 3 kali > tinggi.
Terbukti ada kontak dengan pasien TB
Ada penyakit komorbid: HIV
(kekebalan tubuh terganggu), DM
Tinggal di wilayah berisiko TB: Lapas/Rutan, tempat
penampungan pengungsi, daerah kumuh, dll. (3)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [cited 2022 Dec 31]. Available from: https://www.idai.or.id/professional-
resources/pedoman-konsensus/pedoman-nasional-pelayanan-kedokteran-tata-laksana-tuberkulosis
8. TB Paru
• Melibatkan parenkim paru/
trakeobronkial.
• TB milier diklasifikasikan
sebagai TB paru karena
terdapat lesi di paru
TB Ekstra Paru
• Melibatkan organ di luar
parenkim paru seperti
pleura, KGB, abdomen,
saluran genitorurinaria,
kulit, sendi dan tulang,
selaput otak.
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
9. Klasifikasi berdasarkan uji kepekaan obat (OAT)
1. Mono resistan (TB MR): salah satu jenis OAT lini 1 saja
2. Poli resistan (TB PR): > 1 jenis OAT lini 1 selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan
3. Multi drug resistant (TB MDR): isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan
4. Extensive drug resistant (TB XDR): TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini 2 jenis suntikan (Kanamisin,
kapreomisin, amikasin)
5. Resistan rifampisin (TB RR): rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional) (5)
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
10. Tanda Dan Gejala Klinis
(3,6)
Batuk ≥ 2 minggu
Demam ≥ 2 minggu
BB turun dalam 2 bulan
sebelumnya
Lesu atau malaise ≥ 2 minggu
Gejala-gejala tersebut menetap
walau sudah diberikan terapi yang
adekuat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [Cited 2022 Dec 31]. Available From: Https://Www.Idai.Or.Id/Professional-
Resources/Pedoman-Konsensus/Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tata-Laksana-Tuberkulosis
Editor T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
11. Bronkus
Obstruksi parsial Obstruksi total
Atelektasis
Apeks paru (focus simon)
Menyebar melalui
saluran limfe
(limfangitis)
kelenjar limfe
(limfadenitis)
Sputum culture and smear
microscopy +ve for M. TB
meninggalkan rongga di
jaringan paru (kavitas).
Nekrosis
perkijauan
Bagian tengah lesi akan
keluar (cair) melalui
bronkus
Dapat reaktivasi
TB apeks paru saat dewasa
Fokus primer
Kompleks primer
Fokus primer di:
• lobus bawah/ tengah:
kelenjar limfe parahilus
• Apeks: kelenjar paratrakeal
TB Primer
Tuberkulin (+)
Kementrian Kesehatan
Ri. Buku Tb Anak
2016. 2016. 1–98 P.
Calgary Guide.
Mycobacterium
Tuberculosis:
Pathogenesis And
Clinical Findings.
12. Nafsu makan kurang.
BB sulit naik/ menetap/ turun
Demam subfebris berkepanjangan
Pembesaran kelenjar superfisial
Keluhan respiratorik berupa batuk
kronik > 3 minggu/ nyeri dada.
Gejala gastrointestinal
Masalah gizi lain harus disingkirkan dengan
tata laksana adekuat selama minimal 1 bulan
Etiologi demam kronik lain perlu disingkirkan
dahulu, (ISK, tifus, atau malaria)
seperti diare persisten yang tidak sembuh
dengan pengobatan baku/
perut membesar karena cairan atau teraba
massa dalam perut.(6)
Daerah leher, aksila, inguinal, atau tempat lain.
Diagnosis (Anamnesis)
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
13. Terdiagnosis secara klinis, tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter.
Terdiagnosis Secara Klinis
• Pasien TB paru
• BTA (-)
• hasil foto toraks
mendukung TB
• Pasien TB paru
• BTA (-)
• Tidak ada
perbaikan klinis
setelah diberi
antibiotik non
OAT
• mempunyai
faktor risiko TB
• Pasien TB ekstra
paru
• Terdiagnosis
secara klinis
maupun
laboratoris
• histopatologis
tanpa konfirmasi
bakteriologis.
• TB anak yang
terdiagnosis
dengan sistim
skoring IDAI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [Cited 2022 Dec 31]. Available From: Https://Www.Idai.Or.Id/Professional-
Resources/Pedoman-Konsensus/Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tata-Laksana-Tuberkulosis
15. Pasien TB yang terbukti positif
bakteriologi pada hasil pemeriksaan
(contoh uji bakteriologi sputum,
cairan tubuh dan jaringan) melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung,
TCM TB, atau biakan.
Terdiagnosis Secara Bakteriologis
1.Pasien TB paru
BTA (+)
Pasien TB paru hasil biakan
M.TB (+)
Pasien TB paru
hasil tes cepat
M.TB (+)
Pasien TB ekstra paru
terkonfirmasi secara
bakteriologis, baik dengan
BTA, biakan maupun tes
cepat dari contoh uji
jaringan yang terkena.
TB anak yang terdiagnosis
dengan pemeriksaan
bakteriologis. (3)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [Cited 2022 Dec 31]. Available From: Https://Www.Idai.Or.Id/Professional-
Resources/Pedoman-Konsensus/Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tata-Laksana-Tuberkulosis
16. Benjolan di punggung
(Gibbus)
Sulit membungkuk, pincang,
pembengkakkan sendi
Mengenai SSP
Gejala iritabel, leher kaku,
muntah, kesadaran menurun
Kulit
Skrofuloderma
Limfadenopati
multipel
Sulit membungkuk, pincang,
pembengkakkan sendi
Keluhan Spesifik TB Organ
Ekstrapulmonal
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
17. Pemeriksaan Fisik
Antropometri
Suhu tubuh
Subfebris maupun tinggi pada
pasien dan evaluasi kondisi
keseluruhan (gangguan, warna
kulit/turgor)
Paru-Paru
Auskultasi kresek (crackles),
suara napas yang berbeda atau
melemah, obstruksi
Jantung
suara jantung, frekuensi, ritme:
palpasi denyut nadi, tanda-tanda
insufisiensi jantung (edema)
Abdomen
Pembesaran organ,
suara usus (meningkat,
menurun)
Gizi kurang grafik BB dan
TB pada posisi di daerah
bawah
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kreckmann M. Pediatrics: A Case-Based Review. Saarbrucken: Georg Thieme Verlag Kg; 2019. 232–240 P.
Tegang (tense): tekanan
otak/ meningitis.
Cekung: dalam dehidrasi
Palpasi fontanel
18. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Gambar darah, CRP, laju
sedimentasi, elektrolit, gula
darah, analisis gas darah,
status urin
Laboratorium
Infiltrat, bukti aspirasi benda asing, ukuran jantung. Dapat
ditemukan soft infilrates di lapangan kiri bawah dengan
koneksi ke hilus paru.
Rontgen
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kreckmann M. Pediatrics: A Case-Based Review. Saarbrucken: Georg Thieme Verlag Kg; 2019. 232–240 P.
KGB
Pembengkakan kelenjar getah
bening lokal atau umum
19. TB Vertebra
• Gibbus, kifosis, paraparesis, atau paraplegia.
TB Koksae/ Genu
• Jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut.
Pembesaran KGB multipel
• tidak nyeri tekan, dan konfluens (saling menyatu).
Meningitis TB
• kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal lain.
Skrofuloderma
• Ulkus kulit dengan skinbridge biasanya terjadi di
daerah leher, aksila atau inguinal.
•Konjungtivitis fliktenularis
• yaitu bintik putih di limbus kornea yang sangat nyeri
TB
Mengenai
Organ
Tertentu
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
20. Uji Tuberkulin
• Penyuntikan 0,1 ml tuberkulin PPD (intra kutan) volar lengan arah suntikan
memanjang lengan (longitudinal).
• Reaksi diukur setelah 48-72 jam penyuntikaan.
• Indurasi transversal diukur dan dilaporkan dalam mm berapapun ukurannya,
• 0 mm (tidak ada indurasi sama sekali),
• Indurasi > 10 mm (+),
• Indurasi < 5 mm (-),
• indurasi 5-9 mm (meragukan dan perlu diulang), dengan jarak waktu minimal 2 minggu.
• Uji tuberkulin (+) adanya infeksi TB dan kemungkinan TB aktif (sakit TB) pada anak.
21. • Gambaran foto toraks pada TB tidak khas kecuali gambaran TB milier.
• Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB:
• Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/ tanpa infiltrat (visualisasinya
selain foto toraks AP, harus disertai foto toraks lateral),
Foto Toraks
• Konsolidasi
segmental/lobar
• Efusi pleura,
• Milier,
• Atelektasis,
• Kavitas,
• Kalsifikasi
dengan
infiltrate,
• Tuberkuloma
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [Cited 2022 Dec 31]. Available From: Https://Www.Idai.Or.Id/Professional-
Resources/Pedoman-Konsensus/Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tata-Laksana-Tuberkulosis
22. 1)Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum atau spesimen
lain (cairan tubuh atau jaringan biopsi)
2)TCM TB
Dapat mengidentifikasi kuman Mycobacterium
tuberculosis dalam waktu yang cepat (2 jam),
• Line Probe Assay (misalnya Hain GenoType)
• NAAT-Nucleic Acid Amplification Test) (misalnya
Xpert MTB/RIF).
Dapat digunakan untuk deteksi kuman Mycobacterium
TB secara molecular & menentukan ada tidaknya
resistensi terhadap Rifampicin.
Pemeriksaan Bakteriologi
Nilai Diagnostik
Uji Biakan
Pemeriksaan TCM
Mikroskopik Sputum
Hasil TCM (-) tidak
menyingkirkan diagnosis TB.
(5)
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis
Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
23. • Pemeriksaan biakan (dari sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura
ataupun biopsi jaringan)
• Ekspektorasi spontan Induksi sputum
• Biakan dapat dilakukan dengan:
• Metode konvensional uji kepekaan obat Pemeriksaan biakan M.TB:
• medium padat (Lowenstein Jensen/LJ atau Ogawa)
• media cair MGIT (Mycobacterium growth indicator tube).
• Biakan M.TB pada media cair memerlukan waktu yang singkat minimal 2 minggu,
lebih cepat dibandingkan biakan pada medium padat yang memerlukan waktu 28-42
hari.
Pemeriksaan Biakan
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis
Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
26. Tata Laksana
• Tahap awal/ intensif untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. 3-5 OAT 2 Bulan
• Tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. 2 OAT 6-12 Bulan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. [Cited 2022 Dec 31]. Available From: Https://Www.Idai.Or.Id/Professional-
Resources/Pedoman-Konsensus/Pedoman-Nasional-Pelayanan-Kedokteran-Tata-Laksana-Tuberkulosis
27. Nama Obat Dosis Harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis Maksimal
(mg/ hari)
Efek Samping
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitis
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna orange kemerahan
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Etambutol (E) 20 (15-25) - Neuritis optic, ketajaman mata berkurang,
buta warna merah hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal
Dosis OAT Pada Anak
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
28. Panduan OAT Dan Lama Pengobatan
TB Pada Anak
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
29. Dosis OAT KDT Pada TB Anak
Nama Obat Fase Intensif Fase Lanjutan
Rifampisin 75 mg 75 mg
INH 50 mg 50 mg
Pirazinamid 150 mg -
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
30. Anak tinggal serumah atau kontak erat dengan
penderita TB (BTA (+))
Evaluasi gejala
Tidak
Profilaksis
• Isoniazid
(INH): 5 – 10
mg/kgBB/hari
selama 6 bulan
• Dosis
maksimal 300
mg/hari
• 1 kali sehari di
jam yang sama
Anak < 5 tahun, HIV (+)
Anak > 5 tahun, HIV (-)
Profilaksis
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
Ada
PP INH
Follow up
Tidak perlu PP INH
Timbul gejala atau tanda
TB
Tidak
Observasi Lengkapi pemberian INH selama 6 bulan
ya
Lihat alurr
diagnosis TB
Pada Anak
31. Alur Investigasi
Kontak Ibu
Aktif Pada Bayi
Kementrian Kesehatan Ri. Buku Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak 2016. 2016. 1–98 P.
32. Terapi Suportif
a) Asupan gizi yang adekuat.
b) Jika ada penyakit lain tata laksana
c) Fisioterapi dilakukan pada kasus pasca bedah.
d) Dan untuk lain-lain seperti rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll,
TB tulang konsultasi ke Sub bagian Bedah Ortopedi
meningitis TB Neurologi Anak dan perlu dikonsultasikan ke Bagian Mata,
TB milier konsul ke Bagian Mata untuk evaluasi adanya TB koroid. (6)
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
33. Non Medikamentosa (Edukasi)
a) Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan, tidak boleh terputus, dan harus
kontrol teratur tiap bulan.
b) Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata, keringat, ludah)
berwarna merah.
c) Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam
sebelum makan/ minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin harus
diminum dalam keadaan perut kosong.
d) Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah, segera periksa ke dokter
walau belum waktunya.(6)
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
34. Respons klinis Evaluasi radiologis Efek samping OAT
Akhir pengobatan, kecuali jika ada
perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis memburuk, evaluasi
kepatuhan minum obat, dan
kemungkinan kuman TB resisten obat.
Keluhan awal membaik.
Respons yang nyata 2
bulan awal
T, Pudjiadi Badriul Ah, Setyo H, Nikmah H, Idris S, Gandaputra Ep, Et Al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Evaluasi Hasil Pengobatan
35. Prognosis
• Dengan pengobatan yang konsisten dan cepat, TB dapat
disembuhkan.
• Meningitis tuberkulosis hanya dapat sembuh dengan
diagnosis dini dan inisiasi terapi optimal; tidak diobati,
biasanya menyebabkan kematian.
Batuk: batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotika
Demam: dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain- lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesilik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
BB turun: BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya. atau terjadi gagal tumbuh (ailure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-2 bulan.
Lesu: Lesu atau malaise ≥ 2 minggu. Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat. (3,6)
Pungsi lumbal: Untuk mengetahui ada tidaknya meningitis TB.