Dokumen tersebut membahas konsep dasar auditorium, termasuk definisi, klasifikasi, dan fleksibilitas desain auditorium. Auditorium didefinisikan sebagai ruang untuk mendengar dan melihat, dan diklasifikasikan berdasarkan fungsi, lokasi, bentuk dasar denah, dan bentuk dasar potongan. Desain auditorium perlu mempertimbangkan aspek kualitas akustik, frekuensi bunyi, waktu tunda, cacat akustik, waktu dengung,
3. Definisi Auditorium
Auditorium berasal dari
kata audiens yang berarti
pendengar, penonton,
pemerhati, atau pemirsa,
dan kata rium yang berarti
tempat.
Auditorium dapat diartikan
sebagai ruang umtuk
mendengar dan melihat.
5. 1. Fungsi
Berdasarkan fungsinya, auditorium dibedakan menjadi 3 yaitu
auditorium pertemuan, auditorium seni, dan auditorium multi
fungsi.
6. 2. Lokasi
Berdasarkan lokasi auditorium dibedakan menjadi :
1) Auditorium Indoor
• Ruang auditorium terletak di dalam bangunan
• Kualitas akustik lebih mudah dikontrol
• Fungsi auditorium dapat berupa pertemuan, seni, dan multifungsi
2) Auditorium Outdoor
• Ruang auditorium terletak di luar bangunan
• Kualitas akustik cenderung sulit dikontrol
• Pada umumnya berfungsi untuk seni
3) Auditorium semiindoor
• Panggung berada dalam ruang terbuka pada bagian yang menghadap
audiens sedangkan audiens berada diruang terbuka, atau sebaliknya.
• Kualitas akustik cenderung sulit dikontrol. Disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, misalnya bising, sehingga diperlukan sound system
• Fungsi auditorium umumnya untuk seni
7. 3. Bentuk Dasar Denah Auditorium
Bentuk dasar denah auditorium dibedakan oleh desain
panggung, yaitu panggung tertutup (proscenium), panggung
terbuka (elizabethan), dan panggung arena.
8. 4. Bentuk Dasar Potongan Auditorium
Bentuk dasar potongan auditorium dibedakan oleh desain lantai audiens
dan plafon menjadi :
a) Auditorium horizontal seating
Ciri- ciri :
1) Desain sangat tidak menunjang perolehan kualitas akustik dan visual yang baik
2) Bunyi terhalang audiens
3) Bunyi tidak keras merata
9. b) Auditorium reflective shell
Ciri-ciri :
1) Desain cukup menunjang perolehan kualitas akustik dan visual yang baik
2) Bunyi masih terhalang audiens
3) Terdapat reflector, tetapi bunyi masih belum keras merata
10. c) Auditorium reflective shell dan raked seating
Ciri-ciri :
1) Kualitas sangat menunjang perolehan kualitas akustik yang baik
2) Bunyi tida terhalang audiens
3) Terdapat reflector dan bunyi dapat keras merata
11. Aspek Desain
Aspek desain auditorium berhubungan dengan hal
berikut :
1. Kualitas Akustik
Kualitas akustik adalah pengendalian bunyi untuk
memperoleh kualitas bunyi yang baik tanpa cacat akustik.
(akustik : berhubungan dengan bunyi atau pendengaran)
12. Syarat kualitas akustik yang baik :
1) Terdengar jelas
2) Terdengar keras merata
3) Memiliki waktu tunda yang tepat
4) Bebas cacat akustik (gaung dan gema)
5) Memiliki waktu dengung yang tepat, dan
6) Bebas bising
13. 2. Frekuensi Bunyi
Dari seluruh frekuensi bunyi yang dapat didengar manusia,
terdapat enam frekuensi yang mewakili untuk digunakan dalam
proses desain auditorium yaitu :
1) 125 Hz
2) 250 Hz
3) 500 Hz
4) 1.000 Hz
5) 2.000 Hz, dan
6) 4000 Hz
14. 3. Waktu Tunda
Waktu tunda adalah selang waktu yang dibutuhkan antar
bunyi asli dengan bunyi pantul. Jika bunyi pantul memiliki
waktu tunda yang tepat, maka akan memperkuat bunyi asli,
sehingga dapat menigkatkan kualitas akustik
Sebaliknya jika bunyi pantul memiliki waktu tunda yang
berkepanjangan maka akan terjadi cacat akustik (gema)
15. 4. Cacat Akustik
Cacat akustik terrdiri dari :
Gema (echo) adalah bunyi yang terdengar akibat pemantulan
bunyi yang berkepanjangan, sehingga waktu tunda melebihi
waktu yang diperlukan. Catatan* nilai aman waktu tunda yang
dibutuhkan maksimal adalah 30 milidetik.
Efek gema : cacat akustik berupa ketidakjelasan bunyi yang
terdengar akibat bunyi pantul menimpa bunyi bunyi selanjutnya
yang terdengar.
Gaung (flutter echo) adalah gema berulang, terdengar
berurutann dengan cepat akibat pemantulan bunyi oleh suatu
material behadapan.
Efek gaung : ketidakjelasan bunyi akibat bunyi pantul yang
berulang kali menimpa bunyi yang terdengar.
16. 5. Waktu Dengung (Reverberation Time)
Dengung adalah pemanjangan bunyi yang menguntungkan.
Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan bunyi untuk tetap
terdengar, sehingga memperkuat dan memperjelas bunyi asli.
Kebutuhan waktu dengung terbagi menjadi dua kategori yaitu
pada auditorium fungsi pertemuan sebesar 0,5 – 1,0 detik dan
auditorium fungsi seni sebesar 1,0 – 2,0 detik.
17. Rumus waktu dengung (RT)
RT = 0,16 V = 0,16 V
Ʃ(Sα) A
RT = waktu dengung yang terjadi (sekon)
V = volume ruang yang terekspos bunyi (m3)
S = luas per jenis material interior yang terekspos bunyi (m2)
α = koefisien penyerapan bunyi per jenis material interior yang
terekspos bunyi sesuai frekuensi rata-rata bunyi (sabin)
A = absorpsi bunyi dalam ruang (sabin m2)
18. 6. Rumus Akustik
Rumus akustik yang digunakan untuk mengecek dimensi
ruang :
1) Pencegahan Gema
Auditorium pertemuan (A) R1 + R2 – D < 14m
Auditorium seni (B) R1 + R2 – D < 34m
19. 7. Material Akustik
Material akustik adalah material yang digunakan untuk
mengendalikan kualitas akustik (reflector, absorber, diffuser,
dan insulator) demgan alokasi sesuai kerja rambatan dan
pantulan bunyi.
“nb : untuk penjelasan lebih lengkap buka hal 183 buku Fisika Bangunan 2”
20. 8. Koefisien Penyerapan Bunyi
Koefisien penyerapan bunyi adalah angka yang menunjukan
kemampuan material menyerap energi bunyi. Makiin besar
koefisiennya, daya serapnya semakin tinggi.
9. Pengaturan Interior
Aspek desain interior pada auditorium meliputi :
Jarak maksimal sumber bunyi ke audiens,
Sudut ideal dari audiens ke panggung,
Sudut ideal dari panggung ke audiens,
Layout kursi kipas,
Kedalaman balkon maksimal,
Sudut maksimal kemiringan lantai audiens untuk garis pengllihatan
optimal
Lebar minimal koridor,
Jumlah kolom kursi dan alokasi koridor,
Jumlah minimal kursi per baris, dan
Dimensi kursi dan jarak antar kursi
21. 4. Fleksibilitas Desain
Fleksibilitas desain pada auditorium menunjang perubahan fungsi
sesuai keutuhan menjadi auditorium multifungsi.
perubahan aspek desain diantaranya sebagai berikut
a. Bentuk dasar denah atau panggung berupa concert hall, recital
studio, atau theater
b. Bentuk dasar potongan (raked seating atau flat dan sebaliknya)
c. Layout kursi yang mengikuti perubahan bentuk panggung
d. Desain plafon yang mengikuti perubahan panggung dan layout
kursi
e. Perubahan jenis dan luas material yang terekspos bunyi
f. Perletakan baru dari material akustik reflector, absorber, dan
diffuser.