1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SMK BINAKARYA MANDIRI
Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan
Kelas / semester : XI(sebelas) / Genap
Pertemuan ke :1-4
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Standar kompetensi : Melakukan install home theater
Kompetensi dasar : Menjelaskan kebutuhan peralatan pembuatan home theater
Indikator : Mampu menjelaskan peralatan Home Theater
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran ini siswa dapat :
a. Menjelaskan peralatan Home Theater
II. MATERI AJAR
a. Pengertian Home Theater
Home : Rumah
Theater : Bioskop
Home Theater merupakan kombinasi dari perancangan komponen elektronik untuk
menciptakan pengalaman menonton film dalam suatu ruang theater yang
mengasyikan yang ada didalam rumah.
b. Keuntungan Menggunakan Home Theater :
Salah satu perbedaan terbesar adalah pengalaman suara.
Komponen utama kedua bioskop adalah ukuran layar film yang besar.
Menonton lebih nyaman karena dapat menonton semua gambar maupun suara
dengan baik.
c. Elemen-Elemen Minimum Home Theater :
Layar televisi yang besar (sekurang-kurangnya 27 inchi diukur secara diagonal)
dengan gambar yang jelas.
Sekurang-kurangnya menggunakan 4 speaker.
Pemecah sinyal suara surround dan pengirimannya ke speaker.
Peralatan player atau film broadcast dengan suara surround, terutama dengan
gambar yang jernih.
d. Kebutuhan Pembuatan Home Teater Diluar Ruangan :
Layar Peraga.
Tempat Meletakkan Layar.
Proyektor Video.
DVD Player.
Amplifier Stereo Atau Penerima Stereo Dua Kanal.
2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Dua Speaker.
TV Berdiri atau Rak.
Kabel Power and Surge Suppressor.
Kabel dan Pengawatan Speaker.
Bioskop.
Makanan.
Sistem Home Theater terdiri dari
DVD player suara surround dan speaker
e. Dasar-Dasar Suara Surround :
Untuk mencapai sistem suara surround, diperlukan dua sampai tiga speaker
ditempatkan :
Didepan.
Kegunaannya adalah memberikan sensasi gerakan suara, dimulai dari depan dan
berpindah ke belakang.
Ditengah (samping kanan dan kiri).
Kegunaannya adalah ketika dimainkan semua dialog dan suara depan
mempengaruhi sehingga nampak seperti berasal dari tengah layar televisi.
Dibelakang.
Kegunaannya adalah untuk memenuhi variasi kegaduhan latar belakang film
seperti anjing menyalak, gemericik air, suara pesawat terbang yang melayang di
atas kepala.
f. Penerima Audio / Video (A/V).
Berfungsi sebagai pemisah suara surround yang terletak didepan, tengah, dan
belakang home theater dan mengatur masukan video seperti VCR, DVD player atau
piringan satellite yang kemudian mengirimkannya ke piranti keluaran seperti televisi
dan sistem suara.
Penerima Audio / Video (A/V) merupakan jantung home teater.
Komponen Penerima Audio / Video (A/V) berupa :
Masukan audio video untuk sumber video dapat berupa DVD, DVR player.
Preamplifier.
Dekoder suara surround (sinyal prosesor).
Power amplifier untuk setiap kanal suara.
3. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Keluaran untuk speaker dan televisi.
g. Konfigurasi Sistem Penerima Audio / Video (A/V) Pada Home Theater :
h. Format Suara Surround.
Hal-hal yang perlu diketahui :
Penyandi DTS menggunakan lebih sedikit tekanan dibanding penyandi Dolby. Ini
berarti bahwa suara DTS lebih jelas dan tajam.
Bagaimanapun, penyandi DTS menyandi juga lebih sedikit digunakan pada
DVDS dan televisi broadcast.
Kebanyakan DVD memiliki beberapa pemilih suara dolby dan juga menawarkan
aneka pilihan untuk suara DTS.
III. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
1. Kegiatan awal
1. Apersepsi
Berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa dan
memberikan pembinaan
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran pada pertemuan hari ini
10 menit Religius
Disiplin
Ketrampilan
menyimak informasi
4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
2. Motivasi
Guru memberikan ilustrasi tentang
manfaat-manfaat yang bisa diperoleh
jika mampu mengetahui peralatan
pembuatanHome Theater
Guru memberikan ilustrasi tentang
keunggulan-keunggulan Home
Theater
15 menit
keterampilan
menyimak informasi
percaya diri
2. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Guru menyampaikan materi
pengertian Home Theater
Dengan demonstrasi, guru
menunjukkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembuatan Home
Theater
20 menit Ketrampilan
menyimak informasi
kesungguhan
2. Elaborasi
Peserta didik memperagakan
langsung fungsi peralatan dalam
pembuatan Home Theater
20 menit kesungguhan
percaya diri
eksistensi diri
potensi diri
3. Konfirmasi
Guru bersama-sama peserta didik
membahas persoalan-persoalan yang
muncul selama proses peragaan.
15 menit Kerjasama
kesungguhan
uji diri
eksistensi diri
potensi diri
3. Penutup
Guru bersama peserta didik
mengadakan refleksi pembelajaran
pada pertemuan hari ini
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
Mengembalikan alat peraga sesusai
SOP
Bertanggung jawab terhadap
kebersihan dan kerapian tempat kerja
10 menit pengendalian diri
disiplin
tanggung jawab
religius
5. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
Berdoa
V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
a. Laptop, LCD proyektor, TV, VCD Player, Komputer, Amplifier, Mixer, Speaker
b. Program presentasi Power point
c. http://labav.blogspot.com
d. Minibook Home theater/Abd.Rahman/2012
VI. Penilaian
a. Demonstrasi
b. Tugas
Bekasi, Juli 2013
Kepala Sekolah Guru Produktif TAV
Drs. Muhamad Nurhadi Eko Supriyadi, SPd
6. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SMK BINAKARYA MANDIRI
Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan
Kelas / semester : XI(sebelas) / Genap
Pertemuan ke : 5-6
Alokasi waktu : 8 x 45 menit
Standar kompetensi : Melakukan install home theater
Kompetensi dasar : Menempatkan peralatan audio menghasikan suara surround dengan
sistem 4.1, 5.1 dan 7.1
Indikator :
Menguasai penempatan peralatan audio untuk Home Theater
Menguasai system 4.1, 5.1 dan 7.1
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran ini siswa dapat :
a. Menempatkan peralatan audio untuk Home Theater
b. Mengetahui system 4.1, 5.1 dan 7.1 pada Home Theater
II. MATERI AJAR
a. Optimalisasi Suara Surround Dalam Ruangan (Formasi Speaker) :
Penempatan / pengaturan speaker tergantung pada bentuk ruangan, mungkin ada
beberapa yang tidak dapat di install. Untuk mendapat suara surround yang lebih baik,
direkomendasikan bahwa pertama putuskan posisi speaker.
b. Penempatan Speaker yang optimal
Contoh Penempatan / Pengaturan Speaker Yang Optimal : 1
1. Pengaturan Jarak Depan :
Contoh Penempatan / Pengaturan Speaker Yang Optimal : 2
2. Pengaturan Hubungan jarak speaker
denganposisi pendegar
7. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
3. Pengaturan Standar Kuat Suara
4. Pengaturan level SURROUND
c. Suara Surround Dengan Sistem 4.1
d. Suara Surround Dengan Sistem 5.1
Pengaturan suara surround 5.1 meliputi speaker depan kiri, senter dan kanan. Ini
juga memiliki speaker surround kanan dan kiri. Digital dolby, Dolby Pro Logik II dan
DTS 5.1 semua akan mendukung format ini. DTS 96/24 menggunakan format kanal
untuk memainkan audio pada kecepatan pencuplikan sebagaimana yang
direkamkan.
8. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
e. Suara Surround Dengan Sistem 7.1
Dolby Pro Logic IIx memiliki pemisah kanal untuk speaker belakang kanan dan kiri,
lebih baik dari pemisahan satu kanal dan pengarahan ke dua speaker.
III. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
4. Kegiatan awal
3. Apersepsi
Berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa dan
memberikan pembinaan
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran pada pertemuan hari
ini
8 x 10’ Religius
Disiplin
Ketrampilan
menyimak informasi
4. Motivasi Keterampilan
9. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
Guru memberikan ilustrasi tentang
manfaat-manfaat yang bisa diperoleh
apabila mampu memprogram dan
menguasai logika pemrograman
CNC TU-2A
Guru memberikan ilustrasi tentang
keunggulan-keunggulan mesin bubut
CNC secara umum
10’ menyimak informasi
Percaya diri
5. Kegiatan Inti
4. Eksplorasi
Guru menyampaikan materi jenis-
jenis pemrograman, titik nol benda
kerja, lembar pemrograman, fungsi
G 92, G 90, G 91, G 00, G 01, G 02,
G 03, dan fungsi M 03, M 05, M 30
Dengan demonstrasi, guru
menunjukkan titik nol benda kerja,
lembar pemrograman, fungsi G 92,
G 90, G 91, G 00, G 01, G 01 Tirus
dan fungsi M 03, M 05, M 30
Ketrampilan
menyimak informasi
Kesungguhan
Percaya Diri
Disiplin
Tanggung Jawab
5. Elaborasi
Peserta didik memperagakan
langsung pemrograman dengan
lembar pemrograman, penerapan
fungsi G 92, G 90, G 91, G 00, G
01, G G 01 Tirus, dan fungsi M 03, M
05, M 30
e. Kesungguhan
f. Percaya diri
g. Eksistensi diri
h. Potensi diri
6. Konfirmasi
Guru bersama-sama peserta didik
membahas persoalan-persoalan
yang muncul selama proses
peragaan.
i. Kerjasama
j. Kesungguhan
k. Uji diri
l. Eksistensi diri
m. Potensi diri
6. Penutup
Guru bersama peserta didik
mengadakan refleksi pembelajaran
pada pertemuan hari ini
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
Mengembalikan alat peraga sesusai
SOP
Bertanggung jawab terhadap
kebersihan dan kerapian tempat
kerja
2 x 10’ n. Pengendalian diri
o. Disiplin
p. Tanggung jawab
q. Religius
10. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
Berdoa
2. Sumber Belajar
(1) Modul CNC-TU 2A (Anwar Muhaimin, S.T)
(2) Handbook CNC TU-2A (EMCO, Ltd)
(3) CD Interaktif
3. Penilaian
(1) Joob Sheet
(2) Demonstrasi
(3) Tugas
Bekasi, Juli 2013
Kepala Sekolah Guru Produktif TAV
Drs. Muhamad Nurhadi Eko Supriyadi, SPd
11. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Jenis-jenis Pemrograman Dalam Mesin CNC Dasar
Jenis pemrograman dalam mesin CNC dasar ada dua macam yaitu
- Metode pemrograman Absolut
- Metode pemrograman Inkremental
Metode pemrograman diperlukan untuk melaksanakan perintah jalannya pahat
bubut sampai mencapai titik yang diinginkan.
Titik Nol Benda Kerja
Titik nol benda kerja diperlukan sebagai titik acuan/titik referensi dalam
menentukaan koordinat bentuk-bentuk geometris dari benda kerja yang akan
dikerjakan. Titik nol benda kerja disimbulkan dengan huruf W atau dengan
gambar berikut
Gambar 3.1. Lambang titik nol benda kerja
Penentuan titik nol benda kerja dicontohkan dalam gambar berikut.
Gambar 3.2. Contoh penempatan titik nol pada sebuah benda kerja
Gambar 3.2 menunjukkan sebuah benda kerja untuk dikerjakan dengan mesin
bubut. Titik nol benda kerja di tentukan di titik pusat permukaan paling luar
sebelah kanan dari benda kerja.
Jenis Pemrograman Absolut
Jenis pemrograman Absolut adalah metode pemrograman dimana satu titik
dijadikan sebagai titik acuan (titik referensi).
12. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Gambar 3.3. Pemrograman Absolut
Pada gambar 3.3, menentukan koordinat bentuk-bentuk geometris dari alur-alur
yang akan dikerjakan pahat bubut senantiasa diukur dari titik nol benda kerja.
Oleh karena itu, pemrograman Absolut merupakan pemrograman dimana
pengukuran koordinat-koordinat bentuk geometris benda kerja yang akan
dikerjakan oleh pahat diukur dari satu titik acuan/titik referensi. Titik nol benda
kerja biasanya digunakan sebagai titik referensi.
Jenis Pemrograman Inkremental
Jenis pemograman Inkremental adalah jenis pemrograman dimana titik akhir
dari gerakan pahat sebelumnya dijadikan sebagai titik referensi untuk gerakan
pahat berikutnya.
Gambar 3.4. Pemrograman Inkremental
Pada gambar 3.4, titik akhir pahat sebelumnya senantiasa dijadikan titik
acuan/referensi untuk gerakan pahat selanjutnya
2. Fungsi dan Kegunaan Fungsi G
Fungsi dan kegunaan dari fungsi G adalah sebagai berikut :
G 00
G 01
G 02
:
:
:
Gerakan cepat tanpa penyayatan benda kerja
Gerakan penyayatan benda kerja arah lurus, melintang dan tirus
Gerakan penyayatan benda kerja melingkar (interpolasi
13. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
G 03
G 04
G 21
G 25
G 27
G 33
G 64
G 65
G 73
G 78
G 81
G 82
G 83
G 84
G 85
G 86
G 88
G 89
G 90
G 91
G 92
G 94
G 95
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
melingkar) searah jarum jam
Gerakan penyayatan benda kerja melingkar (interpolasi
melingkar) berlawanan jarum jam
Perintah waktu tinggal diam
Pembuatan blok kosong. Perintah ini akan muncul dengan
menekon tombol ~ + INP
Pemanggilan sub program atau program sub rutin
Perintah melompat ke nomer blok program tertentu
Perintah pembuatan ulir untuk satu kali gerakan
Perintah mematikan motor asutan dan step motor
Pelayanan disket, seperti menyimpan program ke dalam disket,
memanggil program yang tersimpan didisket dan menghapus
program
Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal
Siklus pembuatan ulir
Siklus pengeboran langsung
Siklus pengeboran dengan waktu tinggal diam
Siklus pengeboran tetap dengan pembuangan tatal
Siklus pembubutan memanjang
Siklus mereamer tetap
Siklus pembuatan alur
Siklus pembubutan melintang
Siklus pereameran dengan tinggal diam
Pemrograman Absolut
Pemrograman Inkremental
Penggeseran titik referensi atau penetapan titik awal
pemrograman
Penetapan asutan dalam mm/min
Penetapan asutan dalam mm/put
3. Fungsi dan Kegunaan Fungsi M
Istilah M berasal dari bahasa Inggris yaitu miscellancous yang diartikan
beraneka macam. Fungsi dan kegunaan fungsi M adalah sebagai berikut :
M 00
M 03
M 05
M 06
M 17
M 30
M 99
:
:
:
:
:
:
:
Berhenti terprogram
Sumbu utama berputar searah jarum jam
Sumbu utama berhenti berputar
Menginformasikan ke mesin data-data pahat yang digunakan
dalam pengerjaan benda kerja. Data-data pahat tersebut
meliputi panjang pahat dan nomor pahat. M 06 diprogram untuk
tujuan pergantian pahat
Perintah kembali ke program utama. M 17 merupakan kombinasi
dengan G25
Program berakhir
Parameter dari G 02 dan G 03 jika memprogram radius kurang
atau lebih dari 90o
(satu kuadran)
4. Fungsi G 92, G 90 dan G 91
14. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Fungsi G 92
Fungsi G 92 digunakan untuk menetapkan titik awal pemrograman. Titik awal
pemrograman tidak sama dengan titik nol benda kerja. Jika titik nol benda kerja
merupakan titik referensi untuk menentukan koordinat-koordinat bentuk
geometri yang akan dikerjakan pahat, maka titik awal pemrograman merupakan
titik dimana pertama kali pahat ditempatkan sebelum mulai menjalankan
program. Kedudukan awal pahat ini perlu diinformasikan ke mesin dengan
menggunakan fungsi G 92.
Tidak ada aturan khusus didalam menentukan titik awal pemrograman, tetapi
perlu diingat, sebelum putaran sumbu utama dihidupkan, pahat harus terlebih
dahulu dijauhkan dari benda kerja/tidak menyentuh benda kerja untuk menjaga
kemungkinan pahat menabrak benda kerja, sehingga penentuan titik awal
pemrograman sangat dianjurkan di luar benda kerja.
Dengan memasukkan fungsi G 92 ke mesin, maka program ditetapkan bersifat
Absolut. Fungsi G 92 secara umum dimasukkan pada awal pemrograman (baris
ke N 00), sehingga format pemrograman G 92 adalah
N 00/G 92/X....../Z......
Contoh pemrograman G 92
Contoh 1
Gambar 3.5. Contoh pemrograman G 92
Perhatikan gambar 3.5. Memprogram dengan mesin CNC TU-2A sisi paling luar
dari benda kerja pada sumbu +X sama dengan diameter dari benda kerja
tersebut, dalam gambar di atas, sisi paling luar pada sumbu +X adalah 25.4
mm.
Pahat ditempatkan pada sumbu X di posisi X = 35.4 mm. Harga 35.4 mm
diperoleh dari 25.4 + 10 = 35.4 mm. Sehingga pahat ditempatkan sejauh 10 mm
dari sisi paling luar pada sumbu +X. Pembacaan 10 mm mewakili dua sisi dari
benda kerja, sehingga jarak sebenarnya dari sisi paling luar benda kerja pada
sumbu +X adalah
2
10
mm = 5 mm.
Bentuk pemrograman dari gambar 3.5 di atas adalah
15. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
N G X Z F H
00 92 3540 2000
... .... .... ....
Contoh 2
Gambar 3.6. Contoh pemrograman G 92
Perhatikan gambar 3.6. Pahat ditempatkan pada sumbu X di posisi X = 30 mm.
Harga 30 mm diperoleh dari 25.4 + 4.6 = 30 mm. Sehingga pahat ditempatkan
sejauh 4.6 mm dari sisi paling luar benda kerka pada sumbu +X. Pembacaan
4.6 mm mewakili dua sisi dari benda kerja, sehingga jarak sebenarnya dari sisi
paling luar benda kerja pada sumbu +X adalah
2
6.4
mm = 2.3 mm.
Bentuk pemrograman dari gambar 3.6 di atas adalah :
N G X Z F H
00 92 3000 3000
... .... .... ....
Pemrograman dengan G 92, berkaitan erat dengan penempatan pahat (setting
pahat) di titik nol benda kerja dan di titik awal pemrograman. Kedua hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
Cara Men-setting Tool Offset (Pahat Referensi) Pada Titik Nol Benda Kerja
Sebelum program dijalankan untuk membentuk benda kerja yang diinginkan,
terlebih dahulu tool offset dan benda kerja di-setting untuk menentukan letak
titik nol benda kerja tehadap sumbu X dan sumbu Z. Urutan men-settingtool
offset pada titik nol benda kerja adalah sebagai berikut :
1. Posisikan mesin pada layanan manual
2. Pasang tool offset yang akan digunakan pada revolver pahat dengan cara-
cara yang sudah ditentukan. Seandainya dalam pemrograman
menggunakan lebih dari satu jenis pahat, pasanglah pahat yang pertamakali
digunakan sebagai pahat referensi
3. Pasang benda kerja pada chuck dengan cara-cara yang sudah ditentukan.
Pastikan benda kerja terpasang dengan aman pada chuck dan simetris
dengan putaran sumbu utama.
4. Putar sumbu utama dengan putaran sedang
16. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
5. Men-setting sumbu Z
Gerakkan revolver pahat
sampai permukaan tool offset
menyentuh (menggores) per-
mukaan benda kerja. Selan-
jutnya tekan tombol DEL, pada
monitor tertulis Z = 0
6. Men-setting sumbu X
Gerakkan revolver pahat
sampai permukaan tool offset
menyentuh (menggores) sisi
benda kerja. Selanjutnya
tekan tombol DEL, pada
monitor tertulis X = 0
7. Gerakkan revolver pahat menjauhi benda kerja sampai pada posisi aman.
Selanjutnya matikan putaran sumbu utama.
8. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta
didik yang baru melakukan pertama kali
Cara Men-settingTool Offset Pada Titik Awal Pemrograman
1. Men-settingtool offset pada titik awal pemrograman, merupakan kelanjutan
dari men-settingtool offset pada titik nol benda kerja. Men-settingtool offset
berhubungan dengan diameter benda kerja yang terpasang pada chuck dan
berhubungan dengan pemrograman Absolut G 92. Setelah sumbu Z dan
sumbu X di-setting pada titik 0, selanjutnya posisikan ujung tool offset pada
sumbu X dan Z sesuai dengan titik awal pemrograman yang dikehendaki.
- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 20 mm, dan
titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.9. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki
17. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak
sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.
Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah
N 00/G 92/X 3000/Z 500
Harga X = 3000 (30 mm) diperoleh dari :
benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)
20 + (2x5) = 30 mm
- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 25.4 mm (1
inchi), dan titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di
bawah ini :
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.10. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki
Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X
dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.
Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah
N 00/G 92/X 3540/Z 500
Harga X = 3540 (35.4 mm) diperoleh dari :
benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)
25.4 + (2x5) = 35.4 mm
2. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta
didik yang baru melakukan pertama kali
Fungsi G 90
Fungsi G 90 digunakan untuk menetapkan pemrograman secara Absolut.
Apabila kita memprogram G 90 pada awal pemrograman, maka titik nol benda
kerja akan berada pada ujung pahat dimana pahat pada saat itu berada.
Pengukuran bentuk geometris benda kerja yang akan dikerjakan oleh pahat
bubut harus dilakukan dari ujung pahat.
18. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Format pemrograman G 90 adalah
N...../G 90
Contoh pemrograman G 90
Gambar 3.7. Pemrograman dengan G 90
Perhatikan gambar 3.7. Jika kita memasukkan G 90 pada awal pemrograman,
maka pengukuran bentuk-bentuk geometris benda kerja yang akan dikerjakan
dengan pahat bubut harus dihitung secara Absolut dari titik 0.
Pemrograman semacam ini akan menyulitkan dalam melakukan
pengukurannya, sehinga untuk memprogram secara Absolut paling umum dan
paling mudah digunakan adalah dengan pemrograman G 92.
Fungsi G 90 biasanya diterapkan pada saat kita melakukan pemrograman
gabungan dimana dalam satu program keuda jenis pemrograman tersebut
dipergunakan. Contoh pemrograman gabungan akan ditunjukkan pada saat
membahas fungsi G 25 dan M 17.
Fungsi G 91
Fungsi G 91 digunakan untuk menetapkan pemrograman Inkremental. Jika kita
menginginkan pemrograman Inkremental dari awal, maka kita tidak perlu
memasukkan fungsi G 91, karena seluruh penetapan pengukuran dari awal
sudah dihitung secara Inkremental secara otomatis oleh mesin tanpa kita harus
memasukkan fungsi G 91, dengan kata lain kondisi awal mesin telah
menetapkan pemrograman bersifat Inkremental. Sebagaimana fungsi G 90,
fungsi G 91 digunakan pada saat melakukan program gabungan. Fungsi G 91
dapat dibatalkan dengan memprogram G 90, demikian juga fungsi G 90 dapat
dibatalkan dengan fungsi G 91.
5. Fungsi M 03, M 05 dan M30
Fungsi M 03
Fungsi M 03 digunakan untuk memutar sumbu utama searah jarum jam. Jika
kita sudah memutuskan pemrograman bersifat Absolut atau Inkremental, maka
langkah selanjutnya adalah memutar sumbu utama searah jarum jam dengan
perintah M 03.
Format pemrograman M 03 adalah
19. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
N.../M 03
Pemrograman Absolut
Jika kita menetapkan pemrograman Absolut, maka setelah pada baris program
ke 00 (N00) kita masukkan G 92, selanjutnya pada N 01 diprogram M 03
N G X Z F H
00 92 3000 3000
01 M 03
Pemrograman Inkremental
Jika kita menetapkan pemrograman Inkremental, maka pada N 00 langsung kita
program M 03
N G X Z F H
00 M 03
Fungsi M 05 dan M 30
Fungai M 05 digunakan untuk mematikan putaran sumbu utama, sedangkan
fungsi M 30 digunakan untuk mengakiri program.
Fungsi M 05 dan fungsi M 30 secara umum diprogram pada saat akhir program,
tetapi pada kondisi tertentu, fungsi M 05 juga diprogram tersendiri, misalnya
pada saat pergantian pahat dengan fungsi M 06 (pergantian pahat dengan
fungsi M 06 akan dijelaskan terperinci pada kegiatan belajar-3).
Format pemrograman M 05 dan M 30 adalah
N.../M 05
N.../M 30
Contoh pemrograman M 05 dan M 30
Secara Absolut
N G X Z F H
00 92 3000 3000
01 M 03
.... .....
... .....
.... M 05
.... M 30
Secara Inkremental
N G X Z F H
20. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
00 M 03
.... .....
... .....
.... M 05
.... M 30
6. Fungsi G 00
Fungsi G 00 digunakan untuk memerintahkan pahat bergerak cepat tanpa
melakukan penyayatan benda kerja. Karena pahat tanpa memakan benda
kerja, maka G 00 biasanya diperintahkan pada saat pahat berada di luar benda
kerja atau tidak menyentuh benda kerja. Memprogram G 00 dengan kondisi
pahat menyentuh benda kerja, akan mengakibatkan pahat menabrak benda
kerja.
Kemungkinan gerakan pahat jika diprogram dengan G 00 adalah
1. Eretan bergerak dalam arah sumbu X
2. Eretan bergerak dalam arah sumbu Z
3. Eretan bergerak dalam arah sumbu X dan sumbu Z
Format pemrograman G 00 adalah
N..../G 00/X....../Z......
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.8. Gerakan pahat dengan pemrograman G 00
Pemrograman G 00 biasanya diterapkan untuk menggerakkan pahat dari titik
awal pemrograman mendekati benda kerja tetapi belum menyentuh benda. G
00 juga bisa diperintahkan untuk menarik pahat keluar dari benda kerja setelah
melakukan pemakanan benda kerja. Selain itu G 00 dipergunakan juga untuk
memerintahkan pahat kembali ke titik awal pemrograman setelah seluruh
program penyayatan benda kerja selesai dijalankan.
Contoh pemrograman G 00
21. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Contoh 1
Gambar 3.9. Contoh pemrograman G 00
Perhatikan gambar 3.9. Pahat akan digerakkan dari
titik 0 titik 1 titik 2
Maka bentuk pemrogramannya
Secara Absolut
Perlu diingat, pemrograman Absolut, titik nol benda kerja dijadikan sebagai titik
referensi untuk pengukuran-pengukuran gerakan pahat.
N G X Z F H Keterangan
00 92 3540 2000 Penetapan titik awal
pemrograman
01 M 03 Sumbu utama diputar
searah jarum jam
02 00 2540 2000 Pahat bergerak dari titik
0 ke titik 1
03 00 2540 500 Pahat bergerak dari titik
1 ke titik 2
....
Secara Inkremental
Pemrograman Inkremental, titik akhir dari pahat dijadikan sebagai titik referensi.
N G X Z F H Keterangan
00 M 03 Sumbu utama diputar
searah jarum jam
01 00 -500 0 Pahat bergerak dari titik
0 ke titik 1. Gerakan ini
tidak merubah posisi
pahat di sumbu Z
sehingga Z diprogram
0. Pahat bergerak ke
arah –X sejauh 5 mm,
sehingga diprogram X
= -500
22. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
02 00 0 -1500 Pahat bergerak dari titik
1 ke titik 2. Gerakan ini
tidak merubah posisi
pahat di sumbu X
sehingga X = 0. Pahat
bergerak ke arah
sumbu –Z sejauh 15
mm sehingga
diprogram Z = -1500
Contoh 2
Gambar 3.10. Contoh pemrograman G 00
Pemrograman pada gambar 3.10 adalah gerakan pahat alur dari titik awal
pemrograman (titik 1) menuju titik 2 yang merupakan titik persiapan pembuatan
alur.
Bentuk pemrogramannya adalah
Secara Absolut
N G X Z F H Keterangan
00 92 3000 2000 Penetapan titik awal
pemrograman
01 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
02 00 3000 -1500 Pahat bergerak dari titik 1 ke
titik 2
....
23. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Secara Inkremental
N G X Z F H Keterangan
00 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
01 00 0 -3500 Pahat bergerak dari titik 1 ke
titik 2. Gerakan ini tidak
merubah posisi pahat di
sumbu X sehingga X
diprogram 0. Pahat bergerak
ke arah –Z sejauh 20 + 15=
35 mm
7. Fungsi G 01
Fungsi G 01 digunakan untuk memerintahkan pahat bergerak secara interpolasi
linear.
Interpolasi artinya mendapatkan harga antara
Linear artinya lurus, maka interpolasi linear artinya pahat bergerak pada garis
lurus dengan mendapatkan harga antara. Harga antara inilah yang membentuk
garis lurus pada sudut tertentu.
Kemungkinan gerakan pahat jika diprogram dengan G 01 adalah :
1. Pembubutan dalam arah sumbu Z
Pembubutan dalam arah sumbu Z adalah pembubutan memanjang
dengan kecepatan pemakanan (asutan) tertentu. Sudut yang dibentuk oleh
gerakan pahat adalah 00
sehingga tidak terjadi interpolasi (gerakan pahat
berubah pada sumbu Z tetapi tidak berubah pada sumbu X/X=0)
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.11. Pembubutan dalam arah sumbu Z
Format pemrograman G 01 dalam arah sumbu Z adalah :
Secara Absolut N...../G 01/X...../Z...../F
Secara Inkremental N...../G 01/X 0/Z...../F
Munculnya adres F disini menyatakan bahwa memprogram gerakan pahat
dengan G 01 harus diprogram juga kecepatan pemakanannya
(asutannya).
Contoh pembubutan dalam arah sumbu Z
24. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Gambar 3.12. Pembubutan dalam arah sumbu Z
Perhatikan gambar 3.12. Penetapan titik awal pahat berada di titik 1,
selanjutnya untuk memulai proses pembubutan memanjang pahat
diperintahkan menuju titik dua dengan gerakan cepat G 00, dan terakhir
pahat melakukan proses pembubutan memanjang mengurangi dari 25.4
mm menjadi 23.4 mm sepanjang 22.5 mm. Bentuk pemrogramannya
adalah :
Secara Absolut
N G X Z F H Keterangan
00 92 2540 2000 Penetapan titik awal
pemrograman
01 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
02 00 2540 500 Pahat bergerak dari titik 1 ke
titik 2
03 01 2540 -2250 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke
titik 3
... ... .... ... ..
Secara Inkremental
N G X Z F H Keterangan
00 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
01 00 -100 -1500 Pahat bergerak dari titik 1
menuju titik 2.
02 01 0 -2750 50 Pahat bergerak dari titik 1 ke
titik 2
.... .... ....
Keterangan :
Perhatikan baris pemrograman 01.
Nilai X diprogram –100 (-1 mm), nilai ini didapat dari 25.4 – 23.4 = 2
mm. Selisih 2 mm ini mewakili dari dua sisi benda kerja, sehingga untuk
satu sisi benda kerja pengurangannya sebesar
2
2
mm = 1 mm. Pada
25. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
pemro-graman Inkremental untuk proses pengurangan radius benda kerja,
proses gerakan pahatnya adalah proses gerakan pengurangan satu sisi
benda kerja yang sudah mewakili dua sisi benda kerja. Sehingga pada
pemrograman di atas harga X = -1 mm (-100) bukan –2 mm (-200). Harga
minus muncul karena pahat bergerak ke arah sumbu –X.
2. Pembubutan dalam arah sumbu X
Pembubutan dalam arah sumbu X adalah pembubutan
melintang/pembubutan muka dengan kecepatan pemakanan (asutan)
tertentu. Sudut yang dibentuk oleh gerakan pahat adalah 00
sehingga tidak
terjadi interpolasi (gerakan pahat berubah pada sumbu X tetapi tidak
berubah pada sumbu Z/Z=0)
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.13. Pembubutan dalam arah sumbu X
Format pemrograman G 01 dalam arah sumbu X adalah :
Secara Absolut N...../G 01/X...../Z...../F
Secara Inkremental N...../G 01/X .../Z 0/F
Contoh pembubutan dalam arah sumbu X
Pembubutan dalam arah sumbu X biasanya diterapkan untuk pembubutan
permukaan benda kerja (facing) dengan tujuan untuk memperhalus
permukaan benda kerja.Untuk melakukan proses facing dengan
menggunakan pahat kanan, kedalaman pemakaan tidak boleh diprogram
terlalu dalam.
Sebagaimana dianjurkan dari Instruksi Manual EMCO TU-2A, dalamnya
pemotongan untuk pembubutan facing tidak boleh melebihi 0.3 mm. Jika
diprogram lebih dari 0.3 mm, akan mengakibatkan hasil pembubutan
facing sangat kasar.
a= 0.3 mm
26. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.14. Dalamnya pembubutan facing yang dianjurkan
Gambar 3.15. Pembubutan facing
Bentuk pemrograman dari gambar 3.15 di atas adalah :
Secara Absolut
N G X Z F H Keterangan
00 92 3540 2000 Penetapan titik awal
pemrograman
01 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
02 00 0 500 Pahat bergerak dari titik 1 ke
titik 2
03 01 0 -30 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke
titik 3
04 01 2540 -30 50 Pahat bergerak dari titik 3 ke
titik 4
Secara Inkremental
N G X Z F H Keterangan
00 M 03 Sumbu utama diputar searah
jarum jam
01 00 -1770 -1500 Pahat bergerak dari titik 1
menuju titik 2.
02 01 0 -530 50 Pahat bergerak dari titik 2 ke
titik 3
03 01 1270 0 50 Pahat bergerak dari titik 3 ke
titik 4
Keterangan
27. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Perhatikan baris N 01, pahat bergerak dari titik 1 ke titik 2. Sumbu X
diprogram -1770. Harga ini didapat dari
2
3540
= 1770. Ini disebabkan
karena pahat bergerak dari titik awal pemrograman menuju titik nol benda
kerja ke arah sumbu –X tetapi masih berada di Z = 500 (5 mm) di luar
kanan benda kerja (jarak dari titik 1 ke titik 2 = 15 mm).
Pada baris N 02, pahat bergerak dari titik 2 ke titik 3. Posisi pahat di
sumbu X tidak mengalami perubahan sehingga X diprogram 0, sedangkan
posisi pahat di sumbu Z bergerak sejauh 5 + 0.3 = 5.3 mm ke arah –Z
sehingga Z diprogram -530.
Pada baris N 03, pahat bergerak ke arah sumbu +X sejauh
2
2540
= 1270,
sedangkan sumbu Z tidak mengalami perubahan.
3. Pembubutan tirus (Pembubutan dalam arah sumbu X dan sumbu Z)
Pada pembubutan tirus gerakan pahat berubah pada sumbu X dan sumbu
Z dengan sudut gerakan tertentu. Pada pembubutan tirus terjadi
interpolasi.
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.16. Pembubutan tirus.
Format pemrograman G 01 untuk pembubutan tirus adalah
N..../G 01/X...../Z..../F....
Membubut tirus dengan mesin bubut konvensional, eretan atas terlebih
dahulu harus di-setting sesuai dengan sudut ketirusannya.
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 2.17. Cara membubut tirus pada mesin bubut Konvensional
28. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mesin CNC tidak dilengkapi dengan eretan atas. Untuk membubut tirus
pada mesin CNC, gerakan pahat harus diprogram untuk bergerak dalam
arah sumbu X dan sumbu Z dengan perbandingan tertentu berdasarkan
sudut ketirusan yang akan dibentuk.
Pada mesin CNC TU-2A pada saat menjalankan program membuat tirus,
bagian Processing Unit akan menghitung perbandingan gerakan sumbu X
dan sumbu Z dan memberikan perintah kepada motor stepper.
Perhitungan perbandingan X:Z inilah yang disebut interpolasi.
Contoh
Jika sudut tirus yang dibentuk 450
, maka perbandingan X:Z adalah 1:1,
motor stepper akan menggerakkan sumbu X dan sumbu Z dalam
perbandingan interval yang sama.
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.18. Gerakan pahat membentuk tirus 450
Jika X:Z = 10:30=1:3, maka sumbu Z bergerak tiga langkah sedangkan
sumbu X bergerak 1 langkah
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 3.19. Gerakan pahat membentuk tirus perban-dingan X:Z=1:3
Pada gambar kerja proses pembuatan tirus, kadang-kadang tidak
dicantumkan panjang dari tirus yang kan dibentuk (Z), hanya dicantumkan
sudut ketirusannya saja. Harga Z dapat dihitung dengan rumus
tg =
Z
2
dD
Sehingga besarnya Z dapat ditentukan : Z =
tg
2
dD
29. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Gambar 3.20. Mencari panjang tirus
Sudut-sudut yang umum dipergunakan dalam membentuk tirus adalah
sebegai berikut
Tabel 3.1. Sudut-sudut yang umum dipergunakan dalam membentuk tirus
tg
150
0.268
300
0.577
450
1
600
1.732
750
3.732
Contoh perhitungan dalam membuat tirus
Gambar 3.21. Contoh perhitungan tirus
Dari gambar 3.21 dapat diketahui bahwa
30. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
D = 30 mm
d = 20 mm
maka X =
2
2030
2
dD
= 5 mm
tg 300
=
Z
5
Z
2
dD
, maka Z =
577.0
5
30tg
5
0
= 8.66 mm
Bentuk pemrogramannya dari A ke B adalah :
Secara Absolut
N G X Z F H
.... .... .... ....
... 01 3000 -2366 50
Keterangan
Harga Z = 2366 (23.66 mm) didapat dari 15 + 8.66 = 23.66 mm
Secara Inkremental
N G X Z F H
.... .... .... ....
... 01 500 -866 50
Memprogram membuat tirus sebenarnya tidak seseder-hana seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.21 di atas.
Berikut ini dicontohkan pemrograman membuat tirus disertai dengan
pemrograman menyayat bagian-bagian lain sebelum tirus terbentuk
Gambar 3.22. Contoh pembubutan tirus 450
Perhatikan gambar 3.22. Sebelum tirus terbentuk, banyak bagian lain yang
harus dibuang terlebih dahulu karena gerakan pahat tidak bisa diprogram
langsung mengikuti bentuk geometris tirus yang diinginkan. Jalannya
gerakan pahat membuang bagian-bagian lain tersebut digambarkan
sebagai berikut :
31. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Gambar 3.23. Bagian-bagian yang harus dibuang sebe-lum terbentuk tirus
450
Setelah bagian-bagian pada gambar 3.23. tersebut dihilangkan, masih
akan menyisakan bagian lain yang juga memerlukan pemrograman
penyayatan. Bagian yang tersisa tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.24. Bagian yang tersisa sebelum terbentuk tirus 450
Bentuk pemrograman secara lengkap untuk membentuk tirus 450
dari
gambar 3.22 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.25. Penempatan pahat awal pembentukan tirus 450
Dengan memperhatikan kembali ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan
pada gambar 3.23 dan 3.24 maka bentuk pemrogramannya adalah :
Secara Absolut
N G X Z F H Keterangan
00 92 2340 200 Penetapan titik awal pemrograman
01 M 03 Sumbu utama diputar searah jarum jam
32. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
02 01 2340 -2087 50 Perhatikan gambar 3.23 dan 3.25.
Pahat melakukan penyayatan lapis
pertama
03 00 2340 200 0 Kembali ke posisi sebelumnya
04 00 2140 200 Persiapan penyayatan lapis kedua
05 01 2140 -1987 50 Penyayatan lapis kedua
06 00 2140 200 Kembali ke posisi semula
07 00 1940 200 Persiapan penyayatan lapis ke tiga
08 01 1940 -1887 50 Penyayatan lapis ke tiga
09 00 1940 200 Kembali ke posisi semula
10 00 1740 200 Persiapan penyayatan lapis ke empat
11 01 1740 -1787 50 Penyayatan lapis ke empat
12 00 1740 200 Kembali ke posisi semula
13 00 1540 200 Persiapan penyayatan lapis ke lima
14 01 1540 -1687 50 Penyayatan lapis ke lima
15 01 2540 -2187 50 Perhatikan gambar 3.24. Baris ini
adalah gerakan pahat menghilangkan
bagian-bagian tersisa
16 00 2540 200 Pahat di bawa keluar dari benda kerja
17 00 1540 200 Persiapan pembuatan tirus
18 01 1540 -1729 50 Membubut memanjang
19 01 2540 -2229 50 Membentuk tirus 45
0
... .... .... ....
Secara Inkremental
N G X Z F H Keterangan
00 M 03
01 01 0 -2287 50 Penyayatan lapis pertama. Pahat tidak
berubah posisinya di sumbu X sehingga
X = 0. Pahat bergerak ke –Z = 20,87+ 2
= 22,87 (negatif)
02 00 0 2287 Kembali ke posisi semula
03 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke dua
04 01 0 -2187 50 Penyayatan lapis kedua
05 00 0 2187 Kembali ke posisi semula
06 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis ke tiga
07 01 0 -2087 50 Penyayatan lapis ke tiga
08 00 0 2087 Kembali ke posisi semula
N G X Z F H Keterangan
09 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis
ke empat
10 01 0 -1987 50 Penyayatan lapis ke empat
11 00 0 1987 Kembali ke posisi semula
33. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
12 00 -100 0 Persiapan penyayatan lapis
ke lima
13 01 0 -1887 Penyayatan lapis ke lima
14 01 500 -300 50 Menghilangkan bagian yang
tersisa seperti ditunjukkan
gambar 3.24.
15 00 0 2387 Pahat dibawa ke luar benda
kerja
16 00 -500 0 Persiapan pembuatan tirus
17 01 0 -1929 50 Membubut panjang
18 01 500 -300 50 Pembuatan tirus
... .... .... ....
8. Fungsi M 03, M 05 dan M 30
Fungsi M 03
Setelah program ditetapkan secara Absolut atau Inkremental, maka perintah
program selanjutnya adalah M 03, yaitu memutar sumbu utama searah jarum
jam.
Apabila program secara Absolut, maka bentuk pemrogra-mannya adalah
N G X Y Z
00 92 ………. ………. ……….
01 M03
Apabila program secara Inkremental, maka pada awal pemrograman (blok N
00) langsung bisa dimasukkan M 03. Dengan hanya memasukkan M 03 pada
awal program, mesin akan membaca bahwa pemrograman akan bersifat
Inkremental. Bentuk pemrogramannya adalah
N G X Y Z
00 M03
dst ………. ………. ………. ……….
Fungsi M 05 dan M 30
Fungsi M05 adalah mematikan putaran sumbu utama, dan M30 adalah akhir
dari program. Kedua fungsi iniditempatkan diakhir program dan harus
diprogramkan.
Bentuk pemrogramannya adalah
Secara Absolut
N G X Y Z Keterangan
00 92 …… …… ……
01 03 Sumbu utama berputar
searah jarum jam
34. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
…… …… …… …… ……
…… …… …… …… ……
…… M 05 Sumbu utama berhenti
…… M 30 Program berakhir
Secara Inkremental
N G X Y Z Keterangan
00 M 03 Sumbu utama berputar
searah jarum jam
…… …… …… …… ……
…… …… …… …… ……
…… M 05 Sumbu utama berhenti
…… M 30 Program berakhir
BUKU KERJA PENILAIAN
1. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.
.N 00/G 92/X........./Z...........
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
2. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.
35. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
N 00/G 92/X........./Z...........
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
3. Programlah dengan fungsi G 92 untuk posisi pahat pada gambar di bawah ini.
N 00/G 92/X........./Z...........
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
4. Perhatikanlah gambar di bawah ini.
36. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Programlah dengan menggunakan fungsi G 00 gerakan pahat dari titik 1-2-3-4-1
Absolut Inkremental
N G X Z F H N G X Z F H
... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....
... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
5. Perhatikanlah gambar di bawah ini.
Programlah dengan menggunakan fungsi G 00 gerakan pahat dari titik 1-2-3-4-1
Absolut Inkremental
N G X Z F H N G X Z F H
37. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....
... ... .... .... .... .... .... .... ..... .... .... ....
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
6. Perhatikan gambar di bawah ini
Programlah dengan menggunakan kombinasi fungsi G 00 dan G 01 untuk
gerakan pahat pembubutan memanjang pengurangan dari 25.4 mm menjadi
15.4 mm.
Absolut Inkremental
N G X Z F H N G X Z F H
00 92 2540 500 00 M03
01 M03 01
02 00 2340 100 02
03 03
04 04
05 05
06 06
07 07
08 08
09 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
38. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai= ..................... Tanda Pengesahan =
7. Hitunglah harga Z dan X untuk gambar di bawah ini
X =
......
..............
......
.................
= .......... mm
Z =
......
..............
......
.................
= .......... mm
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai = ..................... Tanda Pengesahan =
8. Hitunglah harga Z dan X untuk gambar di bawah ini
39. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
X =
......
..............
......
.................
= .......... mm
Z =
......
..............
......
.................
= .......... mm
Nilai Lulus = 70
Nilai Yang dicapai = ..................... Tanda Pengesahan =
40. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Mesin Bubut CNC Dasar TU-2A
Kelas / Semester : XI/I
Standar Kompetensi : Mengoperasikan Mesin Bubut CNC Dasar TU-2A
Kode Kompetensi : KK-014-15.ML-014-1
Kompetensi Dasar : Menerapkan Program dan Mengoperasikan Mesin Bubut CNC Dasar
Alokasi Waktu : 12 Jam Pelajaran
Pertemuan ke : 9 dan 10
Indikator : - Memasukkan Program ke Mesin
- Pengaturan tool offsett atau data diidentifikasi/dipastikan terhadap
lembar kerja menggunakan prosedur operasi standar
- Program CNC yang dimasukkan, dipilih dan diveriifikasi sesuai
dengan instruksi kerja
- Kesalahan Fungsi Mesin Diidentifikasi dan Dilaporkan
- Pemeriksaan Contoh Benda Kerja Yang Diproduksi Dilakukan
Berdasarkan Operasi Standar
4. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti diklat ini, siswa dapat :
(1) Memasukkan Program ke Mesin.
(2) Memeriksa Program Yang Terpasang Pada Mesin.
(3) Mengatur tool offset pada mesin
(4) Mengeksekusi Program.
(5) Memplotter.
(6) Mengoperasikan Mesin.
(7) Memeriksa Kesesuaian Benda Kerja Dengan Program dan gambar kerja.
5. Materi Pembelajaran
(1) Prosedur/Cara Memasukkan Program ke Mesin.
(2) Prosedur/Cara Memeriksa Program Yang Terpasang Pada Mesin.
(3) Prosedur/Cara Memamsang Tool Offset
(4) Prosedur/Cara Mengeksekusi Program.
(5) Prosedur/Cara Memplotter.
(6) Prosedur/Cara Mengoperasikan Mesin.
(7) Prosedur/Cara Memeriksa Kesesuaian Benda Kerja Dengan Program dan gambar
Kerja.
6. Metodelogi Pembelajaran
Ceramah
41. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Demonstrasi
Observasi
7. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
7. Kegiatan awal
5. Apersepsi
Berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran siswa dan
memberikan pembinaan
Guru menyampaikan indikator
pembelajaran pada pertemuan hari
ini
8 x 10’ Religius
Disiplin
Ketrampilan
menyimak informasi
6. Motivasi
Guru memberikan ilustrasi tentang
pentingnya keselamatan kerja dan
kecermatan kerja
10’
Keterampilan
menyimak informasi
Percaya diri
8. Kegiatan Inti
7. Eksplorasi
Guru menyampaikan materi
prosedur memasukkan program ke
mesin, prosedur memeriksa
program, prosedur men-setting tool
offset, prosedur mengeksekusi
program, prosedur memplotter,
prosedur mengoperasikan mesin,
prosedur memeriksa kesesuaian
benda kerja dengan program dan
gambar kerja
Dengan demonstrasi, guru
memperagakan memasukkan
program ke mesin, memeriksa
program, men-setting tool offset,
mengeksekusi program, memplotter,
dan mengoperasikan mesin
Ketrampilan
menyimak informasi
Kesungguhan
Percaya Diri
Disiplin
Tanggung Jawab
8. Elaborasi
Peserta didik memperagakan
langsung memasukkan program ke
mesin, memeriksa program, men-
setting tool offset, mengeksekusi
program, memplotter, dan
mengoperasikan mesin
a. Kesungguhan
b. Percaya diri
c. Eksistensi diri
d. Potensi diri
9. Konfirmasi e. Kerjasama
42. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Mengajar Waktu
Aspek Pendidikan
Karakter dan Life Skill
yang dikembangkan
Guru bersama-sama peserta didik
membahas persoalan-persoalan
yang muncul selama proses
peragaan.
f. Kesungguhan
g. Uji diri
h. Eksistensi diri
i. Potensi diri
9. Penutup
Guru bersama peserta didik
mengadakan refleksi pembelajaran
pada pertemuan hari ini
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
Mengembalikan alat peraga sesusai
SOP
Bertanggung jawab terhadap
kebersihan dan kerapian tempat
kerja
Berdoa
2 x 10’ j. Pengendalian diri
k. Disiplin
l. Tanggung jawab
m.Religius
8. Sumber Belajar
(4) Modul CNC-TU 2A (Anwar Muhaimin, S.T)
(5) Handbook CNC TU-2A (EMCO, Ltd)
(6) CD Interaktif
9. Penilaian
(4) Joob Sheet
(5) Demonstrasi
(6) Tugas
Mataram, Juli 2011
Mengetahui,
Kepala SMK Guru Mata Pelajaran
NIP.
MATERI PEMBELAJARAN
1. Persyaratan Kerja
43. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Persyaratan Sebelum Bekerja
1. Sebelum menghidupkan mesin, lakukan pemeriksaan apakah mesin sudah
terhubung ke sumber catu daya (stabilizer).
2. Posisikan saklar stabilizer poda kondisi ON (hidup)
3. Putar saklar utama (kunci) pada posisi angka 1, untuk menghidupkan mesin.
4. Tekan tombol-tombol penggerak eretan mesin (sumbu X, dan sumbu Z)
untuk memeriksa apakah motor penggerak tidak ada gangguan
5. Putar saklar untuk menghidupkan motor utama, untuk memeriksa apakah
motor utama tidak ada gangguan
6. Lumasilah eretan-eretan mesin dengan pelumas yang dianjurkan untuk
memperlancar gerakan eretan mesin
7. Pastikan bahwa tidak ada peralatan-peralatan yang menggangu yang
berada disekitar mesin pada saat mesin beroperasi
Persyaratan Sesudah Bekerja
1. Bersihkan tatal bekas pengerjaan benda kerja dengan mengunakan sikat
atau penyedot tatal
2. Lumasilah kembali eretan-eretan mesin untuk mencegah korosi bagian-
bagian mesin
3. Pastikan program yang sudah diuji coba atau dijalankan tersimpan ke dalam
disket jika sekiranya diperlukan penyimpanan
4. Lakukan pelepasan benda kerja dari chuck
5. Pastikan bahwa motor utama tidak dalam keadaan teraliri arus listrik dengan
memprogram G 64
6. Posisikan mesin dalam layanan manual
7. Putar saklar utama dalam posisi 0 (mati)
8. Posisikan saklar stabilizer pada kondisi OFF
9. Kembalikan peralatan-peralatan perlengkapan ke almari penyimpan
peralatan
2. Tool Offset
Tool offset secara umum dikenal sebagai pahat referensi (pahat acuan). Tool
offset pada mesin CNC TU-2A biasanya digunakan pahat kanan atau pahat
netral. Bentuk dari pahat kanan ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Sumber EMCO TU-2A
Gambar 4.1. Pahat kanan
Pahat kanan dapat digunakan untuk berbagai jenis pengoperasian antara lain :
1. Pembubutan memanjang, melintang atau menyudut sampai 900
. Dalamnya
pemotongan untuk pembubutan melintang (pembubutan muka) tidak boleh
diprogram melebihi a=0.3 mm. Jika diprogram lebih dari 0.3 mm akan
mengakibatkan hasil pembubutannya kasar.
44. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sumber : EMCO TU-2A
2. Pembubutan bentuk-bentuk miring kedalam, sudut kemiringannya tidak
boleh melebihi 300
. Jika melebihi 300
tidak akan sudut bebas untuk pahat
Sumber : EMCO TU-2A
3. Pembubutan radius. Dalamnya pemotongan pada awal dan akhir
seperempat busur lingkaran tidak boleh lebih dari a= 0.3 mm
Sumber : EMCO TU-2A
Pahat yang digunakan dalam mesin CNC TU-2A terdiri dari berbagai
macam bentuk, tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan sehingga tidak
menutup kemungkinan digunakan tool offset dari jenis pahat yang lain selain
45. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
pahat kanan. Jenis dari pahat yang lain yang digunakan dalam mesin CNC
TU-2A digambarkan sebagai berikut :
Pahat Netral
Contoh penggunaan pahat netral
Pahat potong Pahat alur Pahat ulir luar kanan
Pahat ulir dalam kanan
Pahat dalam
Penggunaan pahat dalam
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.2. Macam-macam pahat mesin CNC TU-2A
46. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
3. Cara Memasang Tool Offset
Mesin CNC TU-2A dilengkapi dengan revolver pahat yang disebut dengan
revolver pahat. Pada revolver pahat dapat dipasang 3 jenis pahat luar (antara
lain, pahat kanan, pahat alur, pahat ulir luar) dan 3 jenis pahat dalam (antara
lain, pahat dalam, pahat ulir dalam, pahat bor).
Sumber : EMCO TU-3A
Gambar 4.3. Revolver pahat pada mesin CNC TU-2A
Sistem kerja revolver pahat adalah berputar searah jarum jam dan dapat
dioperasikan baik secara manual maupun secara otomatis. Mengoperasikan
revolver pahat secara otomatis (CNC) yaitu dengan memprogram M 06.
Untuk memutar revolver pahat secara manual yaitu dengan menekan tombol
FWD + maka revolver pahat akan berputar sesuai dengan
indeksi angka yang dimasukkan tersebut. Misalnya FWD + 2, maka revolver
pahat akan berputar 2 kali dari posisi semula.
Ke enam tempat pahat pada revolver pahat tersebut dapat dipasang jenis pahat
luar dan jenis pahat dalam secara berselang-seling.
Posisi awal revolver pahat (T 00) adalah posisi tempat pahat yang pertama kali
dihadapkan dengan benda kerja.
Jika posisi awal revolver pahat (T 00) adalah pahat luar, maka :
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 00 berubah
menjadi T 01 (pahat dalam)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 01 berubah
menjadi T 02 (pahat luar)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 02 berubah
menjadi T 03 (pahat dalam)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 03 berubah
menjadi T 04 (pahat luar)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 04 berubah
menjadi T 05 (pahat dalam)
Sebaliknya, jika posisi awal revolver pahat (T 00) adalah pahat dalam, maka :
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 00 berubah
menjadi T 01 (pahat luar)
indeksi sejumlah angka
47. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 01 berubah
menjadi T 02 (pahat dalam)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 02 berubah
menjadi T 03 (pahat luar)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 03 berubah
menjadi T 04 (pahat dalam)
- Ditekan tombol FWD + 1 maka revolver berputar dan posisi T 04 berubah
menjadi T 05 (pahat luar)
Cara memasang pahat kanan sebagai tool offset/pahat referensi :
1. Siapkan terlebih dahulu peralatan yang diperlukan seperti perkakas optik,
kunci pengencang dan pembuka (kunci L) yang sesuai, serta kain bersih
untuk membersihkan perkakas optik maupun pahat sebelum dan sesudah
dilakukan pemasangan.
2. Pasang perkakas optik pada eretan mesin dan atur kesimetrisannya dengan
menggunakan ujung kepala lepas sebagai pembantu. Atur ketinggian
perkakas optik terhadap ujung kepala lepas sehingga ujung kepala lepas
terlihat jelas didalam perkakas optik (ketinggian ideal = 100 mm).
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.4. Pemasangan perka-
kas optik
Tempatkan garis persilangan sumbu X dan Z tepat diujung kepala lepas. Gambar yang
terlihat pada perkakas optik merupakan kebalikan dari keadaan sebenarnya.
Sumber : EMCO TU-
2A
Gambar 4.4. Kedudukan suatu titik tanpa
pengamatan perkakas optik
Gambar 4.5. Kedudukan titik pada gambar
4.4 jika diamati dengan perkakas optik
48. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.6. Posisi ujung kepala lepas diamati perkakas optik
Jika persilangan sumbu tepat diujung kepala lepas, kencangkan perkakas optik dengan
kunci yang sesuai.
3. Pasanglah pahat kanan pada revolver pahat dengan membersihkannya
terlebih dahulu. Aturlah ketinggian pahat setinggi kepala lepas dengan
menggunakan bantuan plat (0.2, 0.5 atau 1 mm). Bagian kepala pahat yang
menonjol keluar dari revolver pahat maksimal 13 mm.
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.6. Cara pemasangan pahat kanan pada revolver pahat
Amatilah dengan menggunakan perkakas optik kesimetrisan dari ujung pahat kanan,
dengan cara mengerakkan revolver pahat mendekati perkakas optik, selanjutnya posisikan
pahat kanan tepat dibawah perka-kas optik.
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.7. Mengamati pahat kanan dengan perkakas optik
Posisi yang paling tepat dari pahat kanan jika diamati dengan perkakas optik seperti
gambar berikut :
49. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.8. Posisi pahat kanan jika diamati dengan perkakas optik
Jepitlah pahat tersebut pada revolver pahat dengan kunci yang sesuai
4. Jika menghendaki jenis pahat yang lain sebagai pahat referensi, cara
pemasangannya pada revolver pahat dilakukan dengan cara yang sama
seperti pemasangan pahat kanan
Adapun posisi dari jenis pahat yang lain di bawah perkakas optik ditunjukkan seperti
gambar berikut :
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4. 9. Posisi berbagai jenis pahat di bawah perka-kas optik
5. Jika tool offset dalam keadaan retak atau rusak, lakukan pergantian
terhadap pahat tersebut dengan cara sebagaimana dijelaskan pada nomor 1
sampai nomor 3. Demikian juga dengan pahat-pahat yang lain, lakukan
pergantian jika terjadi keretakan atau kerusakan.
6. Laporkan kepada instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pemasangan tool offset tanpa panduan guru/instruktur terutama
50. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali pemasangan tool
offset
7. Pastikan bahwa tool offset dan pahat lainnya dalam keadaan bersih dari
tatal atau kotoran lain sebelum dan sesudah dipergunakan
8. Lepaskan pahat dari revolver pahat jika diperlukan penyimpanan untuk
jangka waktu lama
4. Cara Memasang Benda Kerja Pada Chuck
Sebagaimana sudah dijelaskan pada kegiatan belajar-1, bahwa mesin
CNC TU-2A mempunyai kapasitas yang terbatas. Demikian juga dengan
kapasitas cekam chuck mesin juga mempunyai keterbatasan. Diamter
benda kerja maksimal yang dianjurkan untuk latihan pemrograman adalah
25.4 mm (1 inchi).
1. Untuk memasang benda kerja pada chuck, sediakan kunci pembuka dan
pengencang chuck yang dianjurkan untuk mesin CNC TU-2A. Pastikan
chuck dalam keadaan bersih dari tatal atau kotoran lain sebelum dilakukan
pemasangan benda kerja
2. Bukalah mulut chuck dengan menggunakan kunci yang sesuai
3. Pasangkan benda kerja kedalam chuck tersebut, selanjutnya kencangkan
mulut chuck dengan kunci yang sesuai. Pastikan bahwa ukuran benda kerja
sesuai dengan yang dianjurkan untuk mesin CNC TU-2A. Pasangkan senter
kepala lepas untuk membantu kesimetrisan putaran benda kerja terhadap
putaran sumbu utama.
4. Putar sumbu utama dengan terlebih dahulu memastikan kunci pengencang
chuck sudah dilepas untuk mengamati kesimetrisan benda kerja terhadap
putaran sumbu utama. Jika putaran benda keja belum simetris, kendorkan
mulut chuck perlahan-lahan, dan putar benda kerja. Kencangkan mulut
chuck kembali, kemudian putar sumbu utama untuk kembali memastikan
kesimetrisan putaran benda kerja terhadap sumbu utama. Lakukan proses
ini berulang-ulang sampai Anda yakin putaran benda kerja simetris terhadap
sumbu utama.
5. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pemasangan benda kerja tanpa panduan guru/instruktur
terutama bagi peserta didik yang baru melakukan pertama kali pemasangan
benda kerja
5. Cara Men-setting Tool Offset Pada Titik Nol Benda Kerja
Sebelum program dijalankan untuk membentuk benda kerja yang diinginkan,
terlebih dahulu tool offset dan benda kerja di-setting untuk menentukan letak
titik nol benda kerja tehadap sumbu X dan sumbu Z. Urutan men-settingtool
offset pada titik nol benda kerja adalah sebagai berikut :
9. Posisikan mesin pada layanan manual
10.Pasang tool offset yang akan digunakan pada revolver pahat dengan cara-
cara yang sudah ditentukan. Seandainya dalam pemrograman
menggunakan lebih dari satu jenis pahat, pasanglah pahat yang pertamakali
digunakan sebagai pahat referensi
51. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
11.Pasang benda kerja pada chuck dengan cara-cara yang sudah ditentukan.
Pastikan benda kerja terpasang dengan aman pada chuck dan simetris
dengan putaran sumbu utama.
12.Putar sumbu utama dengan putaran sedang
13.Men-setting sumbu Z
Gerakkan revolver pahat
sampai permukaan tool offset
menyentuh (menggores) per-
mukaan benda kerja. Selan-
jutnya tekan tombol DEL, pada
monitor tertulis Z = 0
14.Men-setting sumbu X
Gerakkan revolver pahat
sampai permukaan tool offset
menyentuh (menggores) sisi
benda kerja. Selanjutnya
tekan tombol DEL, pada
monitor tertulis X = 0
15.Gerakkan revolver pahat menjauhi benda kerja sampai pada posisi aman.
Selanjutnya matikan putaran sumbu utama.
16.Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta
didik yang baru melakukan pertama kali
6. Cara Men-settingTool Offset Pada Titik Awal Pemrograman
3. Men-settingtool offset pada titik awal pemrograman, merupakan kelanjutan
dari men-settingtool offset pada titik nol benda kerja. Men-settingtool offset
berhubungan dengan diameter benda kerja yang terpasang pada chuck dan
berhubungan dengan pemrograman Absolut G 92. Setelah sumbu Z dan
sumbu X di-setting pada titik 0, selanjutnya posisikan ujung tool offset pada
sumbu X dan Z sesuai dengan titik awal pemrograman yang dikehendaki.
- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 20 mm, dan
titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di bawah ini :
52. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.9. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki
Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak
sumbu X dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.
Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah
N 00/G 92/X 3000/Z 500
Harga X = 3000 (30 mm) diperoleh dari :
benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)
20 + (2x5) = 30 mm
- Misalkan, diameter benda kerja yang terpasang pada chuck 25.4 mm (1
inchi), dan titik awal pemrograman yang dikehendaki seperti gambar di
bawah ini :
Sumber : EMCO TU-2A
Gambar 4.10. Titik awal pemrograman yang dikehen-daki
Maka, arahkan revolver pahat dengan menekan tombol penggerak sumbu X
dan sumbu Z sampai di monitor tertayang X = 500, Z=500.
Dengan demikian bentuk pemrograman G 92-nya adalah
N 00/G 92/X 3540/Z 500
Harga X = 3540 (35.4 mm) diperoleh dari :
benda kerja + (2xjarak ujung pahat pada sumbu X)
25.4 + (2x5) = 35.4 mm
4. Laporkan kepada guru/instruktur untuk dilakukan pemeriksaan. Jangan
melakukan pekerjaan tanpa panduan guru/instruktur terutama bagi peserta
didik yang baru melakukan pertama kali
53. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LEMBAR KERJA PENILAIAN
Prosedur Menjalankan Program
1. Pahamilah bentuk geometris dan ukuran-ukuran benda kerja dengan teliti dari
benda kerja yang akan dibuat yang tertera dalam gambar kerja
2. Hidupkan mesin dengan benar-benar memperhatikan persyaratan sebelum
bekerja
3. Pasanglah benda kerja pada chuck sesuai dengan prosedur standar
4. Lakukanlah kompensasi pahat sekiranya dalam pemrograman tersebut
memerlukan kompensasi pahat. Catatlah data-data yang diperoleh dari
kompensasi tersebut sesuai dengan format standar
5. Lakukan settingtool offset (pahat referensi) terhadap benda kerja sesuai dengan
prosedur standar
6. Lakukan settingtool offset (pahat referensi) pada titik awal pemrogaman sesuai
dengan prosedur standar
7. Pindahkan mesin ke posisi layanan CNC untuk memasukkan program yang
sudah dibuat
8. Lakukan pengujian terhadap program dengan melaksanakan dry run (melakukan
uji jalan program dengan cara menekan tombol M secara terus menerus) untuk
mengetahui kesalahan program. Pahamilah alarm-alarm yang kemungkinan
muncul sekiranya ada kesalahan program.
Ada kalanya didalam kita memprogram suatu benda kerja ataupun memasukkan
data ke mesin mengalami kesalahan-kesalahan. Jika mesin telah menemukan
data program yang tidak benar, maka dilayar monitor mesin akan timbul alarm.
Apabila kesalahan ini tidak dibetulkan, maka mesin tidak akan mengerjakan
perintah berikutnya. Alarm yang ditampilkan di layar monitor, akan membantu
pemrogram untuk meminimalkan tingkat kesalahan program.
Alarm yang ditampilkan disimbulkan dengan huruf A diikuti dengan angka dan
tulisan dibelakangnya yang masing-masing mempunyai arti sendiri-sendiri.
A 00
A 01
A 02
A 03
A 04
A 05
A 06
A 15
A 17
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Salah perintah fungsi G dan M
Salah perintah radius M 99
Harga ordinat X terlalu besar
Salah harga F
Harga ordinat Z terlalu besar
Kurang perintah M 30
Jumlah putaran sumbu utama terlalu tinggi
Salah harga H
Salah sub program
Apabila timbul tanda alarm pada monitor, maka yang harus dilakukan adalah:
54. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
- Menekan tombol INP + REV secara bersamaan
- Menghapus nilai yang salah dengan cara menggerakkan kursor pada kolom
nilai yang salah, selanjutnya menekan tombol DEL
- Mengetik (memasukkan) nilai yang benar, dan menekan tombol INP
9. Jalankan program dengan terlebih dahulu memastikan program sudah benar dan
sesuai dengan gambar kerja yang sudah dirancang. Pastikan disekitar mesin
tidak terdapat peralatan yang mengganggu jalannya mesin dan pintu pengaman
mesin dalam keadaan tertutup dengan benar
10. Amatilah jalannya mesin dengan seksama, tetaplah selalu waspada terhadap
kemungkinan kecelakaan kerja yang timbul dengan posisi tangan siap di dekat
tombol darurat. Walaupun mesin berjalan secara otomatis, jangan pernah
meninggalkan mesin disaat mesin dalam kondisi jalan
11. Periksalah dengan cermat benda kerja setelah program selesai dijalankan.
Laporkan kepada guru atau instruktur tentang hasil pemrograman
12. Terapkan persyaratan sesudah bekerja dengan baik
Tugas Pemrograman
Petunjuk
1. Pahamilah kembali dengan seksama prosedur mengoperasikan mesin dan
menjalankan program sebagaimana sudah dibahas pada kegiatan belajar-3 dan
kegiatan belajar-4
2. Buatlah program untuk gambar kerja di bawah ini
3. Pilihlah jenis pemrograman yang ingin Anda buat (Absolut atau Inkremental)
4. Aplikasikan fungsi-fungsi pemrograman (fungsi G dan fungsi M) yang sudah
dipelajari pada kegiatan belajar-2
5. Untuk menjalankan program sesuai dengan gambar kerja di bawah ini :
- Pergunakan pahat kanan sebagai pahat referensi dan membentuk interpolasi lurus dan
interpolasi melingkar
- Pergunakan pahat alur untuk membuat alur
- Pergunakan pahat ulir luar untuk membuat ulir
- Penempatan titik awal pemrograman X = 5 m dan Z = 5 mm
- Masukkan pemrograman fungsi M 06 untuk kompensasi pahat
6. Bertanyalah kepada guru/instruktur terhadap hal-hal yang kurang dipahami
55. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Absolut Inkremental
N G X Z F H N G X Z F H
00 92 00 M03
01 M03 01
02 02
03 03
04 04
05 05
06 06
07 07
08 08
09 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
56. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
N G X Z F H N G X Z F H
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
57. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
N G X Z F H N G X Z F H
DAFTAR PERIKSA PRAKTEK
NAMA :.........................................................
NIS :.........................................................
KELAS :.........................................................
NO URAIAN YA TIDAK
1 Apakah peserta didik telah memasang benda kerja
pada chuck dengan benar ?
2 Apakah peserta didik telah me-settingtool offset
pada benda kerja dengan benar?
3 Apakah peserta didik telah men-settingtool offset
pada titik awal pemrograman dengan benar ?
4 Apakah peserta didik telah melakukan kompensasi
pahat dengan benar ?
5 Apakah peserta didik telah memasukkan program
ke mesin dengan benar ?
6 Apakah peserta didik telah melakukan dry run
dengan benar ?
7 Apakah peserta didik telah menjalankan program
dengan benar ?
8 Apakah peserta didik telah mengamati mesin
dengan benar ?
9 Apakah peserta didik menjalankan persyaratan
kerja dengan benar ?
10 Apakah peserta didik telah membersihkan dan
mengembalikan alat ke tempat semestinya ?
Jumlah YA dan TIDAK
Persentase YA =
10
........
100 % = ..........%
Nilai lulus = 100 %
Nilai yang dicapai = ............% Tanda pengesahan =