Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip redundansi menyatakan bahwa peserta didik belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi, narasi, dan teks.
2. Riset empiris mendukung prinsip redundansi, menunjukkan bahwa peserta didik yang menerima animasi dan narasi mencapai hasil tes yang lebih baik daripada peserta didik yang menerima animasi, narasi, dan teks.
2. Prinsi Redundansi:
Peserta didik bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi,
narasi, dan teks.
Alasan Teoritis:
Redundansi mecinptakan pemrosesan yang tidak relevan, yaitu:
a) Karena saluran visual bisa menjadi kelebihan beban dikarenakan harus
memindai secara visual antara gambar dan teks di layar.
b) Karena pembelajaran perlu mengeluarkan mental usaha mencoba
membandingkan teks yang ditampilkan dengan yang dinarasikan.
Redundancy Principle
3. Alasan Empiris:
Dari lima tes, peserta didik yang menerima grafis dan narasi lebih baik dalam tes
transfer daripada peserta didik yang menerima grafis, narasi, dan teks cetak.
Batas Kondisi:
Prinsip redundansi mungkin kurang berlaku, bila:
a) Teks disingkat menjadi beberapa kata dan ditempatkan disamping bagian grafik
yang digambarkan,
b) Teks lisan disajikan sebelum teks tercetak dan buka secara bersamaan,
c) Tidak ada grafik dan segmen verbal yang singkat.
Redundancy Principle
4. Redundancy Principle
Introduksi
1. Bagaimana meningkatkan animasi bernarasi ringkas?
2. Kasus yang mendukung penambahan text on screen pada animasi bernarasi
3. Kasus yang menentang penambahan teks on screen pada animasi bernarasi
4. Memahami Redudancy Effect
Riset Prinsip Redudansi
1. Bukti inti mengenai prinsip Redudansi
2. Kondisi batas prinsip redudansi
Implikasi Prinsip Redudansi
1. Implikasi untuk Multimedia Learning
2. Implikasi untuk Desain Multimedia
3. Keterbatasan dan arah masa depan
5. Bagaimana meningkatkan animasi bernarasi ringkas?
Sebagai contoh:
Bagaimana kerja rem mobil, bagaimana pompa bekerja, atau bagaimana badai
petir berkembang, dan komputer menyajikan animasi pendek yang dengan
menggambarkan langkah-langkah utama dalam proses ini secara bersamaan
dengan narasi terkait proses tersebut.
Jadi, penjelasan multimedianya berisi concise narrated animations (CNA) atau
animasi bernarasi ringkas.
6. Bagaimana meningkatkan animasi bernarasi ringkas?
Concise (ringkas) : berarti berfokus hanya pada langkah-langkah esensial atau
penting dalam proses.
Narrated : merujuk pada kata-kata yang disajikan secara terucap.
Animations : gambar-gambar yang disajikan dalam membentuk animasi.
7. Bagaimana meningkatkan animasi bernarasi ringkas?
A
Animasi disertai narasi:
Pada bagian ini menunjukkan salah satu frame dari
CNA tentang terbentuknya petir. Saat animasi
muncul di layar, di speaker atau headphone
komputer muncul narasi berupa kata-kata terucap
sebagaimana ditunjukkan dalam kalimat dibawah
ini.
“saat udara dalam updrafts ini mendingin, uap air
mulai mengembun menjadi titik-titik air dan
kemudian membentuk awan.”
8. Bagaimana meningkatkan animasi bernarasi ringkas?
B
Animasi disertai narasi dan teks:
Dalam kasus ini, animasi bernarasi tentang petir
diperkuat oleh teks on-screen yang disajikan
dibagian bawah layar. Teks on-screen ini berisi kata-
kata yang sama seperti dalam narasi dan masing-
masing kalimat berada dilayar dalam periode yang
sama dengan terucapkannya narasi terkait.
Disini ada redundansi: yakni, terlalu berlebihan
dalam penggunaan kata-kata karena adanya
pengulangan kata-kata yang sama.
Apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan CNA?
9. Alasan untuk menambahkan teks on screen terhadap animasi
bernarasi ringkas didasarkan pada apa yang disebut Learning
Preference Hypothesis atau hipotesis pilihan belajar.
Hipotesis ini beranggapan, lain orang lain pula cara belajarnya.
Maka dari itu, cara terbaik untuk menyajikan informasi adalah
dalam sebanyak mungkin format yang berbeda.
Kasus yang mendukung penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
10. Kasus yang mendukung penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Sebagai contoh: Jika seorang murid lebih memilih belajar dari kata-kata yang
terucap maka ia bisa memberikan perhatian pada narasinya; jika ada murid
lain yang lebih suka belajar dari kata-kata tercetak, biarkan ia memberikan
perhatian pada teks on screen.
Maka dari itu, dengan menggunakan presentasi multi-format,
instruktur/guru bisa mmengakomondasi gaya belajar
yang disukai masing-masing murid.
11. Kasus yang mendukung penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Alasan mengapa hipotesis pengiriman-informasi memprediksi bahwa kombinasi
antara animasi, dan teks (c) adalah lebih baik daripada animasi bersama
narasi (b) atau narasi saja (a)
a b c
12. Kasus yang menentang penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Kasus yang menentang penambahan teks on screen didasarkan pada
capacity limitation hypothesis:
Setiap orang memiliki kapasitas terbatas untuk memproses materi yang
disajikan secara visual dan kapasistas terbatas untuk memproses materi
yang disajikan secara auditori. Hipotesis ini didasarkan pada teori kognitif
multimedia learning.
13. Kasus yang menentang penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Menurut teori belajar kognitif pembelajaran multimedia akan lebih
bermakna ketika orang mendapatkan porsi relevan atas informasi auditori dan
visual yang masuk, mengatur materi menjadi representasi verbal dan pictorial
yang saling terkait sehingga koheren.
Saat kata-kata disajikan secara visual, sebagai teks on screen maka ini
memberikan beban tambahan pada saluran pemrosesan informasi visual.
Peningkatan beban kognitif dalam saluran ini mengurangi jumlah
pemrosesan untuk animasi yang juga masuk melalui saluran visual.
14. Kasus yang menentang penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Pada gambar, menunjukkan gambar-gambar
dan kata-kata tercetak sama-sama memasuki
pemrosesan informasi si murid melalui
matanya dan pada awalnya direpresentasikan
sebagai image dalam memori kerja.
Jadi, gambar-gambar dan kata-kata tercetak bersaing memperebutkan
sumber-sumber yang terbatas dalam saluran visual.
15. Kasus yang menentang penambahan text on screen pada
animasi bernarasi
Pada gambar, menunjukkan gambar-gambar
masuk lewat mata (dan diproses disaluran visual)
sementara kata-kata masuk melalui telinga (dan
diproses dalam saluran verbal).
Atas, teori ini kita dapat memprediksi adanya redundancy effect menambahkan
teks on screen pada animasi bernarasi ringkas (CNA) akan menghasilkan
pembelajaran yang lebih buruk (sebagaimana diukur dengan tes retensi) dan
pemahaman yang lebih buruk (sebagaimana diukur dari hasil tes transfer)
16. Dalam buku Mayer (2009), menggunakan istilah redundancy effect dalam
cakupan jauh lebih sempit untuk menunjukkan pada suatu situasi
multimedia dimana pembelajaran dari animasi (atau ilustrasi) dan
narasi lebih unggul daripada belajar dari materi yang sama
beserta teks cetak yang sesuai dengan narasi.
Memahami Efek Redundansi
Efek redundansi ini konsisten dengan capacity limitation hypothesis dan
tidak konsisten dengan learning preferences hypothesis.
17. Hasil ini mendukung prinsip redundansi: Orang belajar lebih dalam
dari grafik dan narasi daripada dari grafik, narasi, dan teks cetak.
Riset Tentang Prinsip Redundansi
Tiga baris teratas Table 6.1 menunjukkan
ukuran efek yang besar yang menyukai
kelompok nonredundan (narasi dan
animasi), dua baris terakhir kelompok
redundan (narasi, animasi, dan teks di
layar). Uk efek rata-rata adalah 0,72.
18. Riset Tentang Prinsip Redundansi
“Secara keseluruhan, ada dukungan yang konsisten untuk prinsip
redundansi: Orang belajar lebih dalam dari grafis dan narasi daripada dari
grafik, narasi, dan teks di layar”
19. Adakah situasi di mana prinsip redundansi tidak berlaku, atau di mana
pengaruhnya berkurang. Sampai saat ini, literatur penelitian menunjukkan
bahwa prinsip redundansi mungkin kurang berlaku, apabila:
(a) Bila teks disingkat menjadi beberapa kata dan ditempatkan di samping
bagian grafik yang mereka gambarkan,
(b) Ketika teks lisan disajikan sebelum teks cetak dan bukan secara bersamaan,
atau
(c) Bila tidak ada grafik dan segmen verbal pendek.
Kondisi Batas untuk Prinsip Redundansi
20. Pembelajaran atas eksplanasi ilmiah dari animasi bernarasi ringkas bisa
terganggu oleh penambahan teks on screen yang berisi kata-kata identik
dengan narasi, yang disebut dengan redundancy effect.
Dimana menambahkan teks on screen yang redundan ke animasi bernarasi
bisa menggunggu multimedia learning.
Implikasi Prinsip Redundansi
21. Implikasi Prinsip Redundansi
Prinsip redundansi memberikan dukungan penting untuk teori kognitif pembelajaran
multimedia dan hipotesis pembatasan kapasitasnya, secara khusus:
(a)Prinsip redundansi konsisten dengan hipotesis pembatasan kapasitas, di mana
memori kerja visual menjadi kelebihan beban saat animasi dan teks di layar
dipresentasikan bersamaan (seperti dalam pelajaran animasi naratif).
(b)Prinsip redundansi tidak konsisten dengan hipotesis preferensi belajar, di mana
menambahkan teks layar yang berlebihan ke animasi yang diriwayatkan diharapkan
memungkinkan peserta didik memilih cara penyajian informasi sesuai dengan gaya
belajar mereka.
22. “Saat membuat presentasi multimedia yang terdiri dari CNA, jangan
menambahkan text on screen yang hanya mengulang kata-kata yang sudah
ada dalam narasi”
Implikasi Prinsip Redundansi
Implikasi untuk Multimedia Pembelajaran:
23. Prinsip redundansi tidak boleh dianggap sebagai pembenaran karena tidak
pernah menyajikan teks cetak dan teks lisan.
Prinsip desain multimedia tidak boleh diterapkan sebagai perintah yang
tidak mengikat, namun harus ditafsirkan berdasarkan teori tentang
bagaimana orang belajar, seperti teori pembelajaran kognitif multimedia.
Teks di layar yang berlebihan mungkin berguna saat teks berisi istilah yang
tidak dikenal, istilah teknis atau bila bagian teksnya panjang dan rumit.
Keterbatasan dan Arah Masa Depan
24. DAFTAR PUSTAKA
Mayer, R. E. (2009). Multimedia Learning (Second Edition). New York:
Cambridge University Press.