PKL bidang K3 Ergonomi Lingkungan Kerja Bahan Berbahaya & Kesehatan Kerja dilaksanakan di PT. Riauandalan Pulp & Paper (Aprilgroup). Laporan mengidentifikasi beberapa temuan positif dan negatif. Temuan positif meliputi pengelolaan bahan kimia berbahaya dan sertifikasi SMK3. Temuan negatif yakni ketiadaan label MSDS pada bahan kimia, kebocoran pipa yang menyebabkan ceceran oli, dan ketiadaan penopang
2. PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM
KELOMPOK II
PENYELENGGARA
PT. GEO MANDIRI KREASI
29 Agustus – 10 September 2022
ANGGOTA:
1. BagusDwiSyahputra Siregar
2. Putri DiahAyu
3. Isti Danrakati
4.Ahmad Sutiawan
5.Yongki Korneyo S
6. Gondo Wibowo
7. CincinCristanto
8. EduardJacob
4. LATAR BELAKANG
Di Era Industrialisasi ini Proses Produksi dalam
perusahaan menggunakan teknologi modern, sehingga
membutuhkan tenaga kerja Ahli dan terampil, Namun tidak
selamanya penerapan teknologi modern (tinggi) yang beraneka
ragam bisa menjamin keberlangsungan proses produksi
perusahaan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan.
Di dalam sebuah Perusahaan, tenaga kerja merupakan
salah satu aset yang sangat penting. Kemungkinan bahaya Besar
mengintai setiap tenaga kerja baik itu Kecelakaan ringan,
Kecelakaan besar, Kebakaran, Ledakan, Pencemaran Lingkungan,
dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan tenaga kerja
mengalami kecacatan dan bahkan potensi meninggal dunia.
Potensi bahaya besar itu diakibatkan karena ke tidak mampuan, ke
tidak cakapan, kurangnya kompetensi dan kurangnya pemahaman
terhadap alat-alat produksi.
5. RUANG LINGKUP
Pelaksanaan K3 dibidang
Ergonomi
Pelaksanaan K3 di Bidang Bahan
Kimia Berbahaya dan Beracun
Pelaksanaan K3 di Bidang
Kesehatan Kerja
Pelaksanaan K3 di Bidang
Lingkungan Kerja
6. MAKSUD & TUJUAN
PKL ini bermaksud untuk membekali pengetahuan bagi
para calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) mengenai K3, dengan praktik nyata dalam
penerapan persyaratan dan pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja yang meliputi: K3
ergonomi lingkungan kerja bahan berbahaya & kesehatan
kerja.
Tujuan penulisan laporan PKL ini, adalah untuk mengetahui
penerapan peraturan dan normal K3 di perusahaan yang
dikunjungi. Dan laporan ini juga bisa digunakan untuk
sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk
menghindari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
7. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Keputusan Menteri tentang K3
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri.
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.187/MEN/1999 Tahun 1999. Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja.
8. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Management Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 15/Men/VIII/2008 Tentang P3K di
Tempat Kerja
10. Peraturan Pemerintah No 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
8. Laporan Hasil Observasi
BAB II
HASIL PENGAMATAN
A. PROFIL PERUSAHAAN
B. IDENTIFIKASI BAHAYA
C. TEMUAN POSITIF & NEGATIF
9. Profil Perusahaan
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL)
adalah anggota dari RGE Group yang didirikan oleh Sukanto
Tanoto pada tahun 1973. Sebagai salah satu pelopor
perusahaan yang bertanggung jawab, Grup APRIL dan anak
perusahaannya melaksanakan prinsip 5C yang dipercaya oleh
Bapak Sukanto Tanoto. Praktek bisnis harus membawa
kebaikan bagi Masyarakat (Community), Negara (Country),
Iklim (Climate), Pelanggan (Customer) dan pada akhirnya baik
bagi Perusahaan (Company).
Dengan demikian, tanggung jawab sosial perusahaan
diaplikasikan dalam operasional dan manajemen Grup APRIL
untuk memajukan lingkungan dan mengembangkan
masyarakat serta untuk memenuhi tanggung jawab sosial
korporasi.
10. IDENTIFIKASI BAHAYA
1.
• Bahan Chemical Berbahaya
2.
• Kebocoran Pada Pipa
3.
• Tidak terdapat penopang kaki
pada bangku pekerja yang tinggi
14. Dasar hukum:
Kepmenaker No 187/men/1999 ttg Pengendalian Bahan Berbahaya ditempat
kerja Pasal 5 dan 6
Fakta :
Chemical tersusun tidak menggunakan Simbol MSDS
ANALISIS
Pada penggunaan bahan chemical berbahaya, penyimpanan bahan chemical
berbahaya tidak dipasang simbol MSDS. Hal tersebut telah melanggar
Kepmenaker No 187/men/1999 ttg Pengendalian Bahan Berbahaya ditempat
kerja Pasal 5 dan 6 yang menyatakan bahwa: “Lembar Data Keselamatan Bahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 diletakkan ditempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan...dst”
Kondisi demikian dapat mengakibatkan cedera dan bahaya yang berkaitan
dengan paparan terhadap bahan kimia berbahaya. bahkan tidak menutup
kemungkinan timbulnya korban jiwa.
15. NO LOKASI TEMUAN POTENSI
RISIKO
REKOMENDASI/
SARAN
1 Ruang
Penyimpanan
Bahan
Chemical
Chemical tersusun tidak
menggunakan Simbol
MSDS)
1. Mengakibatka
n cedera dan
bahaya yang
berkaitan
dengan
paparan
terhadap
bahan kimia
berbahaya
2. Tidak
menutup
kemungkinan
timbulnya
korban jiwa
Segera dilaku
kan pemasangan
label dan MSDS
di setiap
Chemical.
Kepmenaker No
187/men/1999 ttg
Pengendalian
Bahan
Berbahaya
ditempat kerja
Pasal 5 dan 6.
17. Dasar hukum:
Permenaker No 5/men/2018 Ttg keselamatan dan Kesehatan kerja
dilingkungan kerja pasal 1 ayat 5
Fakta :
Kebocoran pipa mengakibatkan ceceran oli pada lantai
ANALISIS
Pada proses pengolahan kertas & pulp kebocoran pipa mengakibatkan
ceceran oli pada lantai. Hal tersebut telah melanggar Permenaker No
05/men/2018 Ttg keselamatan dan Kesehatan kerja dilingkungan kerja
pasal 1 ayat 5 yang menyatakan bahwa: “Lingkungan Kerja adalah
aspek Higiene di Tempat Kerja yang di dalamnya mencakup faktor
fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya
di Tempat Kerja dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
Tenaga Kerja..”
Kondisi demikian dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, pekerja
terpeleset hingga cedera berat.
18. NO LOKASI TEMUAN POTENSI
RISIKO
REKOMENDASI/
SARAN
2 Warehouse Kebocoran pipa
mengakibatkan ceceran oli
pada lantai
1. Perkerja
Terpeleset
karena lantai
licin
2. Pekerja
mengalami
cedera berat
dan tidak
menutup
kemungkinan
timbulnya
korban jiwa
Segera lakukan
perbaikan pada
pipa (Pengelasan
atau penggantian
pipa)
Permenaker No
5/men/2018 Ttg
keselamatan dan
Kesehatan kerja
dilingkungan
kerja pasal 1
ayat 5
20. Dasar hukum:
Permenaker No. 5/men/ 2018 Ttg keselamatan dan Kesehatan kerja
lingkungan kerja Pasal 1 ayat 14
Fakta :
Tidak terdapat Penopang kaki pada bangku pekerjanya yang tinggi
(Tidak ergonomis).
ANALISIS
Pada proses pengepakan kertas oleh pekerja, Tidak terdapat
Penopang kaki pada bangku pekerjanya yang tinggi. Hal tersebut telah
melanggar Permenaker No. 5/men/ 2018 Ttg keselamatan dan
Kesehatan kerja lingkungan kerja Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan
bahwa: “Faktor Ergonomi adalah faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi
kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap Tenaga Kerja..”
Kondisi demikian dapat mengakibatkan cedera ringan pada pekerja.
21. NO LOKASI TEMUAN POTENSI RISIKO REKOMENDASI/
SARAN
3 Packing Area Tidak terdapat Penopang
kaki pada bangku
pekerjanya yang tinggi
(Tidak ergonomis)
1. Pekerja
mengalami
cedera ringan
dan nyeri
punggung dan
pundak
Segera di
buatkan
penopang kaki
pada bangku
pekerja dan
Himbau pekerja
melakukan
streacing.
Permenaker No
5/men/2018 Ttg
keselamatan dan
Kesehatan kerja
dilingkungan
kerja pasal 1
ayat 14
22. BAB IV
KESIMPULAN
& SARAN
KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan Zoom visit PKL
adalah Secara umum PT. RAPP telah
mengimlementasikan K3 dengan baik
dibuktikan telah mendapat sertifikat
SMK3 kategori memuaskan dan sertikat
ISO 45001:2018.
SARAN
Saran yang dapat kami berikan adalah
mencegah terjadinya kecelakkan dan
penyakit akibat kerja masih diperlukan
pengawasan dan analisis terkait penerapan
K3 karena masih ditemukan beberapa
kekurangan yang berpotensi terjadinya
kecelakaan serta pemenuhan norma dan
standar K3 yang berlaku untuk pencegahan
terjadinya kecelakkan kerja dan penyakit
akibat kerja dapat diminimalisir lagi
23. REFERENSI
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPP 50
Tahun 2012 temtang Sistem management
keselamatan dan Kesehatan kerja
2. PP No 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 15/Men/VIII/2008 Tentang P3K di Tempat Kerja
4. Kepmenaker No 187/men/1999 ttg Pengendalian
Bahan Berbahaya ditempat kerja
5. Permenaker No. 5/men/ 2018 Ttg keselamatan dan
Kesehatan kerja lingkungan kerja