SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Urun Rembug
Permukiman dan Ketahanan Pangan
Oswar Mungkasa
Perencana Ahli Utama Bappenas
.
Seri Webinar Perkim #27
Yayasan Caritra
14 Oktober 2021
10/31/2021 0
10/31/2021 1
then we might not solve every problem,
but we can get some thing meaningful
done
(dikutip dari Investing Democracy. Engaging Citizens
in Collaborative Governance – Carmen Sirianni)
ISU
10/31/2021 2
 Konversi lahan pertanian ke non pertanian
 Luas lahan baku sawah di Indonesia mengalami penurunan menjadi 7,1 juta (BPS,
2018) berkurang dari 7,75 juta ha (BPS, 2013). Dalam 5 tahun berkurang 650 ribu
ha atau setahun 150 ribu ha.
 Kecenderungan konversi lahan tetap meningkat
 Diperkirakan sampai dengan tahun 2045, Indonesia membutuhkan tambahan
lahan pertanian sekitar 14 juta hektar yang terdiri dari 5 juta ha lahan sawah, 8
juta ha lahan kering, dan 1 juta ha lahan rawa. Perhitungan tersebut
mempertimbangkan pertambahan penduduk 1,3 persen, alih fungsi lahan 60-90
ribu hektar per tahun, dan asumsi produktivitas 5,3 ton per tahun (Kementerian
Pertanian, 2019).
 Kebutuhan rumah Indonesia sekitar 1 juta per tahun.
 Pada 2025, penduduk perkotaan diproyeksikan 170,4 juta jiwa atau 59,3% dari
total penduduk Indonesia yang sebesar 287 juta jiwa
Faktor Pendorong
10/31/2021 3
• Kependudukan  pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
kesejahteraan
• kebutuhan lahan kegiatan non pertanian  permukiman, industri.
• Proses alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non sawah pada prinsipnya
bermuara pada motif ekonomi, yaitu penggunaan non sawah memiliki land
rent lebih tinggi
• Sosial budaya  hokum waris yang menyebabkan lauasan kepemilikan lahan
pertanian menjadi semakin kecil sehingga tidak memenuhi skala ekonomi
• Degradasi lingkungan  pencemaran air irigasi, penggundulan hutan
mengakibatkan kekurangan air, penggunaan pupuk berlebihan
Faktor Pendorong
10/31/2021 4
• Pembiaran dan kurangnya ketegasan terutama dipicu oleh kurangnya
komitmen pemerintah daerah
• Lemahnya penegakan hukum  aturan sudah sangat lengkap
• Perencanaan tata ruang masih bias pemanfaatan ruang horisontal, belum
vertikal.
SOLUSI
10/31/2021 5
• Komitmen pengambil keputusan/pimpinan daerah. Langkah advokasi
perlu dilakukan secara berjenjang nasional, provinsi, kabupaten/kota
• Pembenahan Data  BPS merupakan satu-satunya sumber data yang
valid dilengkapi dengan peta skala yang memadai oleh BIG. Proses ini
dikoordinasikan oleh Bappenas sebagai penanggungjawab program Satu
Data.
• Penegakan aturan  proses perijinan, pelaksanaan aturan contoh pasal
73 UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan: sanksi pidana 1-5 tahun atau Rp.1-5 miliar.
SOLUSI
10/31/2021 6
• Insentif/Disinsentif
 Undang-Undang No. 41 Tahun 2009, bahwa kepada petani yang lahannya
ditetapkan sebagai LP2B akan mendapat insentif dan perlindungan serta
pemberdayaan petani seperti pada Pasal 38, 67, dan 68.
 Bentuk-bentuk insentif yang diberikan meliputi pengembangan infrastruktur
pertanian, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul,
kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi, penyediaan sarana dan
prasarana pertanian, jaminan penerbitan sertifikat hak atas tanah pada LP2B dan
penghargaan bagi petani berprestasi tinggi. Bentuk insentif lain berupa
keringanan PBB
 Disinsentif terhadap perubahan penggunaan lahan sawah berupa pengenaan
retribusi yang digunakan untuk insentif bagi petani yang termasuk dalam lahjan
sawah yang dilindungi.
Solusi
10/31/2021 7
Tata Ruang
• Pengendalian Lahan yaitu Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
 nasional yang diatur dalam PP RTRWN, provinsi dan kabupaten/kota seharusnya
diatur dalam RDTR. Sewajarnya jika percepatan penyusunan RDTR menjadi prioritas.
• Momentum UU Cipta Kerja yang ditindaklanjuti dengan PP No. 21/2021 tentang
penyelenggaraan penataan ruang. Proses perijinan menjadi lebih transparan dan
didukung data serta peta yang lebih rinci.
• Transformasi konsep perencanaan ruang yang berorientasi intensifikasi ruang
(vertikal) dan tidak lagi mendorong pemanfaatan ruang secara horisontal
• Penerapan tata kelola kolaboratif  Proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi sewajarnya melibatkan Forum Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
Solusi
10/31/2021 8
Tata Ruang
• Penerapan skema Bank Tanah termasuk ‘land freezing’ yaitu mempertahankan
fungsi sebuah kawasan dengan mengendalikan transaksi perpindahan
kepemilikan.
• RTRW dan RDTR sewajarnya didukung oleh keberadaan Bank Tanah yang
menjamin bahwa seluruh kebutuhan lahan untuk kebutuhan publik dapat
terjamin. Selain itu, juga sebagai alat mengendalikan fungsi lahan sesuai dengan
kepentingan publik.
• Intensifikasi lahan perkotaan melalui penerapan konsolidasi lahan vertikal. Langkah
ini bisa mengurangi secara nyata kebutuhan lahan khususnya di perkotaan.
• Pengembangan Pertanian Perkotaan. Upaya mewujudkan ketahanan pangan ditengah
kondisi keterbatasan lahan.
Pemahaman Bank Tanah /1
• Bank Tanah adalah suatu lembaga yang menyediakan tanah untuk
keperluan pembangunan, sekaligus bertindak selaku pengendali harga
tanah. Bank Tanah adalah Badan Usaha yang tidak semata-mata
mencari untung tetapi lebih bersifat pengelola pertanahan dari segi
pengendalian harga tanah dan mendukung pelaksanaan Rencana Tata
Ruang.
• Bank Tanah mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan,
penyediaan dan pengendalian harga tanah
Pemahaman Bank Tanah/2
• Bank Tanah memungkinkan pemerintah memiliki tanah jauh hari sebelum
dibutuhkan. Manfaatnya adalah harga tanah yang murah dan memungkinkan
sebagai alat mempengaruhi pola pengembangan suatu daerah UNESCAP.
1993)
• Bank Tanah setidaknya mempunyai beberapa kegiatan utama yaitu (i)
membeli tanah, (ii) mematangkan tanah baik secara fisik maupun
administrasi; (iii) menjual kapling tanah siap bangun kepada yang
membutuhkan; (iv) mengadministrasi-kan jual beli tanah sesuai dengan
ketentuan..
Pemahaman Bank Tanah /3
• Dalam konteks Indonesia, tujuan umum Bank Tanah setidaknya mencakup (i)
menjamin terwujudnya rumusan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yaitu bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat ; (ii) sebagai instrumen
pelaksanaan berbagai kebijakan pertanahan dan mendukung pengembangan
wilayah; (iii) mengendalikan pengadaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah
secara adil dan wajar dalam melaksanakan pembangunan. Bank Tanah
mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan, penyediaan dan
pengendalian harga tanah
Pemahaman Bank Tanah /4
• Fungsi Bank Tanah meliputi (i) penghimpun tanah (land keeper) berupa inventarisasi
dan pengembangan basis data tanah, administrasi dan sistem informasi pertanahan; (ii)
pengaman tanah (land warrantee) berupa mengamankan penyediaan, peruntukan,
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang dan menjamin efisiensi pasar tanah; (iii)
pengendali tanah (land purchaser) berupa pengendalian penguasaan dan penggunaan
tanah sesuai aturan yang berlaku; (iv) penilai tanah (land valuer) berupa menunjang
penetapan nilai tanah yang baku, adil dan wajib untuk berbagai keperluan; (v)
penyalur tanah (land distributor) berupa menjamin distribusi tanah yang wajar dan
adil berdasarkan kesatuan nilai tanah, mengamankan perencanaan, penyediaan dan
distribusi tanah; (vi) pengelola tanah (land manager) berupa melakukan manajemen
pertanahan, melakukan analisis, penetapan strategi dan pengelolaan implementasi
berkaitan pertanahan.
KONSOLIDASI TANAH
13
Sumber: Presentasi Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Bappenas.
Diskusi Internal 11 Oktober 2021
REPUBLIK
INDONESIA
Definisi Konsolidasi Tanah
KT PERTANIAN
Konsolidasi Tanah yang dilakukan pada tanah-
tanah pertanian yang berada di kawasan
perdesaan
KT VERTIKAL
Konsolidasi Tanah yang diselenggarakan untuk
pengembangan kawasan dan bangunan yang
berorientasi vertikal
KT NON PERTANIAN
Konsolidasi Tanah yang dilakukan pada
tanah non-pertanian, termasuk penyediaan
tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum di kawasan perkotaan
dan semi perkotaan
Kebijakan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah dan ruang sesuai rencana tata ruang
serta usaha penyediaan tanah untuk
kepentingan umum dalam rangka
meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alam dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat
Konsolidasi Tanah
Sumber: Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019
KONSOLIDASI TANAH DI PERKOTAAN
REPUBLIK
INDONESIA
15
Subjek dan Objek Konsolidasi Tanah
Sumber: Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019
Subjek (Pasal 10)
• Perorangan Warga
Negara Indonesia
dan/atau Badan Hukum,
yang berkedudukan
selaku:
• Pemegang hak;
• Penggarap tanah
Negara
• Disepakati paling sedikit
60% dari Peserta KT
Objek (Pasal 9)
• Objek KT dapat berasal
dari:
• tanah yang sudah
terdaftar;
• tanah hak yang belum
terdaftar;
• tanah negara yang
sudah
• dikuasai/digarap;
dan/atau
• tanah aset
BUMN/BUMD/Badan
Hukum lainnya yang
sudah dilepaskan
dan/atau dikuasai
masyarakat
• Kewajiban TP (PSU dan
TUB)
• “Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah dapat
menjadi wajib dalam hal penataan kawasan
pasca bencana, konflik, kawasan kumuh, dan
program strategis.” (Pasal 4, ayat 2)
• “Kawasan kumuh adalah kawasan yang
ditetapkan oleh Pemerintah/Pemerintah
Daerah untuk dilakukan penataan kembali
dalam upaya meningkatkan kualitas
permukiman baik secara horizontal maupun
vertikal, baik di kawasan perdesaan maupun
kawasan perkotaan.” (Pasal 4, ayat 5)
REPUBLIK
INDONESIA
16
Manfaat Konsolidasi Tanah
Masyarakat
• Masyarakat tidak tergusur, ikut
berperan serta dalam pembangunan
sekaligus menikmati hasil
pembangunan.
• Meningkatkan kualitas lingkungan
menjadi teratur dan tertata serta
meningkatkan nilai tanah.
• Menata kawasan permukiman
kumuh.
• Jaminan kepastian hukum atas
pemilikan tanah dengan bukti
sertifikat tanah.
Pemerintah Daerah
• Mendukung Rencana Tata Ruang
Wilayah.
• Mempercepat pemerataan
pembangunan.
• Mengurangi pengeluaran/anggaran
pemerintah untuk pembebasan
tanah.
• Tersedianya tanah untuk
infrastruktur lingkungan seperti
jalan, drainase, taman dan
fasos/fasum lainnya.
REPUBLIK
INDONESIA
17
Konsep Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah
• Setelah KT  Bidang Tanah kembali ke
Pemilik Tanah dan sebagian menjadi Tanah
untuk Pembangunan (TP). TP
dimanfaatkan untuk Prasarana, Sarana dan
Utilitas (PSU) dan Tanah Usaha Bersama
(TUB).
• TUB dapat dijual untuk memenuhi biaya
pembangunan / diusahakan bersama para
pemilik tanah / dikerjasamakan dengan
pihak lain.
• Proporsi dan Bentuk tanah untuk Pemilik,
PSU dan TUB bergantung pada Rencana
Pengembangan dan Penataan Kawasan
yang dituangkan dalam Desain Konsolidasi
Tanah yang disepakati oleh para pihak.
Bidang Tanah
Sebelum KT Setelah KT
Pemilik
Tanah
PSU
TUB
= Tanah utk Pembangunan (TP) = PSU + TUB
REPUBLIK
INDONESIA
18
Ilustrasi Konsolidasi Tanah Vertikal
4 Pembangunan KTV
Unit untuk
Peserta KTV
(2400 unit)
(1800 unit)
Unit yang dijual
(1800 unit)
Pelaku Pembangunan
Bagian untuk MitraPembangunan
(kompensasi dari biaya
konstruksi)  TUB
Biaya konstruksi
Unit yang dijual
Rencana Pembangunan:
• Luas KDB (40%) : 30.000 m2
• KLB : 4,5
• Luas Bangunan : 148.500 m2
• Investasi & Kons : 1,65Triliyun
Peserta baru
Jalan +RTH+ fasos fasum : 45.000 m2
Luas KDB: 30.000 m2
Pembangunan infrastruktur (TP)
oleh Sektor Publik
Kondisi Sebelum KT
• Luas
• Peserta
• Jumlah Bidang
• Jenis hak
• Kondisi Sebelum KT
• Nilai Tanah dan Bangunan
• Nilai Aset Total
: 75.000 m2
: 4000 orang (jiwa)  800 KK
: 796 bidang
: Akte (50%), HM (27%), Petuk (23%)
: Kumuh
: ±Rp. 14,67 juta/m2
: Rp 1,1 Triliyun
Kondisi Setelah KT
• Luas bangunan
• Peserta
• Jumlah Bidang/Unit
• Jenis hak
• Kondisi Setelah KT
• Nilai Tanah dan Bangunan
• Nilai Aset Total
• Pembagian Unit
: 148.500 m2
: 800 KK (lama) + 3600 KK (peserta baru)
: 6000 unit
: Hak Milik Satuan Rumah Susun (Strata Title)
: Rumah Susun, RTH, dan Fasum Fasos
: ±Rp. 500 juta/unit
: Rp. 1,1 Triliyun
: Masyarakat 40%  2400 unit  3 unit per KK (1,5 M)
Investor 60%  3600 unit  1,8 Triliyun
Konversi HAT ke strata unit
Pilihan Peserta KT:
1. Sebagai peserta di unit KTV
2. Sebagai peserta dengan
menambah biaya untuk
memperoleh unit
3. Tidak bersedia ikut dan
mengalihkan ke orang lain
2 3 5
1
Rujukan
10/31/2021 19
 Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Bappenas (2021). Strategi Penyediaan Lahan
dalam Kawasan Kumuh Perkotaan. Diskusi internal Bappenas.
 Ashari (2003). Tinjauan tentang Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah dan Dampaknya di
Pulau Jawa. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 21 Nomor 2.
 Isa. Iwan (tanpa tahun). Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Badan
Pertanahan Nasional.
 Mungkasa, Oswar (2018). Penataan Ruang dan Pertanahan. Pengantar. Materi Kuliah
Magister Teknik Perencanaan Universitas Tarumanegara
 Mungkasa, Oswar (2017). Penyediaan Tanah Bagi Perumahan Masayarakat Berpendapatan
Rendah melalui Bank Tanah Berbasis Tata Ruang . Kasus DKI Jakarta. Diskusi Terbatas
“Penyediaan Tanah bagi Perumahan MBR di Tangerang Selatan”. Diselenggarakan HUD
Institute.
TERIMA KASIH
https://www.researchgate.net/profile/Oswar-Mungkasa
pitt.academia.edu/oswarmungkasa
oswar.mungkasa63@gmail.com
10/31/2021 20

More Related Content

What's hot

Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanYusuf Ahmad
 
Struktur Dan Fungsi Bunga
Struktur Dan Fungsi BungaStruktur Dan Fungsi Bunga
Struktur Dan Fungsi Bungakeysia waani
 
Persentasi Geografi ; Struktur Tanah
Persentasi Geografi ; Struktur TanahPersentasi Geografi ; Struktur Tanah
Persentasi Geografi ; Struktur Tanahanggawibisono91
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahSarjan Alatas
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanFanly Sondakh
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1indri yetti
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganRiska_21
 
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptxDefisaKitri
 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASnursyifatiara
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 

What's hot (20)

proposal penelitian biologi
proposal penelitian biologiproposal penelitian biologi
proposal penelitian biologi
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Struktur Dan Fungsi Bunga
Struktur Dan Fungsi BungaStruktur Dan Fungsi Bunga
Struktur Dan Fungsi Bunga
 
Ekologi tanah
Ekologi tanahEkologi tanah
Ekologi tanah
 
Praktikum histologi
Praktikum histologiPraktikum histologi
Praktikum histologi
 
Persentasi Geografi ; Struktur Tanah
Persentasi Geografi ; Struktur TanahPersentasi Geografi ; Struktur Tanah
Persentasi Geografi ; Struktur Tanah
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahan
 
PPT Sistem Koordinasi
PPT Sistem KoordinasiPPT Sistem Koordinasi
PPT Sistem Koordinasi
 
Klasifikasi pertanian
Klasifikasi pertanianKlasifikasi pertanian
Klasifikasi pertanian
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkungan
 
Bioremediasi
Bioremediasi Bioremediasi
Bioremediasi
 
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
 
02 Pengantar SIG
02 Pengantar SIG02 Pengantar SIG
02 Pengantar SIG
 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 

Similar to Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan

PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdf
PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdfPERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdf
PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdfrizkhisuaib
 
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdfPP Nomor 19 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdfFaizRivaldy1
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018KantorHukum1
 
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...ssuser318a6e
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Aidil Fitrah
 
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdfDiskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdfIndra Sofian
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroPenataan Ruang
 
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Franky L. Tobing
 
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfDiskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfIndra Sofian
 
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfDiskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfIndra Sofian
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahanushfia
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangPenataan Ruang
 
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfIndra Sofian
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...Kota Serang
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1agunjul
 
Uu 26 2007 penataan ruang
Uu 26 2007 penataan ruangUu 26 2007 penataan ruang
Uu 26 2007 penataan ruanglilikwbs
 
Undang-undang No. 26 tahun 2007
Undang-undang No. 26 tahun 2007Undang-undang No. 26 tahun 2007
Undang-undang No. 26 tahun 2007Denny Helard
 

Similar to Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan (20)

Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)Agraria 28 okt 2017   uns (yuti)
Agraria 28 okt 2017 uns (yuti)
 
PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdf
PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdfPERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdf
PERaturan DAeerah NO 2 TAHUN 2022 (1).pdf
 
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdfPP Nomor 19 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 19 Tahun 2021.pdf
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018
 
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012
 
BANK TANAH.pptx
BANK TANAH.pptxBANK TANAH.pptx
BANK TANAH.pptx
 
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdfDiskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdf
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
 
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
 
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdfDiskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
Diskusi 7 Penatagunaan Tanah INDRA SOFIAN 042051183.pdf
 
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdfDiskusi 4 Landreform.doc.pdf
Diskusi 4 Landreform.doc.pdf
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
 
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WI...
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
Uu 26 2007 penataan ruang
Uu 26 2007 penataan ruangUu 26 2007 penataan ruang
Uu 26 2007 penataan ruang
 
Undang-undang No. 26 tahun 2007
Undang-undang No. 26 tahun 2007Undang-undang No. 26 tahun 2007
Undang-undang No. 26 tahun 2007
 

More from Oswar Mungkasa

Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di IndonesiaPembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di IndonesiaOswar Mungkasa
 

More from Oswar Mungkasa (20)

Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di IndonesiaPembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
 

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan

  • 1. Urun Rembug Permukiman dan Ketahanan Pangan Oswar Mungkasa Perencana Ahli Utama Bappenas . Seri Webinar Perkim #27 Yayasan Caritra 14 Oktober 2021 10/31/2021 0
  • 2. 10/31/2021 1 then we might not solve every problem, but we can get some thing meaningful done (dikutip dari Investing Democracy. Engaging Citizens in Collaborative Governance – Carmen Sirianni)
  • 3. ISU 10/31/2021 2  Konversi lahan pertanian ke non pertanian  Luas lahan baku sawah di Indonesia mengalami penurunan menjadi 7,1 juta (BPS, 2018) berkurang dari 7,75 juta ha (BPS, 2013). Dalam 5 tahun berkurang 650 ribu ha atau setahun 150 ribu ha.  Kecenderungan konversi lahan tetap meningkat  Diperkirakan sampai dengan tahun 2045, Indonesia membutuhkan tambahan lahan pertanian sekitar 14 juta hektar yang terdiri dari 5 juta ha lahan sawah, 8 juta ha lahan kering, dan 1 juta ha lahan rawa. Perhitungan tersebut mempertimbangkan pertambahan penduduk 1,3 persen, alih fungsi lahan 60-90 ribu hektar per tahun, dan asumsi produktivitas 5,3 ton per tahun (Kementerian Pertanian, 2019).  Kebutuhan rumah Indonesia sekitar 1 juta per tahun.  Pada 2025, penduduk perkotaan diproyeksikan 170,4 juta jiwa atau 59,3% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 287 juta jiwa
  • 4. Faktor Pendorong 10/31/2021 3 • Kependudukan  pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan • kebutuhan lahan kegiatan non pertanian  permukiman, industri. • Proses alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non sawah pada prinsipnya bermuara pada motif ekonomi, yaitu penggunaan non sawah memiliki land rent lebih tinggi • Sosial budaya  hokum waris yang menyebabkan lauasan kepemilikan lahan pertanian menjadi semakin kecil sehingga tidak memenuhi skala ekonomi • Degradasi lingkungan  pencemaran air irigasi, penggundulan hutan mengakibatkan kekurangan air, penggunaan pupuk berlebihan
  • 5. Faktor Pendorong 10/31/2021 4 • Pembiaran dan kurangnya ketegasan terutama dipicu oleh kurangnya komitmen pemerintah daerah • Lemahnya penegakan hukum  aturan sudah sangat lengkap • Perencanaan tata ruang masih bias pemanfaatan ruang horisontal, belum vertikal.
  • 6. SOLUSI 10/31/2021 5 • Komitmen pengambil keputusan/pimpinan daerah. Langkah advokasi perlu dilakukan secara berjenjang nasional, provinsi, kabupaten/kota • Pembenahan Data  BPS merupakan satu-satunya sumber data yang valid dilengkapi dengan peta skala yang memadai oleh BIG. Proses ini dikoordinasikan oleh Bappenas sebagai penanggungjawab program Satu Data. • Penegakan aturan  proses perijinan, pelaksanaan aturan contoh pasal 73 UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan: sanksi pidana 1-5 tahun atau Rp.1-5 miliar.
  • 7. SOLUSI 10/31/2021 6 • Insentif/Disinsentif  Undang-Undang No. 41 Tahun 2009, bahwa kepada petani yang lahannya ditetapkan sebagai LP2B akan mendapat insentif dan perlindungan serta pemberdayaan petani seperti pada Pasal 38, 67, dan 68.  Bentuk-bentuk insentif yang diberikan meliputi pengembangan infrastruktur pertanian, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul, kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana pertanian, jaminan penerbitan sertifikat hak atas tanah pada LP2B dan penghargaan bagi petani berprestasi tinggi. Bentuk insentif lain berupa keringanan PBB  Disinsentif terhadap perubahan penggunaan lahan sawah berupa pengenaan retribusi yang digunakan untuk insentif bagi petani yang termasuk dalam lahjan sawah yang dilindungi.
  • 8. Solusi 10/31/2021 7 Tata Ruang • Pengendalian Lahan yaitu Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)  nasional yang diatur dalam PP RTRWN, provinsi dan kabupaten/kota seharusnya diatur dalam RDTR. Sewajarnya jika percepatan penyusunan RDTR menjadi prioritas. • Momentum UU Cipta Kerja yang ditindaklanjuti dengan PP No. 21/2021 tentang penyelenggaraan penataan ruang. Proses perijinan menjadi lebih transparan dan didukung data serta peta yang lebih rinci. • Transformasi konsep perencanaan ruang yang berorientasi intensifikasi ruang (vertikal) dan tidak lagi mendorong pemanfaatan ruang secara horisontal • Penerapan tata kelola kolaboratif  Proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi sewajarnya melibatkan Forum Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
  • 9. Solusi 10/31/2021 8 Tata Ruang • Penerapan skema Bank Tanah termasuk ‘land freezing’ yaitu mempertahankan fungsi sebuah kawasan dengan mengendalikan transaksi perpindahan kepemilikan. • RTRW dan RDTR sewajarnya didukung oleh keberadaan Bank Tanah yang menjamin bahwa seluruh kebutuhan lahan untuk kebutuhan publik dapat terjamin. Selain itu, juga sebagai alat mengendalikan fungsi lahan sesuai dengan kepentingan publik. • Intensifikasi lahan perkotaan melalui penerapan konsolidasi lahan vertikal. Langkah ini bisa mengurangi secara nyata kebutuhan lahan khususnya di perkotaan. • Pengembangan Pertanian Perkotaan. Upaya mewujudkan ketahanan pangan ditengah kondisi keterbatasan lahan.
  • 10. Pemahaman Bank Tanah /1 • Bank Tanah adalah suatu lembaga yang menyediakan tanah untuk keperluan pembangunan, sekaligus bertindak selaku pengendali harga tanah. Bank Tanah adalah Badan Usaha yang tidak semata-mata mencari untung tetapi lebih bersifat pengelola pertanahan dari segi pengendalian harga tanah dan mendukung pelaksanaan Rencana Tata Ruang. • Bank Tanah mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan, penyediaan dan pengendalian harga tanah
  • 11. Pemahaman Bank Tanah/2 • Bank Tanah memungkinkan pemerintah memiliki tanah jauh hari sebelum dibutuhkan. Manfaatnya adalah harga tanah yang murah dan memungkinkan sebagai alat mempengaruhi pola pengembangan suatu daerah UNESCAP. 1993) • Bank Tanah setidaknya mempunyai beberapa kegiatan utama yaitu (i) membeli tanah, (ii) mematangkan tanah baik secara fisik maupun administrasi; (iii) menjual kapling tanah siap bangun kepada yang membutuhkan; (iv) mengadministrasi-kan jual beli tanah sesuai dengan ketentuan..
  • 12. Pemahaman Bank Tanah /3 • Dalam konteks Indonesia, tujuan umum Bank Tanah setidaknya mencakup (i) menjamin terwujudnya rumusan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yaitu bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat ; (ii) sebagai instrumen pelaksanaan berbagai kebijakan pertanahan dan mendukung pengembangan wilayah; (iii) mengendalikan pengadaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah secara adil dan wajar dalam melaksanakan pembangunan. Bank Tanah mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan, penyediaan dan pengendalian harga tanah
  • 13. Pemahaman Bank Tanah /4 • Fungsi Bank Tanah meliputi (i) penghimpun tanah (land keeper) berupa inventarisasi dan pengembangan basis data tanah, administrasi dan sistem informasi pertanahan; (ii) pengaman tanah (land warrantee) berupa mengamankan penyediaan, peruntukan, pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang dan menjamin efisiensi pasar tanah; (iii) pengendali tanah (land purchaser) berupa pengendalian penguasaan dan penggunaan tanah sesuai aturan yang berlaku; (iv) penilai tanah (land valuer) berupa menunjang penetapan nilai tanah yang baku, adil dan wajib untuk berbagai keperluan; (v) penyalur tanah (land distributor) berupa menjamin distribusi tanah yang wajar dan adil berdasarkan kesatuan nilai tanah, mengamankan perencanaan, penyediaan dan distribusi tanah; (vi) pengelola tanah (land manager) berupa melakukan manajemen pertanahan, melakukan analisis, penetapan strategi dan pengelolaan implementasi berkaitan pertanahan.
  • 14. KONSOLIDASI TANAH 13 Sumber: Presentasi Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Bappenas. Diskusi Internal 11 Oktober 2021
  • 15. REPUBLIK INDONESIA Definisi Konsolidasi Tanah KT PERTANIAN Konsolidasi Tanah yang dilakukan pada tanah- tanah pertanian yang berada di kawasan perdesaan KT VERTIKAL Konsolidasi Tanah yang diselenggarakan untuk pengembangan kawasan dan bangunan yang berorientasi vertikal KT NON PERTANIAN Konsolidasi Tanah yang dilakukan pada tanah non-pertanian, termasuk penyediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum di kawasan perkotaan dan semi perkotaan Kebijakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan ruang sesuai rencana tata ruang serta usaha penyediaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat Konsolidasi Tanah Sumber: Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019 KONSOLIDASI TANAH DI PERKOTAAN
  • 16. REPUBLIK INDONESIA 15 Subjek dan Objek Konsolidasi Tanah Sumber: Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019 Subjek (Pasal 10) • Perorangan Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum, yang berkedudukan selaku: • Pemegang hak; • Penggarap tanah Negara • Disepakati paling sedikit 60% dari Peserta KT Objek (Pasal 9) • Objek KT dapat berasal dari: • tanah yang sudah terdaftar; • tanah hak yang belum terdaftar; • tanah negara yang sudah • dikuasai/digarap; dan/atau • tanah aset BUMN/BUMD/Badan Hukum lainnya yang sudah dilepaskan dan/atau dikuasai masyarakat • Kewajiban TP (PSU dan TUB) • “Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah dapat menjadi wajib dalam hal penataan kawasan pasca bencana, konflik, kawasan kumuh, dan program strategis.” (Pasal 4, ayat 2) • “Kawasan kumuh adalah kawasan yang ditetapkan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk dilakukan penataan kembali dalam upaya meningkatkan kualitas permukiman baik secara horizontal maupun vertikal, baik di kawasan perdesaan maupun kawasan perkotaan.” (Pasal 4, ayat 5)
  • 17. REPUBLIK INDONESIA 16 Manfaat Konsolidasi Tanah Masyarakat • Masyarakat tidak tergusur, ikut berperan serta dalam pembangunan sekaligus menikmati hasil pembangunan. • Meningkatkan kualitas lingkungan menjadi teratur dan tertata serta meningkatkan nilai tanah. • Menata kawasan permukiman kumuh. • Jaminan kepastian hukum atas pemilikan tanah dengan bukti sertifikat tanah. Pemerintah Daerah • Mendukung Rencana Tata Ruang Wilayah. • Mempercepat pemerataan pembangunan. • Mengurangi pengeluaran/anggaran pemerintah untuk pembebasan tanah. • Tersedianya tanah untuk infrastruktur lingkungan seperti jalan, drainase, taman dan fasos/fasum lainnya.
  • 18. REPUBLIK INDONESIA 17 Konsep Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah • Setelah KT  Bidang Tanah kembali ke Pemilik Tanah dan sebagian menjadi Tanah untuk Pembangunan (TP). TP dimanfaatkan untuk Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) dan Tanah Usaha Bersama (TUB). • TUB dapat dijual untuk memenuhi biaya pembangunan / diusahakan bersama para pemilik tanah / dikerjasamakan dengan pihak lain. • Proporsi dan Bentuk tanah untuk Pemilik, PSU dan TUB bergantung pada Rencana Pengembangan dan Penataan Kawasan yang dituangkan dalam Desain Konsolidasi Tanah yang disepakati oleh para pihak. Bidang Tanah Sebelum KT Setelah KT Pemilik Tanah PSU TUB = Tanah utk Pembangunan (TP) = PSU + TUB
  • 19. REPUBLIK INDONESIA 18 Ilustrasi Konsolidasi Tanah Vertikal 4 Pembangunan KTV Unit untuk Peserta KTV (2400 unit) (1800 unit) Unit yang dijual (1800 unit) Pelaku Pembangunan Bagian untuk MitraPembangunan (kompensasi dari biaya konstruksi)  TUB Biaya konstruksi Unit yang dijual Rencana Pembangunan: • Luas KDB (40%) : 30.000 m2 • KLB : 4,5 • Luas Bangunan : 148.500 m2 • Investasi & Kons : 1,65Triliyun Peserta baru Jalan +RTH+ fasos fasum : 45.000 m2 Luas KDB: 30.000 m2 Pembangunan infrastruktur (TP) oleh Sektor Publik Kondisi Sebelum KT • Luas • Peserta • Jumlah Bidang • Jenis hak • Kondisi Sebelum KT • Nilai Tanah dan Bangunan • Nilai Aset Total : 75.000 m2 : 4000 orang (jiwa)  800 KK : 796 bidang : Akte (50%), HM (27%), Petuk (23%) : Kumuh : ±Rp. 14,67 juta/m2 : Rp 1,1 Triliyun Kondisi Setelah KT • Luas bangunan • Peserta • Jumlah Bidang/Unit • Jenis hak • Kondisi Setelah KT • Nilai Tanah dan Bangunan • Nilai Aset Total • Pembagian Unit : 148.500 m2 : 800 KK (lama) + 3600 KK (peserta baru) : 6000 unit : Hak Milik Satuan Rumah Susun (Strata Title) : Rumah Susun, RTH, dan Fasum Fasos : ±Rp. 500 juta/unit : Rp. 1,1 Triliyun : Masyarakat 40%  2400 unit  3 unit per KK (1,5 M) Investor 60%  3600 unit  1,8 Triliyun Konversi HAT ke strata unit Pilihan Peserta KT: 1. Sebagai peserta di unit KTV 2. Sebagai peserta dengan menambah biaya untuk memperoleh unit 3. Tidak bersedia ikut dan mengalihkan ke orang lain 2 3 5 1
  • 20. Rujukan 10/31/2021 19  Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Bappenas (2021). Strategi Penyediaan Lahan dalam Kawasan Kumuh Perkotaan. Diskusi internal Bappenas.  Ashari (2003). Tinjauan tentang Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah dan Dampaknya di Pulau Jawa. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 21 Nomor 2.  Isa. Iwan (tanpa tahun). Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Badan Pertanahan Nasional.  Mungkasa, Oswar (2018). Penataan Ruang dan Pertanahan. Pengantar. Materi Kuliah Magister Teknik Perencanaan Universitas Tarumanegara  Mungkasa, Oswar (2017). Penyediaan Tanah Bagi Perumahan Masayarakat Berpendapatan Rendah melalui Bank Tanah Berbasis Tata Ruang . Kasus DKI Jakarta. Diskusi Terbatas “Penyediaan Tanah bagi Perumahan MBR di Tangerang Selatan”. Diselenggarakan HUD Institute.