Desain Perkerasan Jalan Baru (Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku) Berdasarkan Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Juni 2017 (Bagian I: Struktur Perkerasan Baru).
3. Geometri Jalan
Fungsi dan Kelas Jalan : Kolektor, III B
Klasifikasi Medan : 80% datar, 20% bukit
Kecepatan Rencana (Vr) : 60 Km/Jam
Lebar Lajur (w) : 7 m (3,5 mx3,5 m)
Superelevasi
e normal : 2%
e maksimum : 10%
Perubahan Kecepatan (c) : 0,4 m/det³
Jarak Pandang Henti (Jh) : 75 m
Jarak Pandang Mendahului (Jd) : 200 m
Note:
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi. MST terberat 8 ton.
Lokasi:
Sangatta Utara, Kabupaten
Kutai Timur, Kalimantan
Timur, 75683
Lokasi Trace
(Sumber: TPGJAK, 1997 hal 4)
6. DATA TANAH CBR
(California Bearing Ratio)
Data CBR
No. Sta. CBR
1 0+000 6,29
2 0+150 6,21
3 0+300 6,24
4 0+450 6,25
5 0+600 7,47
6 0+750 7,58
7 0+900 7,67
8 1+050 9,24
9 1+200 9,4
10 1+350 7,81
Perhitungan Nilai Desain CBR berdasarkan Manual Desain
Perkerasan Jalan 2017:
Rata-Rata : 7,4160
Standar Deviasi : 1,2008
f : 1,282 (Jalan Kolektor), hal 6-8
CBR Karakteristik :
CBR Rata-Rata – f x Deviasi Standar: 5,8766%
Nilai Desain (CBR) :
CBR Karakteristik x 0,80 : 4,7012%
Jenis Tanah : Poor to Fair (Bowles, 1992)
Masa Transisi
Sumber: Tabel 6.1 MDPJ 2017
CBR
No.
Tingkatan
Umum
Kegunaan
0-3 Very Poor Subgrade
3-7 Poor to Fair Subgrade
7-20 Fair Subbase
20-50 Good
Base or
Subbase
>50 Excellent Base
(Sumber: Bowles, 1992)
Tabel Klasifikasi Tanah
Berdasarkan Harga CBR
7. Badan Pusat Statistika Kalimantan Timur, 2015
IKLIM
Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 (Lampiran
B)
8. RENCANA LHR
Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Pengaruh Pengalihan Lalu Lintas
Perhitungan ESA5
𝑹 =
1 + 0,01 𝑖 𝑈𝑅
− 1
0,01 𝑖
R (2021-2041) = 28,2797
R (2021-2061) = 84,5503
Cara perhitungan ESA5 (‘21-’41) dan (‘21-’61)
ESA5 (‘21-’41) dan (‘21-’61)= ∑LHRJK x VDFJK x 365 x DD x DL x R
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 4-7)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 4-2)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 4-3)
Faktor Distribusi
Arah (DD) = 0,50
Kecuali pada lokasi-
lokasi yang jumlah
kendaraan niaga
cenderung lebih tinggi
pada satu arah tertentu.
Menurut Peraturan Pemerintah, dimulai tahun
2020 perhitungan ESA menggunakan
variabel VDF normal. Untuk mencegah
terjadinya overload maka menggunakan
perhitungan ESA5.
9. Rencana LHR
Tabel Perhitungan ESA5 dengan VDF5 Normal (Umur Rencana 20 Tahun)
Cara perhitungan ESA5 (‘21-’41)
ESA5 (‘21-’41) = ∑LHRJK x VDFJK x 365 x DD x DL x R
ESA5 (‘21-’41) = [2] x [3] x 365 x 0,50 x 1 x R(2021-2041)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 4-5 dan 4-7)
Jenis
Kendaraan
Lintas Harian
Rata-Rata (2 arah)
2021
VDF5
normal
ESA5
(‘21-'41)
[1] [2] [3] [4]
Mobil penumpang
dan kendaraan
ringan lain
2085 - -
5B 34 1 175.475,43
6B 83 4,7 2.013.322,46
7A1 5 5,3 136.767,61
7A2 25 5,4 696.740,66
Jumlah ESA5 3.022.306,15
CESA5 ('21-'41) 3.022.306,15
𝑹 =
1 + 0,01 𝑖 𝑈𝑅
− 1
0,01 𝑖
R (2021-2041) = 28,2797
5B = Bus Besar
6B = Truk 2 Sumbu
7A1 = Truk 3 Sumbu Ringan
7A2 = Truk 3 Sumbu Berat
Catatan:
Disarankan survey data LHR dilakukan satu atau
dua tahun sebelum pembangunan jalan berlangsung.
10. Rencana LHR
Tabel Perhitungan ESA5 dengan VDF5 Normal (Umur Rencana 40 Tahun)
Cara perhitungan ESA5 (‘21-’61)
ESA5 (‘21-’61) = ∑LHRJK x VDFJK x 365 x DD x DL x R
ESA5 (‘21-’61) = [2] x [3] x 365 x 0,50 x 1 x R(2021-2061)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 4-5 dan 4-7)
𝑹 =
1 + 0,01 𝑖 𝑈𝑅
− 1
0,01 𝑖
Jenis
Kendaraan
Lintas Harian
Rata-Rata (2 arah)
2021
VDF5
normal
ESA5
('21-'61)
[1] [2] [3] [4]
Mobil penumpang
dan kendaraan
ringan lain
2085 - -
5B 34 1 524.634,47
6B 83 4,7 6.019.409,06
7A1 5 5,3 408.906,28
7A2 25 5,4 2.083.107,47
Jumlah ESA5 9.036.057,28
CESA5 ('21-'61) 9.036.057,28
R (2021-2061) = 84,5503
5B = Bus Besar
6B = Truk 2 Sumbu
7A1 = Truk 3 Sumbu Ringan
7A2 = Truk 3 Sumbu Berat
Catatan:
Disarankan survey data LHR dilakukan satu atau
dua tahun sebelum pembangunan jalan berlangsung.
13. Tipe
Perkerasan
Catatan:
Tingkat kesulitan:
1. - kontraktor kecil – medium;
2. - kontraktor besar dengan sumber daya
yang memadai;
3. - membutuhkan keahlian dan tenaga ahli
khusus – kontraktor spesialis Burtu / Burda.
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 3-1)
14. Bagan Desain 2 – Struktur Fondasi Perkerasan
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 6-12)
15. Bagan Desain 6
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 7-18)
Catatan:
1. Bagan desain - 6 digunakan untuk semua tanah
dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan Bagan
Desain – 2 tetap berlaku untuk tanah dasar yang
lebih lemah.
2. Disarankan untuk menggunakan LFA kelas A
sebagai lapis fondasi. Penggunaan LFA kelas B
sebagai lapis bawah fondasi berpotensi
mengalami segregasi, sedangkan dari perbedaan
harga kelas A dan kelas B tidak signifikan.
3. Stabilisasi satu lapis dengan tebal lebih dari 200
mm sampai dengan 300 mm diperbolehkan jika
disediakan peralatan stabilisasi yang memadai dan
pemadatan dilakukan dengan pad-foot roller
dengan berat statis minimum 18 ton.
4. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada
Bagan Desain - 5 atau 6 boleh dipasang dalam
satu lapisan dengan lapisan distabilisasi dalam
Bagan Desain - 2 sampai maksimum 300 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai
peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan
Burda atau pekerjaan Stabilisasi.
6. Dalam hal terdapat kendala untuk menerapkan
Bagan Desain - 5 atau 6 dapat digunakan
prosedur grafik Bagan Desain - 7 yang contoh
penggunaannya dapat dilihat pada LAMPIRAN E.
16. Cross Section Timbunan
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 =
(𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
𝑚
AC WC 5 cm
LFA Kelas A 30 cm
LFA Kelas A 20 cm
Tanah Distabilisasi 26 cm
17. Drainase Perkerasan
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 =
(𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
𝑚
Timbunan dengan lapis pondasi bawah menerus sampai bahu jalan (day-
lighting) (tidak terkena banjir)
Nilai m untuk desain = 1,0
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 5-3)
18. Cross Section Galian
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 =
(𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
𝑚
AC WC 5 cm
LFA Kelas A 30 cm
LFA Kelas A 20 cm
Tanah Distabilisasi 26 cm
19. Drainase Perkerasan
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 =
(𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
𝑚
Galian dengan drainase bawah permukaan yang ideal (outlet drainase bawah
permukaan selalu di atas muka air banjir)
Nilai m untuk desain = 1,0
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 5-3)
20. TEBAL PERKERASAN
AC WC (halus) : 50 mm
LFA Kelas A : 300 mm
LFA Kelas A : 200 mm
Tanah distabilisasi : 260 mm
Perbaikan Tanah Dasar : 200 mm
Bagan Desain 6 Drainase Perkerasan
AC WC (halus) : 50 mm
LFA Kelas A : 300 mm
LFA Kelas A : 200 mm
Tanah distabilisasi : 260 mm
Perbaikan Tanah Dasar : 200 mm
21. TEBAL PERKERASAN
AC WC
LFA Kelas A
LFA Kelas A
Tanah Distabilisasi
Perbaikan Tanah Dasar
(jika dibutuhkan) atau
Lapis Penopang (jika dibutuhkan)
50 mm
300 mm
200 mm
260 mm
200 mm
22. Daya Dukung Tepi Perkerasan
Struktur perkerasan memerlukan
daya dukung tepi yang cukup,
terutama bila terletak pada
tanah lunak atau tanah gambut.
Ketentuan daya dukung tepi
harus dinyatakan secara detil
dalam gambar-gambar kontrak
(drawings).
Ketentuan minimum adalah:
1. Setiap lapis pekerasan harus dipasang sampai lebar yang sama atau lebih dari nilai minimum yang
dinyatakan pada Gambar 8.1. Dukungan Tepi Perkerasan.
2. Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR < 2.5%) atau tanah gambut harus dipasang pada
kemiringan tidak lebih curam dari 1V : 3H.
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 8-2)
23. Kebutuhan Pelapisan (Sealing)
Bahu Jalan
CBR Tanah Dasar : 4%
Beban Gandar Kumulatif 20 Tahun : 3jt ESA
Beban Rencana Bahu Jalan (10% x 3jt ESA) :
10% x 3jt ESA = 300.000 ESA
Lapisan
Tebal
(mm)
AC WC 50
LFA A 300
LFA A 200
Tanah
distabilisasi
260
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal Lampiran E-2 dan Lampiran F)
Diperlukan
penutup
setebal 330
mm
Tebal total
perkerasan
lajur utama =
810 mm > 330
mm (tebal min
perlu
perkerasan
bahu jalan)
Struktur Perkerasan Lajur Utama
24. Kebutuhan Pelapisan (Sealing)
Bahu Jalan
Struktur Perkerasan Bahu Jalan
Lapisan Tebal (mm)
LFA Kelas S 50
LFA Kelas A 760
Fondasi
(Perbaikan Tanah Dasar)
200
LFA Kelas S
LFA Kelas A
Fondasi
(Perbaikan Tanah Dasar)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal Lampiran F)
27. Volume Kelompok Sumbu
Kendaraan Niaga
Tabel Perhitungan Volume Kelompok Sumbu Kendaraan
Niaga
Cara perhitungan Kelompok Sumbu Kendaraan
Niaga (‘21-’61)
Jumlah (‘21-’61) = ∑Kelompok Sumbu x ∑LHRJK x 365 x
DD x DL x R
Jumlah (‘21-’61) = [2] x [3] x 365 x 0,50 x 1 x R(2021-2061)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 Bab 4 dan
Lampiran D)
𝑹 =
1 + 0,01 𝑖 𝑈𝑅
− 1
0,01 𝑖
R (2021-2061) = 84,5503
Jenis
Kendaraan
Jumlah
Kelompok
Sumbu
Lintas Harian
Rata-Rata (2 arah)
2021
Jumlah
Kelompok
Sumbu
('21-'61)
[1] [2] [3] [4]
Mobil
penumpang
dan kendaraan
ringan lain
2 2085 64.344.875,12
5B 2 34 1.049.268,95
6B 2 83 2.561.450,66
7A1 3 5 231.456,39
7A2 3 25 1.157.281,93
Jumlah ('21-'61) 69.344.333,05
Catatan:
Disarankan survey data LHR dilakukan satu atau
dua tahun sebelum pembangunan jalan berlangsung.
28. Bagan Desain 2 – Struktur Fondasi Perkerasan
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 6-12)
29. Daya Dukung Efektif
Tanah Dasar
CBR Efektif Tanah Dasar hendaknya tidak kurang dari 6%.
Sehingga menggunakan stabilisasi tanah dasar (ketentuan 6.6.2)
Dipilih stabilisasi kapur atau semen maka nilai CBR dipilih dari tiga nilai yang didapatkan
berikut:
a) Daya dukung rendaman 4 hari dari material yang distabilisasi = 15% (hasil uji laboratorium)
b) Berdasarkan 4 kali nilai CBR tidak distabilisasi = 4 x 4% = 16%
c) CBRstabilisasi = CBRtanah asal x 2 (tebal lapis stabilisasi (mm))/150
CBRstabilisasi = 4 x 2 (300 mm)/150 = 16%
Dipilih CBR terkecil, sehingga CBR perencanaan menjadi 15%.
Dengan tanah dasar normal.
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 6-10)
Tanah dasar normal secara umum memiliki nilai CBR > 2,5%
Contoh
Perhitungan,
CBR Efektif
< 6%
30. Tipe
Perkerasan
Catatan:
Tingkat kesulitan:
1. - kontraktor kecil – medium;
2. - kontraktor besar dengan sumber daya
yang memadai;
3. - membutuhkan keahlian dan tenaga ahli
khusus – kontraktor spesialis Burtu / Burda.
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 3-1)
32. TEBAL PERKERASAN
Perkerasan Beton : 305 mm
Lapis Pondasi Beton Kurus (LMC) : 100 mm
Lapis Fondasi Kelas A : 150 mm
Perbaikan Tanah Dasar : 300 mm
Bagan Desain 4
Perbaikan Tanah Dasar
(jika dibutuhkan) atau
Lapis Penopang (jika dibutuhkan)
Perkerasan Beton
Lapis Drainase Agregat Kelas A
305 mm
150 mm
300 mm
Lapis Pondasi Beton Kurus (LMC)
100 mm
33. Kebutuhan Pelapisan (Sealing)
Bahu Jalan
Struktur Perkerasan Bahu Jalan
Lapisan Tebal (mm)
Perkerasan Beton 555
Fondasi
(Perbaikan Tanah Dasar)
300 Perkerasan Beton
Fondasi
(Perbaikan Tanah Dasar)
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal Lampiran F)
34. Detail Desain
Menggunakan jenis bahu jalan beton (tebal bahu jalan 500 mm)
Dibutuhkan sambungan dowel
Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)
Umur Rencana : 40 Tahun
CBR tanah dasar : 4%
CBR Efektif : 27% (Gambar 3)
Kuat tarik lentur (f’cf) umur 28 hari : 4,0 Mpa (f’c = 305 kg/cm² , silinder)
Bahan pondasi bawah : Stabilisasi
Koef. Gesek pelat beton dg pondasi (μ) : 1,3
Bahu jalan : Beton
Tie Bar : Baja ulir D16mm, Panjang 70 cm, jarak 75 cm
Ruji (dowel) : ϕ 28 mm, Panjang 45 cm, Jarak 30 cm
Tebal pelat : 30,5 mm
Lebar pelat : 2 x 3,5 mm
Panjang Pelat : 5,0 m
(Sumber: Pd T-14-2003)
35. Daya Dukung Tepi Perkerasan
Ketentuan minimum adalah:
1. Setiap lapis pekerasan harus dipasang sampai lebar yang sama atau lebih dari nilai minimum yang
dinyatakan pada Gambar 8.1. Dukungan Tepi Perkerasan.
2. Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR < 2.5%) atau tanah gambut harus dipasang pada
kemiringan tidak lebih curam dari 1V : 3H.
(Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan, 2017 hal 8-2)
Jenis Tanah : Lempung Kepasiran
PI : 22%
Nilai CBR : 4,7%
Maka ditentukan perkerasan
menggunakan kemiringan 1V : 3H
36. —KESIMPULAN
Perkerasan Kaku dipilih sebagai desain perkerasan jalan di Sangatta Utara, Kutai Timur, Kalimantan
Timur. Dikarenakan kondisi lingkungan jalan tersebut sebagai akses pendistribusian kelapa sawit
sehingga banyak dilewati kendaraan besar. Perkerasan kaku pada fungsi jalan kolektor kelas III B
dengan tanah dasar CBR 4,7% dan tidak memungkinkannya terjadi overload, relatif lama terjadinya
loading of time kendaraan besar. Sehingga, aman digunakannya perkerasan kaku dengan analisa RAB
pembuataan awal jalan lebih mahal daripada perkerasan lentur, namun hanya memerlukan
pemeliharaan rutin yang ringan (sealing joint) pada perkerasan kaku.
PERKERASAN LENTUR
PERKERASAN KAKU
Pelaksana:
Kontraktor Kecil - Medium
Pelaksana:
Kontraktor besar dengan sumber daya
yang memadai
Tebal total perkerasan: 810 mm
Tebal total perkerasan: 555 mm
Beton Bersambung Tanpa Tulangan
Lokasi:
Sangatta
Utara,
Kabupaten
Kutai Timur,
Kalimantan
Timur
Fungsi
Jalan:
Kolektor
Kelas Jalan:
III B
CBR Tanah
Dasar:
4,7%
ESA5 (‘21-’41) = 3.022.306,15
ESA5 (‘21-’61) = 9.036.057,28
Jumlah Kelompok Sumbu = 69.344.333,05
37. —KESIMPULAN
Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Juni 2017 dapat dijadikan acuan sebagai desain perkerasan
jalan baru (bagian 1) dan rehabilitasi perkerasan (bagian 2) untuk pengguna baru. Namun,
dibutuhkannya literasi lebih untuk lebih memahami penggunaan Manual Desain Perkerasan Jalan
Revisi Juni 2017 ini dan diharapkan dapat memberikan lebih banyak contoh variasi perhitungan.
Prosedur pekerjaan desain belum tersusun secara urut dan terperinci, sehingga mempersulit dalam
penggunaannya. Sulitnya mendapatkan data-data pendukung untuk desain perkerasan jalan karena
kurang terdokumentasikannya secara baik, maka didapatkannya data tidak valid. Untuk memenuhi
standar pemerataan konstruksi jalan di Indonesia maka diterbitkannya Manual Desain Perkerasan
Jalan sebagai acuan dengan pendekatan metode empiris menjadi metode mekanistik sesuai dengan
tipikal di Indonesia walaupun belum tentu sama pada setiap kondisi atau tempat di seluruh Indonesia.
Panduan menggunakan Manual Desain Perkerasan Jalan lebih aman karena sudah memperhitungkan
analisa fatigue dan erosi.
Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Juni 2017
Pd T-14-2003
Manual
Desain
Perkerasan
Jalan
Pd T-14-
2003
Pd T-14-2003 dapat mendesasin sesuai kondisi lingkungan setempat. Sehingga akan mendapatkan
hasil desain lebih relevan dengan keadaan jalan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Bapak Ary
Setyawan (Dosen Pengampu Perkerasan Jalan Raya) menyatakan,
“Melakukan perhitungan dengan menggunakan Pd T-14-2003 akan mendapatkan hasil desain lebih
tipis untuk perkerasan kaku, sehingga dapat meminimalisir RAB.”
Prosedur pekerjaan desain sudah tersusun rapih, urut dan terperinci secara jelas pada Pd T-14-2003
dibandingkan prosedur desain pada Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Juni 2017. Namun, belum
melampirkan perhitungan sistem drainase jalan pada Pd T-14-2003.