Pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie dan Gus Dur terjadi berbagai perubahan politik dan ekonomi penting. Habibie membebaskan ekspresi publik dan partai politik baru, serta mereformasi ekonomi dengan merekapitulasi perbankan. Gus Dur merestrukturisasi pemerintahan dan menaikkan gaji PNS. Namun keduanya akhirnya digulingkan, Habibie karena isu Timor Timur dan Gus Dur melalui Sidang Istimewa MPR pada 2001.
2. 1. Membuat analisis berbagai kebijakan politik dan
ekonomi pemerintahan B.J Habibie dan Kronologi
Jatuhnya
2. Memaparkan Secara lisan berbagai kebijakan
politik dan ekonomi pemerintahan Gusdur dan
kronologi jatuhnya
3. Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan
aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai
politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri
Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk
penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan
Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi
hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan
tahun 1994)
Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh
independen
4. Membentuk tiga undang-undang yang demokratis
yaitu :
1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
2. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
3. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan
yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi
Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan
melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset
Negara
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di
bawah Rp. 10.000,00
5. Membentuk lembaga pemantau dan
penyelesaian masalah utang luar negeri
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang
disyaratkan IMF
Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Sehat
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
6. 1. Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik
Indonesia yang ketiga B.J. Habibie membentuk
kabinet baru yang dinamakan Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri
atas 16 orang menteri, dan para menteri itu
diambil dari unsur-unsur militer
(ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
2. Kebebasan Menyampaikan Pendapat
Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas
mengemukakan pendapatnya di muka umum.
Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa
saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik
dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk
rasa atau demontrasi.
7. Namun khusus demontrasi, setiap organisasi atau
lembaga yang ingin melakukan demontrasi hendaknya
mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan menentukan
tempat untuk melakukan demontrasi tersebut. Hal ini
dilakukan karena pihak kepolisian mengacu kepada UU
No.28 tahun 1997 tentang Kepolisian Republik
Indonesia.
3.Masalah Dwifungsi ABRI
Menanggapi munculnya gugatan terhadap peran
dwifungsi ABRI menyusul turunnya Soeharto dari
kursi kepresidenan, ABRI melakukan langkah-langkah
pembaharuan dalam perannya di bidang sosial-politik.
8. Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di
Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi secara bertahap
yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang. Langkah lain
yang di tempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat
angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta
Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri
memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti
nama menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun
berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
4.Reformasi Bidang Hukum
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie
dilakukan reformasi di bidang hukum Reformasi
hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang
berkembang dimasyarakat.
9. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie
untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan
baik dari berbagai kalangan masyarakat, karena
reformasi hukum yang dilakukannya mengarah
kepada tatanan hukum yang ditambakan oleh
masyarakat.
5.Sidang Istimewa MPR
alam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, telah dua
kali lembaga tertinggi Negara melaksanakan Sidang
Istimewa, yaitu pada tahun 1967 digelar Sidang
Istimewa MPRS yang kemudian memberhentikan
Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto menjadi
Presiden Rebuplik Indonesia.
10. Kemudian Sidang Istimewa yang dilaksanakan antara
tanggal 10 – 13 Nopember 1998 diharapkan MPR benar-
benar menyurahkan aspirasi masyarakat dengan
perdebatan yang lebih segar, lebih terbuka dan dapat
menampung, aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat.
Hasil dari Sidang Istimewa MPR itu memutuskan 12
Ketetapan.
6.Pemilihan Umum Tahun 1999
Pemilihan Umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi
sangat penting, karena pemilihan umum tersebut
diharapkan dapat memulihkan keadaan Indonesia yang
sedang dilanda multikrisis. Pemilihan umum tahun 1999
juga merupakan ajang pesta rakyat Indonesia dalam
menunjukkan kehidupan berdemokrasi.
11. Maka sifat dari pemilihan umum itu adalah
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Presiden Habibie kemudian menetapkan tanggal 7
Juni 1999 sebagai waktu pelaksanaan pemiliahan
umum tersebut.
12. Merekapitulasi perbankan
Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
Manaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat hingga di bawah Rp.10.000,-
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang
diisyaratkan oleh IMF.
13. 27 Januari 1999
Pemerintah mengumumkan kebijakan baru
mengenai penyelesaian masalahTimor Timur secara
adil, damai, bermartabat, dan konstitusional
5 Mei 1999
Dilangsungkan penandatanganan kesepakatan
penentuan pendapat diTimor Timur antara Menlu
RI Ali Alatas, Menlu Portugal Jaime Gama
disaksikan SekjenPBB Kofi Annan di New York
14. 1 Juni 1999
Pemerintah membentuk Satuan Tugas Pelaksanaan
Penentuan Pendapat di Timor Timur (Satgas P3TT)
yang memulai tugasnya pada tanggal dipimpin Duta
Besar AgusTarmidzi, guna menindaklanjuti isi
persetujuan New York
3 Juni 1999
UNAMET (United Nations Assistance Mission in
East Timor ), yakni sebuah badan PBB untuk Timor
Timur dipimpin oleh Ian Martin secara resmi didirikan
di Dili untuk mengawasi dan menyelenggarakan
penentuan pendapat
15. 30 Agustus 1999
Pelaksanaan penentuan pendapat di Timor Timur
dengan difasilitasi oleh PBB. Namun, dalam jajak
pendapat mengenai status Timor Timur tersebut
diperoleh hasilmayoritas rakyat Timor Timur
menginginkan lepas atau merdeka dari Negara
KesatuanRepublik Indonesia (NKRI)
31 Agustus 1999
Terjadi Kerusuhan di Timor-timur. Kerusuhan
tersebut dipicu oleh ketidakpuasan
kelompok prointegrasi atas kekalahannya dalam
jajak pendapat. Dalam kerusuhan tersebut terjadi
perusakan, pembakaran, penembakan, dan
pembunuhan di seluruh Timor Timur
16. 4 September 1999
Berdasarkan hasil penentuan pendapat yang
diumumkan, 78,5 persen rakyat Timor Timur memilih
merdeka dari Indonesia. Hasil jajak pendapat
tersebutmemang mengejutkan banyak pihak di
Indonesia, yang sebelumnya memperkirakan
hasilnyaakan dimenangkan oleh kelompok
prointegrasi
9 September 1999
Pemerintah segera menerapkan sistem darurat militer
di Tim-Tim
17. 12 September 1999
Presiden Habibie menyetujui masuknya PasukanPemelihara
Perdamaian PBB Interfet ( Internatonal Force for East
Timor ) guna bersama-samadengan TNI melakukan kerja
sama keamanan di Timor Timur.Berdasarkan hasil penentuan
pendapat rakyat Timor Timur
25 Oktober 1999
pemerintah secara resmi menyerahkan Timor Timur
kepadaPBB dan sejak tanggal 30 Oktober 1999 Timor
Timur secara resmi telah terpisah dariIndonesia. Kasus
inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan
latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie.
Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum
1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah
laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR. Dan
akhirnya B.J. Habibie mengundurkan diri dari bursa calon
presiden, dan digantikan oleh Abdurahman Wahid
berdasarkan Pemilu 1999
18. Pada tahun 2000, Gus Dur melakukan kebijakannya
untuk mengganti nama Provinsi Irian Jayamenjadi
Provinsi Papua dan menyebut orang Irian sebagai orang
Papua
Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti
menghapus departemen yang dianggapnyatidak efesien
Menaikan Gaji Pegawai Negeri hingga 27%
ada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan Tahun Baru
Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.
Sewaktu Gus Dur menjabat presiden, lingkungan istana
boleh dikunjungi seluruhrakyat.
19. Kronologi Jatuhnya Gusdur
27 Januari 2001
Gus Dur menyatakan kemungkinan
Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia
lalu mengusulkan pembubaran DPR jika
hal tersebut terjadi. Pertemuan
tersebut menambah gerakan anti-Wahid.
Pada pertemuan dengan rektor-rektor
universitas
20. 1 Februari 2001
DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap
Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang
Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat
dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam
menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan
protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU
melakukan protes di sekitar kantor regional
Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun
menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur
membantah dan pergi untuk berbicara dengan
demonstran di Pasuruan. Namun, demonstran NU
terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus
Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa
mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur
sebagai presiden hingga mati.
21. 30 April 2001
Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan
meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1
Agustus
1 Juli 2001
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri
Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko
Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk
menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak
dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya
beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle
kabinet
22. 20 Juli 2001
Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa
MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI
menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga
menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana
Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus
Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret
yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2)
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat
dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu
tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai
bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa
MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh
dukungan
23. 23 Juli 2001
MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan
menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia
adalah presiden dan tetap tinggal di Istana
Negara selama beberapa hari, namun akhirnya
pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat
karena masalah kesehatan