Dokumen tersebut membahas tentang ejaan bahasa Indonesia, bentuk-bentuk surat, dan bahasa yang baik dalam penulisan surat dinas. Dibahas pula contoh surat undangan dinas dan pemilihan kata yang baku dalam penulisan dokumen resmi.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
Kel-6 Bahasa Indonesia.pptx
1. Ejaan & Bahasa Surat
Nama Anggota :
Octa Azzahra (2173201110058)
Putri Nurhaliza (2173201110059)
Reska Maulidya Warapsari (2173201110060)
Riski Amalia (2173201110061)
2. Ejaan Bahasa Indonesia
Perlu kita ketahui bahwa perkembangan terkini ejaan di Indonesia
menunjukkan bahwa sejak 30 November 2015, Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dinyatakan sudah tidak berlaku
lagi. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015, pedoman ejaan
yang dipakai secara resmi dan dijadikan pedoman dalam penulisan
adalah Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
3. Namun demikian, beberapa contoh penggunaan yang dibahas di dalam Pedoman EBI tetap akan disajikan,
terutama pada bagian-bagian yang memerlukan contoh penerapan.
1. Pemakaian Huruf
Huruf Abjad (cukup jelas)
Huruf Vokal
(cukup jelas)
Huruf Konsonan
(cukup jelas)
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai,
au, ei, dan oi.
6. Huruf Kapital
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Wakil Presiden Jusuf
Kalla; Sekretaris Jenderal Kementerian Agama; Gubernur Sulawesi Selatan
2) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Contoh: Ayah
berteriak, “Tutup pintu itu!”
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh: Amerika
Utara; Gunung Merapi; Selat Sunda; Terusan Suez, Kecamatan Pasar Rebo; Gang
Kelinci
7. Huruf Miring
1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contoh: Kami sudah membaca novel Layar Terkembang karangan Sultan
Takdir Alisjahbana; Berita heboh itu muncul dalam koran Republika.
2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Contoh: Huruf terakhir
kata abad adalah d; Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan alat
komunikasi.
3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah
Garcinia mangostana; Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian
wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
8. h. Huruf Tebal
1) Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Contoh: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2) Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab. Contoh:
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang
1.1.2 Masalah
9. Bentuk-bentuk Surat
Yang dimaksud dengan bentuk atau style surat ialah susunan letak bagian –
bagian surat (lay-out). Cara penempatan bagian – bagian surat rupanya
instansi atau departemen-departemen yang ada di Indonesia mempunyai
kebiasaan atau selera sendiri-sendiri. Sampai saat ini, bentuk surat
dimaksud paling sedikitnya dapat dibesakan menjadi empat: bentuk resmi
(official style), bentuk lurus (blok style), bentuk setengah lurus (semi block
style), dan bentuk lekuk (indented style). Contoh masing- masing bentuk
surat ini dapat dilihat berikut ini.
11. Keterangan
1. = kepala surat
2. = alamat pengirim dan
tanggal pengiriman
3. = nomor surat
4. = lampiran (kalau ada)
5. = hal atau prihal
6. = alamat surat
7. = bagian isi surat
8. = nama pengirim
9. = tembusan atau tindasan
15. Bahasa Surat Dinas
Penggunaan bahasa Indonesia yang dimaksudkan tentu bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Pengertian bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang
komunikatif; sedangkan, bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia
yang memenuhi aturan-aturan atau kaidah.
Aturan-aturan yang bersifat umum, yang terdapat dalam bahasa Indonesia
hendaknya diperhatikan dalam pembuatan surat-surat dinas. Jika tidak demikian,
pengertian bahasa Indonesia yang baik dalam surat dinas sulit dapat dicapai.
Aturan-aturan yang perlu diperhatikan menyangkut: cara penulisan, pemilihan
dan pembentukan kata, dan cara penyusunan kalimat.
16. Bahasa surat akan dikatakan baik bila memenuhi kriteria berikut ini :
Menyangkut ejaan
1. Penulisan atau pengetikan hendaknya rapi dan jelas dibaca.
2. Warna tulisan atau pengetikan sebaiknya menggunakan warna hitam.
Menyangkut kata
1. Tidak boleh menggunakan kata-kata yang tabu.
2. Pilihan kata-kata yang bermakna umum.
3. Hindari penggunaan kata-kata silang.
4. Jangan menggunakan kata-kata usang.
5. Hindari penggunaan kata-kata artifisial.
17. Menyangkut kalimat
1. Gunakan kalimat yang bermakna lugas.
2. Buatlah kalimat yang bervariasi, baik menyangkut variasi susun kalimat, pola
kalimat, maupun variasi panjang –pendek kalimat.
Faktor lain yang baik dalam surat dinas adalah dengan menggantikan bentuk-
bentuk surat yang ada. Komposisi bagian surat: kepala surat, nomor surat,
tanggal surat,
lampiran, hal atau prihal, alamat surat salam pembuka, isi surat, salam penutup,
tandatangan pengirim, inisial, tembusan, catatan, hendaknya ditulis pada
komposisi yang benar. Dengan memperhatikan beberapa persyaratan di atas
maka penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dalam surat-surat dinas akan
lebih mungkin dapat dicapai
19. Pada contoh surat di atas yang hanya memuat komposisi. Di dalamnya berisi
lingkaran-lingkaran yang bernomor. Lingkaran-lingkaran yang bernomor itulah
biasanya menimbulakan masalah. Lingkaran pertama yang merupakan alamat surat
pada
umumnya ditulis, “Yth. : ............................”
Penggunaan titik dua (: ) dalam hal ini diberi lingkaran karena hal itu salah.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempuranakan tidak ada memuat aturan bahwa
setelah
Yth. itu berisi titik dua ( : ) (periksa pedoman EYD).
Begitu juga tentang lingkaran nomor dua. Setelah akhir salam pembuka, yang
biasanya ditulis dengan, “Dengan hormat” atau yang sejenisnya dianggap sebagai
kalimat yang sudah selesai, dan bukan merupakan judul. Karenanya setelah salam
pembuka akan tepat bila dibubuhi tanda titik (.).
20. Pada lingkaran tiga biasanya diakhiri dengan kata pada dan selanjutnya diikuti
dengan perincian, “Hari, tanggal: .............................”, “Pukul : ................................. “,
dan “Tempat : ..................................”. Letak permasalahannya adalah pada penulisan
titik dua (:). Dalam buku pedoman EYD tidak ada menyajikan aturan bahwa setelah
titik
dua ditulis dengan huruf besar, terkecuali perincian itu menyangkut nama, gelar, dll.-
nya. Untuk menghindari kesalahan ini barangkali akan lebih baik setelah kata pada
itu
dilanjutkan dengan beberapa patah kata lagi sehinggga kalimatnya selesai. Dengan
cara
ini maka penulisan perincian selanjutnya bisa diawali dengan huruf besar, karena
perincian itu dianggap kalimat-kalimat baru. Penambahan kata yang dimaksudkan
misalnya pada
ketentuan di bawah ini.
21. Pemilihan Kata dan Pembentukannya
Baku Tidak Baku
acak random
alih tengas tour of duty
baku standar
cakupan scope
dwi pihak bilateral
subjek subyek
kanjang stamina
kesenjangan gap
nisbah ratio
penyejuk udara air conditioner
tumpang tindih overlap
apotek apotik
analisis analisa
manajeman managemen
konduite kondite
22. Daftar Pustaka
• Tim Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia. (2018). Ujian Dinas
Tingkat 1 Bahasa Indonesia.