SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
PENDALAMAN MATERI
(Lembar Kerja Resume Modul)
A. Judul Modul : Ithiasa
B. Kegiatan Belajar : Pengertian, Sejarah, Ruang dan Kedudukan (KB 1)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1
Konsep (Beberapa istilah
dan definisi) di KB
1. Pengertian Itihasa
Kata “Itihasa” terdiri atas 3 bagian, yaitu : iti + ha + asa. “iti”
dan “ha” adalah kata tambahan “indiclinable” di dalam
bahasa Inggris. “Asa” adalah kata kerja “verb” di dalam
bahasa Inggris. Arti kata Itihasa adalah : “ini sudah terjadi
begitu” (it happened so). Dahulu kala, beberapa juru cerita
tua, biasanya mengisahkan cerita-cerita tentang raja-raja
dan lain-lain kepada anak-anaknya. Setelah cerita berakhir
mereka biasanya berkata kepada pendengarnya : “awas
anak anak, cerita ini memang sudah terjadi begini” (iti =
begini, ha = tentu, asa = sudah terjadi). Jadi Itihasa
Sesungguhnya kejadian itu begitulah Nyatanya. Isi kitab
Itihasa adalah menceritakan cerita kepahlawanan para
Raja dan ksatria Hindu pada masa lampau. Karena Itihasa
berisi cerita kepahlawanan, maka kitab Itihasa disebut juga
Wiracarita atau epos, ceritera kepahlawanan.
Uraian tentang itihasa terdapat juga dalam kitab Amarakosa
(1.6.5) dengan kata lain akhyayika yang mempunyai makna
sama dengan itihasa (sejarah) atau cerita yang benar-benar
terjadi. Selanjutnya dijelaskan pada 1.4.4 kata itihasa
diterjemahkan dengan “ puravrtta” , ( in the truth it was
signifies) yang menunjukkan sesuatu hal telah terjadi
dimasa silam. Dalam literature Sansekerta itihasa diberi arti
sederhana “ mite, legenda” atau cerita ( askhyana,
ashyayika, katha dan sejenisnya, selanjutnya dalam
susastra sansekerta dijelaskan bahwa sesuatu iti dipercaya
benar-benar ada. Itihasa disebut juga wiracarita atau cerita
tentang kepahlawanan. Ada dua itihasa yang sangat
terkenal di seluruh dunia, yaitu Ramayana dan Mahabrata.
2. Sejarah Itihasa di Indonesia
Di Indonesia, agama Hindu konon mulai merambah pada
abad ke-4, ketika itihasa populer di India dan
Itihasa/Wiracarita juga diterjemahkan ke india.
dalam bahasa Jawa Kuna seperti kekawin yang dikarang
pada abad ke 8 di Jawa Tengah hingga saat ini
itihasa/wiracrita masih terus dibaca dan dilestarikan,
khususnya di Pulau Jawa dan Bali, hal ini terlihat ketika
seseorang meninggal dunia, teman-temannya duduk
mengelilingi jenazah sambil membacakan cerita-cerita
dalam itihasa Seperti halnya pada masyarakat Hindu Bali,
setiap kali ada pemakaman, sering dilakukan pembacaan
karya sastra yang selalu dilakukan dalam bahasa Jawa
Kuno, dengan harapan pembacaan sebagai “phalaskola”
dapat memberikan manfaat bagi jiwa orang yang
meninggal, keluarga dan Komunitas. Itihasa tidak hanya
menjelaskan berbagai aspek kepahlawanan tetapi juga
menjelaskan pengetahuan tentang berbagai inkarnasi dan
wujud Tuhan yang murni spiritual.
3. Klasifikasi Itihasa
Itihasa atau Wiracarita merupakan karya sastra yang juga
mengharumkan nama bangsa Arya dalam sejarah budaya.
Ramayana dan Mahabharata sering disamakan dengan
cerita serupa yang terkenal di dunia Barat, yaitu Lias et
Odyssey (Iliad dan Odyssey) yang ditulis oleh Homer
(Brouwer 1984: 216; Puja 1985: 95). Ramayana
Sansekerta karya Adikavi Rsi Vamiki terdiri dari 24.000 bait,
ukurannya sebanding dengan Lias dan Odyssea.
Ramayana dikenal juga dengan nama lain Caturvimsati
sahasri-samhita karena jumlah sloka (syair) sebanyak
24.000, sedangkan Mahabharata, Vedavyasa atau Krsna
Dvaipayana dari Maha Rsi Vyasa terdiri dari 100.000 bait.
Dengan demikian, bisa dikatakan magnitudo Mahabharata
sekitar empat kali lebih besar dibandingkan Ramayana atau
Lias dan Odyssea.
1) Ramayana
Ramayana terdiri atas 24.000 bait (sloka) yang
terbagi dalam 7 jilid yang disebut kanda. Puisi
pengarang kadang- kadang disebut puisi, akhyana,
gita atau samhita, seperti yang mungkin dikenal
dalam Balakanda, Yuddhakanda atau
Ayodhyakanda (Pudja 1985: 93). Ramayana terbagi
menjadi tujuh kandas (Sapta Kanda), 659 sargah
dan 23.864 skola. .Tujuh kanda tersebut adalah :
Balakanda, ayodhyakanda, aranyakakanda,
kiskendakanada, sundarakanda dan yudhakanda.
Ramayana ditulis oleh Maha Rsi Valmiki dalam
bahasa Sansekerta, sedangkan di Indonesia
Ramayana ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, penulis
karya ini tidak diketahui secara pasti, namun di akhir
karya ini disebutkan bahwa Yogiswara adalah
editornya. komposer.
2) Mahabharata
Mahabrata dikenal dengan kitab agung itihasa, kata
Maha berarti agung atau agung, dan kata Bharata
berarti raja-raja dinasti Bharata. Oleh karena itu
Mahabharat berarti kisah agung keluarga Bharata.
Maha Rsi Vyasa awalnya menulis kitab ini dengan
nama “Jaya Samhita” yang dilanjutkan oleh
Vaisampayana dan Suta Ugrasrawa. (Said 1980:
46)
a) Ceritra – ceritra yang diambil dari syair
pahlawan zaman purbakala dan syair – syair
dinyanyikan oleh para Sut.
b) Ceritra – ceritra dan mythe dari kaum
brahmana.
c) Ceritra bintang yang mengandung
persamaan dan pelajaran
d) Uraian-uraian yang mengandung pelajaran
dan kebijaksanaan
Mahabrata dikenal dengan kitab agung itihasa,
kata Maha berarti agung atau agung, dan kata
Bharata berarti raja-raja dinasti Bharata. Oleh
karena itu Mahabharat berarti kisah agung
keluarga Bharata. Maha Rsi Vyasa awalnya
menulis kitab ini dengan nama “Jaya Samhita”
yang dilanjutkan oleh Vaisampayana dan Suta
Ugrasrawa.
4. Kedudukan Itihasa dalam Susastra Hindu
1) Kedudukan Itihasa dalam Weda
Kitab suci agama Hindu disebut Weda.
Berdasarkan pengelompokan isi dan
kegunaannya, Weda dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
Kelompok Sruti dan Kelompok Smrti, kedua
kitab ini merupakan kitab yang tidak dapat
diragukan lagi kebenarannya. Smṛti dan sruti
telah dinyatakan sebagai sumber dharma,
harus diterima sebagai Weda dan kesadaran
untuk membentuk dharma. Keduanya
hendaknya dijadikan pramāna dalam
merumuskan dharma, artinya keduanya
hendaknya digunakan untuk menentukan
apakah suatu perbuatan selaras dengan
dharma atau tidak.
Smṛti sebagai hukum Hindu artinya disamakan
dengan dharmaśāstra karena di dalamnya
banyak memuat aturan-aturan pokok yang
mempunyai fungsi mengatur dan menegakkan
dharma, yang tentunya menjadi landasan dan
pedoman bagi masyarakat. sasaran.
kehidupan, khususnya purusārtha. Dalam buku
Sarasamuccaya kita juga menemukan
informasi yang menunjukkan hal ini.
Dalam mempelajari kitab Weda harus
mengetahui itihasa dengan baik, konon kitab
Weda akan menakuti orang yang ilmunya
sedikit.
Chandogia Upanisad, salah satu kitab Sruti,
dengan tegas menegaskan bahwa kedudukan
Itihasa dan Purana adalah Weda kelima (itihasa
puranam pancamamVedanamVedam).
Dari uraian di atas terlihat bahwa Itihasa atau
epos sebenarnya merupakan bagian dari
Weda, khususnya Veda Smrti. Jadi kita juga
bisa mengatakan itu
Wiracarita merupakan pelengkap Weda Sruti
dan Wiracarita memuat isi Sruti dalam bentuk
yang lebih sederhana agar lebih mudah
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan
nyata. Karena kitab Itihasa ditempatkan di
bawah Weda sejajar dengan kitab smrti
(Dharmasastra), maka jelas kitab Itihasa
berasal dari Weda dan mempunyai pengaruh
timbal balik. Misalnya dalam kitab Agni Purana
kita menemukan ringkasan Ramayana,
Harivamsa dan Mahabharata IV. Itu pengaruh
dari buku Itihasa (Mishra 1965 dalam Titib
2011: 39)
2
Daftar materi pada KB
yang sulit dipahami
Materi pada KB yang sulit dipahami kitab Itihasa mendapat
aliran dari kitab suci Veda dan saling pengaruh
mempengaruhisatu dengan yang lainnya sebagai contoh dalam
kitab Agni Purana kita jumpai ringkasan cerita Ramayana,
Harivamsa, dan Mahabrata IV. Hal itu pengaruh dari kitab
Itihasa
3
Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran
Mtaeri yang sering mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran Pengelompokan Weda Seruti.
LK- RESUME PENDALAMAN MATERI modul 9 kb 1.pdf

More Related Content

Similar to LK- RESUME PENDALAMAN MATERI modul 9 kb 1.pdf

Mahabharata Bahasa Indonesia
Mahabharata Bahasa IndonesiaMahabharata Bahasa Indonesia
Mahabharata Bahasa IndonesiaAditya Hanif
 
Agama-Hindu-Petemuan-4.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-4.pptAgama-Hindu-Petemuan-4.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-4.pptMiswanto5
 
Akulturasi sastra dan aksara hindu budha
Akulturasi sastra dan aksara hindu budhaAkulturasi sastra dan aksara hindu budha
Akulturasi sastra dan aksara hindu budhaPurwo Larndezz
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama HinduStudent
 
3. sastra pada masa hindu budha dan islam
3. sastra pada masa hindu budha dan islam3. sastra pada masa hindu budha dan islam
3. sastra pada masa hindu budha dan islamWildan Insan Fauzi
 
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...AmbonPati
 
Agama-Hindu-Petemuan-2.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-2.pptAgama-Hindu-Petemuan-2.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-2.pptnabilsaliminu
 
Bab 4 Tamadun India
Bab 4 Tamadun IndiaBab 4 Tamadun India
Bab 4 Tamadun IndiaCherylMak4
 
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"Istna Zakia Iriana
 
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hinduPeran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hinduWayan Permadi
 
Seni Rupa Zaman Hindu Buddha
Seni Rupa Zaman Hindu BuddhaSeni Rupa Zaman Hindu Buddha
Seni Rupa Zaman Hindu BuddhaRafly Safadanu
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3Mira Sandrana
 
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatsastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatAjengIlla
 

Similar to LK- RESUME PENDALAMAN MATERI modul 9 kb 1.pdf (20)

Mahabharata Bahasa Indonesia
Mahabharata Bahasa IndonesiaMahabharata Bahasa Indonesia
Mahabharata Bahasa Indonesia
 
Agama-Hindu-Petemuan-4.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-4.pptAgama-Hindu-Petemuan-4.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-4.ppt
 
Mitologi hindu
Mitologi hinduMitologi hindu
Mitologi hindu
 
Akulturasi sastra dan aksara hindu budha
Akulturasi sastra dan aksara hindu budhaAkulturasi sastra dan aksara hindu budha
Akulturasi sastra dan aksara hindu budha
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hindu
 
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha
Dialog Antar Umat Beragama-BuddhaDialog Antar Umat Beragama-Buddha
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha
 
3. sastra pada masa hindu budha dan islam
3. sastra pada masa hindu budha dan islam3. sastra pada masa hindu budha dan islam
3. sastra pada masa hindu budha dan islam
 
Agama majapahit
Agama majapahitAgama majapahit
Agama majapahit
 
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...
Kisah Mahabharata memang tak lepas dari sejarah keberadaan Pandawa Lima dan K...
 
Agama-Hindu-Petemuan-2.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-2.pptAgama-Hindu-Petemuan-2.ppt
Agama-Hindu-Petemuan-2.ppt
 
Bab 4 Tamadun India
Bab 4 Tamadun IndiaBab 4 Tamadun India
Bab 4 Tamadun India
 
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"
Modul 5 Hindu KB 3 "Mahabharta"
 
Weda 3. kegiatan belajar 3 ok
Weda 3. kegiatan belajar 3 okWeda 3. kegiatan belajar 3 ok
Weda 3. kegiatan belajar 3 ok
 
Bram
BramBram
Bram
 
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hinduPeran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
 
Seni Rupa Zaman Hindu Buddha
Seni Rupa Zaman Hindu BuddhaSeni Rupa Zaman Hindu Buddha
Seni Rupa Zaman Hindu Buddha
 
Modul 5 Hindu KB 4
Modul 5 Hindu KB 4 Modul 5 Hindu KB 4
Modul 5 Hindu KB 4
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
 
Mahabharata
MahabharataMahabharata
Mahabharata
 
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatsastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
 

LK- RESUME PENDALAMAN MATERI modul 9 kb 1.pdf

  • 1. PENDALAMAN MATERI (Lembar Kerja Resume Modul) A. Judul Modul : Ithiasa B. Kegiatan Belajar : Pengertian, Sejarah, Ruang dan Kedudukan (KB 1) C. Refleksi NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN 1 Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di KB 1. Pengertian Itihasa Kata “Itihasa” terdiri atas 3 bagian, yaitu : iti + ha + asa. “iti” dan “ha” adalah kata tambahan “indiclinable” di dalam bahasa Inggris. “Asa” adalah kata kerja “verb” di dalam bahasa Inggris. Arti kata Itihasa adalah : “ini sudah terjadi begitu” (it happened so). Dahulu kala, beberapa juru cerita tua, biasanya mengisahkan cerita-cerita tentang raja-raja dan lain-lain kepada anak-anaknya. Setelah cerita berakhir mereka biasanya berkata kepada pendengarnya : “awas anak anak, cerita ini memang sudah terjadi begini” (iti = begini, ha = tentu, asa = sudah terjadi). Jadi Itihasa Sesungguhnya kejadian itu begitulah Nyatanya. Isi kitab Itihasa adalah menceritakan cerita kepahlawanan para Raja dan ksatria Hindu pada masa lampau. Karena Itihasa berisi cerita kepahlawanan, maka kitab Itihasa disebut juga Wiracarita atau epos, ceritera kepahlawanan. Uraian tentang itihasa terdapat juga dalam kitab Amarakosa (1.6.5) dengan kata lain akhyayika yang mempunyai makna sama dengan itihasa (sejarah) atau cerita yang benar-benar terjadi. Selanjutnya dijelaskan pada 1.4.4 kata itihasa diterjemahkan dengan “ puravrtta” , ( in the truth it was signifies) yang menunjukkan sesuatu hal telah terjadi dimasa silam. Dalam literature Sansekerta itihasa diberi arti sederhana “ mite, legenda” atau cerita ( askhyana, ashyayika, katha dan sejenisnya, selanjutnya dalam susastra sansekerta dijelaskan bahwa sesuatu iti dipercaya benar-benar ada. Itihasa disebut juga wiracarita atau cerita tentang kepahlawanan. Ada dua itihasa yang sangat terkenal di seluruh dunia, yaitu Ramayana dan Mahabrata. 2. Sejarah Itihasa di Indonesia Di Indonesia, agama Hindu konon mulai merambah pada abad ke-4, ketika itihasa populer di India dan Itihasa/Wiracarita juga diterjemahkan ke india. dalam bahasa Jawa Kuna seperti kekawin yang dikarang pada abad ke 8 di Jawa Tengah hingga saat ini itihasa/wiracrita masih terus dibaca dan dilestarikan, khususnya di Pulau Jawa dan Bali, hal ini terlihat ketika seseorang meninggal dunia, teman-temannya duduk mengelilingi jenazah sambil membacakan cerita-cerita
  • 2. dalam itihasa Seperti halnya pada masyarakat Hindu Bali, setiap kali ada pemakaman, sering dilakukan pembacaan karya sastra yang selalu dilakukan dalam bahasa Jawa Kuno, dengan harapan pembacaan sebagai “phalaskola” dapat memberikan manfaat bagi jiwa orang yang meninggal, keluarga dan Komunitas. Itihasa tidak hanya menjelaskan berbagai aspek kepahlawanan tetapi juga menjelaskan pengetahuan tentang berbagai inkarnasi dan wujud Tuhan yang murni spiritual. 3. Klasifikasi Itihasa Itihasa atau Wiracarita merupakan karya sastra yang juga mengharumkan nama bangsa Arya dalam sejarah budaya. Ramayana dan Mahabharata sering disamakan dengan cerita serupa yang terkenal di dunia Barat, yaitu Lias et Odyssey (Iliad dan Odyssey) yang ditulis oleh Homer (Brouwer 1984: 216; Puja 1985: 95). Ramayana Sansekerta karya Adikavi Rsi Vamiki terdiri dari 24.000 bait, ukurannya sebanding dengan Lias dan Odyssea. Ramayana dikenal juga dengan nama lain Caturvimsati sahasri-samhita karena jumlah sloka (syair) sebanyak 24.000, sedangkan Mahabharata, Vedavyasa atau Krsna Dvaipayana dari Maha Rsi Vyasa terdiri dari 100.000 bait. Dengan demikian, bisa dikatakan magnitudo Mahabharata sekitar empat kali lebih besar dibandingkan Ramayana atau Lias dan Odyssea. 1) Ramayana Ramayana terdiri atas 24.000 bait (sloka) yang terbagi dalam 7 jilid yang disebut kanda. Puisi pengarang kadang- kadang disebut puisi, akhyana, gita atau samhita, seperti yang mungkin dikenal dalam Balakanda, Yuddhakanda atau Ayodhyakanda (Pudja 1985: 93). Ramayana terbagi menjadi tujuh kandas (Sapta Kanda), 659 sargah dan 23.864 skola. .Tujuh kanda tersebut adalah : Balakanda, ayodhyakanda, aranyakakanda, kiskendakanada, sundarakanda dan yudhakanda. Ramayana ditulis oleh Maha Rsi Valmiki dalam bahasa Sansekerta, sedangkan di Indonesia Ramayana ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, penulis karya ini tidak diketahui secara pasti, namun di akhir karya ini disebutkan bahwa Yogiswara adalah editornya. komposer. 2) Mahabharata Mahabrata dikenal dengan kitab agung itihasa, kata Maha berarti agung atau agung, dan kata Bharata berarti raja-raja dinasti Bharata. Oleh karena itu Mahabharat berarti kisah agung keluarga Bharata. Maha Rsi Vyasa awalnya menulis kitab ini dengan nama “Jaya Samhita” yang dilanjutkan oleh Vaisampayana dan Suta Ugrasrawa. (Said 1980: 46) a) Ceritra – ceritra yang diambil dari syair pahlawan zaman purbakala dan syair – syair
  • 3. dinyanyikan oleh para Sut. b) Ceritra – ceritra dan mythe dari kaum brahmana. c) Ceritra bintang yang mengandung persamaan dan pelajaran d) Uraian-uraian yang mengandung pelajaran dan kebijaksanaan Mahabrata dikenal dengan kitab agung itihasa, kata Maha berarti agung atau agung, dan kata Bharata berarti raja-raja dinasti Bharata. Oleh karena itu Mahabharat berarti kisah agung keluarga Bharata. Maha Rsi Vyasa awalnya menulis kitab ini dengan nama “Jaya Samhita” yang dilanjutkan oleh Vaisampayana dan Suta Ugrasrawa. 4. Kedudukan Itihasa dalam Susastra Hindu 1) Kedudukan Itihasa dalam Weda Kitab suci agama Hindu disebut Weda. Berdasarkan pengelompokan isi dan kegunaannya, Weda dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Kelompok Sruti dan Kelompok Smrti, kedua kitab ini merupakan kitab yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Smṛti dan sruti telah dinyatakan sebagai sumber dharma, harus diterima sebagai Weda dan kesadaran untuk membentuk dharma. Keduanya hendaknya dijadikan pramāna dalam merumuskan dharma, artinya keduanya hendaknya digunakan untuk menentukan apakah suatu perbuatan selaras dengan dharma atau tidak. Smṛti sebagai hukum Hindu artinya disamakan dengan dharmaśāstra karena di dalamnya banyak memuat aturan-aturan pokok yang mempunyai fungsi mengatur dan menegakkan dharma, yang tentunya menjadi landasan dan pedoman bagi masyarakat. sasaran. kehidupan, khususnya purusārtha. Dalam buku Sarasamuccaya kita juga menemukan informasi yang menunjukkan hal ini. Dalam mempelajari kitab Weda harus mengetahui itihasa dengan baik, konon kitab Weda akan menakuti orang yang ilmunya sedikit. Chandogia Upanisad, salah satu kitab Sruti, dengan tegas menegaskan bahwa kedudukan Itihasa dan Purana adalah Weda kelima (itihasa puranam pancamamVedanamVedam).
  • 4. Dari uraian di atas terlihat bahwa Itihasa atau epos sebenarnya merupakan bagian dari Weda, khususnya Veda Smrti. Jadi kita juga bisa mengatakan itu Wiracarita merupakan pelengkap Weda Sruti dan Wiracarita memuat isi Sruti dalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami dan diamalkan dalam kehidupan nyata. Karena kitab Itihasa ditempatkan di bawah Weda sejajar dengan kitab smrti (Dharmasastra), maka jelas kitab Itihasa berasal dari Weda dan mempunyai pengaruh timbal balik. Misalnya dalam kitab Agni Purana kita menemukan ringkasan Ramayana, Harivamsa dan Mahabharata IV. Itu pengaruh dari buku Itihasa (Mishra 1965 dalam Titib 2011: 39) 2 Daftar materi pada KB yang sulit dipahami Materi pada KB yang sulit dipahami kitab Itihasa mendapat aliran dari kitab suci Veda dan saling pengaruh mempengaruhisatu dengan yang lainnya sebagai contoh dalam kitab Agni Purana kita jumpai ringkasan cerita Ramayana, Harivamsa, dan Mahabrata IV. Hal itu pengaruh dari kitab Itihasa 3 Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran Mtaeri yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran Pengelompokan Weda Seruti.