adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
GEMPA TEKTONIK
1. MAKALAH FISIKA BENCANA ALAM
tentang
GEMPA TEKTONIK
Disusun Oleh:
Rizki Damai Yanti (17110008)
Nadya Okta Fournika (17110009)
FISIKA/2017A
DosenPembimbing
Megasyani Anaperta, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2020
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Padang, Maret 2020
Kelompok 3
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………....
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gempa Tektonik …………………………………………...
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gempa Bumi ……………………………
2.3 Pemetaan Potensi Gempa Bumi di Dunia ……………………………..
2.4 Karakteristik dan Mitigasi Gempa Bumi ……………………………...
2.5 Kaitannya Dengan Materi Fisika ………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….
3.2 Saran …………………………………………………………………...
1
1
1
2
3
4
4
10
13
13
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung
kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya
lainnya. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna
kelangsungan hidup penghuninya termasuk manusia. Di jagat raya ini masih banyak
pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi
dan cara memprediksinya.
Indonesia adalah pertemuan rangkaian sirkum mediterania dan rangkaian
sirkum pasifik dengan proses peembentukan gunung yang masih berlangsung. Oleh
sebab itu, di Indonesia banyak terjadi gempa bumi. Korban jiwa yang di timbulkan
dari gempa bumi ini mengalami peningkatan dari sekian gempa yang terjadi (gempa-
gempa besar), hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap gempa dan cara penanggulanganya, oleh karena itu kami
menyusun makalah ini unutk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap gempa,
serta cara penanggulanganya dan mitigasi yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa faktor penyebab terjadinya gempa tektonik?
b. Bagaimana pemetaan potensi gempa bumi di dunia?
c. Bagaimana karakteristik dan mitigasi gempa bumi?
d. Bagaimana kaitannya dengan materi fisika?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui faktor penyebab terjadinya gempa tektonik?
b. Mengetahui pemetaan potensi gempa bumi di dunia?
c. Mengetahui karakteristik dan mitigasi gempa bumi?
d. Mengetahui kaitannya dengan materi fisika?
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gempa Tektonik
Gempa tektonik merupakan gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng
tektonik yang terus menerus. Proses terjadinya gempa tektonik : sesar aktif bergerak
sedikit demi sedikit kearah yang berlawanan sehingga terjadi akumulasi energi
elastik. Terjadi deformasi sesar akibat dari akumulasi energi elastikyangsemakin
besar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorology dan Geofisika,
2010).Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan
lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang
mengakibatkannaiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa
lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Contoh yang
paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra
(Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar Samudra Atlantik, contoh lainnya adalah
riftingyang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk Laut
Merah (Djauhari Noor,2009).Gambar 1.2 merupakan mekanisme gerakan saling
menjauh antara dua lempeng tektonik.
Batas lempeng lain adalah batas konvergen yang merupakan batas antar
lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas
Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction). Zona
subduksi(Subductionzone)adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng
dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya
terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi
adalah kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara
dengan lempeng samudra Hindia–Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB
dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut
yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa
Tenggara Timur. Kepulauan Philipinajuga merupakanhasil subduksi antara
6. lempeng,yaitu lepeng Philipina dengan lempeng samudra Pasifik (Djauhari
Noor,2009). Zona obduksi (Obductionzone) adalah batas lempeng yang merupakan
hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian
pegunungan. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah Pegunungan Himalaya yang
merupakan hasil tumbukan Lempeng Benua India dengan Lempeng Benua Eurasia
(Djauhari Noor,2009).
2.2 Penyebab Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan
itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahanlagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan
terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi
karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya
letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau
akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. Pada beberapa pembangkit listrik tenaga
panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari
peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes
rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh
manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
7. 2.3 Pemetaan Potensi Gempa Bumi di Dunia
Pemetaan gempa bumi bisa dilakukan dengan 2 cara; pertama adalah dengan
memetakan sumbernya atau hyposenter (pusat gempa) dengan skala dan kedalaman
tertentu, kedua adalah dengan memetakan efeknya atau informasi makro gempa
bumi. Magnitude gempa dengan magnitude 5 atau lebih dan kedalaman kecil dari 50
km sering dipakai karena berpotensi untuk merusak bangunan. Informasi makro
gempa bumi adalah peta dengan memakai skala Modified Mercalli Intensity (MMI),
yaitu besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat dimana dia berada tanpa
memperhatikan sumbernya.
Aktifitas gempa yang pernah terjadi dari tahun 1900 sampai 1996 dengan
skala magnitudo diatas 6.0 menunjukkan bahwa aktifitas gempa tersebut berada di
sekitar tabrakan lempeng tektonik (interplate earthquake) dan di sekitar sesar (gambar
2). Ciri khas di daerah Indonesia, umumnya kekuatan gempa yang besar (M>7)
berada di sekitar tabrakan lempeng, sedangkan gempa di dalam lempeng (intraplate
earthquake) ukurannya relatif kecil. Namun akibatnya terhadap bangunan mungkin
sama, karena gempa interplate berada di laut sedangkan gempa intraplate berada di
darat yang relatif lebih dekat dengan perkotaan.
8. 2.4 Karaketristik dan Mitigasi Gempa Bumi
a. Karakteristik Gempa Bumi Tektonik
Gempa Bumi tektonik adalah salah satu jenis gempa Bumi yang sering terjadi
di Indonesia. Gempa ini memiliki berbagai karakteristik yang mungkin tidak dimiliki
oleh jenis gempa lain. Adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh gempa Bumi
tektonik antara lain sebagai berikut (Mulyo, Agung, 2004) :
1) Memiliki kekuatan besar
Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh gempa Bumi tektonik adalah
memiliki kekuatan besar. Gempa tektonik yang biasa terjadi memang memiliki
kekuatan besar , umumnya lebih dari 4 skala richter. Gempa bumi tektonik juga
memiliki gelombang gempa yang berbeda. Struktur gempa bumi tektonik ini adalah
vertikal maka dari itulah goncangan demi goncangan akan lebih kita rasakan daripada
jenis gempa Bumi yang lain.
2) Bersifat merusak
Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang sifatnya merusak. Apabila kita
mendengar berita mengenai gempa Bumi dan kerusakan yang ditimbulkan sangat
besar, bisa jadi gempa tersebut merupakan jenis gempa tektonik. Gempa tektonik
meskipun kekuatannya tidak terlalu besar tetapi dampak yang ditimbulkan terhadap
kerusakan bisa sangat besar. Hal ini karena pola gelombang gempa yang
menyebabkan kerusakan bangunan.
3) Datangnya tiba- tiba
Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh gempa bumi tektonik adalah
kedatangannya yang tiba- tiba. Gempa bumi tektonik yang tiba- tiba ini karena
disebabkan oleh lempeng- lempeng yang beraktivitas di dalam bumi sehingga sulit
untuk diprediksi kapan akan terjadinya gempa Bumi tektonik ini. Karena gempa ini
datangnya tiba- tiba maka kadang banyak korban yang berjatuhan yang disebabkan
oleh gempa bumi ini.
4) Disebabkan karena aktivitas lempeng- lempeng Bumi
9. Karakteristik selanjutnya dan juga merupakan penyebab terjadinya gempa
bumi tektonik adalah terjadi karena aktivitas- aktivitas lempeng Bumi. Setiap gempa
bumi memiliki sebabnya masing- masing, seperti halnya gempa bumi vulkanik yang
disebabkan karen gempa bumi, maka gempa tektonik disebabkan karena aktivitas
lempeng- lempeng tektonik.
b. Mitigasi Gempa Bumi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (Beiser, Arthur., 1979). Tercantum dalam UU Nomor
24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana untuk menghadapi kemungkinan
bencana yang akan datang. Salah satu bentuk dari mitigasi dalam upaya mengurangi
dampak korban akibat gempabumi yaitu dengan melihat karakteristik wilayah guna
mengetahui tingkat kerawanannya terhadap bencana/bahaya. Risiko yang ditimbulkan
oleh bencana gempabumi terhadap kehidupan manusia termasuk perencanaan
wilayah yang baik dan penyediaan media informasi dan komunikasi yang kritis dan
up to datesebagai sarana untuk meningkatkan respon terhadap bencana. Berbagai
paradigma yang berkembang saat ini berkenaan dengan langkah atau tindakan
mitigasi bencana menurut Bakornas PB (2007) diantaranya adalah “Paradigma
Mitigasi” yang bertujuan untuk identifikasi daerah rawan bencana, mengenali
polayang dapat menimbulkan kerawanan, dan melakukan kegiatan mitigasi yang
bersifat struktural (membangun konstruksi) maupun non-struktural seperti penataan
ruang, building codedan lain sebagainya. Paradigma penanggulangan bencana
berkembang lagi mengarah kepada faktor-faktor kerentanan di dalam masyarakat
yang ini disebut “Paradigma Pembangunan”. Upaya yang dilakukan lebih bersifat
mengintegrasikan upaya penanggulangan bencana dengan program pembangunan,
misalnya melalui perkuatan ekonomi, penerapan teknologi, maupun dengan
pengentasan kemiskinan.Paradigma “Pengurangan Risiko” merupakan perpaduan dari
sudut pandang teknis dan ilmiah. Faktor-faktor yang diperhatian antara lain adalah
faktor sosial, ekonomi dan politik dalam perencanaan pengurangan risiko/mitigasi
10. bencana. Paradigma Pengurangan Risiko bencana bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengelola dan menekan risiko akibat dari terjadinya
bencana. Hal terpenting dalam pendekatan ini adalah memandang masyarakat sebagai
subyek, bukan obyek dari penanggulangan bencana dalam proses pembangunan.
Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, upaya
mitigasi guna mengurangi dampak/risiko bencana gempabumi diantaranya
1) membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang
mengundang konsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempabumi
menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa
2) tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau
dibawah tebing,
3) tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi
tingkat kepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi
bangunan diatasnya
4) pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempabumi,e)perlu adanya RUTR
(Rencana Umum Tata Ruang) dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
yang dituangkan dalam peraturan daerah yang berwawasan dan
mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga prinsip bangunan
berkelanjutan dapat tercapai,
5) membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui
pelatihan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi,g)menyiapkan alur
dan tempat evakuasi bencana, dan
6) menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-
formal tentang gempabumi dan bahayanya di wilayah rawan gempabumi
menghadapi berbagai bencana.
Menurut Bakornas PB tahun 2007, sebagai langkah mitigasi atau upaya guna
meminimalisir dampak dari gempabumi diantaranya
1) Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa
11. 2) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan
3) Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi
4) Rencanakan penempatan permukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan bencana,
5) Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan
6) Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi
7) Masyarakat waspada terhadaprisiko gempabumi,h)masyarakat mengetahui
apa yang harus dilakukan jika terjadi gempabumi
8) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan
masyarakat terhadap gempabumi
9) Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama, dan
10) Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam
manajemen dan perencanaan.
Menurut Nur (2010) cara melakukan mitigasi gempa bumi perlu dilakukan tiga
tahap, yaitu sebelum terjadinya gempa bumi, saat terjadi gempa bumi dan setelah
terjadi gempa bumi. Berikut adalah penjelasannya :
1. Siap siaga menghadapi gempa bumi
Berikut adalah metode sebelum terjadinya gempa yang harus dilakukan agar anda
bisa tetap siaga menghadapi gempa bumi :
a. Ikutilah ketentuan pendirian bangunan jika akan membangun sebuah rumah
atau gedung. Sebelum membangun anda perlu mendiskusikan terlebih dahulu
kepada ahlinya tentang perhitungan bangunannya. Jangan asal-asalan dalam
membangun suatu bangunan karena bisa juga menjadi penyebab tanah
longsor dan gempa bumi.
b. Rumah tempat tinggal anda berada pada lokasi yang rawan gempa atau tidak,
anda perlu menelitinya terlebih dahulu.
12. c. Perabotan yang ada dirumah anda tempatkan pada posisi yang aman.
Usahakan semua perabotan tidak mudah jatuh jika terjadi gempa. Jika
memungkinkan paku lemari tempat anda menyimpan perabotan agar aman
dari bahaya kejatuhan lemari ketika gempa.
d. Siapkan alat komunikasi yang tahan gempa, seperti radio yang menggunakan
baterai karena semua alat komunikasi akan menjadi tidak berfungsi lagi ketika
gempa terjadi. Sediakan juga kotak P3K serta senter yang menggunakan
energi baterai.
e. Agar bisa berjaga-jaga saat gempa terjadi, pahamilah jalur evakuasi didaerah
anda tinggal.
f. Jika didaerah tempat anda ada kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa
bumi, ikutilah supaya anda bisa terbiasa dengan peringatan-peringatan yang
mungkin terjadi saat akan terjadi gempa seperti suara sirine.
g. Jangan lupa mencatat nomor penting yang mungkin diperlukan saat gempa
akan terjadi seperti nomor rumah sakit.
2. Lakukan langkah tercepat agar terhindar dari gempa bumi
Berikut adalah beberapa metode langkah langkah tercepat agar terhindar dari gempa
bumi sebagai berikut :
a. Yang paling utama anda jangan merasa panik, tenangkanlah diri anda dan
berpikirlah positif bahwa anda bisa selamat dari bencana yang sedang terjadi.
b. Jika anda berada didalam gedung atau sebuah bangunan keluarlah karena
lebih aman diluar bangunan agar bisa terhindar dari bahaya kerobohan
gedung. Jika berada diluar ruangan jangan berlindung di bawah tiang listrik
atau pohon yang memungkin bisa menjatuhi diri anda. Lebih baik anda
berlindung di bawah meja tau tempat tidur yang kuat.
c. Pastikan anda berdiri tidak di atas tanah yang memungkinkan terjadi
rengkahan tanah karena gempa dengan kekuatan besar bisa menimbulkan
tanah merengkah dan erosi tanah.
13. d. Jauhilah pantai karena pantai bisa berpotensi penyebab tsunami. Jika berada di
daerah pegunungan pastikan daerah yang anda tempati tidak berpotensi
longsor.
e. Jika anda sedang dalam perjalanan dengan menaiki kendaraan, maka turunlah
dan matikan kendaraan anda.
3. Hal-hal yang perlu dilakukan setelah terjadi gempa bumi
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan setelah terjadi gempa bumi :
a. Keluarlah dari dalam gedung atau bangunan apabila anda masih berada
didalam gedung dan agar lebih aman hindari menggunakan lift tetapi
gunakanlah tangga.
b. Periksa terlebih dahulu kondisi fisik anda jika ada yang terluka maka segera
lakukan pertolongan pertama. Periksa juga kondisi sekitar anda apakah
keadaan sudah aman.
c. Berhati-hati dan waspadalah dengan lingkungan yang baru terjadi gempa,
lihatlah secara saksama apakah ada pohon atau bangunan yang berpotensi
roboh, jika ada maka hindarilah agar anda selamat.
d. Usahakanlah mencari informasi tentang pusat gempa dan berbagai informasi
lain yang penting melalui saluran radio jika alat komunikasi lain belum bisa
berfungsi dengan baik.
2.5 Kaitannya Dengan Materi Fisika
a) Menghitung Episentrum Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa yang sering terjadi di daerah yang berada pada
lokasi geologi yang aktif seperti Indonesia. Gelombang gempa akan tercatat dalam
seismograf dalam bentuk grafik. Perbedaan selang waktu antara gelombang sekunder
dan gelombang primer dapat dijadikan dasar untuk menentukan letak episentrum
gempa dari pos pengamatan. Rumus untuk menentukan jarak episentrum gempa
dengan teknik ini dikenal dengan rumus Laska. Untuk menentukan lokasi episentrum
gempa diperlukan minimal 3 hasil pencatatan dari pos pengamatan gempa.
14. Persamaan : ∆ = {( 𝑆 − 𝑃) − 1′} 𝑥 1.000 𝐾𝑚
Keterangan:
∆ = Jarak Episentrum
S = Waktu terjadinya gelombang primer
P = Waktu terjadinya gelombang sekunder
1’ = 1 menit
Contoh penerapan rumus:
1. Terjadi gempa di Yogyakarta tahun 2010, seismograf mencatat gelombang
primer terjadi pukul 10.05 dan gelombang sekunder tercatat pukul 10.08.
Berapakah jarak episentrum gempa dari stasiun pemantau?
2. Hitunglah episentrum gempa dari masing-masing stasiun pencatat gempa
berikut?
Penyelesaian
Diketahui : Stasiun A
a. Gelombang P pertama tercatat pukul 2:28.25
b. Gelombang S pertama tercatat pukul 2:30.40
Stasiun B
a. Gelombang P pertama tercatat pukul 2:30.15
b. Gelombang S pertama tercatat pukul 2:33.45
Ditanya :
a. Jarak episentrum dari stasiun pemantau ?
b. Episentrum dari masing-masing stasiun pencatat gempa ?
Jawab
Soal 1.
Diketahui : S = 10.08
P = 10.05
∆ = {(S - P) - 1’} x 1.000 km
15. = {(10.08- 10.05) - 1’} x 1.000 km
= {(3’ - 1’} x 1.000 km
= 2.000 km dari Yogyakarta
Soal 2.
Episentrum A
{(2.30’40’’- 2.28’25”) - 1’} x 1.000 km
= (2’15” – 1) x 1.000 km
= (1’15” x 1.000) (karena 1’=60 detik) maka
= (1 x 1.000) + (15/60 x 1.000)
= 1.250 km dari stasiun A
Episentrum B
= {(2. 33′
45"
− 2.30′15") − 1′}𝑥 1000 𝑘𝑚
= (3’30’’ – 1) x 1000 Km
= (2’30’’ x 1000 Km ) karena 1’=60 detik maka
= (2x1000)+ (30/60x1000)
= 2.500 Km dari stasiun B
16. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu :
1. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh
2. pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
3. Tipe gempa bumi adalah gempa tektonik
4. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu
kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa
bumi akan terjadi.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis sebagai berikut:
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
1) Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi.
2) Menyediakan air minum untuk keperluan darurat.
3) Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barangbarang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian
17. DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur., 1979. Bumi. Penerbit : Tira Pustaka, Jakarta Sudrajat, Adjat., 1995.
Revolusi ilmu geologi dari katatrofisma ke tektonikglogal. Studium Generale,
Jurusan Geologi, FMIPA, UNPAD.
Mulyo, Agung, 2004. Pengantar Ilmu Kebumian. Penerbit : Pustaka Setia, Bandung
Nur, A. M. (2010). Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasi. Jurnal Geografi, 7(1).