SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Harga Sebuah Kejujuran
Oleh: Muhsin Hariyanto
Mas Asro Kamal Rokan – penulis dan juga redaktur koran yang sampai saat
ini masih saya jadikan bacaan wajib saya menjelang kerja di pagi hari – pernah
menulis di Koran Republika, pada Rubrik “Resonansi”, dengan judul “Kembalilah
pada Suara Hati” (Republika, Rabu, 18 November 2009). Dan, dalam pembacaan
saya, tidak ada yang luar biasa pada tulisannya kecuali satu hal: “mengingatkan
kepada semua pembacanya (dan juga dirinya) untuk bersikap jujur pada diri sendiri”.
Di antara isi tulisannya, seraya mengutip QS asy-Syams, 91: 9-10, ia
katakan: “Langit Indonesia berjelaga. Jelaga yang berselaput dalam jiwa itu akan
tersingkir ketika hujan turun. Hujan adalah hati kita yang bersih dalam melihat
persoalan. Maka, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Tidak hanya mas Asro Kamal Rohan yang prihatin melihat akrobat para para
pemimpin kita. Semua orang yang masih punya nurani akan geram menonton
pertunjukan ‘kebohongan’ yang dikemas dengan kata-kata indah “retorika burung
onta” itu. “Naif”, kata salah seorang teman saya yang kebetulan saja bersama
menonton acara dialog antara teman-teman KOMPAK dengan Komisi III DPR RI. Di
mana nurani mereka? Kata teman saya, ketika mengomentari retorika para wakil
rakyat kita.
Memang di ketika sejumlah kepentingan menjadi “terlalu dipentingkan”,
seperti ketika para wakil rakyat membeli kepentingan diri dan kelompoknya, nurani
tiba-tiba bisa “mati’. Hati menjadi beku, seolah tak berdaya untuk menggapai nur
Ilahi yang – antara lain – kemampuan untuk berkata “jujur”.
Lain halnya dengan mBah Minah, seorang perempuan renta yang tak
berdaya melawan tirani hukum di bawah pengaduan penguasa “perkebunan kakao”,
PT Rumpun Sari Antan IV, yang memiliki lahan sangat luas, tidak kurang dari 200 ha,
yang mungkin saja dia kuasai lahan itu dengan cara ‘tertentu’, seperti biasanya
dilakukan oleh orang-orang berduit: “mezalimi siapa pun yang bisa dizalimi. Semua
bisa terjadi karena – utamanya -- saya melihat mBah Minah ini adalah simbul
manusia tidak berdaya, ketika menghadapi praktik peradilan yang lebih mendewakan
“kepastian hukum”, dengan merujuk pasal-pasal KUHP, tanpa harus menengok nilainilai yang jauh melampaui teks-teks yang ada dari pasal perundang-undangan itu,
yakni: “kemashlahatan utama yang dituju oleh semua ketentuan hukum, berupa
“keadilan” untuk siapa pun. Semestinya, atas nama keadilan sang Hakim bisa saja
membuat keputusan yang tak persis sama dengan bunyi teks perundang-undangan.
1
Sebuah keputusan “bijak” untuk mBah Minah yang memang harus dibelaskasihani,
tanpa harus mengakhianati amanat peraturan perundang-undangan.
Saya membayangkan, bagaimana nurani pak polisi ketika harus menangkap
mBah Minah, orang tua renta yang tidak berdaya itu hanyalah sebuah simbol bahwa
mereka telah memenuhi kewajibannya. Mereka telah menjalankan tugas dan
fungsinya untuk melayani masyarakat. Masyarakat yang bisa memohon kepada pak
Polisi untuk bertugas membawa oarng yang diduga bersalah: “mBah Minah”, yang
tak mungkin berani melawan dan membela diri.
MBah Minah merupakan simbul manusia yang tidak akan berdaya untuk
melawan siapa pun, apalagi harus berhadapan dengan para pengusaha yang punya
segalanya untuk memohon kesediaan siapa pun untuk berbuat bagi kepentingan diri
mereka. MBah Minah yang tak berdaya, pada akhirnya harus berhadapan dengan
para sarjana hukum di lembaga peradilan yang kadang-kadang juga tak (akan)
berdaya ketika berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang sulit disentuh oleh
lembaga peradilan mana pun.
Ketidakberdayaan orang-orang miskin, seperti mBah Minah, dan juga rakyat
yang lemah di negeri ini di ketika menghadapi kekuasaan-kekuasaan adidaya, telah
ditunjukkan oleh mBah Minah, yang jujur pada diri sendiri dan orang-orang yang
membuatnya tak berdaya. Dia tergolek dalam hukuman penjara 1,5 bulan, dengan
masa percobaan 3 bulan, dengan tangisnya yang mewakili kaum dhu’afa’ dan
mustadh’afin, lemah tak berdaya dan terzalimi oleh sistem dan budaya “teks” yang
mengalir menjadi keputusan hukum, minus wawasan “etis”.
Melihat kasus mBah Minah, saya berkesimpulan bahwa Mas Asro Kamal
Rohan “benar”, bahwa kejujuran adalah sifat yang terpuji yang kini semakin langka
kita dapati. Termasuk – di dalamnya -- jujur kepada Tuhan, di samping kejujuran
terhadap sesama dan diri sendiri. Karena jujur itu terkadang pahit. Seperti isyarat
Nabi s.a.w. dalam salah satu sabdanya:
...

‫. . .قل  .الحقو ، وإن كنان مر .ا‬
ًّ‫رُ ْنِ ك ْ  َ ،َّ  َْنِ ك ْ  َ  َ رُ ا‬

“…katakanlah semua yang benar, meskipun terasa pahit...” (Hadis
Riwayat al-Baihaqi dari Abu Dzar al-Ghiffari, Syu’ab al-Îmân, VII/21)
Kejujuran itu ada pada ucapan dan tindakan. Seorang yang beribadah
dengan sikap riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah
menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan. Seorang
munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan
dirinya sebagai seorang yang beriman, padahal tidak ada iman di dalam dirinya.
Kejujuran adalah sifat seorang mukmin yang selalu bersedia menampakkan sesuatu
yang harus ditampakkan, meskipun harus menghadapai sejumlah risiko. Sedangkan

2
kebohongan adalah sifat orang yang munafik yang selalu menyembunyikan sesuatu
agar terkesan benar. Dan fenomena kedua inilah yang lebih banyak kita saksikan di
negeri kita tercinta. Terlalu banyak jumlahnya orang yang berada dalam jamaah
“pembohong”, dan terlalu sedikit jumlahnya orang yang berani menjadi bagian dari
jamaah “orang yang jujur”.
Merujuk pada ajaran Nabi kita (Muhammad s.a.w.), beliau selalu
menganjurkan umatnya untuk bersikap “jujur” dalam segala hal, karena – dalam
pandangannya -- kejujuran merupakan modal bagi siapa pun untuk membina diri
menjadi manusia yang berakhlak mulia. Sebagaimana sabdanya:

َّ. ِ‫إَّرِ .َّ  ِّ بْ إَ إَ بْ ّرِ ّرِإَ بْ ّرِ  ِّ إَّرِ .َّ بْ ّر‬
‫. . .فإن الصدق يهد ى إل ى البر وإن البر‬

...

“…sesungguhnya kejujuran akan membawa kepada kebajikan...”
(Hadis Riwayat Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh Muslim,
VIII/29)
Ketika memilah kejujuran, para ulama menyatakan bahwa ragam kejujuran
bisa kita pilah menjadi 5 (lima) macam: Pertama, “jujur dalam niat”, yang pada
akhirnya memunculkan sikap ikhlas. Kedua, “jujur dalam ucapan”. Katakan yang
benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ketiga, “jujur dalam tekad”, yang
berimplikasi pada adanya komitmen terhadap apa pun yang diyakini benar dan baik.
Keempat, “jujur dalam perbuatan”. Apa yang dikerjakan secara lahiriah adalah apa
yang ada dalam sikap batinnya, yang dengannya seseorang akan memiliki integritas
tinggi”. Kelima, “Jujur dalam keberagamaan. Artinya apa yang dilaksanakannya
dalam dalam kegiatan ritualnya adalah apa yang menjadi pengetahuan dan
keyakinannya, hingga seseorang benar-benar memiliki penghayatan yang tinggi atas
seluruh amalannya di dalam beragama. Antara lain ditunjukkan dengan kesadarannya
untuk beramal saleh dengan landasan imannya yang kokoh, yang pada akhirnya akan
membentuk ketakwaan pada dirinya.
Implementasi dari gagasan “kejujuran” ini tidak serta merta akan dapat
terwujud pada setiap pribadi. Dibutuhkan kerja keras, cerdas dan ikhlas. Karena, tidak
mungkin seseorang menggapai sikap jujur ini dalam pengertian hakiki, kecuali
setelah berproses dalam pergumulannya dengan realitas kehidupan. Nilai kejujuran
akan selalu menang dalam setiap tantangan kehidupan di ketika seseorang sudah
terlatih untuk “jujur” dalam setiap ragam kejujuran dalam satu kepaduan (niat,
ucapan, tekad, perbuatan dan keberagamaan). Setiap ragam kejujuran memiliki proses
dan hasil akhir sendiri-sendiri. Ada kalanya cepat, dan adakalanya lambat dalam
berproses. Dan hasilnya pun kadang-kadang lemah dan kadangkala kuat untuk setiap
pribadi, di mana pun dan kapan pun dia berada. Pada saat seseorang memiliki
kekuatan untuk berproses dengan seluruh tantangan yang dihadapinya, maka dia pun
akan menuai hasil yang kuat. Dia akan menjadi orang yang “jujur” dan menikmati
kejujurannya. Tetapi faktanya tidak selalu ideal. Terkadang pada kondisi tertentu
seseorang bisa berproses cepat untuk menjadi “jujur”, tetapi dalam kondisi yang lain

3
justeru sebaliknya. Seeorang akan mengalami kesulitan yang berarti untuk bersikap
“jujur”, karena kendala internal dan eksternalnya yang sebegitu kuat menghambatnya.
MBah Minah hanyalah sebuah contoh kasus. Di ruang dan waktu yang
berbeda masih terus diharapkan akan muncul mBah Minah-mBah Minah lain yang
akan bisa mempermalukan para pemimpin kita yang -- untuk sementara waktu –
masih menyembunyikan nuraninya. Tak mampu bersikap jujur, karena takut terhadap
risiko yang akan diterimanya.
MBah Minah mengajarkan hikmah kepada kita bahwa hakikat kejujuran
dalam hal ini adalah suratan takdir yang telah terhubung dengan Sang Khaliq (Allah).
Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan
akhirat. Allah akan melihat dengan cermat setiap orang yang berbuat kebajikan dan –
sebaliknya -- juga melihat (dengan cermat) mereka yang telah berbuat zalim.
Belajar dari kasus mBah Minah, saya berkesimpulan bahwa kejujuran
memang sangat mahal. Tetapi, semahal apa pun kejujuran itu, kita harus
memerjualbelikannya dalam realitas kehidupan ini sampai batas tetes darah terakhir.
Dan kata kuncinya adalah: “kembalilah pada suara hati kita”, kita pun akan berani
menanggung risiko apa pun atas kejujuran yang telah kita pilih.
Nah, saat ini saya sedang ‘mencermati’ kasus “Anas Urbaningrum” yang
sedang berada di KPK. Pertanyaan yang selalu ada di bena saya: “Mampukah
lembaga peradilan kita menjadikan dirinya sebagai tempat untuk menegakkan
keadilan, dan bukan ‘sekadar’ tempat untuk menghukum orang?”
Ingat firman Allah:

َ‫بْ إَ  ُّ ّرِ .َّ ِّ إَ إَ إَ إَ ْمُ إَ .َّ ّرِ إَ بْ ْمُ بْ إَ ّرِ إ‬
‫الحق من ربك فال تكنونن من الممترين‬
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali
kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS al-Baqarah/2:147)
Dan juga firman-Nya:

َ‫إَ إَ  ُّ إَ .َّ ّرِ إَ إَ ْمُ ْمُ ْمُ إَ .َّ ّرِ إَ ّرِ بْ ّرِ بْ ّرِ ْمُ إَ إَ إ‬
‫يلا أيهلا الذين آمننوا كنوننوا قنوامنين بلالقسط ش شهداء‬
ْ‫.َّ إَإَ بْ إَإَ إَ بْ ْمُ ّرِ ْمُ بْ إَ ّرِ بْ إَ ّرِ إَ بْ ّرِ إَ إَبْ بْ إَ ّرِ إَ ّرِ ب‬
‫لِل ولنو علش ى أنفسشكم أو النوالشدين والقربنيشن إن‬
ِ‫ّر‬
‫يكن غ ّرِنيششلا أو فقنيشرا فششلالِل أولشش ى بهمششلا فال تتبعششنوا‬
ُ‫إَ ْمُ بْ إَناًّ إَ بْ إَ ّرِ اً إَ .َّ إَ بْإَ ّرِ ّرِ إَ إَ إَ إَ.َّ ّرِ ْم‬
ُ‫ْم‬
َ‫إ‬
َّ. َّ. ِ‫بْ إَ إَ إَ بْ إَ بْ ّرِْمُ إَّرِ بْ إَ بْ ْمُ إَ بْ ْمُ بْ ّرِ ْمُ إَّر‬
‫الهنو ى أن تعدلنوا وإن تلنووا أو تعرضنوا فإن الِل‬
‫كلان بملا تعملنون خبنيرا‬
ً‫إَ إَ ّرِ إَ إَ بْ إَْمُ إَ إَ ّرِ ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benarbenar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap

4
dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia [tergugat
atau terdakwa] kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (QS an-Nisâ’/4: 135).
“Keadilan adalah sendi negara. Tidak akan kekal suatu kekuasaan tanpa
menegakkan keadilan. Kalau tak ada hukum yang adil, maka orang akan hidup dalam
anarki, tidak punya sandaran dan pegangan.” Seorang ahli hikmah mengatakan,
“Keadilan seorang penguasa terhadap rakyatnya mestilah dengan empat perkara,
yaitu dengan menempuh jalan yang mudah, meninggalkan cara yang sulit dan
menyulitkan, menjauhkan kesewenang-wenangan, dan menegakkan kebenaran dalam
perilakunya”.
”Menegakkan keadilan harus dengan secara mutlak dan menyeluruh. Tidak
karena sebab sesuatu, keadilan itu berubah fungsi. Jangan karena perbedaan
kedudukan, golongan, dan keadaan sosial mengakibatkan perlakuan keadilan itu tidak
sama”.
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

5
dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia [tergugat
atau terdakwa] kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (QS an-Nisâ’/4: 135).
“Keadilan adalah sendi negara. Tidak akan kekal suatu kekuasaan tanpa
menegakkan keadilan. Kalau tak ada hukum yang adil, maka orang akan hidup dalam
anarki, tidak punya sandaran dan pegangan.” Seorang ahli hikmah mengatakan,
“Keadilan seorang penguasa terhadap rakyatnya mestilah dengan empat perkara,
yaitu dengan menempuh jalan yang mudah, meninggalkan cara yang sulit dan
menyulitkan, menjauhkan kesewenang-wenangan, dan menegakkan kebenaran dalam
perilakunya”.
”Menegakkan keadilan harus dengan secara mutlak dan menyeluruh. Tidak
karena sebab sesuatu, keadilan itu berubah fungsi. Jangan karena perbedaan
kedudukan, golongan, dan keadaan sosial mengakibatkan perlakuan keadilan itu tidak
sama”.
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

5

More Related Content

What's hot

Kumpulan soal tentang enzim
Kumpulan soal tentang enzim Kumpulan soal tentang enzim
Kumpulan soal tentang enzim Ayu Lestari
 
Microsoft Word
Microsoft WordMicrosoft Word
Microsoft WordAngelLika4
 
Materi konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganMateri konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganJaniarto Paradise
 
Contoh Project Metode Penelitian
Contoh Project Metode PenelitianContoh Project Metode Penelitian
Contoh Project Metode PenelitianNataniel Papalangi
 
Tembang gambuh wedhatama pada 13-18
Tembang gambuh  wedhatama pada 13-18       Tembang gambuh  wedhatama pada 13-18
Tembang gambuh wedhatama pada 13-18 erlin dana
 
Organ Gerak Hewan dan Manusia
Organ Gerak Hewan dan Manusia Organ Gerak Hewan dan Manusia
Organ Gerak Hewan dan Manusia MarinaFardawati
 
Pidato peranan pemuda'
Pidato peranan pemuda'Pidato peranan pemuda'
Pidato peranan pemuda'Taufiq Hadie
 
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]OracleUsman
 
B. Indonesia - Pidato Adiwiyata
B. Indonesia - Pidato AdiwiyataB. Indonesia - Pidato Adiwiyata
B. Indonesia - Pidato AdiwiyataRamadhani Sardiman
 
MODUL AJAR 1C.pdf
MODUL AJAR 1C.pdfMODUL AJAR 1C.pdf
MODUL AJAR 1C.pdfJoAriW1
 
Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 f
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 fBab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 f
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 fQueenzhaenglish
 
Penghijauan
PenghijauanPenghijauan
PenghijauanAgus Tri
 
RKH - SENTRA BAHAN ALAM
RKH - SENTRA BAHAN ALAMRKH - SENTRA BAHAN ALAM
RKH - SENTRA BAHAN ALAMdunia-AUD
 

What's hot (20)

Pidato siswa prestasi
Pidato siswa prestasiPidato siswa prestasi
Pidato siswa prestasi
 
Kumpulan soal tentang enzim
Kumpulan soal tentang enzim Kumpulan soal tentang enzim
Kumpulan soal tentang enzim
 
Microsoft Word
Microsoft WordMicrosoft Word
Microsoft Word
 
Materi konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkunganMateri konservasi alam dan lingkungan
Materi konservasi alam dan lingkungan
 
Contoh Project Metode Penelitian
Contoh Project Metode PenelitianContoh Project Metode Penelitian
Contoh Project Metode Penelitian
 
Tembang gambuh wedhatama pada 13-18
Tembang gambuh  wedhatama pada 13-18       Tembang gambuh  wedhatama pada 13-18
Tembang gambuh wedhatama pada 13-18
 
Organ Gerak Hewan dan Manusia
Organ Gerak Hewan dan Manusia Organ Gerak Hewan dan Manusia
Organ Gerak Hewan dan Manusia
 
Pidato peranan pemuda'
Pidato peranan pemuda'Pidato peranan pemuda'
Pidato peranan pemuda'
 
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]
Rangkuman bab 3 teknologi, informasi, dan komunikasi [autosaved]
 
B. Indonesia - Pidato Adiwiyata
B. Indonesia - Pidato AdiwiyataB. Indonesia - Pidato Adiwiyata
B. Indonesia - Pidato Adiwiyata
 
Bilangan biner
Bilangan binerBilangan biner
Bilangan biner
 
Perangkat lunak presentasi
Perangkat lunak presentasiPerangkat lunak presentasi
Perangkat lunak presentasi
 
MODUL AJAR 1C.pdf
MODUL AJAR 1C.pdfMODUL AJAR 1C.pdf
MODUL AJAR 1C.pdf
 
Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansia
 
Tugas pbk
Tugas pbkTugas pbk
Tugas pbk
 
Pidato tentang kesehatan
Pidato tentang kesehatanPidato tentang kesehatan
Pidato tentang kesehatan
 
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 f
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 fBab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 f
Bab 3 teknologi informasi dan komunikasi queenzha 7 f
 
Makalah pmr
Makalah pmrMakalah pmr
Makalah pmr
 
Penghijauan
PenghijauanPenghijauan
Penghijauan
 
RKH - SENTRA BAHAN ALAM
RKH - SENTRA BAHAN ALAMRKH - SENTRA BAHAN ALAM
RKH - SENTRA BAHAN ALAM
 

Viewers also liked (10)

Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Pidato bahasa indonesia lestarikan bumiku
Pidato bahasa indonesia lestarikan bumikuPidato bahasa indonesia lestarikan bumiku
Pidato bahasa indonesia lestarikan bumiku
 
Berbakti kepada kedua orang tua
Berbakti kepada kedua orang tuaBerbakti kepada kedua orang tua
Berbakti kepada kedua orang tua
 
Mencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercelaMencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercela
 
Bahasa melayu komunikasi tugasan
Bahasa melayu komunikasi tugasanBahasa melayu komunikasi tugasan
Bahasa melayu komunikasi tugasan
 
kultum anak
kultum anakkultum anak
kultum anak
 
Pidato perpisahan siswa kelas vi
Pidato perpisahan siswa kelas viPidato perpisahan siswa kelas vi
Pidato perpisahan siswa kelas vi
 
Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Pidato perpisahan kelas 6
Pidato perpisahan kelas 6Pidato perpisahan kelas 6
Pidato perpisahan kelas 6
 
Pengantar pr
Pengantar prPengantar pr
Pengantar pr
 

Similar to Harga sebuah kejujuran

HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxHIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxsepakbolademak
 
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxHIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxssuser12f1d9
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Muhsin Hariyanto
 
Kapan saja saya_mati
Kapan saja saya_matiKapan saja saya_mati
Kapan saja saya_matialkitabiah
 
Sucikan hati, berantas korupsi
Sucikan hati, berantas korupsiSucikan hati, berantas korupsi
Sucikan hati, berantas korupsiMuhsin Hariyanto
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'maisar4h
 
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'maisya sarah
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Gusdurian Malang
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanmr_haryono
 

Similar to Harga sebuah kejujuran (18)

Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxHIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
 
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxHIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
 
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptxHIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
HIDUP_NYAMAN_DENGAN_PERILAKU_JUJUR_Power.pptx
 
6 bisikan syaitan
6 bisikan syaitan6 bisikan syaitan
6 bisikan syaitan
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.
 
Kapan saja saya_mati
Kapan saja saya_matiKapan saja saya_mati
Kapan saja saya_mati
 
Sucikan hati, berantas korupsi
Sucikan hati, berantas korupsiSucikan hati, berantas korupsi
Sucikan hati, berantas korupsi
 
Konsep islam tentang persudaraan
Konsep islam tentang persudaraanKonsep islam tentang persudaraan
Konsep islam tentang persudaraan
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
 
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'Cerita seri teladan  humor sufistik tarikh tasyri'
Cerita seri teladan humor sufistik tarikh tasyri'
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitan
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Harga sebuah kejujuran

  • 1. Harga Sebuah Kejujuran Oleh: Muhsin Hariyanto Mas Asro Kamal Rokan – penulis dan juga redaktur koran yang sampai saat ini masih saya jadikan bacaan wajib saya menjelang kerja di pagi hari – pernah menulis di Koran Republika, pada Rubrik “Resonansi”, dengan judul “Kembalilah pada Suara Hati” (Republika, Rabu, 18 November 2009). Dan, dalam pembacaan saya, tidak ada yang luar biasa pada tulisannya kecuali satu hal: “mengingatkan kepada semua pembacanya (dan juga dirinya) untuk bersikap jujur pada diri sendiri”. Di antara isi tulisannya, seraya mengutip QS asy-Syams, 91: 9-10, ia katakan: “Langit Indonesia berjelaga. Jelaga yang berselaput dalam jiwa itu akan tersingkir ketika hujan turun. Hujan adalah hati kita yang bersih dalam melihat persoalan. Maka, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Tidak hanya mas Asro Kamal Rohan yang prihatin melihat akrobat para para pemimpin kita. Semua orang yang masih punya nurani akan geram menonton pertunjukan ‘kebohongan’ yang dikemas dengan kata-kata indah “retorika burung onta” itu. “Naif”, kata salah seorang teman saya yang kebetulan saja bersama menonton acara dialog antara teman-teman KOMPAK dengan Komisi III DPR RI. Di mana nurani mereka? Kata teman saya, ketika mengomentari retorika para wakil rakyat kita. Memang di ketika sejumlah kepentingan menjadi “terlalu dipentingkan”, seperti ketika para wakil rakyat membeli kepentingan diri dan kelompoknya, nurani tiba-tiba bisa “mati’. Hati menjadi beku, seolah tak berdaya untuk menggapai nur Ilahi yang – antara lain – kemampuan untuk berkata “jujur”. Lain halnya dengan mBah Minah, seorang perempuan renta yang tak berdaya melawan tirani hukum di bawah pengaduan penguasa “perkebunan kakao”, PT Rumpun Sari Antan IV, yang memiliki lahan sangat luas, tidak kurang dari 200 ha, yang mungkin saja dia kuasai lahan itu dengan cara ‘tertentu’, seperti biasanya dilakukan oleh orang-orang berduit: “mezalimi siapa pun yang bisa dizalimi. Semua bisa terjadi karena – utamanya -- saya melihat mBah Minah ini adalah simbul manusia tidak berdaya, ketika menghadapi praktik peradilan yang lebih mendewakan “kepastian hukum”, dengan merujuk pasal-pasal KUHP, tanpa harus menengok nilainilai yang jauh melampaui teks-teks yang ada dari pasal perundang-undangan itu, yakni: “kemashlahatan utama yang dituju oleh semua ketentuan hukum, berupa “keadilan” untuk siapa pun. Semestinya, atas nama keadilan sang Hakim bisa saja membuat keputusan yang tak persis sama dengan bunyi teks perundang-undangan. 1
  • 2. Sebuah keputusan “bijak” untuk mBah Minah yang memang harus dibelaskasihani, tanpa harus mengakhianati amanat peraturan perundang-undangan. Saya membayangkan, bagaimana nurani pak polisi ketika harus menangkap mBah Minah, orang tua renta yang tidak berdaya itu hanyalah sebuah simbol bahwa mereka telah memenuhi kewajibannya. Mereka telah menjalankan tugas dan fungsinya untuk melayani masyarakat. Masyarakat yang bisa memohon kepada pak Polisi untuk bertugas membawa oarng yang diduga bersalah: “mBah Minah”, yang tak mungkin berani melawan dan membela diri. MBah Minah merupakan simbul manusia yang tidak akan berdaya untuk melawan siapa pun, apalagi harus berhadapan dengan para pengusaha yang punya segalanya untuk memohon kesediaan siapa pun untuk berbuat bagi kepentingan diri mereka. MBah Minah yang tak berdaya, pada akhirnya harus berhadapan dengan para sarjana hukum di lembaga peradilan yang kadang-kadang juga tak (akan) berdaya ketika berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang sulit disentuh oleh lembaga peradilan mana pun. Ketidakberdayaan orang-orang miskin, seperti mBah Minah, dan juga rakyat yang lemah di negeri ini di ketika menghadapi kekuasaan-kekuasaan adidaya, telah ditunjukkan oleh mBah Minah, yang jujur pada diri sendiri dan orang-orang yang membuatnya tak berdaya. Dia tergolek dalam hukuman penjara 1,5 bulan, dengan masa percobaan 3 bulan, dengan tangisnya yang mewakili kaum dhu’afa’ dan mustadh’afin, lemah tak berdaya dan terzalimi oleh sistem dan budaya “teks” yang mengalir menjadi keputusan hukum, minus wawasan “etis”. Melihat kasus mBah Minah, saya berkesimpulan bahwa Mas Asro Kamal Rohan “benar”, bahwa kejujuran adalah sifat yang terpuji yang kini semakin langka kita dapati. Termasuk – di dalamnya -- jujur kepada Tuhan, di samping kejujuran terhadap sesama dan diri sendiri. Karena jujur itu terkadang pahit. Seperti isyarat Nabi s.a.w. dalam salah satu sabdanya: ... ‫. . .قل .الحقو ، وإن كنان مر .ا‬ ًّ‫رُ ْنِ ك ْ َ ،َّ َْنِ ك ْ َ َ رُ ا‬ “…katakanlah semua yang benar, meskipun terasa pahit...” (Hadis Riwayat al-Baihaqi dari Abu Dzar al-Ghiffari, Syu’ab al-Îmân, VII/21) Kejujuran itu ada pada ucapan dan tindakan. Seorang yang beribadah dengan sikap riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan. Seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang beriman, padahal tidak ada iman di dalam dirinya. Kejujuran adalah sifat seorang mukmin yang selalu bersedia menampakkan sesuatu yang harus ditampakkan, meskipun harus menghadapai sejumlah risiko. Sedangkan 2
  • 3. kebohongan adalah sifat orang yang munafik yang selalu menyembunyikan sesuatu agar terkesan benar. Dan fenomena kedua inilah yang lebih banyak kita saksikan di negeri kita tercinta. Terlalu banyak jumlahnya orang yang berada dalam jamaah “pembohong”, dan terlalu sedikit jumlahnya orang yang berani menjadi bagian dari jamaah “orang yang jujur”. Merujuk pada ajaran Nabi kita (Muhammad s.a.w.), beliau selalu menganjurkan umatnya untuk bersikap “jujur” dalam segala hal, karena – dalam pandangannya -- kejujuran merupakan modal bagi siapa pun untuk membina diri menjadi manusia yang berakhlak mulia. Sebagaimana sabdanya: َّ. ِ‫إَّرِ .َّ ِّ بْ إَ إَ بْ ّرِ ّرِإَ بْ ّرِ ِّ إَّرِ .َّ بْ ّر‬ ‫. . .فإن الصدق يهد ى إل ى البر وإن البر‬ ... “…sesungguhnya kejujuran akan membawa kepada kebajikan...” (Hadis Riwayat Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh Muslim, VIII/29) Ketika memilah kejujuran, para ulama menyatakan bahwa ragam kejujuran bisa kita pilah menjadi 5 (lima) macam: Pertama, “jujur dalam niat”, yang pada akhirnya memunculkan sikap ikhlas. Kedua, “jujur dalam ucapan”. Katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ketiga, “jujur dalam tekad”, yang berimplikasi pada adanya komitmen terhadap apa pun yang diyakini benar dan baik. Keempat, “jujur dalam perbuatan”. Apa yang dikerjakan secara lahiriah adalah apa yang ada dalam sikap batinnya, yang dengannya seseorang akan memiliki integritas tinggi”. Kelima, “Jujur dalam keberagamaan. Artinya apa yang dilaksanakannya dalam dalam kegiatan ritualnya adalah apa yang menjadi pengetahuan dan keyakinannya, hingga seseorang benar-benar memiliki penghayatan yang tinggi atas seluruh amalannya di dalam beragama. Antara lain ditunjukkan dengan kesadarannya untuk beramal saleh dengan landasan imannya yang kokoh, yang pada akhirnya akan membentuk ketakwaan pada dirinya. Implementasi dari gagasan “kejujuran” ini tidak serta merta akan dapat terwujud pada setiap pribadi. Dibutuhkan kerja keras, cerdas dan ikhlas. Karena, tidak mungkin seseorang menggapai sikap jujur ini dalam pengertian hakiki, kecuali setelah berproses dalam pergumulannya dengan realitas kehidupan. Nilai kejujuran akan selalu menang dalam setiap tantangan kehidupan di ketika seseorang sudah terlatih untuk “jujur” dalam setiap ragam kejujuran dalam satu kepaduan (niat, ucapan, tekad, perbuatan dan keberagamaan). Setiap ragam kejujuran memiliki proses dan hasil akhir sendiri-sendiri. Ada kalanya cepat, dan adakalanya lambat dalam berproses. Dan hasilnya pun kadang-kadang lemah dan kadangkala kuat untuk setiap pribadi, di mana pun dan kapan pun dia berada. Pada saat seseorang memiliki kekuatan untuk berproses dengan seluruh tantangan yang dihadapinya, maka dia pun akan menuai hasil yang kuat. Dia akan menjadi orang yang “jujur” dan menikmati kejujurannya. Tetapi faktanya tidak selalu ideal. Terkadang pada kondisi tertentu seseorang bisa berproses cepat untuk menjadi “jujur”, tetapi dalam kondisi yang lain 3
  • 4. justeru sebaliknya. Seeorang akan mengalami kesulitan yang berarti untuk bersikap “jujur”, karena kendala internal dan eksternalnya yang sebegitu kuat menghambatnya. MBah Minah hanyalah sebuah contoh kasus. Di ruang dan waktu yang berbeda masih terus diharapkan akan muncul mBah Minah-mBah Minah lain yang akan bisa mempermalukan para pemimpin kita yang -- untuk sementara waktu – masih menyembunyikan nuraninya. Tak mampu bersikap jujur, karena takut terhadap risiko yang akan diterimanya. MBah Minah mengajarkan hikmah kepada kita bahwa hakikat kejujuran dalam hal ini adalah suratan takdir yang telah terhubung dengan Sang Khaliq (Allah). Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah akan melihat dengan cermat setiap orang yang berbuat kebajikan dan – sebaliknya -- juga melihat (dengan cermat) mereka yang telah berbuat zalim. Belajar dari kasus mBah Minah, saya berkesimpulan bahwa kejujuran memang sangat mahal. Tetapi, semahal apa pun kejujuran itu, kita harus memerjualbelikannya dalam realitas kehidupan ini sampai batas tetes darah terakhir. Dan kata kuncinya adalah: “kembalilah pada suara hati kita”, kita pun akan berani menanggung risiko apa pun atas kejujuran yang telah kita pilih. Nah, saat ini saya sedang ‘mencermati’ kasus “Anas Urbaningrum” yang sedang berada di KPK. Pertanyaan yang selalu ada di bena saya: “Mampukah lembaga peradilan kita menjadikan dirinya sebagai tempat untuk menegakkan keadilan, dan bukan ‘sekadar’ tempat untuk menghukum orang?” Ingat firman Allah: َ‫بْ إَ ُّ ّرِ .َّ ِّ إَ إَ إَ إَ ْمُ إَ .َّ ّرِ إَ بْ ْمُ بْ إَ ّرِ إ‬ ‫الحق من ربك فال تكنونن من الممترين‬ “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS al-Baqarah/2:147) Dan juga firman-Nya: َ‫إَ إَ ُّ إَ .َّ ّرِ إَ إَ ْمُ ْمُ ْمُ إَ .َّ ّرِ إَ ّرِ بْ ّرِ بْ ّرِ ْمُ إَ إَ إ‬ ‫يلا أيهلا الذين آمننوا كنوننوا قنوامنين بلالقسط ش شهداء‬ ْ‫.َّ إَإَ بْ إَإَ إَ بْ ْمُ ّرِ ْمُ بْ إَ ّرِ بْ إَ ّرِ إَ بْ ّرِ إَ إَبْ بْ إَ ّرِ إَ ّرِ ب‬ ‫لِل ولنو علش ى أنفسشكم أو النوالشدين والقربنيشن إن‬ ِ‫ّر‬ ‫يكن غ ّرِنيششلا أو فقنيشرا فششلالِل أولشش ى بهمششلا فال تتبعششنوا‬ ُ‫إَ ْمُ بْ إَناًّ إَ بْ إَ ّرِ اً إَ .َّ إَ بْإَ ّرِ ّرِ إَ إَ إَ إَ.َّ ّرِ ْم‬ ُ‫ْم‬ َ‫إ‬ َّ. َّ. ِ‫بْ إَ إَ إَ بْ إَ بْ ّرِْمُ إَّرِ بْ إَ بْ ْمُ إَ بْ ْمُ بْ ّرِ ْمُ إَّر‬ ‫الهنو ى أن تعدلنوا وإن تلنووا أو تعرضنوا فإن الِل‬ ‫كلان بملا تعملنون خبنيرا‬ ً‫إَ إَ ّرِ إَ إَ بْ إَْمُ إَ إَ ّرِ ا‬ “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benarbenar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap 4
  • 5. dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia [tergugat atau terdakwa] kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS an-Nisâ’/4: 135). “Keadilan adalah sendi negara. Tidak akan kekal suatu kekuasaan tanpa menegakkan keadilan. Kalau tak ada hukum yang adil, maka orang akan hidup dalam anarki, tidak punya sandaran dan pegangan.” Seorang ahli hikmah mengatakan, “Keadilan seorang penguasa terhadap rakyatnya mestilah dengan empat perkara, yaitu dengan menempuh jalan yang mudah, meninggalkan cara yang sulit dan menyulitkan, menjauhkan kesewenang-wenangan, dan menegakkan kebenaran dalam perilakunya”. ”Menegakkan keadilan harus dengan secara mutlak dan menyeluruh. Tidak karena sebab sesuatu, keadilan itu berubah fungsi. Jangan karena perbedaan kedudukan, golongan, dan keadaan sosial mengakibatkan perlakuan keadilan itu tidak sama”. Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 5
  • 6. dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia [tergugat atau terdakwa] kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS an-Nisâ’/4: 135). “Keadilan adalah sendi negara. Tidak akan kekal suatu kekuasaan tanpa menegakkan keadilan. Kalau tak ada hukum yang adil, maka orang akan hidup dalam anarki, tidak punya sandaran dan pegangan.” Seorang ahli hikmah mengatakan, “Keadilan seorang penguasa terhadap rakyatnya mestilah dengan empat perkara, yaitu dengan menempuh jalan yang mudah, meninggalkan cara yang sulit dan menyulitkan, menjauhkan kesewenang-wenangan, dan menegakkan kebenaran dalam perilakunya”. ”Menegakkan keadilan harus dengan secara mutlak dan menyeluruh. Tidak karena sebab sesuatu, keadilan itu berubah fungsi. Jangan karena perbedaan kedudukan, golongan, dan keadaan sosial mengakibatkan perlakuan keadilan itu tidak sama”. Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 5