Penelitian ini membahas motif dan konstruksi makna pengelolaan Rumah Baca Anak "Sahabat Jiwa" oleh komunitas Sahabat Jiwa di Cirebon. Motif pengelolaan terdiri dari berbagi ilmu dan mencari pengalaman (because motives), serta pengabdian, menumbuhkan minat baca anak, membangun karakter, dan meningkatkan kualitas anak (in order to motives). Konstruksi makna pengelolaan bagi pengelola adalah rumah kedua.
1. 1
MOTIF ANGGOTA KOMUNITAS DALAM MENGELOLA RUMAH
BACA ANAK “SAHABAT JIWA” DI KOTA CIREBON
Muhammad Wildan Ali Syafa’at1
, Neneng Komariah2
, Edwin Rizal3
1,2,3
Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor
Email : 1
muhwildanali@gmail.com, 2
neneng.komariah@unpad.ac.id,
3
edwin.rizal@unpad.ac.id
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang pengelolaan
rumah baca anak “sahabat jiwa” oleh
komunitas sahabat jiwa. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui konstruksi makna
Pengelolaan Rumah Baca Anak “Sahabat
Jiwa” bagi pengelola dan motif Pengelola
Komunitas Sahabat Jiwa dalam mengelola
Rumah Baca Anak “Sahabat Jiwa”. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi dari pemikiran
Alfred Schutz. Informan penelitian ini adalah
enam orang pengelola rumah baca anak
“sahabat jiwa”. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa motif dalam pengelolaan
rumah baca anak “sahabat jiwa” yaitu because
motives yang terdiri dari berbagi ilmu karena
kemampuan berbahasa inggris yang
dimilikinya dan mencari pengalaman setelah
memenuhi ajakan temannya yang tergabung
dalam pengelola rumah baca anak “sahabat
jiwa”. Kemudian in order to motives terdiri
dari pengabdian, menumbuhkan minat
membaca anak di Kampung Purwasari,
membangun karakter anak dan meningkatkan
kualitas anak di Kampung Purwasari.
Sedangkan konstruksi makna Pengelolaan
Rumah Baca Anak “Sahabat Jiwa” bagi
pengelola yaitu Rumah Kedua” bagi para
pengelola.
Kata kunci : motif pengelolaan, konstruksi
makna, Fenomenologi Alfred Schutz
Abstract
This research is talking management of child
reading houses “sahabat jiwa” by a sahabat
jiwa community. This research is aimed to
discover the meaning construction of Sahabat
Jiwa child reading house management toward
manager and motive of those managers in
doing management of this child reading
house. The methode in this research is
qualitative within phenomenology
approachment by Alfred Schutz. To fulfil the
data, there are six informants of Sahabat Jiwa
child reading house managers. Data of this
research are collected by using observation,
interview and documentation. The results
show that the motive is because motive such
as to give several knowledge such English and
to look for more experiences after being asked
by friends which have been joined first.
Another finding is in order to motives such as
service, to increase child’s reading interest in
2. 2
Kampung Purwasari, build up child character
and to develop child’s quality in Kampung
Purwasari. While the meaning construction in
managing Sahabat Jiwa child reading house
toward its managers is as a second home for
them.
Key words: Managing motives, meaning
construction, Phenomenology Alfred Schutz
Pendahuluan
Rumah Baca anak ―Sahabat Jiwa‖
adalah sebuah rumah baca untuk anak
dengan konsep perpustakaan yang
didirikan oleh Komunitas Sahabat Jiwa.
Rumah Baca ―Sahabat Jiwa‖ berada di
Jalan Purwasari, Gang Anggur nomor 187,
RT 05 RW 05, Kelurahan Pulasaren,
Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Jawa
Barat. Daerah tersebut merupakan daerah
pemukiman padat penduduk yang berada
diantara dua perlintasan kereta api.
Beberapa tahun yang lalu, penduduk
kampung ini terancam digusur oleh PT
KAI namun saat ini statusnya pun masih
belum jelas karena terjadi saling klaim
antara Keraton dan PT KAI.
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖
didirikan pada tanggal 11 Oktober tahun
2015. Ide pendirian rumah baca tersebut
muncul dari si penggagas‖ yaitu Ch,
Yulius Darmawan., S.Psi. atau biasa
dipanggil ― Kak Iyoes ― yang awalnya
melihat karakteristik anak – anak di
pemukiman penduduk kampung Purwasari
cenderung agresif, mudah marah, mudah
memukul, mudah memaki, kurang
perhatian, terpapar kriminalitas dan
pergaulan buruk. juga minimnya ruang
bermain untuk anak. Karena merasa
prihatin melihat kondisi lingkungan
sekitarnya, dia berpikir bahwa yang dapat
menyelamatkan kawasan ini adalah orang
– orang yang ada di kawasan tersebut
dengan cara memulainya dari langkah
kecil yaitu mendidik anak – anak di
pemukiman penduduk Kampung
Purwasari. Mereka harus dibina agar
mereka memiliki pemikiran yang luas dan
dapat menggunakan kreativitas mereka
untuk membangun tempat tinggalnya.
Dengan memanfaatkan salah satu
ruangan dirumahnya yang sudah tidak
terpakai, Rumah Baca Anak ―Sahabat
Jiwa‖ diciptakan dengan tujuan sebagai
wadah bagi masyarakat khususnya anak –
anak di Kampung Purwasari untuk dapat
bermain dengan permainan yang
bermakna, membentuk karakter yang baik
bagi anak – anak, meminimalisir pengaruh
yang negatif dari Kampung Purwasari dan
meningkatkan minat membaca. Saat ini,
koleksi yang tersedia di Rumah Baca Anak
―Sahabat Jiwa‖ sekitar 600 - 1000 koleksi
buku. Koleksi bacaan yang tersedia di
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖ terdiri
dari berbagai macam genre yaitu novel,
buku pelajaran, buku bergambar anak -
3. 3
anak, dongeng anak dan jenis bacaan
lainnya untuk anak – anak. Buku – buku
tersebut awalnya merupakan koleksi
pribadi Pengurus Rumah Baca Anak
―Sahabat Jiwa‖, namun seiring berjalannya
waktu banyak orang atau komunitas lain
yang menyumbangkan bukunya kepada
Rumah Baca Anak ― Sahabat Jiwa‖.
Sebelum buku disimpan di rak koleksi,
biasanya Kak Iyoes selektif dalam memilih
buku. Buku bacaan yang mengandung
unsur politik, romansa, tentang agama,
mengandung unsur sara maupun
pornografi tidak disimpan di rak koleksi
melainkan disumbangkan kepada
komunitas pegiat literasi maupun
komunitas lain yang membutuhkan. Hal
ini dilakukan karena Rumah Baca ini
diperuntukkan untuk anak – anak.
Anak – anak dibebaskan untuk
membaca dirumah baca ini tanpa
persyaratan khusus dan pungutan biaya
tetapi buku hanya boleh dibaca ditempat,
tidak diperkenankan dipinjam dan dibawa
pulang. Peraturan ini diterapkan karena
dikhawatirkan jika dibawa pulang, buku
koleksi tersebut rusak ataupun hilang
sehingga membuat anak – anak Kampung
Purwasari menjadi takut untuk berkunjung
ke Rumah Baca lagi. Selain menyediakan
bahan bacaan untuk anak – anak, Rumah
Baca Anak ―Sahabat Jiwa― juga
mempunyai program yang unik dan
mengarah ke pendidikan yaitu Kejar
Calista (kelompok belajar baca tulis
matematika), Kejar Berbaris (kelompok
belajar bahasa inggris), Sekolah Kreatif
dan Literasik (Literasi Asyik). Di kegiatan
Kejar Calista dan Kejar Berbaris ini, anak
– anak diberi pengetahuan mengenai
pelajaran matematika dan bahasa inggris.
Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari
Sabtu dimulai dari pukul 15.00 hingga
menjelang maghrib. Sedangkan kegiatan
Sekolah Kreatif dan Literasik dilaksanakan
setiap hari minggu secara bersamaan dan
dengan jam yang sama. Kegiatan Sekolah
kreatif berbeda setiap minggunya. Adapun
kegiatan Sekolah Kreatif terdiri dari hasta
karya, menggambar, dongeng dan olah
suara.
Rumah baca adalah sebutan lain
untuk perpustakaan. Dalam
perkembangannya, perpustakaan memiliki
berbagai nama seperti rumah baca,
perpustakaan jalanan, sanggar baca, pojok
baca, taman baca dan lain sebagainya.
Nama – nama tersebut tentu saja memiliki
fungsi yang sama dengan perpustakaan
pada umumnya yaitu memberikan akses
bagi masyarakat dalam mencari informasi
sesuai kebutuhannya serta sarana
pendidikan untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
sebagai perpustakaan, Rumah baca
4. 4
menyediakan bahan bacaan dengan genre
yang beragam dan dekat dengan
masyarakat, seperti di kawasan
pemukiman penduduk, daerah
perkampungan dan lain sebagainya.
Siapapun bisa membaca di rumah baca
tanpa ada persyaratan apapun dan
pungutan biaya.
Keberadaan Rumah Baca telah
menjadi fenomena tersendiri bagi dunia
literasi di berbagai tanah air Indonesia saat
ini. Hal tersebut diketahui dengan
melakukan pencarian pada kolom
pencarian media sosial Instagram dengan
kata kunci ―rumah baca― dari hasil
pencarian tersebut ada sekitar 40 akun
instagram yang mempunyai nama rumah
baca. Jumlah rumah baca di Indonesia
sebenarnya bisa dikatakan lebih banyak
daripada jumlah tersebut, hal ini
dikarenakan adanya rumah baca yang tidak
memiliki akun media sosial instagram.
Biasanya Rumah Baca didirikan oleh
sekelompok orang atau komunitas –
komunitas pegiat literasi maupun
komunitas yang bergerak di bidang sosial
yang peduli dengan rendahnya minat baca
masyarakat di Indonesia dengan
memanfaatkan ruangan maupun bangunan
yang sudah tidak terpakai. Rumah baca
mempunyai tujuan yang sama dengan
TBM (Taman Baca Masyarakat) yaitu
untuk meningkatkan minat baca
masyarakat. Adanya rumah baca menjadi
salah satu solusi dari sulitnya masyarakat
untuk mendapatkan bacaan dan mengatasi
permasalahan rendahnya minat baca di
Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa
angka minat baca masyarakat Indonesia
dikatakan cukup rendah. Menurut data dari
UNESCO persentase minat baca di
Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari
10.000 anak Indonesia, hanya satu orang
yang suka membaca sehingga minat baca
di Indonesia menduduki peringkat 60 dari
61 negara.
Rumah baca mempunyai kelebihan
yang dimilikinya yaitu tidak adanya
peraturan yang mengikat seperti halnya
perpustakaan yang disediakan oleh
pemerintah. Keberadaan rumah baca dapat
memudahkan masyarakat dengan lokasi
yang cukup strategis yaitu daerah
pemukiman padat penduduk atau
perkampungan yang lebih dekat dengan
masyarakat. Bacaan yang tersedia dengan
berbagai macam genre yang membuat
masyarakat tertarik untuk mengunjungi
rumah baca. Rumah baca muncul dengan
menyediakan berbagai bahan bacaan
dengan genre yang beragam sebagai salah
satu solusi mengatasi minat baca yang
rendah di masyarakat dimana saat ini
banyak orang yang kurang mempedulikan
tentang pentingnya membaca. Biasanya
rumah baca didirikan oleh sekelompok
5. 5
orang atau komunitas – komunitas pegiat
literasi maupun komunitas yang bergerak
di bidang sosial yang peduli dengan
rendahnya minat baca masyarakat di
Indonesia dengan memanfaatkan ruangan
maupun bangunan yang sudah tidak
terpakai. Demikian juga halnya Komunitas
―Sahabat Jiwa‖ dalam mengelola Rumah
Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖ juga
memanfaatkan salah satu ruangan dari
rumah si penggagas yaitu Ch, Yulius
Darmawan., S.Psi. atau biasa dipanggil
―Kak Iyoes― yang sudah tidak terpakai
sekaligus karena dia melihat karakteristik
anak – anak di pemukiman penduduk
kampung Purwasari yang cenderung
agresif, mudah marah, mudah memukul,
mudah memaki, kurang perhatian, terpapar
kriminalitas, pergaulan buruk dan
minimnya ruang bermain untuk anak.
Berangkat dari hal inilah peneliti tertarik
untuk meneliti Pengelolaan Rumah Baca
Anak ” Sahabat Jiwa ” oleh Komunitas
Sahabat Jiwa dengan menggunakan studi
fenomenologi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi
dipilih karena fenomenologi menjelaskan
suatu fenomena, mengklasifikasikan
fenomena atau studi fenomena dan
mencari makna. Seperti halnya keberadaan
Rumah Baca yang telah menjadi fenomena
tersendiri bagi dunia literasi di berbagai
tanah air Indonesia saat ini dan peneliti
ingin mengetahui makna Pengelolaan
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖ bagi
pengelola dengan menggunakan teori
interaksi simbolik dari George Herbert
Mead & Herbert Blumer. Dengan
menggunakan fenomenologi menurut
pemikiran Alfred Schutz, maka peneliti
juga ingin mengetahui motif – motif yang
terdiri dari ―motif untuk‖ (in-other-to
motivates) dan ―motif karena‖ (because
motivates) Komunitas Sahabat Jiwa dalam
Mengelola Rumah Baca Anak ―Sahabat
Jiwa‖.
Subjek penelitian adalah pendiri
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖ dan
pengurus inti rumah baca yang terdiri dari
5 orang karena mereka sudah memiliki
pengalaman dalam mengurus dan
mengelola rumah baca tersebut.
Sedangkan objek penelitian ini adalah
Makna Pengelolaan Rumah Baca Anak
―Sahabat Jiwa‖ bagi pengelola dan Motif
Pengelola Komunitas Sahabat Jiwa dalam
Mengelola Rumah Baca Anak ―Sahabat
Jiwa‖ yang terdiri dari motif alasan
(because motives) dan motif tujuan (in
order to motives).
Adapun penelitian ini dimulai dari
bulan November tahun 2018 sampai
6. 6
dengan bulan April tahun 2019. Penelitian
ini dilakukan di Rumah Baca ―Sahabat
Jiwa‖ yang berada di Jalan Purwasari,
Gang Anggur nomor 187, RT 05 RW 05,
Kelurahan Pulasaren, Kecamatan
Pekalipan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada
setiap hari Sabtu dan minggu pada pukul
15.00 hingga menjelang maghrib.
Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara
dengan para pengelola rumah baca dan
dokumentasi agar penelitian tersebut benar
– benar sedang dilakukan oleh peneliti
yang di dapatkan melalui foto pada saat
observasi, wawancara maupun aktivitas
yang dilakukan Komunitas Sahabat Jiwa di
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖,
informasi dari media sosial dan sumber
lainnya yang mendukung penelitian ini.
Dalam menganalisis data hasil
wawancara, peneliti mengikuti pedoman
pada tahapan – tahapan yang disarikan
oleh Creswell (dalam Kuswarno, 2009:72)
yaitu (1) peneliti membuat deskripsi
lengkap dengan menggunakan transkrip
wawancara atas pengalaman key informan
(2) peneliti mengidentifikasi pernyataan –
pernyataan yang muncul dalam proses
wawancara dan membuat pernyataan –
pernyataan yang penting (3)
mengelompokkan pernyataan menjadi
kesatuan unit yang bermakna (meaning
unit) dan peneliti membuat deskripsi
tentang apa yang telah terjadi dari
pengalaman tersebut (textural description)
(4) kemudian mengkonstruksi seluruh
penjelasannya tentang makna dan esensi
(essence) pengalaman key informan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembudayaan kegemaran dan
kebiasaan membaca pada masyarakat
dapat dilakukan melalui penyediaan sarana
bacaan di tempat–tempat umum yang
mudah dijangkau, murah dan bermutu.
Salah satu cara yang dapat menumbuhkan
kegemaran dan kebiasaan membaca
masyarakat adalah melalui taman bacaan
masyarakat (TBM) atau rumah baca.
Definisi taman bacaan masyarakat
menurut Damayani dkk yaitu merupakan
sebuah tempat/wadah yang didirikan dan
dikelola baik oleh masyarakat maupun
pemerintah dalam rangka penyediaan
akses layanan bahan bacaan bagi
masyarakat sekitar sebagai salah satu
sarana utama dalam perwujudan konsep
pembelajaran sepanjang hayat untuk
mendukung peningkatan kualitas hidup
masyarakat sekitar. (Damayani, et al.
2017). Kemudian definisi rumah baca
menurut Sutarno NS (2006: 19) Taman
Baca Masyarakat (TBM) merupakan
susunan lembaga pendidikan yang
memiliki tanggung jawab, wewenang dan
7. 7
berbagai bentuk hak masyarakat dalam
mengelola, membangun dan
mengembangkannya. Dalam hal ini, dapat
disimpulkan bahwa taman bacaan
masyarakat perlu untuk rasa, untuk ikut
memiliki dan bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Buku Taman Bacaan
Masyarakat Rintisan (2013: 4) Taman
Baca Masyarakat adalah sarana atau
lembaga pembudayaan kegemaran
membaca masyarakat yang menyediakan
dan memberikan layanan di bidang bahan
bacaan berupa: buku, majalah, tabloid,
koran, komik, dan bahan multimedia lain
yang dilengkapi dengan ruangan untuk
membaca, diskusi, bedah buku, menulis,
dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung
oleh pengelola yang berperan sebagai
motivator. Mengacu pada pendapat para
ahli mengenai Taman Baca Masyarakat,
maka Taman Baca Masyarakat merupakan
sarana yang menyediakan bahan bacaan
berupa buku, majalah, tabloid, koran,
komik dan didirikan oleh suatu kelompok
maupun komunitas yang peduli dengan
rendahnya minat baca di lingkungannya
guna menumbuhkan budaya atau minat
membaca di semua kalangan khususnya
masyarakat sekitarnya.
Taman baca mempunyai tujuan dan
sasaran yang serupa dengan rumah baca
yaitu memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat setempat. Keberadaan maupun
peran taman baca masyarakat dan rumah
baca yang sangat strategis tentu banyak
diminati oleh anggota masyarakat. Taman
baca masyarakat dan rumah baca dapat
dikembangkan sebagai wahana berkumpul,
belajar dan berdialog antarwarga dalam
memecahkan masalah bersama,
mengembangkan ide dan gagasan demi
kemajuan masyarakat. Kegiatan tersebut
dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menghindari kebiasaan buruk atau
kejahatan seperti kenakalan remaja,
perilaku menyimpang dan lain sebagainya.
Pada dasarnya Taman Baca
Masyarakat dan Rumah Baca bukanlah
sebuah perpustakaan yang harus
memenuhi standar nasional perpustakaan
seperti standar koleksi, standar sarana dan
prasarana, standar pelayanan perpustakaan,
standar tenaga perpustakaan, standar
penyelenggaraan dan standar pengelolaan
melainkan fasilitas umum yang sengaja
dibuat untuk membantu upaya
menciptakan kegemaran, kebiasaan dan
budaya membaca. Mereka menaruh peduli
atas kondisi di lingkungan yang
membutuhkan sarana dan fasilitas
membaca Taman baca atau rumah baca
lebih tepat disebut fasilitas membaca yang
berada di tengah – tengah komunitas
(community library), rumah atau tempat
tinggal penduduk atau tempat tertentu.
Demikian juga halnya Komunitas
8. 8
―Sahabat Jiwa‖ dalam mengelola Rumah
Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖ juga
memanfaatkan salah satu ruangan dari
rumah si penggagas yaitu Ch, Yulius
Darmawan., S.Psi. atau biasa dipanggil
―Kak Iyoes― yang sudah tidak terpakai
sekaligus karena dia melihat karakteristik
anak – anak di pemukiman penduduk
kampung Purwasari yang cenderung
agresif, mudah marah, mudah memukul,
mudah memaki, kurang perhatian, terpapar
kriminalitas, pergaulan buruk dan
minimnya ruang bermain untuk anak.
Pada bagian ini, peneliti
menguraikan dan menganalisis hasil
penelitian mengenai Pengelolaan Rumah
Baca Anak ‖ Sahabat Jiwa ‖ oleh
Komunitas Sahabat Jiwa yang terdiri dari
motif pengelola komunitas sahabat jiwa
dalam mengelola rumah baca anak
―sahabat jiwa‖ dan makna pengelolaan
rumah baca anak sahabat jiwa bagi
pengelola.
1. Konstruksi Makna Pengelolaan
Rumah Baca Anak “Sahabat
Jiwa” bagi pengelola
Pengelola rumah baca anak
―sahabat jiwa‖ adalah mereka yang aktif
dan berkecimpung dalam mengelola
rumah baca anak ―sahabat jiwa‖. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengelola,
tentu setiap aktivitas dan kegiatan mereka
yang telah dilaluinya akan dijadikan
pengalaman oleh pengelola dalam
memaknai dirinya sebagai pengelola
rumah baca anak ―sahabat jiwa‖.
Ide dasar dari teori interaksi
simbolik menyatakan bahwa lambang atau
simbol kebudayaan dipelajari melalui
interaksi, orang akan memberi makna
terhadap segala hal yang akan mengontrol
sikap tindak mereka. Paham mengenai
interaksi simbolik (symbolic
interactionism) adalah suatu cara berpikir
mengenai pikiran (mind), diri dan
masyarakat. Dengan menggunakan
sosiologi sebagai pondasi, paham ini
mengajarkan bahwa ketika manusia
berinteraksi satu sama lainnya, mereka
saling membagi makna untuk jangka
waktu tertentu dan untuk tindakan
tertentu. (Morissan, 2013:126). Dari
berbagai pengalaman mereka pada saat
menjadi pengelola rumah baca, maka akan
menjadi makna diri bagi masing-masing
individu apabila para pengelola berusaha
memahami pengalaman yang telah
dialaminya.
Fenomenologi mencoba mencari
pemahaman bagaimana manusia
mengkonstruksi makna dan konsep –
konsep penting dalam kerangka
intersubjektivitas. Intersubjektif karena
pemahaman kita mengenai dunia dibentuk
oleh hubungan kita dengan orang lain.
Walaupun makna yang kita ciptakan dapat
9. 9
ditelusuri dalam tindakan, karya dan
aktivitas yang kita lakukan, tetap saja ada
peran orang lain didalamnya. (Kuswarno,
2009:2). Dalam pandangan Schutz,
hubungan-hubungan sosial antar manusia
membentuk totalitas masyarakat. Jadi
dalam kehidupan totalitas masyarakat,
setiap individu menggunakan simbol-
simbol yang telah diwariskan padanya
untuk memberi makna pada tingkah
lakunya sendiri. (Schutz dalam Kuswarno,
2009: 18). Dalam fenomenologi Schutz
bertujuan menangkap suatu makna dari
tindakan individu sebagaimana individu
tersebut memahami tindakannya. Apabila
dikaitkan dengan penelitian ini, maka
tujuannya adalah menangkap makna dari
pengelola sekaligus pengurus inti rumah
baca bagi dirinya yang sudah mengelola
rumah baca dan melakukan berbagai
aktivitas di rumah baca anak ―sahabat
jiwa‖.
Menjadi pengelola rumah baca
dapat dijadikan fasilitator, maka
pengelolaan rumah baca tidak hanya
berkutat dengan menyediakan buku untuk
dibaca. Sebagai fasilitator maka tugas para
pengelola rumah baca anak adalah sarana
berinteraksi dengan anak-anak di
Kampung Purwasari. Dengan menjadi
pengelola rumah baca anak ―sahabat jiwa‖
pengelola merasakan hal tersebut
merupakan suatu kegiatan yang dapat
menyegarkan pikiran dengan berinteraksi
dengan anak-anak, warga sekitar rumah
baca maupun sesama pengelola rumah
baca, dia merasa mendapatkan penyegaran
pikiran. Selain itu, menjadi pengelola
rumah baca dapat dijadikan sarana untuk
mengembangkan minat dan bakat bagi
pengelola. Seperti mengembangkan
kemampuan berbahasa inggris yang
dimilikinya, menjadi pengelola rumah
baca juga dapat mengembangkan
kemampuannya berkomunikasi karena dia
menjabat sebagai menjabat sebagai
Sponsorship and Partnership yang
bertugas menjalin relasi kepada agen untuk
bekerja sama sekaligus dapat menambah
relasi.
Adanya rumah baca juga dapat
dijadikan para pengelola sebagai sarana
untuk mengembangkan anak-anak di
Kampung Purwasari supaya mereka
menjadi generasi yang cerdas dan
mempunyai karakter yang positif. Melihat
kondisi anak-anak di Kampung Purwasari
yang cenderung agresif, mudah marah,
mudah memukul, mudah memaki, kurang
perhatian, terpapar kriminalitas dan
pergaulan buruk lainnya membuat
pengelola tertarik untuk berinteraksi
dengan anak-anak di Kampung Purwasari.
Sehingga aktivitas sebagai pengelola
rumah baca membuat pengelola merasa
mendapatkan pelajaran dari anak-anak di
10. 10
Kampung Purwasari terutama pelajaran
yang berhubungan dengan kehidupan.
Berdasarkan pernyataan yang telah
disampaikan oleh masing-masing
pengelola maka bisa dikatakan bahwa
konstruksi makna pengelolaan rumah baca
bagi pengelola yaitu ―Rumah Kedua‖ bagi
mereka. Apabila ditampilkan dalam bentuk
gambar, maka Konstruksi Makna
Pengelolaan Rumah Baca Anak ―Sahabat
Jiwa‖ bagi pengelola yaitu sebagai berikut
:
Selain itu, pernyataan yang telah
disampaikan oleh masing-masing
pengelola mengenai konstruksi makna
pengelolaan rumah baca bagi pengelola ini
sesuai dengan model proses makna yang
pertama menurut Wendell Johnson dalam
(Sobur, 2003: 258) yaitu sebagai berikut :
― Makna ada dalam diri manusia.
Makna tidak terletak pada kata-
kata melainkan pada manusia. Kita
menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin kita
komunikasikan. Tetapi kata-kata
ini tidak secara sempurna dan
lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Demikian
pula, makna yang didapat
pendengar dari pesan-pesan kita
akan sangat berbeda dengan makna
yang ingin kita komunikasikan.
Komunikasi adalah proses yang
kita gunakan untuk mereproduksi,
di benak pendengar, apa yang ada
dalam benak kita. Reproduksi ini
hanyalah sebuah proses parsial dan
selalu bisa salah ―. (Wendell
Johnson dalam Sobur, 2003:258).
2. Motif Anggota Komunitas dalam
Mengelola Rumah Baca Anak
“Sahabat Jiwa”
Motif merupakan tindakan yang
dilakukan oleh setiap manusia. Setiap
Rumah Kedua
fasilitator
sarana
mengambangkan
minat dan bakat
penyegar
pikiran
sarana untuk
mengembangkan anak-
anak Kampung
Purwasari
memetik
pelajaran
kehidupan
Gambar 1. Skema Konstruksi Makna Pengelolaan Rumah Baca Anak " Sahabat Jiwa " Bagi Pengelola
11. 11
tindakan yang dilakukan oleh individu
didasari dengan motif. Menurut Adi, motif
dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati
secara langsung, tetapi dapat
diinterpetasikan dalam tingkah lakunya,
berupa rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga munculnya suatu
tingkah laku tertentu (Adi dalam Uno,
2013:4)
Suatu motif dibentuk karena
adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi
oleh individu tersebut. Dalam memenuhi
kebutuhannya, setiap individu
memunculkan suatu motif yang ingin
dicapai olehnya. Seperti halnya yang
terjadi dalam pembentukan motif dari para
pengelola rumah baca anak ―sahabat jiwa‖
berdasarkan hasil penelitian yang terdapat
berbagai pendapat tentang motif
pengelolaan rumah baca anak ―sahabat
jiwa‖. Para pengelola rumah baca anak
―sahabat jiwa‖ yang menjadi informan
memiliki pendapatnya masing-masing
mengenai motif pengelolaan rumah baca
anak ―sahabat jiwa‖.
Dalam pengelolaan rumah baca
anak ―sahabat jiwa‖ tentu memiliki motif
dari para pengelolanya. Motif inilah yang
mendasari keenam pengelola rumah baca
anak ―sahabat jiwa‖ untuk mengelola
rumah baca dengan konsep perpustakaan
pada tahun 2015 yang lalu. Proses
penelusuran motif pengelolaan rumah baca
anak ―sahabat jiwa‖ dilakukan dengan
mewawancarai enam pengurus inti rumah
baca anak ―sahabat jiwa‖ saat ini.
Motif menurut fenomenologi
Schutz terbagi menjadi dua yaitu motif
alasan (because motive) dan motif tujuan
(in order to motive). Because motive
merupakan motif alasan seorang individu
untuk melakukan suatu tindakan karena
adanya dorongan masa lalu yang
membuatnya atau menyebabkan seseorang
untuk melakukan suatu tindakan tertentu
sehingga bisa dikatakan bahwa motif ini
berasal dari dalam diri individu itu sendiri
yang membuatnya melakukan suatu
tindakan. Maka dalam konteks penelitian
ini because motive berkaitan dengan alasan
para pengelola rumah baca anak ―sahabat
jiwa‖ untuk mendirikan dan mengelola
tempat dengan nama rumah baca anak
―sahabat jiwa‖.
Motif yang kedua yaitu in order to
motives merupakan motif yang menarik
seseorang untuk melakukan suatu
tindakan. In order to motives berkaitan
dengan tujuan yang digambarkan sebagai
maksud, rencana, harapan, minat dan
sebagainya yang diinginkan aktor dan
karena itu, berorientasikan ke masa depan.
Dengan kata lain, in order to motives
12. 12
mengacu pada hal yang ingin dicapai oleh
seseorang di masa depan dengan
melakukan suatu tindakan. Maka dalam
konteks penelitian ini in order to motives
merupakan tujuan dan harapan yang
dicapai oleh para pengelola rumah baca
anak ―sahabat jiwa‖ dengan mengelola
rumah baca anak.
Berdasarkan hasil temuan di
lapangan yang telah disampaikan oleh para
pengelola rumah baca anak ―sahabat jiwa‖
pada saat observasi, wawancara dan
dokumentasi dilakukan, yang termasuk ke
dalam motif alasan (because motives) yaitu
mencari pengalaman, dan berbagi ilmu.
Sedangkan yang termasuk ke dalam motif
tujuan (in order to motive) yaitu
pengabdian, membangun karakter,
menumbuhkan minat membaca dan
meningkatkan kualitas anak Kampung
Purwasari. Berdasarkan masing-masing
kategori diatas, peneliti membuat sebuah
skema mengenai motif komunitas sahabat
jiwa dalam mengelola rumah baca anak
―sahabat jiwa‖ yaitu sebagai berikut
Gambar 2. Skema Motif Anggota Komunitas dalam Mengelola Rumah Baca Anak " Sahabat Jiwa "
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa
1. Konstruksi makna Pengelolaan
Rumah Baca Anak ―Sahabat Jiwa‖
yaitu ― Rumah Kedua‖ bagi para
pengelola. Makna yang muncul
diantaranya adalah fasilitator yaitu
sarana untuk berinteraksi,
melayani, memberi contoh yang
baik dan teladan atau inspirasi buat
anak-anak, kemudian aktivitas
Motif Komunitas Sahabat Jiwa dalam
Mengelola Rumah Baca Anak
“Sahabat Jiwa”
Motif Alasan
(because
motives)
Berbagi
Ilmu
mencari
pengalaman
Motif Tujuan (in
order to motives)
Pengabdian Membangun
karakter anak
Meningkatkan
kualitas anak
Menumbuhkan
minat membaca
13. 13
sebagai pengelola rumah baca
dapat dijadikan sebagai tempat
untuk menyegarkan pikiran bagi
pengelola, menjadi pengelola
rumah baca juga dapat dijadikan
sarana untuk mengembangkan
minat dan bakat bagi pengelola,
adanya rumah baca juga dapat
dijadikan para pengelola sebagai
sarana untuk mengembangkan
anak-anak di Kampung Purwasari
dan aktivitas sebagai pengelola
rumah baca membuat pengelola
merasa mendapatkan pelajaran dari
anak-anak di Kampung Purwasari
terutama pelajaran yang
berhubungan dengan kehidupan.
2. Terdapat dua motif utama dalam
pengelolaan rumah baca anak
―sahabat jiwa‖ yaitu motif alasan
(because motives) yang terdiri dari
berbagi ilmu karena kemampuan
berbahasa inggris yang dimilikinya
dan mencari pengalaman setelah
diajak untuk bergabung oleh
temannya yang tergabung dalam
pengelola rumah baca anak
―sahabat jiwa‖. Sedangkan motif
tujuan (in order to motives) terdiri
dari pengabdian, menumbuhkan
minat membaca anak di Kampung
Purwasari sejak dini, membangun
karakter anak dan meningkatkan
kualitas anak-anak Kampung
Purwasari
Berdasarkan berbagai temuan
masalah dalam penelitian mengenai
pengelolaan rumah baca anak ―sahabat
jiwa‖ oleh komunitas sahabat jiwa, peneliti
menyarankan beberapa hal yaitu :
1. Pemerintah setempat
mendukung program dari
komunitas-komunitas yang
berkaitan dengan pendidikan
atau para pegiat literasi dan
membantu memfasilitasinya
agar masyarakat memiliki
minat baca.
2. Komunitas Sahabat Jiwa
Cirebon agar tetap
mempertahankan dan
mengembangkan rumah baca
anak seperti menambah jumlah
koleksi, perluasan rumah baca.
3. Dalam memaknai dirinya
sebagai pengelola, alangkah
baiknya pengelola lebih banyak
melakukan tindakan dan
interaksi dengan berbagai
lapisan masyarakat agar para
pengelola benar-benar yakin
memaknai dirinya sebagai
pengelola dengan cara
mengajak dan mendorong
anak-anak yang berada di
sekitar wilayah Kampung
14. 14
Purwasari agar mengikuti
kegiatan-kegiatan di rumah
baca anak ―sahabat jiwa‖.
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal. "PERAN TAMAN
BACAAN MASYARAKAT
(TBM) MATA AKSARA
DALAM MENUMBUHKAN
MINAT BACA MASYARAKAT
TEGALMANDING, SLEMAN,
YOGYAKARTA." Journal
Student UNY, 2015.
AW, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Bajari, Dr.Atwar, and Drs.S.Sahala Tua
Saragih. Komunikasi Kontekstual.
Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Basuki, Sulistyo. "Pengantar Ilmu
Perpustakaan." Jakarta: Gramedia,
1991.
Damayani, Ninis Agustus, Tine Silvana,
Encang Saepudin, dan Agung
Budiono. ―PENGEMBANGAN
TAMAN BACAAN
MASYARAKAT DI DESA
SINDANGKERTA.‖ Jurnal
Unpad, 2017: 59.
F.Rahayuningsih. "Pengelolaan
Perpustakaan." Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2007.
Fauziyah, Mayang Rumaisha Nur, Ninis
Agustini Damayani, and Asep
Saeful Rohman. "Perilaku
Knowledge Sharing Multi Bahasa
Pada Komunitas Fakta Bahasa."
Jurnal Kajian Ilmu Informasi dan
Perpustakaan, 2014: 91.
Hamzah, Uno B. "Teori Motivasi dan
Pengukurannya." 4. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Kertajaya, Hermawan. "Arti Komunitas."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Kuswarno, Engkus. "Metodologi
Penelitian Komunikasi
Fenomenologi." Bandung: Widya
Padjadjaran, 2009.
Masyarakat, Direktorat Pembinaan
Pendidikan. "Petunjuk Teknis,
Pengajuan, Penyaluran dan
Pengelolaan Bantuan Taman
Bacaan Masyarakat Rintisan."
Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Masyarakat, Ditjen
PAUDNI, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013.
Moekijat. "Dasar-dasar Motivasi."
Bandung: Pionir Jaya, 2002.
15. 15
Moleong, Lexy J. "Metode Penelitian
Kualitatif." Bandung: Rosda, 2012.
Morissan, M.A Dr. Andy Corry Wardhani,
M.Si Dr. Farid Hamid U, M.Si.
"Teori Komunikasi Massa." Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Muchyidin, Suherlan. "Panduan
Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum." Bandung: CV Geger
Sunten, 2003.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
—. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Rosda, 2010.
N.S, Sutarno. "Membina Perpustakaan
Desa." Jakarta: Sagung Seto, 2008.
N.S, Sutarno. "Perpustakaan dan
Masyarakat." Jakarta: Sagung Seto,
2006.
Nugraha Dwi Saputra, Ninis Agustini
Damayani, Asep Saeful Rahman. "
KONTRUKSI MAKNA PEGIAT
PERPUSTAKAAN JALANAN
(STUDI FENOMENOLOGI
TENTANG KONTRUKSI
MAKNA PEGIAT
PERPUSTAKAAN JALANAN DI
KOTA BANDUNG)." Research
Gate, 2017: 152.
N.S, Sutarno. "Membina Perpustakaan
Desa." Jakarta: Sagung Seto, 2008.
N.S, Sutarno. "Perpustakaan dan
Masyarakat." Jakarta: Sagung Seto,
2006.
Soenarno. Kekuatan Komunitas Sebagai
Pilar Pembangunan Nasional.
Jakarta: Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah, 2002.