1. Maqashidus Syari’ah #1
Tim Sinkronisasi, Harmonisasi dan Evaluasi Kurikulum
Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah
Universitas Islam Lamongan
2. Sub Pokok Bahasan:
1. Definisi Maqashidus Syari’ah
2. Perbedaan Syariat dan Fikih
3. Hifdzu Al-Diin
4. Hifdzun Nafs
3. Pengertian Maqashidus Syari’ah 1
Etimologi
Maqashidus Syari’ah menurut bahasa (etimologi):
a. Maqashid (plural) dari maqshud, qashd, qushud
dari qashada-yaqshudu berarti menuju suatu
arah, tujuan, tengah-tengah, adil, jalan lurus. Dll
(Fazlurahman, Islam, alih bahasa Ahsin Muhammad
(Bandung : Pustaka, 1984), h. 140)
b. Syari’ah menurut bahasa adalah jalan menuju
sumber air/sumber kehidupan atau berarti tidak
pernah putus. (Mu’jam alfadz al-Qur’an al-Karim,
(Kairo : Majma’ al-Lughah al-Arabiyah), juz 2, h. 13)
4. Pengertian Maqashidus Syari’ah 2
Terminologi
Maqashidus Syari’ah menurut istilah (terminologi):
- Menurut Al-Syatibi, maqashidus syari’ah adalah tujuan hukum
yang diturunkan oleh Allah.
الشريعة هذه
…
الدين في مصالحهم قيام في الشارع مقاصد لتحقيق وضعت
معا والدنيا
atau disebutkan juga sebagai
العباد لمصالح مشروعة األحكام
(Al-Syatibi, Al-Muwafaqot fi Ushul-Syari’ah Kairo: Darul Hadits, 2006)
- Menurut Jasser ‘Audah, maqashidus syari’ah adalah hikmah di
balik hukum-hukum baik hikmah yang bernuansa sosial maupun
bermakna transenden (taqwa).
(Prof. Dr. Jasser ‘Audah, Maqashid Al-Syari’ah; Dalil lil Mubtadi’in,
London: Al-Ma’had Al-Alamiy lil Fikri Al-Islamiy, 2011)
5. Perbedaan Antara Syariat
dan Fikih
• Syariat: Wahyu yang diterima Rasulullah. Tetap dan
tidak berubah. Misalnya: Al-Qur’an dan Al-Hadits
• Fikih : Pendapat hukum yang dikeluarkan oleh para ahli
hukum Islam dari berbagai mazhab, berkenaan dengan
aplikasi syariat di atas. Dapat berubah.
(Jasser Audah, Maqashid Shariah as Philosophy of Islamic
Thought; A System Approach).
8. Hifdzu al-Diin
Menjaga Agama
Menjaga agama berarti:
1. Memastikan agama dapat dijalankan
secara bebas dengan benar dan
konsekwen
2. Menjaga amalan dan “kehormatan”
agama
9. HIFDZU AL-DIIN
• Tujuan utama dari pensyariatan Islam agar manusia menjalankan
kaidah agamanya, yakni menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah SWT, karena itulah maslahah tertinggi.
• Tujuan ini juga mengisyaratkan, bahwa syariat ditujukan kepada
manusia agar ia bahagia di dunia dan akhirat.
• Hifdzu al-Diin dilakukan dengan berbagai cara, mempelajari ilmunya,
mengamalkan ajarannya, mendakwahkannya, menjalankan hukum
Islam, dan berusaha mempertahankannya. Dalam konteks Islam ke-
Indonesia-an, kita harus mempelajari Islam sembari memperlihatkan
keagungan Islam dalam perilaku sehari-hari.
10. Hifdzu al-Nafs
(Menjaga Diri)
Hifdzu al-Nafs dapat
diartikan dengan:
1.Kewajiban menjaga jiwa
2.Menjamin hak hidup
manusia
Implikasi hukumnya, misalnya larangan
membunuh, kewajiban menjaga diri hal
yang membahayakan diri dan
perlindungan diri.
11. Hifdzu al-Nafs dapat dijalankan dengan dua cara:
1. Yakni dengan menjaga diri dari hal-hal yang dapat
mencelakakan dan menyakiti jiwa. Maka syariat
menghendaki manusia agar makan dan minum,
serta memenuhi kebutuhannya untuk bertahan
hidup,
2. Adanya hukum pidana dalam Islam (jinayat) yang
disyariatkan agar terjadi keteraturan dalam
pergaulan manusia dan manusia tidak saling
menyakiti.