SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
1
JUDUL : PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH TIPE
KANTILEVER (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA
BETHFAGE, KAYU TIGA, DESA SOYA KECAMATAN SIRIMAU -
KOTA AMBON)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis, perubahan
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu udara, air, dan pergeseran lempeng
bumi. Pengertian tanah secara umum merupakan himpunan mineral, bahan
organik dan endapan - endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas
batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992). Tanah membagi bahan - bahan yang
menyusun kerak bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) dan
batuan (rock), sedangkan batuan merupakan agregat mineral yang satu sama
lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dkk,
1996) Salah satu akibat dari perubahan tersebut adalah adanya lereng. Lereng
adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan
bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi
atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk alami misalnya lereng -
lereng perbukitan, tebing sungai dan lain sebagainya, sedangkan lereng buatan
antara lain galian dan timbunan badan jalan, bendungan, jalan kereta api, tanggul
sungai, dll. Lereng dapat mengalami pergeseran yang menyebabkan kelongsoran
akibat berbagi pengaruh gaya-gaya yang ada dan membuat lereng menjadi tidak
stabil. Salah satu solusi perkuatan lereng adalah dengan dinding penahan tanah.
Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting
utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah
berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Menurut Setiawan (2011),
dinding penahan tanah atau juga biasa disebut tembok penahan tanah adalah suatu
konstruksi yang dibangun untuk menahan tanah atau mencegah keruntuhan tanah
yang curam atau lereng yang dibangun di tempat yang kemantapannya tidak
dapat dijamin oleh lereng itu sendiri, serta untuk mendapatkan bidang yang tegak.
Berdasarkan bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan tanah dapat
2
di klasifikasikan kedalam beberapa tipe diantaranya dinding gravitasi, dinding
semi gravitasi, dinding kantilever, dinding counterfort, dinding krib, dinding
tanah bertulang (reinforced earth wall). Dari keenam tipe tersebut yang paling
seringa digunakan adalah dinding gravitasi dan kantilever. Penggunaan dinding
penahan tipe gravitas sangat umum digunakan karena pelaksanaannya yang
mudah dan dari segi biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dinding penahan
dengan tipe lainnya. Namun seringkali terjadi kegagalan terhadap konstruksi
dinding tersebut yang bisa saja disebabkan karena konstruksi dinding tidak
mampu untuk menahan tekanan tanah aktif dibelakang dinding Untuk beberapa
kasus lereng yang curam justru digunakan tipe dinding kantilever agar lebih kuat
tahanan. Dinding kantilever adalah dinding penahan tanah beton bertulang yang
biasanya memiliki dimensi lebih tipis dibandingkan dengan perkuatan yang
sejenis seperti perkuatan dinding gravitasi. Berbeda dengan dinding gravitas,
kantilever justru stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit telapak (hell). Terdapat tiga bagian struktur
yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit
tapak dan ujung kaki tapak (toe) (La Ode Muh, Y. A. M. I. N. (2016).
Proyek Pembangunan Gedung Gereja Bethfage Jalan Sirimau - Desa Soya,
Kec Sirimau terletak pada kawasan dengan kondisi elevasi lereng tanah yang
berbeda. Pada bangunan gereja lama sering terjadi longsor yang menyebabkan
tertutupnya selasar gereja oleh tanah longsoran, hingga kasus terbaru adalah pada
proses pembangunan gereja yang baru juga masih sering terjadi longsoran yang
menyebabkan tertutupnya lubang galian fondasi tapak. Untuk menjaga kestabilan
lereng-lereng tersebut tersebut maka dibuatlah dinding penahan tanah tipe
kantilever. Dinding penahan tanah merupakan struktur penting untuk jalan raya
dan bangunan lainnya yang memiliki kontur atau elevasi tanah yang berbeda.
Alasan saya memilih judul Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever
Pada Pembangunan Gedung Gereja Bethfage dikarenakan dalam proses
pembangunan dinding penahan tanah tersebut tidak sesuai dengan kategori yang
semestinya maka perlu direncanakan ulang pada dinding penahan tanah tersebut.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalahnya
yaitu :
1. Berapa besar distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada dinding
penahan tanah ?
2. Bagaimana desain dinding penahan tanah yang aman terhadap
penggeseran, penggulingan dan keruntuhan kapasitas dukung tanah ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada
dinding penahan tanah
2. Mendesain dinding penahan tanah yang aman terhadap pergeseran,
penggulingan dan keruntuhan kapasitas dukung tanah
D. Ruang Lingkup
Dari latar belakang yang disampaikan maka penulisan ini dibatasi oleh :
1. Pengambilan data yang dilakukan pada lokasi pembangunan Gedung
Gereja Bethfage.
2. Pengambilan sampel parameter tanah pada lokasi pembangunan Gedung
Gereja Bethfage.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai syarat tugas akhir dan diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis secara umum berkaitan dengan perencanaan dinding penahan
tanah dan stabilitas dinding penahan tanah.
2. Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam proses pembangunan
Gedung Gereja Bethfage.
4
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan proposal skripsi ini terdiri
dari:
I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup,
dan sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Membahas teori-teori dan penelitian terdahulu yang di gunakan untuk
menunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Berisi penjelasan mengenai lokasi penelitian, jenis data, teknik
pengumpulan data, sumber data, variabel penelitian, metode analisis,
diagram alir penelitian dan jadwal penulisan skripsi.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Retaining Wall
Retaining Wall merupakan istilah di bidang Teknik Sipil yang artinya
dinding penahan. Dinding penahan merupakan struktur bangunan yang digunakan
untuk menahan tanah atau memberikan kestabilan terhadap tanah. (Ir.
Sudarmanto, 1996) menyatakan bahwa Dinding penahan tanah adalah suatu
konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah
keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemampatannya tidak dapat
dijamin oleh lereng tanah itu sendiri.
Dinding penahan tanah merupakan salah satu konsep perkuatan tanah yang
banyak digunakan dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding penahan tanah
merupakan dinding yang digunakan untuk menahan beban tanah secara vertikal
ataupun terhadap kemiringan tertentu. Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011)
mengutip penyataan (Bowles, 1999) menyatakan bahwa, Dinding penahan adalah
konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah atau bahan lain
yang kondisi massa bahannya tidak memiliki kemiringan alami, dan juga
digunakan untuk menahan atau menopang timbunan tanah atau onggokan material
lainnya. Secara umum fungsi dari dinding penahan tanah (Retaining wall) adalah
untuk menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk
sehingga longsor bisa dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan
melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh. Konstruksi dinding penahan
pada umumnya digunakan untuk menjaga kestabilan tanah atau bahan-bahan
lainnya, akibat tidak dapat menahan keadaan lereng yang lebih besar.
Dalam perencanaan sebuah dinding penahan tanah, perlu diambil dimensi
tertentu sehingga dinding yang direncanakan mungkin untuk dikerjakan, cukup
stabil dan kuat. Pengambilan dimensi awal dinding penahan tanah juga sangat
ditentukan dengan bentuk lereng dan tanah yang kan ditahannya. Selain itu
pengambilan dimensi dari segi keterbatasan ruang pekerjaan, kepatutan bentuk
dan juga keindahan harus diperhatikan dalam perencanaan dinding kantilever ini.
6
B. Proporsi Dinding Penahan
Dalam mendesain dinding penahan tanah, seorang penulis harus
memperhitungkan beberapa dimensinya. Disebut proporsional, asumsi seperti itu
memungkinkan insinyur untuk memeriksa bagian percobaan dinding untuk
stabilitas. Jika pemeriksaan stabilitas menghasilkan hasil yang tidak diinginkan,
bagian dapat diubah dan diperiksa ulang. Menurut Braja Das bahwa bagian atas
batang dinding penahan tidak boleh kurang dari sekitar 0,3 m. (=12 inch.) untuk
penempatan beton yang tepat. Kedalaman, D. ke bagian bawah pelat dasar harus
minimal 0,6 m (-2 kaki). Namun, bagian bawah pelat dasar harus ditempatkan di
bawah garis beku musiman.
Gambar 1 : Estimasi dinding penahan tanah type cantilever
Sumber (Braja Das, 2014)
7
C. Tekanan Tanah Aktif
Menurut Hardiyatmo, (2003) Tekanan tanah aktif adalah tekanan yang
terjadi pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah
luar dari tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan
bergerak longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya.
Gambar 2 : Diagram Tekanan Tanah Aktif
Sumber (Hardiyatmo, 2003)
Nilai tekanan tanah aktif untuk tanah lateral dihitung dengan menggunakan
teori Rankine yang dibagi menjadi nilai tekanan tanah aktif untuk tanah datar dan
nilai tekanan tanah aktif untuk tanah miring. Untuk menghitung nilai koefisien
tanah datar dan tanah miring pada tanah aktif digunakan rumus seperti dibawah
ini :
Nilai Ka untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut :
Ka =
1−𝑠𝑖𝑛 φ
1+𝑠𝑖𝑛 𝜑
= 𝑡𝑎𝑛2 . (45° −
𝜑
2
)
Keterangan :
φ = Sudut geser tanah ( ֯ )
Ka = Koefisien tanah aktif
1. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah non kohesif
Nilai Pa untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan
berikut :
8
Pa =
1
2
𝛾 . H2
. Kɑ
2. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah kohesif
Nilai Pa untuk tanah kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut :
Pa =
1
2
𝛾 . H2
. Kɑ - 2c √𝑘ɑ
Keterangan :
Pa = tekanan tanah aktif (kN/m)
γ = berat isi tanah (kN/m3
)
H = tinggi dinding (m)
c = kohesi (kN/m2
)
Kɑ= koefisien tanah aktif
D. Tekanan Tanah Pasif
Tekanan tanah pasif adalah tekanan tanah yang terjadi saat gaya mendorong
dinding penahan tanah kearah tanah urungan, sedangakan nilai banding tekan
horizontal dan vertical yang terjadi didefinisikan sebagai koefisien tekanan tanah
pasif atau kp. Nilai tekanan pasif lebih besar dari nilai tekanan tanah saat diam
dan nilai tekanan aktif, tekanan tanah pasif menunjukan nilai maksimum dari gaya
yang dapat dikembangkan oleh tanah pada gerakan struktur panahan terhadap
tanah urungannya, yaitu tanah harus menahan gerakan dinding penahan tanah
sebelum mengalami keruntuhan seperti gambar dibawah ini :
Gambar 3 : Diagram tekanan tanah pasif
Sumber (Hardiyatmo,2003)
9
Untuk nilai tekanan tanah pasif untuk tanah lateral dihitung dengan cara
yang sama pada tekanan tanah aktif menggunakan teori Rankine yang dibagi
menjadi nilai tekanan tanah pasif untuk tanah datar dan nilai tekanan tanah pasif
untuk tanah miring. Prosedur perhitungannya digunakan metode Rankine seperti
rumus dibawah ini.
Nilai Kp untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut :
Kp =
1−𝑠𝑖𝑛 φ
1+𝑠𝑖𝑛 𝜑
= 𝑡𝑎𝑛2 . (45° −
𝜑
2
)
Keterangan :
φ = Sudut geser tanah ( ֯ )
Kp = Koefisien tanah pasif
Perhitungan tekanan tanah pasif dihitung menggunakan persamaan dibawah ini :
1. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah non kohesif
Nilai Pp untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
Pp =
1
2
𝛾 . H2
. Kp
2. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah kohesif
Nilai Pa untuk kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Pa =
1
2
𝛾 . H2
. Kp - 2c √𝑘𝑝
Keterangan :
Pp = tekanan tanah aktif (kN/m)
γ = berat isi tanah (kN/m3
)
H = tinggi dinding (m)
c = kohesi (kN/m2
)
Kp= koefisien tanah aktif
10
E. Teori Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan parameter utama dalam perancangan
dinding penahan tanah. Oleh karena itu diperlukan perkiraan tentang tanah lateral
secara kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisis perencanaan
maupun analisis stabilitas.
Dalam perencanaan dinding penahan tanah diperlukan pengetahuan
mengenai tekanan tanah lateral. Besar dan distribusi tekanan tanah pada dinding
penahan tanah sangat bergantung pada regangan lateral relative terhadap dinding.
Dalam beberapa hal, hitungan tekanan tanah lateral ini berdasarkan pada kondisi
regangannya. Jika analisis tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, maka
dapat mengakibatkan kesalahan perancangan. Maka dari itu pengertian tentang
hubungan regangan lateral dengan tekanan tanah pada dinding sangat dibutuhkan
F. Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Untuk mengetahui stabilitas dinding penahan tanah kantilever, perlu
dilakukan pengecekan terhadap dinding kantilever tersebut. Pengecekan tersebut
diantaranya:
A. Stabilitas Terhadap Guling
Stabilitas terhadap guling merupakan stabilitas yang ditinjau
berdasarkan kondisi tanah yang terguling yang diakibatkan oleh tekanan
tanah lateral dari tanah urug di belakang dinding penahan tanah. Untuk
contoh keadaan guling yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar
dibawah ini:
Gambar 4 : Stabilitas Terhadap Gaya Guling
Sumber (Das,2007)
11
Nilai kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling
dihitung dengan Persamaan berikut:
Keterangan :
𝚺Mw = jumlah momen melawan guling (kNm)
𝚺Mgl = jumlah momen yang menahan guling (kNm)
W = berat tanah + berat sendiri dinding penahan (kn)
B = lebar kaki dinding penahan (m)
𝚺Pah = jumlah gaya horizontal (kN)
𝚺Pav = jumlah gaya vertical (kN)
B. Stabilitas Terhadap Geser
Stabilitas terhadap geser yaitu perbandingan gaya - gaya yang
menahan dan mendorong dinding penahan tanah. Untuk contoh keadaan
geser yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar dibawah ini :
Gambar 5 : Stabilitas terhadap gaya geser
Sumber (Das,2007)
12
Nilai Kestabilan struktur terhadap kemungkinan bergeser dihitung dengan
Persamaan berikut :
Keterangan :
𝚺Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser
W = berat total dinding penahan dan tanah diatas pelat pondasi
δh = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi (
1
2
sampai
2
3
)Ø
C = kohesi tanah dasar
B = lebar kaki dinding penahan (m)
𝚺Pah= jumlah gaya horizontal
f = tan δb = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar
pondasi
.
C. Stabilitas Terhadap Daya Dukung
Persamaan kapasitas daya dukung untuk menghitung stabilitas
dinding penahan tanah antara lain adalah menggunakan persamaan Hansen
dan Vesic yang digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris.
Untuk contoh keadaan keruntuhan daya dukung tanah yang kemungkinan
terjadi dapat dilihat di Gambar dibawah ini :
13
Gambar 6 : Stabilitas terhadap daya duukung tanah
Sumber (Das,2007)
Nilai kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan
persamaan Vesic (1975) untuk beban miring dan eksentris seperti rumus
dibawah ini :
qu = dc . ic . C . Nc + dq . iq . Df . γ . Nq + dγ . 0,5 . B . γ . Nγ
Keterangan :
dc,dq,dγ = faktor kedalaman
ic,iq,iγ = faktor kemiringan beban
B = lebar kaki dinding penahan
γ = berat volume tanah (kN/m3
)
Nc,Nq,Nγ = faktor kapasitas dukung Hansen dan Vesic
14
Untuk mencari nilai Nc , Nq dan Nγ maka dapat dilihat pada table daya
dukung milik Vesic pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Tabel daya dukung vesic 1975 (Sumber: Hardiyatmo, 2011)
15
Faktor keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
F =
𝑞𝑢
𝑞
≥ 2
Keterangan :
qu = tekanan tanah ultimit
q = tekanan akibat beban struktur
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk menemukan inspirasi baru
untuk penelitian selanjutnya. Dalam penulisan skripsi ini saya merujuk pada
Jurnal Penelitian Muhammad Syahri Ramadhan (2021).
1. Muhammad Syahri Ramadhan (2021)
Muhammad Syahri Ramadhan pada tahun 2021 melakukan penelitian dengan
judul “Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Wall Pada Akses
Jalan Pulau Balang ‐ Penajam Paser Utara ‐ Kota Balikpapan Provinsi
Kalimantan Timur” Penelitian tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah
penahan tanah timbunan dan penanggulangan longsoran di daerah lain bukan
hanya di ruas jalan Pulau Balang saja, tetapi di daerah-daerah lain yang ada di
Indonesia khususnya di Kalimantan Timur.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu, mendapatkan gaya guling
sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar 0.59695 ton/m2, gaya
dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2 serta dibantu dengan
penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan kondisi ini dinilai relatif
aman untuk menahan tanah timbunan tambahan yang diperlukan untuk
rencana jalan nantinya.
16
Tabel 2 : Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Peneliti Lokasi Tipe
Perkuatan
Metode Hasil Analisis
1 Kalalo (2017) Analisis Stabilitas
Dinding Penahan
Tanah (Studi Kasus:
Sekitar Areal PT.
Trakindo, Desa
Maumbi, Kabupaten
Minahasa Utara)
Desa
Maumbi,
Kabupaten
Minahasa
Utara
Dinding penahan
Tanah
manual dan
dengan
program bantu
Plaxis V.8.2
Dari hasil analisis stabilitas dinding penahan tanah dengan
pengaruh beban gempa (zona 5) untuk kondisi 2 menunjukkan kondisi
sudah tidak stabil dan dengan program bantu Plaxis untuk muka air
tanah pada puncak pondasi, menunjukkan dinding penahan tanah yang
tidak stabil dengan angka faktor keamanan 1.0.
2 Abdul Hakam
(2011)
Stabilitas Dinding
Penahan Tanah
Kantilever Pada Ruas
Jalan Silaing Padang
- Bukittinggi Km
64+500
Jalan Silaing
Padang -
Bukittinggi
Dinding
penahan
tanah tipe
kantilever
Guling
Geser
Daya Dukung
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa dinding kantilever yang
terpasang tersebut, dengan dimensi H=8,5, B=3, Ta=0,5, Tb=0,7 Tt=0,7,
Th=0,4 tidak aman karena nilai stabilitasnya tidak sesuai dengan yang
disyaratkan, yaitu sebesar Fs guling=1,577, Fs Geser=1,384, Fs daya
dukung tidak dicari karena nilai e lebih kecil dari B/6. Dengan
memperbesar dimensi, H=9,5, B=5, Ta=0,5, Tb=0,95 Tt=0,95, Th=0,95,
D=1,1 dinding kantilever tersebut dinyatakan aman dengan nilai faktor
kemanan sebesar Fs guling=3,547, Fs Geser=2,559, Fs daya
dukung=15,094.
3 Muhammad
Syahri
Ramadhan
(2021)
Perencanaan Dinding
Penahan Tanah Tipe
Cantilever Wall Pada
Akses Jalan Pulau
Balang ‐ Penajam Paser
Utara ‐ Kota Balikpapan
Provinsi Kalimantan
Timur
Balang ‐
Penajam Paser
Utara ‐ Kota
Balikpapan
Provinsi
Kalimantan
Timur
Dinding
Penahan Tanah
Tipe Cantilever
Wall
Metode
Rankie
hasil perhitungan untuk stabilitas dinding penahan tanah Cantilever
Wall didapat gaya guling sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar
0.59695 ton/m2, gaya dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2
serta dibantu dengan penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan
kondisi ini dinilai relatif aman untuk menahan tanah timbunan
tambahan yang diperlukan untuk rencana jalan nantinya.
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian proposal ini penulis melakukan penelitian yang berlokasi
di Desa Soya – Kecamatan Sirimau pada Pembangunan Gedung Gereja Betfage,
Kota Ambon.
Gambar 7 : Peta Lokasi Penelitian
Sumber (Google Maps, 2023)
B. Jenis data
Adapun jenis data yang dipakai dalam penulisan ini adalah jenis data primer
yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung kondisi lapangan, dan data hasil
pengujian berupa data propertis tanah dan kuat geser.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang diperoleh untuk penulisan ini bersumber dari :
1) Penelitian Lapangan, berupa bentuk perolehan data yang dilakukan
secara langsung dengan pengamatan dan pengambilan sampel
tanah.
2) Pengujian laboratorium, melakukan pengujian teknis, untuk
mengetahui hasil uji dengan tujuan-tujuan tertentu.
GEREJA
BETHFAGE
18
3) Penelitian Kepustakaan atau studi literatur, berupa pengumpulan
bahan referensi melalui media elektronik, membaca buku serta
menganalisis data sesuai permasalahan di atas.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan
penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang ditinjau meliputi :
1) Tekanan tanah lateral aktif/pasif
2) Stabilitas dinding penahan tanah terhadap geser, guling dan daya
dukung tanah
E. Metode Analisa Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian
eksperimen di laboratorium. Tanah yang diuji adalah tanah yang diambil
pada area sekitaran lokasi pembangunan gedung gereja bethfage.
Pengambilan sampel tanah sebanyak 12 kg.
Adapun metode pelaksanaan pengujian yang akan dilakukan, sebagai
berikut :
A. Pengujian Propertis Tanah
1. Uji Kadar Air
Tata cara pengujian kadar air harus mengacu pada SNI 1965 : 2008,
dimana benda uji tanah untuk mengukur kadar air harus berasal dari
kualitas kelas 3. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air
suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah
kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216
a. Alat Pengujian Kadar Air
1. Oven Pemanas
Oven pemanas berfungsi sebagai pengering sampel yang akan di uji
19
2. Cawan Kedap Udara
Cawan berfungsi sebagai wadah untuk meletakan sampel yang akan di
uji
3. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat wadah, berat
sampel basah dan kering yang akan digunakan.
4. Desikator
Desikator berfungsi untuk mendinginkan sampel ketika keluar dari
oven
b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :
1. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji
kedalam cawan danmenimbangnya.
2. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu
110°C selama 24 jam.
3. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung
presentase kadar air.
Perhitungan :
Kadar Air (W). =
𝑤1− 𝑤2
𝑤2−𝑤3
× 100%
Dengan :
W1 = berat cawan + tanah basah (gram)
W2 = berat cawan + tanah kering (gram)
W3 = berat cawan kosong (gram)
W1 - W2 = berat air (gram)
W1 - W2 = berat air (gram)
W2 - W3 = berat tanah kering (gram)
2. Uji Berat Jenis
20
Penentuan berat jenis tanah dilakukan di laboratorium terhadap contoh
tanah yang diambil dari lapangan. Kegunaan hasil uji berat jenis adalah
untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya. Standar
pengujian berat jenis mengacu pada SNI 1964 : 2008
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah
dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos
saringan No. 40. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam
perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan
#200 (diameter = 0.074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan
standar ASTM D - 854.
a. Alat Pengujian Berat Jenis
1. Piknometer
Piknometer berfungsi sebagai wadah pengujian sampel
2. Kompor
Kompor berfungsi untuk memanaskan piknometer
3. Wajan
Wajan berfungsi sebagai wadah untuk memanaskan piknometer
4. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat sampel yang di uji
5. Saringan No 40
Saringan berfungsi sebagai penyaring sampel yang akan di uji
6. Aquades
Aquades berfungsi senagai tempat pengisian air untuk dicampur dengan
sampel yang akan di uji
b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :
1. Menyiapkan benda uji secukupnya dan dimasukan dalam oven
pada suhu 60°C sampai dapatdigemburkan atau dengan pengeringan
matahari.
2. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan
No. 40 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu.
3. Mencuci labu ukurdengan air sulingdan mengeringkannya.
4. Menimbanglabu tersebut dalam keadaan kosong.
21
5. Masukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan
air suling sampaimenyentuh garis batas labu ukur.
6. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap
di dalam butiran tanahdengan menggunakan pompa vakum.
7. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat
hasilnya dalam temperatur tertentu.
Perhitungan :
Gs =
𝑤2−𝑤1
(𝑤4−𝑤1)−(𝑤3−𝑤2)
Dengan :
Gs = Berat jenis
W1 = Berat piknometer (gram)
W2 = Berat piknometer dan tanah kering (gram)
W3 = Berat piknometer, tanah, dan air (gram)
W4 = Berat piknometer dan air bersih(gram)
3. Uji Batas Atterberg Limit
Batas-batas konsistensi (atterberg) terdiri atas batas cair, batas plastis
dan batas susut. Tata cara pengujian harus mengacu pada SNI 1967 :
2008 untuk batas cair, SNI 1966 : 2008 untuk batas plastis dan indeks
plastisitas tanah, SNI 3422 : 2008 untuk batas susut. Batas-batas
konsistensi digunakan untuk mengkarakterisasi perilaku tanah lempung
dan lanau ketika kadar air berubah. Klasifikasi lempung dan lanau
terutama berdasarkan pada batas konsistensi.
Adapun Alat Pengujian Batas-batas Atterberg :
1. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengukur berat sampel
2. Cawan
Cawan berfungsi sebagai wadah sampel
3. Saringan No 4
Saringan No 4 berfungsi sebagai penyaring sampel
22
4. Oven
Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel
5. Pisau Dumpul
Pisau dumpul berfungsi untuk mencampur sampel dan air pada aquades
6. Desikator
Desikator berfungsi untuk mendinginkan sampel yang akan di uji
7. Plat Kaca
Plat kaca berfungsi sebagai alat untuk mencampur sampel dan air
pada aquades
8. Cassagrande
Cassagrande berfungsi untuk menentukan batas cair
9. Grooving tool
Grooving tool berfungsi sebagai pembuat alur pada cassagrande
a. Batas Cair (Liquid Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah
pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D- 4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318,
antara lain :
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan
menggunakansaringan No.40.
2. Mengaturtinggijatuh mangkukcasagrande setinggi 10mm
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi
air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan
kedalam mangkuk cassagrande dan meratakan permukaan adonan
sehingga sejajar dengan alas.
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji
dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving
tool.
5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang
13 mm sambilmenghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus
berada diantara 10 – 40kali.
23
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk
pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk
benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga
diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda
yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.
Perhitungan :
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah
pukulan
2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik
semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y
sebagai kadar air.
3. Menarik garis lurusdari keempat titik yang tergambar.
4. Menentukan nilaibatas cairpada jumlahpukulan ke 25
b. Batas Plastis (Plastic Limit)
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas
plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :
1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No.
40.
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung-
gulungdi atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-
retak atauputus-putus.
3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang
4. Menentukankadar air benda uji.
Perhitungan :
1. Nilai batas plastis(PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
24
2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah
yang diuji, dengan rumus :
PI = LL –PL
4. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah
melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin
kecil secara berurutan. Analisis ukuran butiran dilakukan dengan
menentukan presentase massa rentang ukuran butiran yang terpisah yang
ditemukan dalam tanah.
Tata cara pengujian ukuran butiran mengacu pada SNI ASTM C136 :
2012.
a. Alat Pengujian Analisis Saringan
1. Satu Set Saringan (No 4,10,20,40,80,100,100,PAN)
Satu set saringan berfungsi sebagai penyaring sampel yang akan di uji
2. Wadah
Wadah berfungsi untuk menaruh sampel material hasil pengujian
3. Oven
Oven berfungsi sebagai pengering sampel yang akan di uji
4. Vibrator
Vibrator berfungsi sebagai alat penggetar untuk menyaring sampel
pada satu set saringan
5. Kuas
Kuas berfungsi untuk membersihkan saringan sebelum dan sesudah
dipakai
6. Timbangan digital
Timbangan digital berfungsi untuk mengetahui berat sampel yang di
uji
b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-422, AASHTO T88
(Bowles, 1991).
1. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya.
25
2. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan
memasukkan sampel tanah padasusunan yangpalingatas kemudian
menutuprapat.
3. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar
selama kira-kira 15menit.
4. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang
tertahan di atasnya.
5. Uji Kuat Geser Tanah
Pengujian kuat geser tanah merupakan masalah yang berhubungan
dengan stabilitas massa tanah. Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan
yang dilakukan oleh butir-butir tanah terkonsolidasi tapi tidak
terdrainase. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-3080-04
a. Alat pengujian kuat geser
1. Alat geser (Direct Shear Test)
Bertujuan untuk mengetahui bidang dan sudut geser tanah saat
runtuh (failure)
2. Timbangan
Untuk meninbang sampel uji
3. Proving ring
Digunakan untuk mengukur gaya yang dihasilkan oleh tanah
ekspansif pada saat pembasahan
4. Stopwatch
Untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam
pengujian.
5. Pelat
untuk menjepit contoh tanah
6. Ring
untuk mengambil/mencetak contoh tanah dari tabung sampel
7. Dolly
untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box
8. Dial
untuk mengukur deformasi vertikal dan horisontal
26
9. Oven
Untuk mengeringkan sampel yang akan di uji
b. Adapun langkah kerja pengujian kuat geser tanah, antara lain :
1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan
2. Keluarkan shear box dari tempat airnya. Jadikan satu shear
box bagian atas dan bawah dengan memasang baut
penguncinya. Masukkan pelat dasar pada bagian paling
bawah dari shear box dan diatasnya dipasang batu pori yang
sebelumnya telah dicelupkan dalam aquades atau direbus
dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam pori-
porinya. Diatas batu pori diberi kertas filter yang sebelumnya
juga telah dicelupkan dalam aquades. Dan diatas kertas filter
ini dimasukkan pelat berlubang yang beralur, alur ini harus
menghadap keatas dan arah alurnya harus tegak lurus arah
penggeseran, hal ini dimaksudkan agar contoh tanah benar-
benar terjepit secara kuat pada waktu dilakukan penggeseran.
Masukkan kembali shear box ke dalam tempat airnya. Dan
tempatkan kedudukannya dengan mengencangkan dua buah
baut penjepit yang ada.
3. Masukkan contoh tanah ke dalam shear box
4. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box
bagian bawah.
a) Cara menggerakkannya ialah:
Lepaskan kunci penggerak manual dengan menarik clutch,
sekarang penggeser dapat digerakkan dengan memutar
handwheel. Memutar handwheel searah jarum jam akan
menyebabkan pergeseran ke kanan/maju dan sebaliknya.
Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box
bagian bawah, maka kembalikan lagi clutch pada kedudukan
terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya.
5. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box
bagian atas, ini berarti proving ring belum menerima beban.
27
Jadi dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol,
demikan juga dial pengukur deformasi horisontal.
6. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan
juga kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertikal.
Atur kedudukan dial ini pada posisi tertentu.
7. Siapkan beban konsolidasinya. Lengan pembebanan ini
mempunyai perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang
bekerja juga mempunyai perbandingan 1 : 10.
8. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan
kecepatan penggeserannya.
9. Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan
yang diinginkan. Kecepatan penggeseran yang umumnya
dipakai ialah : 0,30 mm/menit
10. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial
deformasi horisontal tepat pada posisi normal.
B. Hitungan Stabilitas Dinding Penahan Tanah
1. Stabilitas terhadap Penggulingan
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang
dinding penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat
rotasi pada ujung kaki depan pelat fondasi.
Faktor aman akibat terhadap penggulingan (Fgl), didefinisikan sebagai
berikut :
SF =
𝚺𝐌𝑤
𝚺𝐌𝑔𝑙
≥ 2
Dengan :
ΣMw = momen yang melawan guling (kNm)
ΣMgl = momen yang menyebabkan guling (kNm). Berdasarkan
(BSN, 2017) SNI 8460:2017 tentang faktor keamanan minimum
dinding penahan tanah dikatakan aman terhadap gaya guling jika
nilai SF ≥ 2.
28
2. Stabilitas terhadap Penggerseran
Gaya aktif tanah (Pa) selain menimbulkan terjadinya momen juga
menimbulkan gaya dorong sehingga dinding akan bergeser. Bila
dinding penahan tanah dalam keadaan stabil, maka gaya-gaya yang
bekerja dalam keadaan seimbang. Gaya-gaya yang menggeser dinding
penahan tanah akan ditahan oleh kohesi dan gesekan antara tanah dan
dasar pondasi, tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan
terdapat tanah timbunan.
SF =
𝚺𝐑ℎ
𝚺𝐏ℎ
≥ 2
ΣRh = c×B + ΣW×tan∅
Dengan:
ΣRh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran (kN),
ΣPh = jumlah tekanan gaya horizontal (kN),
c = kohesi (kN/m2
),
B = lebar dasar pondasi (m),
ΣW = jumlah gaya berat sendiri dinding penahan tanah (kN),
∅ = sudut gesek internal tanah (°). Berdasarkan (BSN, 2017)
SNI 8460:2017 tentang faktor keamanan minimum dinding
penahan tanah dikatakan aman terhadap gaya guling jika nilai SF ≥
SF ≥ 2.
3. Stabilitas terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah
Banyak cara yang telah dibuat untuk merumuskan persamaan daya
dukung tanah, namun seluruhnya merupakan cara pendekatan untuk
memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat dikaitkan
dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhannya. Kapasitas dukung ultimit dihitung dengan
menggunakan rumus Terzaghi:
qult = c × Nc + Df × γ×Nq + 0,5 × B × γ × Nγ
Dengan:
c = kohesi tanah (kN/m2
),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3
),
29
B = lebar pondasi dinding penahan tanah (m),
Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh
besar sudut gesek internal tanah.
Nilai-nilai faktor daya dukung Terzaghi (Nc, Nq, Nγ) dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini
Tabel 3. Nilai faktor daya dukung Terzaghi (Lebao dan Sulistyan, 2016).
Setelah mendapatkan nilai daya dukung ultimit tanah (qult), langkah
selanjutnya menghitung kapasitas dukung ultimit neto (net ultimate
bearing capacity). Kapasitas dukung ultimit neto (qun) merupakan nilai
intensitas dari beban fondasi neto, tanah akan mengalami keruntuhan
geser, apabila:
qun = qult – γ × Df
Dengan:
qult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2
),
Df = kedalaman dasar fondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3
).
Tekanan pondasi total (total foundation total pressure) (q) adalah
intensitas tekanan total pada tanah di dasar fondasi, setelah struktur
bangunan selesai dibangun dengan pembebanan penuh. Pembebanan
total pada pondasi termasuk berat struktur dari dinding penahan tanah itu
sendiri dan berat dari tanah disekitar dinding penahan.
30
Tekanan pondasi neto (net foundation pressure) untuk suatu fondasi pada
kondisi tertentu ialah tambahan tekanan pada dasar pondasi, akibat
adanya beban mati dan beban hidup dari struktur. Dinyatakan dalam
persamaan:
qn = q – γ × Df
dengan:
q = tekanan total pada pondasi (kN/m),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3
).
Faktor aman (SF) terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan
sebagai:
SF =
q𝑢𝑛
q𝑛
=
q𝑢𝑙𝑡− 𝛾 𝑥 D𝑓
q− γ x D𝑓
Dengan:
qult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2
),
q = tekanan total pondasi (kN/m),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3
).
31
6. Uji Pemadatan
Pemadatan adalah suatu proses merapatkan partikel-partikel tanah
dengan cara mengurangi pori-pori udaranya, biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat-alat mekanis. Kepadatan uang dicapai
tergantung dari banyaknya air dalam tanah tersebut, yaitu kadar
airnya.
Rumus perhitungan pemadatan tanah, yaitu :
 Berat isi tanah basah :
γ =
𝐁2−𝐁2
𝐕
= γ =
𝐰
𝐰
dengan :
γ = berat isi tanah basah
B2 = berat mold
B2 = berat mold + berat tanah
V = volume mold
 Berat isi tanah kering :
γd =
γ
1+w
dengan :
w = kadar air sesudah kompaksi
a. Alat Dan Bahan
1. Oven
2. Saringan no 4
3. Mold
4. Timbangan
5. Jangka serong
6. Baki besar
7. Alat tinggi jatuh
8. Gelas ukur
9. Pisau dumpul
10. Dongkrak
11. Cawan
32
b. Bahan
1. Tanah lolos saringan no 4
2. Air
Adapun langkah kerja uji pemadatan berikut ini :
1. Contoh tanah dikeringkan di oven sehingga menjadi gembur
kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk dengan palu karet.
2. Tanah yang sudah gebur disaring dengan saringan no 4.
Jumlah tanah yang harus disiapkan 12 kg.
3. Pasang silinder cetakan mold, bersihkan mold dengan kuas
dan timbang beratnya, serta ukur diameter dan tinggi mold
tersebut dengan menggunakan jangka serong
4. Ambil sampel tanah 12 kg dibagi menjadi 6 bagian dan
timbang masing-masing 2 kg. Kemudian masukan sampel
tanah yang telah ditimbang masing-masing 2 kg ke dalam
kantong plastik.
5. Ambil sampel tanah pertama kemudia tuangkan ke dalam baki
besar dan bagi tanah tersebut dalam tiga bagian/lapisan.
6. Masukan tanah bagian pertama kedalam mold dan tumbuk
dengan alat tinggi jatuh sebanyak 25x tumbukan secara merata
sampai dengan 3 lapis.
7. Lepaskan leher sambung mold, kemudian potong tanah yang
berlebih pada bagian keliling leher dengan pisau dumpul dan
ratakan tanah sehingga rata dengan permukaan cetakan.
8. Timbang mold yang sudah berisi tanah tersebut.
33
7. Bobot isi
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan
volume yang ditempati. Hal ini dapat digunakan untuk
mempermudah perbandingan campuran beton menggunakan agregat
dengan perbandingan volume dalam pembuatan beton di lapangan,
karena perbandingan volume campuran dilapangan menggunakan
dolak, (wadah untuk penakaran sehingga satuan volume agregat
berada dalam keadaan gembur, sehingga diperlukan adanya faktor
konversi (faktor pengali). Bobot isi agregat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Bobot Isi =
C−A
V
(gr/cm3
)
Keterangan
C = Berat agregat + berat bejana / container (gr)
A = Berat bejana / container (gr)
V = Volume bejana/wadah (cm3)
Alat Dan Bahan
a. Alat
1. Timbangan kapasitas 30 kg
2. Batang pemadat
3. Container pengukur
4. Meja getar
5. Mistar perata
a. Bahan
1. Agregat kasar
34
Prosedur Pelaksanaan Percobaan
A. Berat Isi Lepas
1. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya
(V).
2. Masukan campuraan agregat kasar dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir, dari ketinggian maksimum 5 cm di atas
container dengan menggunakan sendok/sekop sampai penuh.
3. Ratakan permukaan container dengan mistar perata.
4. Timbang berat container + isi (C).
B. Berat Isi Padat
1. Ambil container isi (V = 1 liter atau 1000 cm³).
2. Timbang wadah (A) gram.
3. Masukkan campuraan agregat kasar ke dalam wadah tersebut
kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk-tumbuk dengan batang
pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat kasar
sehingga permukaan atas container (sampai meluap).
6. Ratakan permukaan campuran agregat dengan alat perata.
7. Timbang container.
35
A. Diagram alir penelitian
Adapun tahap penelitian yang disajikan dalam diagram alir sebagai berikut :
Gambar 8 : Diagram Alir Penelitian
Identifikasi Masalah
Data Primer
Parameter Tanah dari hasil
pengujian di laboratorium yaitu :
1. Propertis Tanah
2. Kuat Geser Tanah
Analisa Data
1. Hitung tekanan tanah pasif
dan aktif.
2. Hitung kestabilan geser,
guling dan daya dukung.
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Pengumpulan Data
Mulai
Selesai
Uji Laboratorium :
1. Uji Kadar Air Tanah
2. Uji Berat Jenis Tanah
3. Uji Atterberg Limit
4. Uji Analisis Saringan
5. Uji Kuat Geser Tanah
6. Uji Pemadatan Tanah
7. Uji Bobot Isi
Studi Pustaka
36
B. Jadwal Penulisan Skripsi
No Kegiatan
Bulan
Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 Ujian Proposal
5 BAB IV
6 Ujian Skripsi
37
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materials. (2000). ASTM D 854-00: Standard
Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer.
American Society for Testing and Materials. (2002). ASTM D422-63, Standard
test method for particle-size analysis of soils. Annual Book of ASTM
standards.
Analisis dan perancangan FONDASI I EDISI KETIGA, Gadja Mada University
Press “Hary Christady Hardiyatmo”
Arman, A. "Kajian Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Standar SNI 7656-
2012 Dan ASTM C 136-06." Rang Teknik Journal 1.2 (2018): 271221.
Astm, D. (2003). 4318-00, 2003 ASTM D 4318-00, Standard test methods for
liquid limit, plastic limit, and plasticity index of soils. Annual Book of
ASTM standards, 582-595.
ASTM, D. 3080-04.(2004).“. Standard test method for direct shear test of soils
under unconsolidated drained conditions.” ASTM International, West
Conshohocken, PA, USA.
Bowles, J. E., & Silaban, P. (1999). Analisa dan Disain Fondasi Jilid 2.
Bowles, J. (1999). Analisis dan Disain Fondasi” edisi ketiga jilid 2. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Das, B. M., & Sivakugan, N. (2018). Principles of foundation engineering.
Cengage learning.
Das, B., & Sivakugan, N. (2007). Settlements of shallow foundations on granular
soil—an overview. International journal of geotechnical engineering, 1(1),
19-29.
Dermawan, A., Syaiful, S., Alimuddin, A., & Fachruddin, F. (2022). Analisis
Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Desa Mekarjaya,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor). Rona Teknik Pertanian, 15(2), 67-
81.
Figure, J. (2018). 2.2. 3. Particle Size Analysis of Soils (ASTM D 422-03),
AASHTO T 88 00 (2004). SOIL MECHANICS LABORATORY TEST
GUIDE, 21.
38
Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011). Studi Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Kantilever Pada Ruas Jalan Silaing Padang-Bukittinggi Km 64+ 500.
Jurnal Rekayasa Sipil, 7(1), 57-74.
Hardiyatmo, H. C. (2003). Mekanika Tanah II. Yogyakarta: Gama Press.
Hardiyatmo, H. C. (2014). Analisis dan Perancangan Fondasi 1.
Ir. Sudarmanto, M. (1996). Konstruksi Beton 2. Lulut Fadhilah, S. (2017).
Perencanaan Dinding Penahan Tanah Untuk Perbaikan Longsor Di Ruas
Jalan Balerejo Kalegen. Retrieved from Reviews Journal in Civil
Engineering, v.01, n.1, p.25 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Tidar.:https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/civil.engineering/article/view/5
39.
Island, N. B., & Territories, N. ASTM, 2000, D 2216 98, Standard Test Method
for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and
Rock by mass. USA. ASTM, 2000, D 2487 00, Standard Practice for
Classification of Soils for Engineering Purpose (Unified Soil Classification
System). ASTM, 2000, D 2937 00, Standard Test Methods for Density of
Soil in Place by. Bull., V, 19, 730-781.
Kalalo, M., Ticoh, J. H., & Mandagi, A. T. (2017). Analisis Stabilitas Dinding
Penahan Tanah (Studi Kasus: Sekitar Areal PT. Trakindo, Desa Maumbi,
Kabupaten Minahasa Utara). Jurnal Sipil Statik, 5(5).
Kuningsih, T. W., Putri, A. P., & Meiprastyo, X. (2018) Analisis Dinding
Penahan Tanah Dengan Metode Numerik. Jurnal Kajian Teknik Sipil, 3(1),
10-21
La Ode Muh, Y. A. M. I. N. (2016). Desain Software Dinding Penahan Tanah
Tipe Kantilever Dengan Program Visual Basic 6.0. Kurva Mahasiswa,
1(1), 100-111.
Lebao, K., dan Sulistyan, K. F., 2016, Studi Perencanaan Ulang Dinding Penahan
Pada Hulu Bendung Kramat Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang,
Jurnal Reka Buana, 1(1), 19-25.
Ramadhan, M. S. (2021). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever
Wall Pada Akses Jalan Pulau Balang‐Penajam Paser Utara‐Kota
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Doctoral Dissertation, Universitas
Islam Kalimantan Mab).
Ravindra, B., Das, B. G., & Ghorai, P. (2014). Organocatalytic, enantioselective,
intramolecular oxa-Michael reaction of alkoxyboronate: a new strategy for
39
enantioenriched 1-substituted 1, 3-dihydroisobenzofurans. Organic letters,
16(21), 5580-5583.
Setiawan., H. (2011, 12 2). Perbandingan Penggunaan Dinding Penahan Tanah
Tipe Kantilever Dan Gravitasi Dengan Variasi Ketinggian Lereng.
Retrieved from Journal of Infrastruktur Vol. 1 No. 2
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/J
Terzaghi, K., Peck, R. B., & Mesri, G. (1996). Soil mechanics in engineering
practice. John wiley & sons.
Titaley, H. D. (2022). Tinjauan Stabilitas Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi
Pada Ruas Jalan Desa Hatu. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
7(11),17016-170
40
LAMPIRAN
41
42

More Related Content

Similar to Proposal Revisi QLHSFZ NRXSVO OZGFSVIF_021353.docx

SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptxSEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptxNurlailah34
 
Methode Ground Anchor
Methode Ground AnchorMethode Ground Anchor
Methode Ground Anchorwanter13
 
15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)m ikbal
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuFranky Sihombing
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2pakkamba
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptdpibskanida
 
Tugas power point pondasi bangunan
Tugas power point pondasi bangunanTugas power point pondasi bangunan
Tugas power point pondasi bangunanjopassinaga
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanahJaka Jaka
 
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...FitriHariyanti4
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasManaser sawaki
 
Struktur Penahan Tanah.pptx
Struktur Penahan Tanah.pptxStruktur Penahan Tanah.pptx
Struktur Penahan Tanah.pptxDonyPrasetiawan3
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingHBieb Almospy
 

Similar to Proposal Revisi QLHSFZ NRXSVO OZGFSVIF_021353.docx (20)

Pondasi
PondasiPondasi
Pondasi
 
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptxSEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
 
DINDING & BALOK
DINDING & BALOKDINDING & BALOK
DINDING & BALOK
 
Methode Ground Anchor
Methode Ground AnchorMethode Ground Anchor
Methode Ground Anchor
 
15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)
 
Heriyanto
HeriyantoHeriyanto
Heriyanto
 
Contoh Artikel
Contoh Artikel Contoh Artikel
Contoh Artikel
 
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kakuPerbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
Perbandingan antara perkerasan lentur dan kaku
 
Chapter 3 asas
Chapter 3 asasChapter 3 asas
Chapter 3 asas
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
 
Tugas power point pondasi bangunan
Tugas power point pondasi bangunanTugas power point pondasi bangunan
Tugas power point pondasi bangunan
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah
 
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...
158_20230308064955_Pertemuan ke -1 Rekayasa Pondasi II Pendahuluan Rabu 8 Mar...
 
Makala bangunan
Makala bangunanMakala bangunan
Makala bangunan
 
Pondasi 1
Pondasi 1Pondasi 1
Pondasi 1
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitas
 
Struktur Penahan Tanah.pptx
Struktur Penahan Tanah.pptxStruktur Penahan Tanah.pptx
Struktur Penahan Tanah.pptx
 
Galian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise buildingGalian tanah dan batu proyek highrise building
Galian tanah dan batu proyek highrise building
 

Proposal Revisi QLHSFZ NRXSVO OZGFSVIF_021353.docx

  • 1. 1 JUDUL : PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH TIPE KANTILEVER (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA BETHFAGE, KAYU TIGA, DESA SOYA KECAMATAN SIRIMAU - KOTA AMBON) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis, perubahan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu udara, air, dan pergeseran lempeng bumi. Pengertian tanah secara umum merupakan himpunan mineral, bahan organik dan endapan - endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992). Tanah membagi bahan - bahan yang menyusun kerak bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) dan batuan (rock), sedangkan batuan merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi dkk, 1996) Salah satu akibat dari perubahan tersebut adalah adanya lereng. Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk alami misalnya lereng - lereng perbukitan, tebing sungai dan lain sebagainya, sedangkan lereng buatan antara lain galian dan timbunan badan jalan, bendungan, jalan kereta api, tanggul sungai, dll. Lereng dapat mengalami pergeseran yang menyebabkan kelongsoran akibat berbagi pengaruh gaya-gaya yang ada dan membuat lereng menjadi tidak stabil. Salah satu solusi perkuatan lereng adalah dengan dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Menurut Setiawan (2011), dinding penahan tanah atau juga biasa disebut tembok penahan tanah adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan tanah atau mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng itu sendiri, serta untuk mendapatkan bidang yang tegak. Berdasarkan bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan tanah dapat
  • 2. 2 di klasifikasikan kedalam beberapa tipe diantaranya dinding gravitasi, dinding semi gravitasi, dinding kantilever, dinding counterfort, dinding krib, dinding tanah bertulang (reinforced earth wall). Dari keenam tipe tersebut yang paling seringa digunakan adalah dinding gravitasi dan kantilever. Penggunaan dinding penahan tipe gravitas sangat umum digunakan karena pelaksanaannya yang mudah dan dari segi biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dinding penahan dengan tipe lainnya. Namun seringkali terjadi kegagalan terhadap konstruksi dinding tersebut yang bisa saja disebabkan karena konstruksi dinding tidak mampu untuk menahan tekanan tanah aktif dibelakang dinding Untuk beberapa kasus lereng yang curam justru digunakan tipe dinding kantilever agar lebih kuat tahanan. Dinding kantilever adalah dinding penahan tanah beton bertulang yang biasanya memiliki dimensi lebih tipis dibandingkan dengan perkuatan yang sejenis seperti perkuatan dinding gravitasi. Berbeda dengan dinding gravitas, kantilever justru stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit telapak (hell). Terdapat tiga bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe) (La Ode Muh, Y. A. M. I. N. (2016). Proyek Pembangunan Gedung Gereja Bethfage Jalan Sirimau - Desa Soya, Kec Sirimau terletak pada kawasan dengan kondisi elevasi lereng tanah yang berbeda. Pada bangunan gereja lama sering terjadi longsor yang menyebabkan tertutupnya selasar gereja oleh tanah longsoran, hingga kasus terbaru adalah pada proses pembangunan gereja yang baru juga masih sering terjadi longsoran yang menyebabkan tertutupnya lubang galian fondasi tapak. Untuk menjaga kestabilan lereng-lereng tersebut tersebut maka dibuatlah dinding penahan tanah tipe kantilever. Dinding penahan tanah merupakan struktur penting untuk jalan raya dan bangunan lainnya yang memiliki kontur atau elevasi tanah yang berbeda. Alasan saya memilih judul Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever Pada Pembangunan Gedung Gereja Bethfage dikarenakan dalam proses pembangunan dinding penahan tanah tersebut tidak sesuai dengan kategori yang semestinya maka perlu direncanakan ulang pada dinding penahan tanah tersebut.
  • 3. 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalahnya yaitu : 1. Berapa besar distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada dinding penahan tanah ? 2. Bagaimana desain dinding penahan tanah yang aman terhadap penggeseran, penggulingan dan keruntuhan kapasitas dukung tanah ? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada dinding penahan tanah 2. Mendesain dinding penahan tanah yang aman terhadap pergeseran, penggulingan dan keruntuhan kapasitas dukung tanah D. Ruang Lingkup Dari latar belakang yang disampaikan maka penulisan ini dibatasi oleh : 1. Pengambilan data yang dilakukan pada lokasi pembangunan Gedung Gereja Bethfage. 2. Pengambilan sampel parameter tanah pada lokasi pembangunan Gedung Gereja Bethfage. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai syarat tugas akhir dan diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis secara umum berkaitan dengan perencanaan dinding penahan tanah dan stabilitas dinding penahan tanah. 2. Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam proses pembangunan Gedung Gereja Bethfage.
  • 4. 4 F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan proposal skripsi ini terdiri dari: I. PENDAHULUAN Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Membahas teori-teori dan penelitian terdahulu yang di gunakan untuk menunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber. III. METODOLOGI PENELITIAN Berisi penjelasan mengenai lokasi penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, sumber data, variabel penelitian, metode analisis, diagram alir penelitian dan jadwal penulisan skripsi.
  • 5. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Retaining Wall Retaining Wall merupakan istilah di bidang Teknik Sipil yang artinya dinding penahan. Dinding penahan merupakan struktur bangunan yang digunakan untuk menahan tanah atau memberikan kestabilan terhadap tanah. (Ir. Sudarmanto, 1996) menyatakan bahwa Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemampatannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Dinding penahan tanah merupakan salah satu konsep perkuatan tanah yang banyak digunakan dalam pekerjaan rekayasa sipil. Dinding penahan tanah merupakan dinding yang digunakan untuk menahan beban tanah secara vertikal ataupun terhadap kemiringan tertentu. Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011) mengutip penyataan (Bowles, 1999) menyatakan bahwa, Dinding penahan adalah konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah atau bahan lain yang kondisi massa bahannya tidak memiliki kemiringan alami, dan juga digunakan untuk menahan atau menopang timbunan tanah atau onggokan material lainnya. Secara umum fungsi dari dinding penahan tanah (Retaining wall) adalah untuk menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk sehingga longsor bisa dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh. Konstruksi dinding penahan pada umumnya digunakan untuk menjaga kestabilan tanah atau bahan-bahan lainnya, akibat tidak dapat menahan keadaan lereng yang lebih besar. Dalam perencanaan sebuah dinding penahan tanah, perlu diambil dimensi tertentu sehingga dinding yang direncanakan mungkin untuk dikerjakan, cukup stabil dan kuat. Pengambilan dimensi awal dinding penahan tanah juga sangat ditentukan dengan bentuk lereng dan tanah yang kan ditahannya. Selain itu pengambilan dimensi dari segi keterbatasan ruang pekerjaan, kepatutan bentuk dan juga keindahan harus diperhatikan dalam perencanaan dinding kantilever ini.
  • 6. 6 B. Proporsi Dinding Penahan Dalam mendesain dinding penahan tanah, seorang penulis harus memperhitungkan beberapa dimensinya. Disebut proporsional, asumsi seperti itu memungkinkan insinyur untuk memeriksa bagian percobaan dinding untuk stabilitas. Jika pemeriksaan stabilitas menghasilkan hasil yang tidak diinginkan, bagian dapat diubah dan diperiksa ulang. Menurut Braja Das bahwa bagian atas batang dinding penahan tidak boleh kurang dari sekitar 0,3 m. (=12 inch.) untuk penempatan beton yang tepat. Kedalaman, D. ke bagian bawah pelat dasar harus minimal 0,6 m (-2 kaki). Namun, bagian bawah pelat dasar harus ditempatkan di bawah garis beku musiman. Gambar 1 : Estimasi dinding penahan tanah type cantilever Sumber (Braja Das, 2014)
  • 7. 7 C. Tekanan Tanah Aktif Menurut Hardiyatmo, (2003) Tekanan tanah aktif adalah tekanan yang terjadi pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan bergerak longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya. Gambar 2 : Diagram Tekanan Tanah Aktif Sumber (Hardiyatmo, 2003) Nilai tekanan tanah aktif untuk tanah lateral dihitung dengan menggunakan teori Rankine yang dibagi menjadi nilai tekanan tanah aktif untuk tanah datar dan nilai tekanan tanah aktif untuk tanah miring. Untuk menghitung nilai koefisien tanah datar dan tanah miring pada tanah aktif digunakan rumus seperti dibawah ini : Nilai Ka untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut : Ka = 1−𝑠𝑖𝑛 φ 1+𝑠𝑖𝑛 𝜑 = 𝑡𝑎𝑛2 . (45° − 𝜑 2 ) Keterangan : φ = Sudut geser tanah ( ֯ ) Ka = Koefisien tanah aktif 1. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah non kohesif Nilai Pa untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut :
  • 8. 8 Pa = 1 2 𝛾 . H2 . Kɑ 2. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah kohesif Nilai Pa untuk tanah kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut : Pa = 1 2 𝛾 . H2 . Kɑ - 2c √𝑘ɑ Keterangan : Pa = tekanan tanah aktif (kN/m) γ = berat isi tanah (kN/m3 ) H = tinggi dinding (m) c = kohesi (kN/m2 ) Kɑ= koefisien tanah aktif D. Tekanan Tanah Pasif Tekanan tanah pasif adalah tekanan tanah yang terjadi saat gaya mendorong dinding penahan tanah kearah tanah urungan, sedangakan nilai banding tekan horizontal dan vertical yang terjadi didefinisikan sebagai koefisien tekanan tanah pasif atau kp. Nilai tekanan pasif lebih besar dari nilai tekanan tanah saat diam dan nilai tekanan aktif, tekanan tanah pasif menunjukan nilai maksimum dari gaya yang dapat dikembangkan oleh tanah pada gerakan struktur panahan terhadap tanah urungannya, yaitu tanah harus menahan gerakan dinding penahan tanah sebelum mengalami keruntuhan seperti gambar dibawah ini : Gambar 3 : Diagram tekanan tanah pasif Sumber (Hardiyatmo,2003)
  • 9. 9 Untuk nilai tekanan tanah pasif untuk tanah lateral dihitung dengan cara yang sama pada tekanan tanah aktif menggunakan teori Rankine yang dibagi menjadi nilai tekanan tanah pasif untuk tanah datar dan nilai tekanan tanah pasif untuk tanah miring. Prosedur perhitungannya digunakan metode Rankine seperti rumus dibawah ini. Nilai Kp untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut : Kp = 1−𝑠𝑖𝑛 φ 1+𝑠𝑖𝑛 𝜑 = 𝑡𝑎𝑛2 . (45° − 𝜑 2 ) Keterangan : φ = Sudut geser tanah ( ֯ ) Kp = Koefisien tanah pasif Perhitungan tekanan tanah pasif dihitung menggunakan persamaan dibawah ini : 1. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah non kohesif Nilai Pp untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut ini : Pp = 1 2 𝛾 . H2 . Kp 2. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah kohesif Nilai Pa untuk kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut ini : Pa = 1 2 𝛾 . H2 . Kp - 2c √𝑘𝑝 Keterangan : Pp = tekanan tanah aktif (kN/m) γ = berat isi tanah (kN/m3 ) H = tinggi dinding (m) c = kohesi (kN/m2 ) Kp= koefisien tanah aktif
  • 10. 10 E. Teori Tekanan Tanah Lateral Tekanan tanah lateral merupakan parameter utama dalam perancangan dinding penahan tanah. Oleh karena itu diperlukan perkiraan tentang tanah lateral secara kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisis perencanaan maupun analisis stabilitas. Dalam perencanaan dinding penahan tanah diperlukan pengetahuan mengenai tekanan tanah lateral. Besar dan distribusi tekanan tanah pada dinding penahan tanah sangat bergantung pada regangan lateral relative terhadap dinding. Dalam beberapa hal, hitungan tekanan tanah lateral ini berdasarkan pada kondisi regangannya. Jika analisis tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, maka dapat mengakibatkan kesalahan perancangan. Maka dari itu pengertian tentang hubungan regangan lateral dengan tekanan tanah pada dinding sangat dibutuhkan F. Stabilitas Dinding Penahan Tanah Untuk mengetahui stabilitas dinding penahan tanah kantilever, perlu dilakukan pengecekan terhadap dinding kantilever tersebut. Pengecekan tersebut diantaranya: A. Stabilitas Terhadap Guling Stabilitas terhadap guling merupakan stabilitas yang ditinjau berdasarkan kondisi tanah yang terguling yang diakibatkan oleh tekanan tanah lateral dari tanah urug di belakang dinding penahan tanah. Untuk contoh keadaan guling yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar dibawah ini: Gambar 4 : Stabilitas Terhadap Gaya Guling Sumber (Das,2007)
  • 11. 11 Nilai kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling dihitung dengan Persamaan berikut: Keterangan : 𝚺Mw = jumlah momen melawan guling (kNm) 𝚺Mgl = jumlah momen yang menahan guling (kNm) W = berat tanah + berat sendiri dinding penahan (kn) B = lebar kaki dinding penahan (m) 𝚺Pah = jumlah gaya horizontal (kN) 𝚺Pav = jumlah gaya vertical (kN) B. Stabilitas Terhadap Geser Stabilitas terhadap geser yaitu perbandingan gaya - gaya yang menahan dan mendorong dinding penahan tanah. Untuk contoh keadaan geser yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar dibawah ini : Gambar 5 : Stabilitas terhadap gaya geser Sumber (Das,2007)
  • 12. 12 Nilai Kestabilan struktur terhadap kemungkinan bergeser dihitung dengan Persamaan berikut : Keterangan : 𝚺Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser W = berat total dinding penahan dan tanah diatas pelat pondasi δh = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi ( 1 2 sampai 2 3 )Ø C = kohesi tanah dasar B = lebar kaki dinding penahan (m) 𝚺Pah= jumlah gaya horizontal f = tan δb = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar pondasi . C. Stabilitas Terhadap Daya Dukung Persamaan kapasitas daya dukung untuk menghitung stabilitas dinding penahan tanah antara lain adalah menggunakan persamaan Hansen dan Vesic yang digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris. Untuk contoh keadaan keruntuhan daya dukung tanah yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di Gambar dibawah ini :
  • 13. 13 Gambar 6 : Stabilitas terhadap daya duukung tanah Sumber (Das,2007) Nilai kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan persamaan Vesic (1975) untuk beban miring dan eksentris seperti rumus dibawah ini : qu = dc . ic . C . Nc + dq . iq . Df . γ . Nq + dγ . 0,5 . B . γ . Nγ Keterangan : dc,dq,dγ = faktor kedalaman ic,iq,iγ = faktor kemiringan beban B = lebar kaki dinding penahan γ = berat volume tanah (kN/m3 ) Nc,Nq,Nγ = faktor kapasitas dukung Hansen dan Vesic
  • 14. 14 Untuk mencari nilai Nc , Nq dan Nγ maka dapat dilihat pada table daya dukung milik Vesic pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Tabel daya dukung vesic 1975 (Sumber: Hardiyatmo, 2011)
  • 15. 15 Faktor keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: F = 𝑞𝑢 𝑞 ≥ 2 Keterangan : qu = tekanan tanah ultimit q = tekanan akibat beban struktur G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya. Dalam penulisan skripsi ini saya merujuk pada Jurnal Penelitian Muhammad Syahri Ramadhan (2021). 1. Muhammad Syahri Ramadhan (2021) Muhammad Syahri Ramadhan pada tahun 2021 melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Wall Pada Akses Jalan Pulau Balang ‐ Penajam Paser Utara ‐ Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur” Penelitian tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah penahan tanah timbunan dan penanggulangan longsoran di daerah lain bukan hanya di ruas jalan Pulau Balang saja, tetapi di daerah-daerah lain yang ada di Indonesia khususnya di Kalimantan Timur. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu, mendapatkan gaya guling sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar 0.59695 ton/m2, gaya dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2 serta dibantu dengan penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan kondisi ini dinilai relatif aman untuk menahan tanah timbunan tambahan yang diperlukan untuk rencana jalan nantinya.
  • 16. 16 Tabel 2 : Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Peneliti Lokasi Tipe Perkuatan Metode Hasil Analisis 1 Kalalo (2017) Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Sekitar Areal PT. Trakindo, Desa Maumbi, Kabupaten Minahasa Utara) Desa Maumbi, Kabupaten Minahasa Utara Dinding penahan Tanah manual dan dengan program bantu Plaxis V.8.2 Dari hasil analisis stabilitas dinding penahan tanah dengan pengaruh beban gempa (zona 5) untuk kondisi 2 menunjukkan kondisi sudah tidak stabil dan dengan program bantu Plaxis untuk muka air tanah pada puncak pondasi, menunjukkan dinding penahan tanah yang tidak stabil dengan angka faktor keamanan 1.0. 2 Abdul Hakam (2011) Stabilitas Dinding Penahan Tanah Kantilever Pada Ruas Jalan Silaing Padang - Bukittinggi Km 64+500 Jalan Silaing Padang - Bukittinggi Dinding penahan tanah tipe kantilever Guling Geser Daya Dukung Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa dinding kantilever yang terpasang tersebut, dengan dimensi H=8,5, B=3, Ta=0,5, Tb=0,7 Tt=0,7, Th=0,4 tidak aman karena nilai stabilitasnya tidak sesuai dengan yang disyaratkan, yaitu sebesar Fs guling=1,577, Fs Geser=1,384, Fs daya dukung tidak dicari karena nilai e lebih kecil dari B/6. Dengan memperbesar dimensi, H=9,5, B=5, Ta=0,5, Tb=0,95 Tt=0,95, Th=0,95, D=1,1 dinding kantilever tersebut dinyatakan aman dengan nilai faktor kemanan sebesar Fs guling=3,547, Fs Geser=2,559, Fs daya dukung=15,094. 3 Muhammad Syahri Ramadhan (2021) Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Wall Pada Akses Jalan Pulau Balang ‐ Penajam Paser Utara ‐ Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur Balang ‐ Penajam Paser Utara ‐ Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Wall Metode Rankie hasil perhitungan untuk stabilitas dinding penahan tanah Cantilever Wall didapat gaya guling sebesar 1.2589 ton/m2, gaya geser sebesar 0.59695 ton/m2, gaya dukung/keruntuhan tanah sebesar 45.996 ton/m2 serta dibantu dengan penggunaan tiang bor pile sebesar 28,07 ton dan kondisi ini dinilai relatif aman untuk menahan tanah timbunan tambahan yang diperlukan untuk rencana jalan nantinya.
  • 17. 17 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian proposal ini penulis melakukan penelitian yang berlokasi di Desa Soya – Kecamatan Sirimau pada Pembangunan Gedung Gereja Betfage, Kota Ambon. Gambar 7 : Peta Lokasi Penelitian Sumber (Google Maps, 2023) B. Jenis data Adapun jenis data yang dipakai dalam penulisan ini adalah jenis data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung kondisi lapangan, dan data hasil pengujian berupa data propertis tanah dan kuat geser. C. Teknik Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh untuk penulisan ini bersumber dari : 1) Penelitian Lapangan, berupa bentuk perolehan data yang dilakukan secara langsung dengan pengamatan dan pengambilan sampel tanah. 2) Pengujian laboratorium, melakukan pengujian teknis, untuk mengetahui hasil uji dengan tujuan-tujuan tertentu. GEREJA BETHFAGE
  • 18. 18 3) Penelitian Kepustakaan atau studi literatur, berupa pengumpulan bahan referensi melalui media elektronik, membaca buku serta menganalisis data sesuai permasalahan di atas. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang ditinjau meliputi : 1) Tekanan tanah lateral aktif/pasif 2) Stabilitas dinding penahan tanah terhadap geser, guling dan daya dukung tanah E. Metode Analisa Data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimen di laboratorium. Tanah yang diuji adalah tanah yang diambil pada area sekitaran lokasi pembangunan gedung gereja bethfage. Pengambilan sampel tanah sebanyak 12 kg. Adapun metode pelaksanaan pengujian yang akan dilakukan, sebagai berikut : A. Pengujian Propertis Tanah 1. Uji Kadar Air Tata cara pengujian kadar air harus mengacu pada SNI 1965 : 2008, dimana benda uji tanah untuk mengukur kadar air harus berasal dari kualitas kelas 3. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216 a. Alat Pengujian Kadar Air 1. Oven Pemanas Oven pemanas berfungsi sebagai pengering sampel yang akan di uji
  • 19. 19 2. Cawan Kedap Udara Cawan berfungsi sebagai wadah untuk meletakan sampel yang akan di uji 3. Timbangan Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat wadah, berat sampel basah dan kering yang akan digunakan. 4. Desikator Desikator berfungsi untuk mendinginkan sampel ketika keluar dari oven b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu : 1. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam cawan danmenimbangnya. 2. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam. 3. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung presentase kadar air. Perhitungan : Kadar Air (W). = 𝑤1− 𝑤2 𝑤2−𝑤3 × 100% Dengan : W1 = berat cawan + tanah basah (gram) W2 = berat cawan + tanah kering (gram) W3 = berat cawan kosong (gram) W1 - W2 = berat air (gram) W1 - W2 = berat air (gram) W2 - W3 = berat tanah kering (gram) 2. Uji Berat Jenis
  • 20. 20 Penentuan berat jenis tanah dilakukan di laboratorium terhadap contoh tanah yang diambil dari lapangan. Kegunaan hasil uji berat jenis adalah untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya. Standar pengujian berat jenis mengacu pada SNI 1964 : 2008 Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 40. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan #200 (diameter = 0.074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM D - 854. a. Alat Pengujian Berat Jenis 1. Piknometer Piknometer berfungsi sebagai wadah pengujian sampel 2. Kompor Kompor berfungsi untuk memanaskan piknometer 3. Wajan Wajan berfungsi sebagai wadah untuk memanaskan piknometer 4. Timbangan Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat sampel yang di uji 5. Saringan No 40 Saringan berfungsi sebagai penyaring sampel yang akan di uji 6. Aquades Aquades berfungsi senagai tempat pengisian air untuk dicampur dengan sampel yang akan di uji b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain : 1. Menyiapkan benda uji secukupnya dan dimasukan dalam oven pada suhu 60°C sampai dapatdigemburkan atau dengan pengeringan matahari. 2. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan No. 40 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu. 3. Mencuci labu ukurdengan air sulingdan mengeringkannya. 4. Menimbanglabu tersebut dalam keadaan kosong.
  • 21. 21 5. Masukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air suling sampaimenyentuh garis batas labu ukur. 6. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam butiran tanahdengan menggunakan pompa vakum. 7. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat hasilnya dalam temperatur tertentu. Perhitungan : Gs = 𝑤2−𝑤1 (𝑤4−𝑤1)−(𝑤3−𝑤2) Dengan : Gs = Berat jenis W1 = Berat piknometer (gram) W2 = Berat piknometer dan tanah kering (gram) W3 = Berat piknometer, tanah, dan air (gram) W4 = Berat piknometer dan air bersih(gram) 3. Uji Batas Atterberg Limit Batas-batas konsistensi (atterberg) terdiri atas batas cair, batas plastis dan batas susut. Tata cara pengujian harus mengacu pada SNI 1967 : 2008 untuk batas cair, SNI 1966 : 2008 untuk batas plastis dan indeks plastisitas tanah, SNI 3422 : 2008 untuk batas susut. Batas-batas konsistensi digunakan untuk mengkarakterisasi perilaku tanah lempung dan lanau ketika kadar air berubah. Klasifikasi lempung dan lanau terutama berdasarkan pada batas konsistensi. Adapun Alat Pengujian Batas-batas Atterberg : 1. Timbangan Timbangan berfungsi untuk mengukur berat sampel 2. Cawan Cawan berfungsi sebagai wadah sampel 3. Saringan No 4 Saringan No 4 berfungsi sebagai penyaring sampel
  • 22. 22 4. Oven Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel 5. Pisau Dumpul Pisau dumpul berfungsi untuk mencampur sampel dan air pada aquades 6. Desikator Desikator berfungsi untuk mendinginkan sampel yang akan di uji 7. Plat Kaca Plat kaca berfungsi sebagai alat untuk mencampur sampel dan air pada aquades 8. Cassagrande Cassagrande berfungsi untuk menentukan batas cair 9. Grooving tool Grooving tool berfungsi sebagai pembuat alur pada cassagrande a. Batas Cair (Liquid Limit) Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D- 4318. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain : 1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakansaringan No.40. 2. Mengaturtinggijatuh mangkukcasagrande setinggi 10mm 3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan kedalam mangkuk cassagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas. 4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool. 5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm sambilmenghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada diantara 10 – 40kali.
  • 23. 23 6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan. Perhitungan : 1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah pukulan 2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air. 3. Menarik garis lurusdari keempat titik yang tergambar. 4. Menentukan nilaibatas cairpada jumlahpukulan ke 25 b. Batas Plastis (Plastic Limit) Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 : 1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No. 40. 2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung- gulungdi atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak- retak atauputus-putus. 3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang 4. Menentukankadar air benda uji. Perhitungan : 1. Nilai batas plastis(PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji.
  • 24. 24 2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang diuji, dengan rumus : PI = LL –PL 4. Uji Analisis Saringan Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Analisis ukuran butiran dilakukan dengan menentukan presentase massa rentang ukuran butiran yang terpisah yang ditemukan dalam tanah. Tata cara pengujian ukuran butiran mengacu pada SNI ASTM C136 : 2012. a. Alat Pengujian Analisis Saringan 1. Satu Set Saringan (No 4,10,20,40,80,100,100,PAN) Satu set saringan berfungsi sebagai penyaring sampel yang akan di uji 2. Wadah Wadah berfungsi untuk menaruh sampel material hasil pengujian 3. Oven Oven berfungsi sebagai pengering sampel yang akan di uji 4. Vibrator Vibrator berfungsi sebagai alat penggetar untuk menyaring sampel pada satu set saringan 5. Kuas Kuas berfungsi untuk membersihkan saringan sebelum dan sesudah dipakai 6. Timbangan digital Timbangan digital berfungsi untuk mengetahui berat sampel yang di uji b. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991). 1. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya.
  • 25. 25 2. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan sampel tanah padasusunan yangpalingatas kemudian menutuprapat. 3. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama kira-kira 15menit. 4. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atasnya. 5. Uji Kuat Geser Tanah Pengujian kuat geser tanah merupakan masalah yang berhubungan dengan stabilitas massa tanah. Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terkonsolidasi tapi tidak terdrainase. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-3080-04 a. Alat pengujian kuat geser 1. Alat geser (Direct Shear Test) Bertujuan untuk mengetahui bidang dan sudut geser tanah saat runtuh (failure) 2. Timbangan Untuk meninbang sampel uji 3. Proving ring Digunakan untuk mengukur gaya yang dihasilkan oleh tanah ekspansif pada saat pembasahan 4. Stopwatch Untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam pengujian. 5. Pelat untuk menjepit contoh tanah 6. Ring untuk mengambil/mencetak contoh tanah dari tabung sampel 7. Dolly untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box 8. Dial untuk mengukur deformasi vertikal dan horisontal
  • 26. 26 9. Oven Untuk mengeringkan sampel yang akan di uji b. Adapun langkah kerja pengujian kuat geser tanah, antara lain : 1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan 2. Keluarkan shear box dari tempat airnya. Jadikan satu shear box bagian atas dan bawah dengan memasang baut penguncinya. Masukkan pelat dasar pada bagian paling bawah dari shear box dan diatasnya dipasang batu pori yang sebelumnya telah dicelupkan dalam aquades atau direbus dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam pori- porinya. Diatas batu pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga telah dicelupkan dalam aquades. Dan diatas kertas filter ini dimasukkan pelat berlubang yang beralur, alur ini harus menghadap keatas dan arah alurnya harus tegak lurus arah penggeseran, hal ini dimaksudkan agar contoh tanah benar- benar terjepit secara kuat pada waktu dilakukan penggeseran. Masukkan kembali shear box ke dalam tempat airnya. Dan tempatkan kedudukannya dengan mengencangkan dua buah baut penjepit yang ada. 3. Masukkan contoh tanah ke dalam shear box 4. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box bagian bawah. a) Cara menggerakkannya ialah: Lepaskan kunci penggerak manual dengan menarik clutch, sekarang penggeser dapat digerakkan dengan memutar handwheel. Memutar handwheel searah jarum jam akan menyebabkan pergeseran ke kanan/maju dan sebaliknya. Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box bagian bawah, maka kembalikan lagi clutch pada kedudukan terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya. 5. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box bagian atas, ini berarti proving ring belum menerima beban.
  • 27. 27 Jadi dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol, demikan juga dial pengukur deformasi horisontal. 6. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan juga kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertikal. Atur kedudukan dial ini pada posisi tertentu. 7. Siapkan beban konsolidasinya. Lengan pembebanan ini mempunyai perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang bekerja juga mempunyai perbandingan 1 : 10. 8. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan kecepatan penggeserannya. 9. Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan yang diinginkan. Kecepatan penggeseran yang umumnya dipakai ialah : 0,30 mm/menit 10. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial deformasi horisontal tepat pada posisi normal. B. Hitungan Stabilitas Dinding Penahan Tanah 1. Stabilitas terhadap Penggulingan Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat fondasi. Faktor aman akibat terhadap penggulingan (Fgl), didefinisikan sebagai berikut : SF = 𝚺𝐌𝑤 𝚺𝐌𝑔𝑙 ≥ 2 Dengan : ΣMw = momen yang melawan guling (kNm) ΣMgl = momen yang menyebabkan guling (kNm). Berdasarkan (BSN, 2017) SNI 8460:2017 tentang faktor keamanan minimum dinding penahan tanah dikatakan aman terhadap gaya guling jika nilai SF ≥ 2.
  • 28. 28 2. Stabilitas terhadap Penggerseran Gaya aktif tanah (Pa) selain menimbulkan terjadinya momen juga menimbulkan gaya dorong sehingga dinding akan bergeser. Bila dinding penahan tanah dalam keadaan stabil, maka gaya-gaya yang bekerja dalam keadaan seimbang. Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh kohesi dan gesekan antara tanah dan dasar pondasi, tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan terdapat tanah timbunan. SF = 𝚺𝐑ℎ 𝚺𝐏ℎ ≥ 2 ΣRh = c×B + ΣW×tan∅ Dengan: ΣRh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran (kN), ΣPh = jumlah tekanan gaya horizontal (kN), c = kohesi (kN/m2 ), B = lebar dasar pondasi (m), ΣW = jumlah gaya berat sendiri dinding penahan tanah (kN), ∅ = sudut gesek internal tanah (°). Berdasarkan (BSN, 2017) SNI 8460:2017 tentang faktor keamanan minimum dinding penahan tanah dikatakan aman terhadap gaya guling jika nilai SF ≥ SF ≥ 2. 3. Stabilitas terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah Banyak cara yang telah dibuat untuk merumuskan persamaan daya dukung tanah, namun seluruhnya merupakan cara pendekatan untuk memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhannya. Kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan rumus Terzaghi: qult = c × Nc + Df × γ×Nq + 0,5 × B × γ × Nγ Dengan: c = kohesi tanah (kN/m2 ), Df = kedalaman dasar pondasi (m), γ = berat volume tanah (kN/m3 ),
  • 29. 29 B = lebar pondasi dinding penahan tanah (m), Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh besar sudut gesek internal tanah. Nilai-nilai faktor daya dukung Terzaghi (Nc, Nq, Nγ) dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Tabel 3. Nilai faktor daya dukung Terzaghi (Lebao dan Sulistyan, 2016). Setelah mendapatkan nilai daya dukung ultimit tanah (qult), langkah selanjutnya menghitung kapasitas dukung ultimit neto (net ultimate bearing capacity). Kapasitas dukung ultimit neto (qun) merupakan nilai intensitas dari beban fondasi neto, tanah akan mengalami keruntuhan geser, apabila: qun = qult – γ × Df Dengan: qult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2 ), Df = kedalaman dasar fondasi (m), γ = berat volume tanah (kN/m3 ). Tekanan pondasi total (total foundation total pressure) (q) adalah intensitas tekanan total pada tanah di dasar fondasi, setelah struktur bangunan selesai dibangun dengan pembebanan penuh. Pembebanan total pada pondasi termasuk berat struktur dari dinding penahan tanah itu sendiri dan berat dari tanah disekitar dinding penahan.
  • 30. 30 Tekanan pondasi neto (net foundation pressure) untuk suatu fondasi pada kondisi tertentu ialah tambahan tekanan pada dasar pondasi, akibat adanya beban mati dan beban hidup dari struktur. Dinyatakan dalam persamaan: qn = q – γ × Df dengan: q = tekanan total pada pondasi (kN/m), Df = kedalaman dasar pondasi (m), γ = berat volume tanah (kN/m3 ). Faktor aman (SF) terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan sebagai: SF = q𝑢𝑛 q𝑛 = q𝑢𝑙𝑡− 𝛾 𝑥 D𝑓 q− γ x D𝑓 Dengan: qult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2 ), q = tekanan total pondasi (kN/m), Df = kedalaman dasar pondasi (m), γ = berat volume tanah (kN/m3 ).
  • 31. 31 6. Uji Pemadatan Pemadatan adalah suatu proses merapatkan partikel-partikel tanah dengan cara mengurangi pori-pori udaranya, biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis. Kepadatan uang dicapai tergantung dari banyaknya air dalam tanah tersebut, yaitu kadar airnya. Rumus perhitungan pemadatan tanah, yaitu :  Berat isi tanah basah : γ = 𝐁2−𝐁2 𝐕 = γ = 𝐰 𝐰 dengan : γ = berat isi tanah basah B2 = berat mold B2 = berat mold + berat tanah V = volume mold  Berat isi tanah kering : γd = γ 1+w dengan : w = kadar air sesudah kompaksi a. Alat Dan Bahan 1. Oven 2. Saringan no 4 3. Mold 4. Timbangan 5. Jangka serong 6. Baki besar 7. Alat tinggi jatuh 8. Gelas ukur 9. Pisau dumpul 10. Dongkrak 11. Cawan
  • 32. 32 b. Bahan 1. Tanah lolos saringan no 4 2. Air Adapun langkah kerja uji pemadatan berikut ini : 1. Contoh tanah dikeringkan di oven sehingga menjadi gembur kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk dengan palu karet. 2. Tanah yang sudah gebur disaring dengan saringan no 4. Jumlah tanah yang harus disiapkan 12 kg. 3. Pasang silinder cetakan mold, bersihkan mold dengan kuas dan timbang beratnya, serta ukur diameter dan tinggi mold tersebut dengan menggunakan jangka serong 4. Ambil sampel tanah 12 kg dibagi menjadi 6 bagian dan timbang masing-masing 2 kg. Kemudian masukan sampel tanah yang telah ditimbang masing-masing 2 kg ke dalam kantong plastik. 5. Ambil sampel tanah pertama kemudia tuangkan ke dalam baki besar dan bagi tanah tersebut dalam tiga bagian/lapisan. 6. Masukan tanah bagian pertama kedalam mold dan tumbuk dengan alat tinggi jatuh sebanyak 25x tumbukan secara merata sampai dengan 3 lapis. 7. Lepaskan leher sambung mold, kemudian potong tanah yang berlebih pada bagian keliling leher dengan pisau dumpul dan ratakan tanah sehingga rata dengan permukaan cetakan. 8. Timbang mold yang sudah berisi tanah tersebut.
  • 33. 33 7. Bobot isi Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume yang ditempati. Hal ini dapat digunakan untuk mempermudah perbandingan campuran beton menggunakan agregat dengan perbandingan volume dalam pembuatan beton di lapangan, karena perbandingan volume campuran dilapangan menggunakan dolak, (wadah untuk penakaran sehingga satuan volume agregat berada dalam keadaan gembur, sehingga diperlukan adanya faktor konversi (faktor pengali). Bobot isi agregat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Bobot Isi = C−A V (gr/cm3 ) Keterangan C = Berat agregat + berat bejana / container (gr) A = Berat bejana / container (gr) V = Volume bejana/wadah (cm3) Alat Dan Bahan a. Alat 1. Timbangan kapasitas 30 kg 2. Batang pemadat 3. Container pengukur 4. Meja getar 5. Mistar perata a. Bahan 1. Agregat kasar
  • 34. 34 Prosedur Pelaksanaan Percobaan A. Berat Isi Lepas 1. Timbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya (V). 2. Masukan campuraan agregat kasar dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir, dari ketinggian maksimum 5 cm di atas container dengan menggunakan sendok/sekop sampai penuh. 3. Ratakan permukaan container dengan mistar perata. 4. Timbang berat container + isi (C). B. Berat Isi Padat 1. Ambil container isi (V = 1 liter atau 1000 cm³). 2. Timbang wadah (A) gram. 3. Masukkan campuraan agregat kasar ke dalam wadah tersebut kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk-tumbuk dengan batang pemadat sebanyak 25 kali. 4. Ulangi hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga. 5. Untuk lapisan terakhir, masukkan campuran agregat kasar sehingga permukaan atas container (sampai meluap). 6. Ratakan permukaan campuran agregat dengan alat perata. 7. Timbang container.
  • 35. 35 A. Diagram alir penelitian Adapun tahap penelitian yang disajikan dalam diagram alir sebagai berikut : Gambar 8 : Diagram Alir Penelitian Identifikasi Masalah Data Primer Parameter Tanah dari hasil pengujian di laboratorium yaitu : 1. Propertis Tanah 2. Kuat Geser Tanah Analisa Data 1. Hitung tekanan tanah pasif dan aktif. 2. Hitung kestabilan geser, guling dan daya dukung. Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Pengumpulan Data Mulai Selesai Uji Laboratorium : 1. Uji Kadar Air Tanah 2. Uji Berat Jenis Tanah 3. Uji Atterberg Limit 4. Uji Analisis Saringan 5. Uji Kuat Geser Tanah 6. Uji Pemadatan Tanah 7. Uji Bobot Isi Studi Pustaka
  • 36. 36 B. Jadwal Penulisan Skripsi No Kegiatan Bulan Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 BAB I 2 BAB II 3 BAB III 4 Ujian Proposal 5 BAB IV 6 Ujian Skripsi
  • 37. 37 DAFTAR PUSTAKA American Society for Testing and Materials. (2000). ASTM D 854-00: Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer. American Society for Testing and Materials. (2002). ASTM D422-63, Standard test method for particle-size analysis of soils. Annual Book of ASTM standards. Analisis dan perancangan FONDASI I EDISI KETIGA, Gadja Mada University Press “Hary Christady Hardiyatmo” Arman, A. "Kajian Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Standar SNI 7656- 2012 Dan ASTM C 136-06." Rang Teknik Journal 1.2 (2018): 271221. Astm, D. (2003). 4318-00, 2003 ASTM D 4318-00, Standard test methods for liquid limit, plastic limit, and plasticity index of soils. Annual Book of ASTM standards, 582-595. ASTM, D. 3080-04.(2004).“. Standard test method for direct shear test of soils under unconsolidated drained conditions.” ASTM International, West Conshohocken, PA, USA. Bowles, J. E., & Silaban, P. (1999). Analisa dan Disain Fondasi Jilid 2. Bowles, J. (1999). Analisis dan Disain Fondasi” edisi ketiga jilid 2. Jakarta. Penerbit Erlangga. Das, B. M., & Sivakugan, N. (2018). Principles of foundation engineering. Cengage learning. Das, B., & Sivakugan, N. (2007). Settlements of shallow foundations on granular soil—an overview. International journal of geotechnical engineering, 1(1), 19-29. Dermawan, A., Syaiful, S., Alimuddin, A., & Fachruddin, F. (2022). Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor). Rona Teknik Pertanian, 15(2), 67- 81. Figure, J. (2018). 2.2. 3. Particle Size Analysis of Soils (ASTM D 422-03), AASHTO T 88 00 (2004). SOIL MECHANICS LABORATORY TEST GUIDE, 21.
  • 38. 38 Hakam, A., & Mulya, R. P. (2011). Studi Stabilitas Dinding Penahan Tanah Kantilever Pada Ruas Jalan Silaing Padang-Bukittinggi Km 64+ 500. Jurnal Rekayasa Sipil, 7(1), 57-74. Hardiyatmo, H. C. (2003). Mekanika Tanah II. Yogyakarta: Gama Press. Hardiyatmo, H. C. (2014). Analisis dan Perancangan Fondasi 1. Ir. Sudarmanto, M. (1996). Konstruksi Beton 2. Lulut Fadhilah, S. (2017). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Untuk Perbaikan Longsor Di Ruas Jalan Balerejo Kalegen. Retrieved from Reviews Journal in Civil Engineering, v.01, n.1, p.25 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tidar.:https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/civil.engineering/article/view/5 39. Island, N. B., & Territories, N. ASTM, 2000, D 2216 98, Standard Test Method for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by mass. USA. ASTM, 2000, D 2487 00, Standard Practice for Classification of Soils for Engineering Purpose (Unified Soil Classification System). ASTM, 2000, D 2937 00, Standard Test Methods for Density of Soil in Place by. Bull., V, 19, 730-781. Kalalo, M., Ticoh, J. H., & Mandagi, A. T. (2017). Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Sekitar Areal PT. Trakindo, Desa Maumbi, Kabupaten Minahasa Utara). Jurnal Sipil Statik, 5(5). Kuningsih, T. W., Putri, A. P., & Meiprastyo, X. (2018) Analisis Dinding Penahan Tanah Dengan Metode Numerik. Jurnal Kajian Teknik Sipil, 3(1), 10-21 La Ode Muh, Y. A. M. I. N. (2016). Desain Software Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever Dengan Program Visual Basic 6.0. Kurva Mahasiswa, 1(1), 100-111. Lebao, K., dan Sulistyan, K. F., 2016, Studi Perencanaan Ulang Dinding Penahan Pada Hulu Bendung Kramat Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, Jurnal Reka Buana, 1(1), 19-25. Ramadhan, M. S. (2021). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Wall Pada Akses Jalan Pulau Balang‐Penajam Paser Utara‐Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Kalimantan Mab). Ravindra, B., Das, B. G., & Ghorai, P. (2014). Organocatalytic, enantioselective, intramolecular oxa-Michael reaction of alkoxyboronate: a new strategy for
  • 39. 39 enantioenriched 1-substituted 1, 3-dihydroisobenzofurans. Organic letters, 16(21), 5580-5583. Setiawan., H. (2011, 12 2). Perbandingan Penggunaan Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever Dan Gravitasi Dengan Variasi Ketinggian Lereng. Retrieved from Journal of Infrastruktur Vol. 1 No. 2 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/J Terzaghi, K., Peck, R. B., & Mesri, G. (1996). Soil mechanics in engineering practice. John wiley & sons. Titaley, H. D. (2022). Tinjauan Stabilitas Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi Pada Ruas Jalan Desa Hatu. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(11),17016-170
  • 41. 41
  • 42. 42