1. Bab ini menjelaskan paradigma pengkondisian klasikal yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov melalui eksperimennya dengan anjing. 2. Paradigma ini melibatkan pemasangan stimulus netral dengan stimulus yang secara alami menghasilkan respon, sehingga stimulus netral akhirnya dapat menghasilkan respon serupa. 3. Bab ini juga menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi pengkondisian klasikal seperti habituasi, sensitizasi, dan diskrimin
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Konflik menurut Robbins, adalah suatu proses yang dimulai apabila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif pihak lain
Analisis kritis jurnal ini diperoleh dari hasil membaca dan membandingkan jurnal yang berjudul "The Philosophy of Existensialism: Individual Awareness in Indonesian Education" dan "Peranan Filsafat dan Bahasa sebagai Media Komunikasi"
Analisis kritis jurnal ini membahas peran filsafat pendidikan dalam pembentukan moralitas siswa, mengkaji hubungan antara bahasa dan filsafat dalam konteks filsafat bahasa, serta menyoroti pentingnya pendidikan karakter yang melibatkan peran aktif orang tua dan guru. Artikel ini juga menekankan kompleksitas bahasa sebagai sistem simbol yang memengaruhi persepsi kita tentang realitas, serta pentingnya analisis kritis terhadap bahasa dalam memahami konsep-konsep filosofis.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. Bab3 PengkondisianKlasikal
Penelitian pertama tentang belajar yang mendapat perhatian luas dari dunia keilmuan telah
dilakukan oleh psikolog Rusia bemama Ivan Pavlov (1849 - 1936).Dalam penelitian
awalnya, Pavlov hanya memperhatikan proses pencemaan anjing, dan tidak memperhatikan
proses belaiar atau proses mental. Sebagai pengembangan penehtIannya, Pavlov telah
~rhatikan "respon psikis", sampai ditemukannya model belajar yang disebut
pen_gkondisian.kla~lkal.---
Dalam penelitiannya, Pavlov memasangkan stimulus suara dengan stimulus makanan
yang diberikan kepada aniing!>~lli!g~isJ1.Qye~penelit~il.Pavl;v-m;ngharapkan anjing d~at
meresp0!l.ilil11ulussuar'!.S!enganmengeluarkan air liur (saliva). Dimana pada kon(flsialaml,
sflinulussuaratidakakanmendatangkanresponpengeluaral1§.li.va.Denganresponkdi.iamya
sa~ karena s~imulttsSri~l@L~erartianjing t~lah_melaKu~nbel~ar pengk9Rdi<:i:mklasikal.an asilpene itiannya,Pavlovmenyimpulkanbahwaprinsip-prinsipbelajarpeJ)gkondisian
klasikal dapatditerapkan kepadaorganisma-organisma danperilaku-perlf~ ~g bervar~.- --
A. PARADIGMA PENGKONDISIAN KLASIKAL
!::.ormatdasar pengkondisian ~la~kal adalah p_emasangan stimulus yang benar-benar netral
dengan stiinulu~J'(lI]gs~cara alami menghasilkan respon feffenTu.Setelah satu atau beberapa
kali pemasangan}, stimul~s netral dlharapkan menghasilK:an respon tertentu tersebut, yang
merupakan respon yang diteliti. Bila kondisi tersebut terjadi, berarti telah terjadi proses
belajar pengkondisian klasikal. Contoh 1: sebagi stimulus yang alami shock listrik dapat
menghasilkan ~espon withdrawal. Dan biasanya respon withdrawal tidak dihasilkan oleh
stimulus netral berupa suara metronome. Tetapi bila secara berulang-ulang, suara metronome
dipasangkan dengan shock listrik maka dapat menghasilkan respon withdrawal. Dan setelah
itu, bila suara metronome disajikan sendiri maka akan menghasilkan respon withdrawal.
I
Terminologi Pengkondisian Klasikal
Masing-masing komponen paradigma pengkondisian klasikal diberi label khusus. Stimulus
secara alami bersifat netral dan di~~an dapJ!tm~Jlgha~ilkanrespon tertentu_d~lam
penelitian, disebut conditioned stimulus (disingkatCS). Stimulus yang menghasilkan respon
~entu 'p~perta}lla kali diberikan kepada subyek penelitian, d~ebut unconditioned
stimulus (dj~ngkat UC~' --- -----
20
2. Respon yang diperoleh dari UCS disebut unconditioned response (UCR). Dan di dalam
penelitian, respon yang dihasilkan CS~ disebut condiuQD~lresp()iICR). Skema proses
klasikal kondisioning adalah sebagai berikut: ~
CS
Pemasangan
( CR
UCS
Gambar 3
.. UCR
Contoh 2: seperti pada contoh 1, CS beru..E~'yang dihasilkan dari ~etronol!!~gan
dipasangkan dengan UCSberupa shock listrik,_danUCR J:>erop~~ithdmwalYa!1K9Jhasilkan
dcliCOCS.SeteIahbeberapa kali pemberian pasa~~~nCS da~ UCS...!!l~ek penelitian
akan menghasilkan CRberupawilllilrdwal yan_~dihasilkan dari CS.Seda.ngkansecara alami
CS tidakakanmenghasiIkanwithdrawal. -- - -
PerIu diketahui bahwa CR dan UCR tidak perIu sarna betul. Meskipun penelitian-
penelitian awal menunjukkan bahwa CR yang ~i1!.asilkanCS diide.!lti~~ d~nglln UCR yang
di~asilkan !!~S}~ada penelitian-penelitian berikutmya nampak bahwa biasaIlYa CR berbeda
atau tidak sarna persis dengan UCR. Seringkali CR adalah komponen dari UCR, sementara
pada kasus-kasus lain CR nampak menjadi anticipatory response terhadap UCS. Selain itu
terdapat pula kasus lain yang berupa stimulus yang dlgunakan sebagai CS dapat menghasilkan
respon tidak dibawah penelitian, yang disebut orienting response (OR). Contoh 3: seperti
percobaan contoh 1dan 2, sangat mungkin subyek tidak pemah mengenal suara metronome.
Ketika penyajian awal dari CS dilakukan, subyek mungkin mencoba mengindentifikasi suara
metronome tersebut atau subyek melakukan orienting response, dan mungkin subyek akan
terkejut mendengar suara metronom tersebut.
Variabel-variabel Non-Pengkondisian
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah variabelyang memiliki pengaruh terhadap
munculnya kondisi yang mirip dengan pengkondisian klasikal, yaitu:
a. Respon Alpha
Saat subyek membuat orienting response karena adanya CS, dimana respon tersebut
memiliklkatagori yang sarna dengan CR (cg mempakan respon yang.sU§elidiki),respon
tersebut dinamakan respon alpha.Penting sekaliuntuk membedakan antara respon alphadan
CR, sehingga dapat diketahui apakah respon yang muncul merupakan nasil belajar
pengkondisian klasikal atau bukan. Misaf 2: bila CS berupa suara metronome yang sangat
keras dan diberikan tiba-tiba, maka respon withdrawal yang muncullebih menunjukkan
respon alpha dari pada CR.
21
3. b. Habituasi
Habituasi terjadi bila CS telah diberikan secara berulang-ulang kepada subyek sebelum
penerapan prosedur penglCOndisianklasikal. Kemudian CS dibefWan lagi beraa~rKan
pro.sedurpengkondisial1.klaslkal,sehingga munculnya respon bukan merupakan CRJetapi
respon karena faktor habituasi.
c. Sensitisasi
Sensitisasi menunjukkan suatu pengaruh yang dihasilkan oleh pemasangan CS-UCS yang
mengikuti proses haoltuasi. Dimana respon yang muncul karena adanya pemasangan CS-
DCS bukan berupa CR, tetapi respon yang terjadi karena subyek mengalami sensitisasi.
d. Pengkondisian Palsu
Sebelum beberapa kali pemasangan ~S - DC§.,bila terdapat penyajian DCS sendiri secara
berulang-ulang,JIlUllgkin I1le~mbulkan suatu efek yang disebutpengko!!Sfisian palsu.
Dengan adanyakondisi sepertiit~,bila CSdisaj[kansendirima~~aka~eE.ghasilkan respon
yang sebanding CR. Respon tersebut dinamakan respon pengkondisian palsu, sebab tidal<
terdapat prosedur yang digunakan untuk memantapkan asosiasi antara cs- dan-DCS atau
antara CS dan CR. --
e. Hambatan Laten
Sebelum beberapa kali pemasaQganCS - DCS, bila terdapat penyajian CS sendiri secara
berulang-ulang disebut habituasi, tetapikondisi tersebut dapatmenghasilkan tambahan efeK
yang disebut latent inhibition (hambatan laten). Hambatan laten merup'aka!LSt.laJjIkond~i
adanya hambatan yangdihasilkan oleh habituasi. Pada umuID)lya,bila habituasi sangat kuat_~ . - -.-"_'_'.,..n. '-
makii semakiu.§.ulituntuk menciptakan respon pengkondisian klasikal (CR).pengaruh dari
hambatan laten akan semakin besar, bilauKahauntukmenciptakan habituasijuga besar, dan
atau bila intensitas ~sar selamamencima,kan h~bituasi tersebu~ Misal 3: bila
peneliti dalam penelitian shock metronome mengidentifikasi adanya alpha response dan
menggunakanhabituasiuntukmengeliminasialpha response,makahambatanlaten mungkin
akan muncul.
f. Sensory Preconditioning
~nsory preconditioning merupakan dua stimulus terkondisikan yaitu £S-1 dan CS-2 yang
dipadukan bersama dim dipresentasikan kepada organi$IQa,sebelum dilakukan proses
pengkondTsianklasikal. Kemudian tahap kedua, salah satu dari stimulus tersebut misalkan
CS-l dipa9ukandenganDCSsecaraberulang-ulang,sehinggaorganismadapatmenghasilkan
CR. Pada tahap ketiga, CS-2langsung dipresentasikan kepada organisma. Jika CR muncul
karena adanya CS-2, maka dinyatakan bahwa proses sensorypreconditioning telah terjadi.
Skema di baw~h ini menunjukkan tiga tahap proses tersebut:
22
4. CSl -CS2
dipadukan
CSl- DCS
dipadukan
CS2
dipresentasikansendiri
(CSl -CR) (CS2 -CR)
tahap 1 tahap2 tahap 3
Gambar4
B. PEMADAMAN DAN PEMUL/HAN SPONTAN
Proses pengurangan kekuatan_ _CR-dan-akhim~ .hilaggny~12.e!iormance CR disebut
pemadaman. Kemudian pemulihan kembali secara spontari kondi;tkeKlHitan Cll ~at
terjadi c!en.,ggm.dipresentasikan kembali CS ta!!1!!!___V~lLJstilah"pemadaman" digunakan
unriikmenggambarkan prosedur yang dikerjakan dan hasil yang diperoleh dari prosedur itu.
Prosedur yang dikerjakan yaitu meng4~kan pemberi~ii reTr?orcemen(ataUieiij~u~t~n
(menghentikan pemberian DCS), dan hasil yang diperoleh dari prosedur yaitu secara
bertahap akan berkurang bahkan padamnyakekliatan respon (CR).
Setelah terjadi pemadaman untuk beberapa saat, pe~ulihan spontan dari CR dapat
terjadi bila CS dipresentasikan kembali kepada organisma. Pada umumnya dalam proses
pemulihan spontan kekuatan CR lebih kecildibandingkan kekuatan CR sebelum pemadaman,
terutama bila dibandingkan pada kondisi puncak kemahiran dari CR tersebut.
C. DISKRIMINASI DAN GENERAL/SASI STIMULUS
Bila subjek diberi stimulus yang berbeda dari CS yang asli, ada tiga kemungkinan respon
yang akan dilakukan subjek yaitu: (1) membuat CR sarnakuatnya dengan CR dari CS yang
'isli, (2) membuat CR kurang kuat dibandingkan dengan CR dari CS yang asli, (3) tidak
f!1embuat CR sarna sekali. Kejadian (1) dan (2) disebut generalisasi, sedangkan kejadian (3)
disebut diskriminasi.
Generalisasi Stimulus Primer
Generalisasi stimulus primer n'!!!!Paka~b!!.~ resI:0nof!~anismatidak hanya untuk CS asH,
tetapi juga untuk stimulus lain yang memilikikarakteristik.fisik yang sarna dengan CS asH.
Misal 4: subyeI<feIahoiI(oildisikanuniuk melakukan gerafan withdrawal bila mendengar
~etrono!1l~, sebagaimana contoh-contoh di atas. Dan jika subyek melakukan respon
yang-sama berupa gerakan withdrawal bila mendengar suara detak jam yang diperkeras
m~alnya, maka subyek telah melakukan generalisasi paoastimulus primer.
Generalisasi Stimulus Sekunder
~eralisasi stimulus primer muncul berdasarkan ge~lisasi d!.a..stimulus secara fjsik,
misalnya: generahsasi suarametronomdengan suaradetakjam yang diperkeras. Generalisasi
stimulus sekunderberdasarkan pada generalisasi yang "dipelajari" antara stimulus yang satu
23
-
5. w...
dengan yang lainnya. ~!l~ subyek mempelejari generalisasi dua stim~uDerdasarkan
pengetahuan bahasa, generalisasi stimulus sekundertersebut dinamai generalisasi semantik.- -- -- -- -
Diskriminasi
piskriminasi adalah suatu kondisi apabila sul?Yekhanya melalsuJan~]. karena di)s.enajCS
yang asli, dan tidak melakuk<TnCR Eiiladikenai CS yang lain.
Generalisasi Respon
~I!eralisasi respon_~d~lah suatu kondisi apabila subyek melakukan perbandin~an atau
persamaan respon terhadap stimulus yang sama..Misal 5: pada perjamuan makan malam,
seseorarrg-fneilgatakan: "Bagaimana tanggapan saudara-saudara tentang makanIE,llam
kitaT' Stimulus tunggal tersebut mungkin ditanggapi secara lisan: "Enak sekali'.:z.atau
"Cukup memuaskan", atau "Saya senang dapat makan malam bersama". Semua tanggapan
tersebut menunjukkan generalisasi respon yaitu adanya kepuasan, persetujuan, kekaguman
dan penerimaan.
D. PENGUKURANPENGKONDISIANRESPON
Beberapa sifat umum dari respon sedogkali digunakan untuk mengukur kekuatan CR, atau
untuk membedakan CR dari beberapa respon lainnya. Beberapa sifat umumdari respon
adalah sebagai berikut: - ~
Amplitudo Dari Respon
Amplitudo dari respon (amplitude of response) adalahperbedaan besarnya kekuatan ~~n
sebelumpengkondisi~n (VCR) dan CR untuk semua triftl.Sedangkan magnitude of response
adalahperbedaanbesarnyakekuatanVCR danCRuntuktrial-trialtertentuyang cukupberarti.
Frekuensi Dari Respon
Frekuensi dari respon adalah kehadiran atau ketidakhadiran CR selama pemberian CS.
Latensi Dari Respon
Latensi dari respon diukur dari waktu antara permulaan Qemberian CS dan perI1lt!.laan---"- -" - ".'~ ----
munculnya CR. Asumsinya lebih pendek: waktu yang dibutuhkan, berarti lebih kuat CR
tersebut.
--
Ketahanan Dari Pemadaman
Ketahanan dari pemadaman adalah J!:!!TI@_htrial atau usaha untuk melakukan pemada_01~E
terhad(ipCR.Asumsinya adalahsemakinbesarjumlah usahauntukpemadaman CR, semakin
besarkekua~anCRtersebut. - --
E. INTERVAL ANTAR STIMULUS
Interval antar stimulus adalah waktu antara permulaan pemberian VCS dan permulaan
pemberian CS-,~eberapa macam interval antar stimulus sebagalberiKuf:
24
6. Delay Conditioning
Delay conditioning (pengkondisian tertunda) adalah terlebih dahnll!.~byek diberi es
kemudian diikuti dengan pemberian DeS. Dan biasanya pemberian es dan DeS befaKfiir
pada waktu yang sarna. - -
Trace Conditioning
Trace conditioning (pengkondisian berjejak) adalah terlebih dahulu su~yek diberi C;;Ssampai
p~m!;>eriaJLeS diheE.t~kan, kemudian diberi DeS. Asumsinya adalah s'!!!!E~nghentian
pemberian es, subyek akan tetap .roengingat es, dan subyek akan menghubungKair-atau
mengasosiasikan es dengan Des.
Simultaneous Conditioning
Simultaneous conditioning...(pengkondisians~rent~alah-subyek dikenai c.S dan DeS
secara serentak.
Backward Conditioning
Backward conditioning adalah pengkondisian dimana subyek dikenai DeS terlebih dahulu,
kemudian dikenai es. Pengkondisian ini dapat menghasilkan eR yang tidak kuat.
Temporal Conditioning
Temporal conditioning (pengkondi_siantemporal) adalah pengkondisian dimana pemberian
DeS dan CSkepada subyek secara temporal. Des dan es dikenakan kepada subyek secara
bervariasi dan berulang-ulang p~da interval waktu yang tetap, sehingga akhirnya dapat
menghasilkan eR.
Inhibition of Delay
Inhibition of delay (hambatan penundaan) dapat terjadi bila interva1.pemberian es-ues
adalah tetap, tetapi kemudian terdapat penundaan pemberian DeS, ~eQinggalatensi eR
men10gkatsampai eR nampak hanya untuk mengantisipasi pemberian Des.~ '
F. EFEK DARI PENGUATAN SEBAGIAN
Di dalam pengkondisian klasikal, penguatan sebagian (partial reinforcement) adalah prosedur
akuisisi atau pembentukan-per-iGku-(CR) yang mana es diberikan pad-a setIap tnal,
sedaqgl<an Des yang dipadukan dengan es hanya diberikan pacta beberapa tnal tertenfu.
"'Sed~ngkan pada penguatan terus-menerus (contino us reinforcement) atau'pen-i;ata; 100
per.sen~pembentukan perilaku (eR) dilakukan dengan pemberian pasangan eS-Des pada
setiap trial.
Pad a umumnya pembentukan eR berdasarkan Pros~clllr penguatan sebagian akan lebih
tahan terhadap pemadaman, dibandingkan dengaQ'CR berdasarkan penguatan terus menerus.
25
--
7. G. PENGKONDISIAN GABUNGAN
Di awal penelitian pengkondisian klasikal, Pavlov menyebut pengkondisi an gabungan ini
den&.an kumpulan stimulus (stimulus aggregate). -Peneliti-penellti berikutnya me[J,1~h
s~but~n ters~!?ut dengan pengkondTsian gabungan (compound conditioning), dimana subyek
dikenailebihdarisatuCSyangdipasangkandenganues.
Terdapat dua bentuk pengkon-disian gabungan, yaitu pengkondisian gabungan serentak
(simultaneous compound conditioning) dan pengkondisian gabungan berseri (serial com-
pound conditioning). Pengkondisian gabungan serentak adalah subyek dikenai lebih datLsatu
es dalam waktu yang sarna (misal: eS-l dan eS-2 diberikan bersamaan). Demikian
sebaliknya, pengkondisi an gabungan berseri, subyek dikei1ai lebih dari satu es dalam waktu
yang berbeda (misal: eS-l diberikan terlebih dahulu, kemudian diikuti eS-2). Gambar di
bawah menunjukkan contoh pengkondisian gabungan berseri:- -
Waktu T
eS-l
eS-2
ues
Gambar5
26