1. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PRAKTIKUM PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMKT KAPIN
JAKARTA TIMUR
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini diharapkan siswa SMK setelah menyelesaikan sekolahnya dapat langsung
menerapkan ilmunya di dunia usaha dan dunia industri. Seperti slogan yang dicanangkan
pemerintah: SMK Bisaa! Memang sangat diharapkan siswa-siswi SMK bisa mengaplikasikan
ilmu sesuai dengan jurusannya di dunia kerja.
Pada Bidang Keahlian Teknologi Informatika, progam Multi Media, salah satu pelajaran
adaptif yang diajarkan adalah Fisika. Diharapkan dengan memahami konsep Fisika dapat
menunjang keahlian siswa di bidang Multi Media khususnya di bidang pengukuran yang
menggunakan jangka sorong.
Namun pada kenyataannya terlihat bahwa hasil belajar Fisika masih rendah. Hal ini dapat
disebabkan karena jumlah jam pelajaran Fisika per pekan hanya 2 jam dan materi praktikum
hanya lima kali pertemuan dalam 1 semester,sedangkan materi pelajaran yang harus
diajarkan sesuai kurikulum sangat padat, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak
sepenuhnya berjalan efektif.oleh sebab itu dalam meningkatkan hasil belajar Fisika kita
merubahnya dengan memperbanyak metode praktikum dibandingkan dengan metode teori
B. Perumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan metode praktikum dapat meninggkatkan hasil belajar Fisika
pada materi pengukuran menggunakan jangka sorong pada kelas X SMKT KAPIN Jakarta
Timur pada tahun ajaran 2011/2012?
C. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini yaitu metode praktikum.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fisika
dalam materi pengukuran yang menggunakan jangka sorong dapat meningkat.sbagai
pembekalan siswa nantinya dalam dunia kerja di bidang pengukuran.
D. Tujuan PTK
Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk:
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran Fisika khususnya di materi
pengukuran menggunakan jangka sorong dengan menggunakan metode praktikum di
SMKT KAPIN Jakarta Timur.
2. Siswa dapat mempraktekkan cara penggunaan jangka sorong dan memahami dalam
pembacaan skala utama dan skala nonius untuk mengukur besaran suatu benda.
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung
jawabkan segala tugas individu maupun kelompok yang dilaksanakan di lab maupun
diruang kelas yang menggunakan metode praktikum.
3. E. Manfaat PTK
1. Bagi siswa:
proses belajar mengajar Fisika materi Besaran dan Satuan di SMKT KAPIN Jakarta Timur
menjadi menarik dengan metode praktek menggunakan jangka sorong.
2. Bagi guru:
menemukan strategi pembelajaran yang lebih variatif sehingga meningkatkan
kemampuan dasar guru dalam pembelajaran Fisika.
3. Bagi sekolah: hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fisika materi Besaran dan Satuan
di SMKT KAPIN Jakarta Timur lebih meningkat.
4. BAB II
KAJIAN TEORI DAN RANGKA BERFIKIR
A. PEMBELAJARAN
1. Strategi Belajar Mengajar
Menurut ensiklopedia pendidikan : Strategi is the art of briging forse to the battle field in
Favourable position,dalamini bahwa strategi adalah suatu seni bahwa pasukan kedalam
Medan tempur dalam yang menguntungkan
Dalam perkembangan selanjutnya strategi bukan hanya seni tetapi sudah merupakan
sebuah ilmu pengetahuan,maka strategi dalam dunia pendidikan adalah suatu seni dan
Ilmu membawa pengajaran didepan kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
Ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons ( yang
juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan
tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret
(tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut sebagai “aliran koneksionis” (connectionism)
Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika
dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba
secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba itu kemudian secara kebetulan ada
perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang cocok itu
kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan
untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien. Jadi, proses belajar
menurut Thorndike melalui proses:
1). Trial and error (mencobva-coba dan mengalami kegagalan), dan
2). Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan
yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-
baknya1
2. Hasil Belajar
Sebelum membahas bagaimana hasil belajar siswa, maka terlebih dahulu harus
dipahami makna belajar, hal ini dimaksudkan agar pemaknaan tentang hasil belajar
dapat dikorelasikan dengan aktivitas belajar sehingga dapat kemudian mengidentifikasi
hal-hal yang sesuai dan dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran dalam rangka
melakukan perubahan-perubahan pada peserta didik.
Belajar, secara gamblang hampir semua orang menganggap sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Dari pemahaman seperti ini dapat
menghasilkan suatu pemikiran bahwa kegiatan belajar tidak begitu saja terjadi, tetapi
memerlukan langkah-langkah tertentu dengan berbagai tahapan yang harus dilalui.
1
https://sites.google.com/site/soalundanvideopraktikum/home/teori-teori-pembelajaran//6/8/12/15:45
5. Dalam keseluruhan aktivitas pendidikan di sekolah, maka kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling mendasar. Hal ini kemungkinannya bahwa baik tidaknya serta
berhasil tidaknya rumusan-rumusan tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai akan
sangat tergantung pada bagaimana proses belajar yang diterapkan atau dialami oleh
peserta didik. James O. Whittaker mendefenisikan belajar yakni “the process by which
behavior originates or is altered through training or experience” proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.2
Dari pengertian tersebut, tergambar bahwa belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku seseorang atau peserta didik, ketika peserta didik telah mendapatkan
sejumlah latihan atau pengalaman, dengan demikian peneliti berasumsi bahwa
perubahan sikap dan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari
pertumbuhan fisik atau kematangan serta pengaruh yang tumbuh dari masing-masing
individu, dalam pemahaman James bukan termasuk belajar.
Pengertian lain dikemukakan oleh Skinner bahwa belajar adalah “a process progressive
behavior adaptation” yakni suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif. Dijelaskan bahwa proses adabtasi akan mendatangkan
hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer)3
Dalam pandangan tersebut tersirat suatu makna bahwa belajar merupakan suatu proses
yang dilakukan melalui kemampuan untuk beradabtasi, dengan kata lain bahwa belajar
hanya akan terjadi ketika pelajar mendapatkan rangsangan yang dilakukan secara
berproses dengan hasilnya bahwa pelajar tersebut dapat menyesuaikan dirinya dengan
apa yang diperolehnya.
Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan
isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-
nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi4
Di samping itu, terdapat beberapa persoalan yang harus dipertimbangkan oleh seorang
guru dalam menentukan keberhasilan pengajalan dalam pandangan hasil dan produk
yang dicapai siswa.
a. Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam
bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (konprehensif) yang terdiri atas
unsure kognitif, apektif dan psikomotorik, secara terpadu pada diri siswa.
b. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari prose pengajaran mempunyai daya
guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa terutama dalam pemecahan
masalah yang dihadapinya.
c. Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan laa diingat dan mengendap dalam
pikirannya serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya.
d. Apakah yakni bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat
dari proses pengajaran, ataukah perubahan itu sebagai akibat lain di luar proses
pengajaran.
2
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/06/08/12/16:16
3
http://carapedia.com/pengertian_definisi_belajar_menurut_para_ahli_info499.html/06/08/12/16:
16
4
http://abhy-aya.blogspot.com/2009/10/belajarsuatu-proses.html/06/08/12/16:16
6. 3. Fisika
Fisika (bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "alam") adalah
sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam
yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Para fisikawan atau ahli
fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai
dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga
perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
4. Hasil Belajar Fisika
Pemahan tentang Fisika yang dihasilkan dari suatu pemikiran bahwa kegiatan belajar
Fisika tidak begitu saja terjadi tetati memerlukan langkah-langkah tertentu dan berbagai
tahapan yang harus dilalui.
5. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang diatas 30cm.
Kegunaan
Kegunaan jangka sorong adalah:
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada
gambar karena berada di sisi pemegang.
Jenis
Jangka sorong digital
Jangka sorong analog
Gambar jangka sorong
Fungsijangkasorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seratus milimeter . Terdiri
dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung padakeahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru
sudah dilengkapi dengandisplay digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
7. 0.05mm untuk jangka sorangdibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.Kegunaan
jangka sorong adalah:
1.untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2.untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupunlainnya) dengan cara diulur;
3.untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada
Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan
lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode
lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:a.Metode ceramah
plus tanya jawab dan tugas b.Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
.3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang
guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat
pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya
6. Metode Praktek
Metode praktek / eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini
tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.
Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya
satu atau dua perangkat saja.
7. 2. Metode Diskusi
8. Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
8. kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
9. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
B. Hipotesis Tindakan
• Dengan diterapkan model pembelajaran metode praktikum dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam materi pengukuran menggunakan
jangka sorong pada mata pelajaran fisika.
BAB III
METODE PENELITIAN
9. A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMKT KAPIN Jakarta Timur, untuk mata
pelajaran Fisika sebagai subjek penelitian di kelas X tahun pelajaran 2011/2012 dengan
jumlah siswa sebanyak 35 orang terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2011/2012, yaitu bulan Juli sampai
dengan November 2011, penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar yang efektif di kelas.
3. Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Fisika melalui pembelajaran metode
praktek.
B. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X Otomotif SMKT KAPIN
yang terdiri dari 35 siswa, terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
D. Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini peneliti telah menentukan indikator
keberhasilan seperti:
- Sebagian besar (75%) dari siswa berani dan mampu menjawab pertanyaan guru
- Rata-rata nilai formatif mencapai KKM
- Sebagian besar (70%) siswa berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang
siswa lain.
- Sebagian besar (70%) siswa berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran
pada hari itu.
- Lebih dari 80 % anggota kelompok aktif dalam mengerkerjakan tugas kelompoknya.
- Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
1.1.Tes:
Dipergunakan untuk mendapatkan data yang mengukur kemampuan subjek
penelitian, contohnya hasil belajar siswa yang bersifat kognitif.
1.2. Observasi:
Dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan aktivitas atau
suatu proses tertentu, contohnya aktivitas siswa dalam diskusi kelas.
1.3.Wawancara:
Dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi yang lebih dalam dari suatu
fakta, kejadian dan hal-hal lain yang terkait dengan maalah penelitian, contoh
efektifitas implementasi pembelajaran berbasis masalah dengan metode praktek
2. Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan wawancara.
10. - Tes :
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Fisika.
- Observasi atau pengamatan:
Dipergunakan untuk mengumpulkan tentang motivasi siswa dalam proses belajar
mengajar dan implementasi pembelajaran berbasis masalah dengan metode praktek.
- Wawancara:
Menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa
tentang pembelajaran berbasis masalah dengan meode praktek.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi atau pengamatan dan pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentasi untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran Fisika.
Hasil belajar:
Dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
G. Personalia Penelitian
1. Peneliti : Fikha Zulaika, SSi
2. Kolaborator : Dra. Susneti
Dwi Atmi.N, SPd
H. Rincian Pembiayaan
I. Jadwal Penelitian
J. Daftar Kepustakaan
[1] Jean Piaget, Psychology and Education Hadder and Staughton, (London, Sydney-Aucland,
1997), h. 29, lihat juga Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Cet. I; Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), h. 119
[2] Danial Lenox, Barlow, Educational Psyichology: The Teaching-Learning Proces (Chicago:
The Moody Bible Institute, 1985), h. 82. Lihat Juga, Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. II;
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 60
[3] Gagne dalam Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Cet. XV; Bangung: Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 84
[4] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), h. 38
K. Daftar Riwayat Hidup Peneliti