SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Reinforcement
Kezia Kevina Harmoko (0306012110003)
Vania Sulistiano (0306012110058)
Magdalena (0306012110027)
Theresia A Dangga (0306012110056)
2 0 2 2
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Reinforcement atau penguatan adalah segala sesuatu yang
meningkatkan kemungkinan bahwa respons akan terjadi.
Ketika kita mengikuti perilaku dengan konsekuensi yang
menyenangkan, perilaku itu kemungkinan akan diulang.
Perilaku yang diikuti dengan konsekuensi yang tidak
menyenangkan kemungkinan kecil akan terulang.
Definisi
KELOMPOK 3
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION
Tokoh
B.F. Skinner mencetuskan konsep operant conditioning. Penelitian
Skinner didasarkan pada law of effect dari Edward Thorndike.
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Skinner Thorndike
Kondisi penghilangan stimulus setelah suatu
perilaku muncul sehingga meningkatkan intensitas
perilaku tersebut terjadi (Martin & Pear, 2015).
Berbeda dengan hukuman (punishment) yang
dilakukan dengan penambahan stimulus dan
tujuannya adalah menurunkan frekuensi perilaku.
Kondisi pemberian stimulus setelah
suatu perilaku muncul sehingga
meningkatkan intensitas perilaku
tersebut terjadi (Miltenberger, 2016).
Hampir sinonim dengan kata reward
(Martin & Pear, 2015)
Positive Reinforcement
Jenis
Negative Reinforcement
Seorang anak selalu diomeli ibunya ketika
tidak mencuci piring. Kalau ia langsung cuci
piring, ibunya tidak mengomel
Rehat makan kentang spiral agar tidak batuk.
Berangkat lebih pagi ke RS Menur agar tidak
kena macet.
Setiap selesai mencuci piring, anak diberi
uang saku Rp2000
Kalau berhasil makan sehat, dipuji sama
pacar.
Jika tepat waktu sampai di tempat
praktik, bisa sarapan bubur ayam dulu.
Positive Reinforcement
Jenis
Negative Reinforcement
(POSITIVE REINFORCER) (AVERSIVE STIMULUS)
Jenis
Unconditioned
Reinforcer
Makanan (bagi yang lapar)
Air (bagi orang haus)
Suhu yang lebih adem (bagi yang
kepanasan)
Stimuli yang mampu menghasilkan
reinforcement tanpa pembelajaran atau
pengkondisian terlebih dahulu.
Contoh:
Conditioned Stimulus
Poin keaktifan membuat mahasiswa aktif
Uang bikin banyak orang bekerja mati-
matian
Stiker buat anak-anak yang kalau
dikumpul bisa ditukar hadiah
Stimuli yang awalnya tidak menghasilkan
reinforcement, tetapi jadi reinforcer karena
dihubungkan dengan reinforcer lain (backup
reinforcer).
Contoh:
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Efektivitas
Reinforcement
Immediacy
Sebuah stimulus lebih efektif sebagai penguat ketika
disampaikan segera setelah perilaku.
Contoh: Teman tertawa tepat setelah kita bercanda. Kalau
tertawanya terlambat, jadi malas bercanda lagi.
Contingency
Sebuah stimulus lebih efektif sebagai penguat ketika konsekuensinya
konsisten.
Contoh: Menekan saklar ke bawah untuk menyalakan lampu. Kalau
kadang harus ditekan ke atas buat menyalakan, kita akan mengira
saklarnya rusak karena tidak konsisten.
Motivating operations
Establishing operation (EO) → reinforcer lebih efektif (Contoh:
air dingin untuk orang yang baru selesai maraton)
Abolishing Operation (AO) → reinforcer kurang efektif (Contoh:
air dingin untuk orang yang baru selesai makan es buah.
Peristiwa terdahulu yang membawa pengaruh pada reinforcer.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
1
2
3
Efektivitas
Reinforcement
Besaran
Reinforcer yang lebih intens adalah penguat yang lebih efektif.
Contoh: Gaji BUMN lebih besar dari gaji start up, sehingga masuk
BUMN lebih menarik bagi beberapa fresh graduate.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
Perbedaan individu
Reinforcer bisa berbeda makna bagi setiap orang.
Contoh: Es lilin terasa enak buat yang suka es lilin, tapi menyiksa
bagi orang dengan gigi sensitif.
4
5
Intermittent Reinforcement
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Definisi
Intermittent reinforcement merupakan proses
pemberian reinforcement secara berkala, tidak
setiap respons diberikan reinforcement
(Miltenberger, 2016)
Tujuannya adalah mempertahankan perilaku
yang sudah muncul dan konsisten (proses
maintenance (Mahanani, 2017; Miltenberger,
2016)
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Ferster and Skinner (1957) mencari
tahu jenis-jenis intermittent
reinforcement.
Eksperimen burung merpati dalam
kotak. Kalau mematuk tombol, setelah
sekian menit akan keluar makanan.
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
Dari eksperimen ini, ditemukan ada empat jenis intermittent reinforcement:
Fixed Ratio, Variable Ratio, Fixed Interval, dan Variable Interval.
Jenis Intermittent Reinforcement
Fixed Ratio
Reinforcement hadir setiap jumlah respons
tertentu tercapai.
Jangkauan FR mulai FR 2 sampai FR 400.
Setiap 20 halaman buku selesai dibaca, anak
bisa dapat satu stiker (FR 20)
Setiap bisa menyelesaikan 10 trip, driver ojol
dapat bonus Rp12.000 (FR 10)
Contoh:
Variable Ratio
Reinforcement hadir setelah sejumlah rata-
rata respons.
Tingkat respons yang tinggi dan stabil.
Organisme gigih dalam merespons karena
berharap respons berikutnya dapat hasil.
Contoh:
Ketika seseorang berjudi, mereka menduga akan
menang setelah 50 permainan.
(MILTENBERGER, 2016)
1 2
Jenis Intermittent Reinforcement
Fixed Interval
Reinforcement muncul setelah interval waktu
tertentu sudah terlewati (Miltenberger, 2016).
Individu cenderung menunggu sampai saat
penguatan akan terjadi dan kemudian memulai
tanggapan mereka (Nye, 1992).
Karyawan menerima gaji setiap tujuh hari, ia
lebih rajin saat gajian mendekat (FI 7 hari)
Mahasiswa beristirahat setelah 5 SKS belajar
(FI 5 SKS)
Contoh:
Variable Interval
Reinforcement muncul setelah rata-rata
interval waktu tertentu (Miltenberger, 2016).
Contoh:
Kuis kejutan. Guru tidak akan memberi tahu siswa
kapan kuis ini akan diadakan, sehingga siswa
diharapkan untuk selalu belajar. Bisa jadi ada
perkiraan tersendiri dari mahasiswa (biasanya
setelah tiga minggu pasti ada kuis, atau kadang
setiap tujuh minggu, sulit diprediksi, tapi seringnya
setiap lima minggu ada kuis (VI 5 minggu).
3 4
Ferster, C. B., & Skinner, B. F. (1957). Schedules of reinforcement.
Mahanani, F. K. (2017). Operant Conditioning: Shaping Danpositive Reinforcement
Contingencies dari Perilaku Off-Task Menjadi On-Task. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah,
9(3), 276–289.
Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior modification: What it is and how to do it (10th ed.). New
Jersey: Pearson.
Miltenberger, R. G. (2016). Behavior modification: Principles and procedures (6th ed.). Boston:
Cengage Learning.
Nye, R. D. (1992). The Legacy of BF Skinner: Concepts and Perspectives, Controversies and
Misunderstandings. California: Thomson Brooks/Cole Publishing Co.
Daftar Pustaka
Thank You!
COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3

More Related Content

What's hot

Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Yuca Siahaan
 
Paradigma penelitian
Paradigma penelitianParadigma penelitian
Paradigma penelitian
Isti Isti
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Fajar Winarso
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Rima Trianingsih
 
teori analisis transaksional
teori analisis transaksionalteori analisis transaksional
teori analisis transaksional
mankoma2013
 
Kelompok 2 teori perkembangan anak
Kelompok 2 teori perkembangan anakKelompok 2 teori perkembangan anak
Kelompok 2 teori perkembangan anak
Fitri Meliani
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
Ai Nurhasanah
 

What's hot (20)

Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
 
Pertemuan 3-EVENT SAMPLING & TIME SAMPLING
Pertemuan 3-EVENT SAMPLING & TIME SAMPLINGPertemuan 3-EVENT SAMPLING & TIME SAMPLING
Pertemuan 3-EVENT SAMPLING & TIME SAMPLING
 
Sosiometri 1
Sosiometri 1Sosiometri 1
Sosiometri 1
 
Uji mann-whitney
Uji mann-whitneyUji mann-whitney
Uji mann-whitney
 
Paradigma penelitian
Paradigma penelitianParadigma penelitian
Paradigma penelitian
 
Kurva Normal
Kurva NormalKurva Normal
Kurva Normal
 
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tesTeknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
 
Format artikel karya ilmiah UT
Format artikel karya ilmiah UT Format artikel karya ilmiah UT
Format artikel karya ilmiah UT
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
Analisis tabel silang
Analisis tabel silangAnalisis tabel silang
Analisis tabel silang
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan Sumatif
 
Operant Conditioning - Skinner
Operant Conditioning - SkinnerOperant Conditioning - Skinner
Operant Conditioning - Skinner
 
teori analisis transaksional
teori analisis transaksionalteori analisis transaksional
teori analisis transaksional
 
Kelompok 2 teori perkembangan anak
Kelompok 2 teori perkembangan anakKelompok 2 teori perkembangan anak
Kelompok 2 teori perkembangan anak
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
 
konsep dasar asesmen
konsep dasar asesmenkonsep dasar asesmen
konsep dasar asesmen
 
Perencanaan SDM
Perencanaan SDMPerencanaan SDM
Perencanaan SDM
 
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiKuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
 
Kuasi eksperimen
Kuasi eksperimenKuasi eksperimen
Kuasi eksperimen
 

Reinforcement dan Intermittent Reinforcement.pdf

  • 1. Reinforcement Kezia Kevina Harmoko (0306012110003) Vania Sulistiano (0306012110058) Magdalena (0306012110027) Theresia A Dangga (0306012110056) 2 0 2 2 COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
  • 2. Reinforcement atau penguatan adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemungkinan bahwa respons akan terjadi. Ketika kita mengikuti perilaku dengan konsekuensi yang menyenangkan, perilaku itu kemungkinan akan diulang. Perilaku yang diikuti dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan kemungkinan kecil akan terulang. Definisi KELOMPOK 3 COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION
  • 3. Tokoh B.F. Skinner mencetuskan konsep operant conditioning. Penelitian Skinner didasarkan pada law of effect dari Edward Thorndike. COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3 Skinner Thorndike
  • 4. Kondisi penghilangan stimulus setelah suatu perilaku muncul sehingga meningkatkan intensitas perilaku tersebut terjadi (Martin & Pear, 2015). Berbeda dengan hukuman (punishment) yang dilakukan dengan penambahan stimulus dan tujuannya adalah menurunkan frekuensi perilaku. Kondisi pemberian stimulus setelah suatu perilaku muncul sehingga meningkatkan intensitas perilaku tersebut terjadi (Miltenberger, 2016). Hampir sinonim dengan kata reward (Martin & Pear, 2015) Positive Reinforcement Jenis Negative Reinforcement
  • 5. Seorang anak selalu diomeli ibunya ketika tidak mencuci piring. Kalau ia langsung cuci piring, ibunya tidak mengomel Rehat makan kentang spiral agar tidak batuk. Berangkat lebih pagi ke RS Menur agar tidak kena macet. Setiap selesai mencuci piring, anak diberi uang saku Rp2000 Kalau berhasil makan sehat, dipuji sama pacar. Jika tepat waktu sampai di tempat praktik, bisa sarapan bubur ayam dulu. Positive Reinforcement Jenis Negative Reinforcement (POSITIVE REINFORCER) (AVERSIVE STIMULUS)
  • 6. Jenis Unconditioned Reinforcer Makanan (bagi yang lapar) Air (bagi orang haus) Suhu yang lebih adem (bagi yang kepanasan) Stimuli yang mampu menghasilkan reinforcement tanpa pembelajaran atau pengkondisian terlebih dahulu. Contoh: Conditioned Stimulus Poin keaktifan membuat mahasiswa aktif Uang bikin banyak orang bekerja mati- matian Stiker buat anak-anak yang kalau dikumpul bisa ditukar hadiah Stimuli yang awalnya tidak menghasilkan reinforcement, tetapi jadi reinforcer karena dihubungkan dengan reinforcer lain (backup reinforcer). Contoh: COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
  • 7. Efektivitas Reinforcement Immediacy Sebuah stimulus lebih efektif sebagai penguat ketika disampaikan segera setelah perilaku. Contoh: Teman tertawa tepat setelah kita bercanda. Kalau tertawanya terlambat, jadi malas bercanda lagi. Contingency Sebuah stimulus lebih efektif sebagai penguat ketika konsekuensinya konsisten. Contoh: Menekan saklar ke bawah untuk menyalakan lampu. Kalau kadang harus ditekan ke atas buat menyalakan, kita akan mengira saklarnya rusak karena tidak konsisten. Motivating operations Establishing operation (EO) → reinforcer lebih efektif (Contoh: air dingin untuk orang yang baru selesai maraton) Abolishing Operation (AO) → reinforcer kurang efektif (Contoh: air dingin untuk orang yang baru selesai makan es buah. Peristiwa terdahulu yang membawa pengaruh pada reinforcer. FAKTOR YANG MEMENGARUHI 1 2 3
  • 8. Efektivitas Reinforcement Besaran Reinforcer yang lebih intens adalah penguat yang lebih efektif. Contoh: Gaji BUMN lebih besar dari gaji start up, sehingga masuk BUMN lebih menarik bagi beberapa fresh graduate. FAKTOR YANG MEMENGARUHI Perbedaan individu Reinforcer bisa berbeda makna bagi setiap orang. Contoh: Es lilin terasa enak buat yang suka es lilin, tapi menyiksa bagi orang dengan gigi sensitif. 4 5
  • 9. Intermittent Reinforcement COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
  • 10. Definisi Intermittent reinforcement merupakan proses pemberian reinforcement secara berkala, tidak setiap respons diberikan reinforcement (Miltenberger, 2016) Tujuannya adalah mempertahankan perilaku yang sudah muncul dan konsisten (proses maintenance (Mahanani, 2017; Miltenberger, 2016) COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
  • 11. Ferster and Skinner (1957) mencari tahu jenis-jenis intermittent reinforcement. Eksperimen burung merpati dalam kotak. Kalau mematuk tombol, setelah sekian menit akan keluar makanan. COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3
  • 12. Dari eksperimen ini, ditemukan ada empat jenis intermittent reinforcement: Fixed Ratio, Variable Ratio, Fixed Interval, dan Variable Interval.
  • 13. Jenis Intermittent Reinforcement Fixed Ratio Reinforcement hadir setiap jumlah respons tertentu tercapai. Jangkauan FR mulai FR 2 sampai FR 400. Setiap 20 halaman buku selesai dibaca, anak bisa dapat satu stiker (FR 20) Setiap bisa menyelesaikan 10 trip, driver ojol dapat bonus Rp12.000 (FR 10) Contoh: Variable Ratio Reinforcement hadir setelah sejumlah rata- rata respons. Tingkat respons yang tinggi dan stabil. Organisme gigih dalam merespons karena berharap respons berikutnya dapat hasil. Contoh: Ketika seseorang berjudi, mereka menduga akan menang setelah 50 permainan. (MILTENBERGER, 2016) 1 2
  • 14. Jenis Intermittent Reinforcement Fixed Interval Reinforcement muncul setelah interval waktu tertentu sudah terlewati (Miltenberger, 2016). Individu cenderung menunggu sampai saat penguatan akan terjadi dan kemudian memulai tanggapan mereka (Nye, 1992). Karyawan menerima gaji setiap tujuh hari, ia lebih rajin saat gajian mendekat (FI 7 hari) Mahasiswa beristirahat setelah 5 SKS belajar (FI 5 SKS) Contoh: Variable Interval Reinforcement muncul setelah rata-rata interval waktu tertentu (Miltenberger, 2016). Contoh: Kuis kejutan. Guru tidak akan memberi tahu siswa kapan kuis ini akan diadakan, sehingga siswa diharapkan untuk selalu belajar. Bisa jadi ada perkiraan tersendiri dari mahasiswa (biasanya setelah tiga minggu pasti ada kuis, atau kadang setiap tujuh minggu, sulit diprediksi, tapi seringnya setiap lima minggu ada kuis (VI 5 minggu). 3 4
  • 15. Ferster, C. B., & Skinner, B. F. (1957). Schedules of reinforcement. Mahanani, F. K. (2017). Operant Conditioning: Shaping Danpositive Reinforcement Contingencies dari Perilaku Off-Task Menjadi On-Task. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(3), 276–289. Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior modification: What it is and how to do it (10th ed.). New Jersey: Pearson. Miltenberger, R. G. (2016). Behavior modification: Principles and procedures (6th ed.). Boston: Cengage Learning. Nye, R. D. (1992). The Legacy of BF Skinner: Concepts and Perspectives, Controversies and Misunderstandings. California: Thomson Brooks/Cole Publishing Co. Daftar Pustaka
  • 16. Thank You! COUNSELING AND BEHAVIOR MODIFICATION KELOMPOK 3