SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Struktur Beton I - GESER

 BAB 1.         PENDAHULUAN


1.1   UMUM




Kegagalan balok umumnya diawali oleh retak. Retak yang terjadi pada

balok disebabkan oleh beban yang bekerja pada balok, yang melampaui

kekuatan balok tersebut. Beban kerja yang mengakibatkan retak pada

balok dapat berupa momen lentur dan gaya lintang (gaya geser).




Jika balok tidak mampu menahan momen lentur, maka pada daerah yang

menerima momen lentur paling besar atau momen maksimum – misalnya

pada tengah bentang – akan terjadi retak lentur yaitu retak pada serat tarik

terluar balok dengan arah retakan vertikal.




Jika balok tidak mampu menahan gaya lintang (gaya geser), maka pada

daerah yang menerima gaya lintang paling besar – misalnya pada ujung

balok – akan terjadi retak geser dengan arah retakan miring atau

membentuk sudut 45°.




1.2   KUAT GESER




                                                                          1
Struktur Beton I - GESER

Dalam membahas balok yang menahan momen lentur hendaknya juga

mempertimbangkan pula bahwa pada saat yang sama balok juga

menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi kritis geser akibat lentur

ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-tegangan tarik tambahan di

tempat-tempat tertentu pada komponen struktur terlentur. Pada komponen

struktur beton bertulang, apabila gaya geser yang bekerja sedemikian

besar hingga diluar kemampuan beton untuk menahannya, perlu

memasang baja tulangan tambahan untuk menahan gaya geser tersebut.




Tegangan geser dan lentur akan timbul di sepanjang komponen struktur

dimana bekerja gaya geser dan momen lentur, dan penampang

komponen mengalami tegangan-tegangan tersebut pada tempat-tempat

selain di garis netral atau serat tepi penampang. Komposisi tegangan-

tegangan tersebut di suatu tempat akan menyesuaikan diri secara alamai

dengan membentuk keseimbangan tegangan geser dan tegangan normal

maksimum dalam satu bidang yang membentuk sudut kemiringan

terhadap sumbu balok. Dengan menggunakan lingkaran Mohr dapat

ditunjukkan bahwa tegangan normal maksimum dan minimum akan

bekerja pada dua bidang yang saling tegak lurus satu sama lainnya.

Bidang-bidang tersebut dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan

yang bekerja disebut tegangan-tegangan utama.




                                                                     2
Struktur Beton I - GESER




                           Gambar 1.1
                   Hubungan antar-tegangan geser




1.3   PERILAKU BALOK TANPA TULANGAN GESER




Pada balok tanpa tulangan geser, kerusakan umumnya akan terjadi di

daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan

dinamakan bentang geser . Seperti tampak pada Gambar 1.2, retak

akibat tarik diagonal merupakan salah satu cara terjadinya kerusakan

geser. Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul

sebagai kombinasi dari pergeseran, remuk dan belah. Sedangkan pada




                                                                   3
Struktur Beton I - GESER

balok tanpa tulangan dengan bentang geser lebih panjang, retak karena

tegangan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu sebelum timbul retak

akibat tarik diagonal. Dengan demikian terjadinya retak tarik lenturan pada

balok tanpa tulangan merupakan indikasi kerusakan geser.




Retak miring akibat geser di badan balok beton bertulang dapat terjadi

tanpa disertai retak akibat lentur di sekitarnya, atau dapat juga sebagai

kelanjutan proses retak lentur yang telah mendahuluinya.




                              Gambar 1.2
                  Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal




                                                                          4
Struktur Beton I - GESER



Retak miring pada balok yang sebelumnya tidak mengalami retak lentur

dinamakan sebagai retak geser badan. Kejadian retak geser badan jarang

dijumpai pada balok beton bertulang biasa dan lebih sering dijumpai pada

pada balok beton prategang berbentuk huruf I dengan badan tipis dan

flens (sayap) lebar. Retak geser badan juga dapat terjadi di sekitar titik

balik lendutan atau pada tempat dimana terjadi penghentian tulangan

balok struktur bentang menerus. Retak miring yang terjadi sebagai proses

kelanjutan dari retak lentur yang telah timbul sebelumnya dinamakan

sebagai retak geser lentur . Retak jenis yang terakhir ini dapat dijumpai

baik pada balok beton bertulang ataupun prategang. Proses terjadinya

retak lentur umumnya cenderung merambat dimulai dari tepi masuk ke

dalam balok dengan arah hampir vertikal. Proses tersebut terus berlanjut

tanpa mengakibatkan berkurangnya tegangan sampai tercapainya suatu

kombinasi kritis tegangan lentur dan geser di ujung salah satu retakan

terdalam, dimana terjadi tegangan geser cukup besar yang kemudian

mengakibatkan terjadinya retak miring. Pada balok beton bertulangan

lentur arah memanjang, tulangan baja akan bertugas sepenuhnya

menahan gaya tarik yang timbul akibat leturan. Sementara itu, apabila

beban yang bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser juga akan

meningkat seiring dengan beban. Sedangkan tulangan baja yang

diperuntukkan menahan momen lentur di dalam balok letaknya tidak pada


                                                                         5
Struktur Beton I - GESER

tempat di mana tulangan tarik diagonal timbul. Sehingga untuk itu

diperlukan tambahan tulangan baja untuk menahan tegangan tarik

diagonal tersebut di tempat-tempat yang sesuai.




Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton

bertulang tidak lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi

beberapa mekanisme sebagai berikut :

   1. Adanya perlawanan geser sebelum terjadi retak.

   2. Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan geser-antar

      permukaan butir) ke arah tangensial di sepanjang retakan, yang

      serupa dengan gaya gesek akibat saling ikat antar-agregat yang

      tidak teratur di sepanjang permukaan beton kasar.

   3. Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai perlawanan

      terhadap gaya transversal yang harus ditahan.




   4. Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif tinggi,

      dimana segera setelah terjadi retak miring, beban dipikul oleh

      susunan reaksi gaya tekan yang membentuk busur melengkung

      dengan pengikatnya (tali busur) adalah gaya tarik di sepanjang

      tulangan   memanjang      dan    ternyata   memberikan   cadangan

      kapasitas cukup tinggi.




                                                                      6
Struktur Beton I - GESER

     5. Adanya perlawanan tulangan geser yang berupa sengkang vertikal

        ataupun miring (untuk balok yang bertulangan geser).




Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang

sebenarnya terjadi di sepanjang bentang dan kedalaman penanmpang

balok, meskipun studi dan penelitian telah dilakukan secara luas dan

cukup lama, mekanisme kerusakan geser yang tepat sebetulnya masih

belum dikuasai sepenuhnya.




Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut, umumnya

peraturan-peraturan     yang    ada   memberikan       rekomendasi   dengan

menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegangan geser

rata-rata nominal sebagai berikut :

                                       Vu
                                vu = φb . d
                                      . w

dimana :

Vu      = tegangan geser rencana rata-rata nominal total, MPa

vu      = gaya geser rencana total karena beban luar, kN

φ       = faktor reduksi kekuatan (untuk geser 0,65)

bw      = lebar balok, untuk penampang persegi = b, mm

d       = tinggi efektif balok, mm




                                                                          7
Struktur Beton I - GESER

Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral penampang,

nilai tegangan geser sama dengan tegangan tarik diagonal. Maka untuk

kepentingan pendekatan perencanaan, ditetapkan bahwa tegangan geser

dapat dipakai sebagai alat ukur yang baik untuk mengukur tegangan tarik

diagonal yang terjadi, meskipun sesungguhnya bukanlah tegangan tarik

diagonal aktual.




Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai dasar

peraturan dan persyaratan belum diubah, SK SNI T-15-1991-03

memberikan rekomendasi bahwa perencanaan geser dapat didasarkan

pada gaya geser V u yang bekerja pada penampang balok . Hal

demikian berbeda dengan peraturan-peraturan sebelumnya, PBI 1971 dan

sebelumnya, yang mendasarkan pada tegangan geser . Sehingga tidak

jarang terjadi penafsiran bahwa gaya geser, secara umum dapat berlaku

sebagai alat pengukur tarik diagonal yang timbul.




1.4   PERENCANAAN PENULANGAN GESER




Dasar pemikiran perencanaan tulangan geser atau penulangan geser

badan balok adalah usaha menyediakan sejumlah tulangan baja untuk

menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak tarik diagonal


                                                                      8
Struktur Beton I - GESER

sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih lanjut.

Berdasarkan pemikiran tersebut dan juga dengan memperhatikan pola

retak seperti tergambar pada Gambar 1.2, penulangan geser dapat

dilakukan dalam beberapa cara, seperti :

   1. Sengkang vertikal,

   2. Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu

        aksial,

   3. Sengkang miring atau diagonal,

   4. batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara

        membengkok batang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang

        diperlukan, atau

   5. Tulangan spiral.




Perencanaan       geser    untuk   komponen-komponen   struktur   terlentur

didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan sebagian dari gaya

geser, sedangkan kelebihannya atau kuat geser di atas kemampuan

beton untuk menahannya dilimpahkan kepada tulangan baja geser. Cara

yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk penulangan

geser    adalah    dengan     menggunakan   sengkang ,   dimana     selain

pelaksanaannya lebih mudah juga menjamin ketepatan pemasangannya.

Penulangan dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap

sebagian pertahanan geser, karena formasi atau arah retak yang miring.


                                                                         9
Struktur Beton I - GESER

Tapi   bagaimanapun,   cara   penulangan   demikian   terbukti   mampu

memberikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit komponen

struktur yang mengalami lenturan.




                              Gambar 1.3
                Penampang isometrik susunan sengkang




                                                                    10
Struktur Beton I - GESER



1.5    KETENTUAN PENULANGAN SENGKANG




Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang adalah sebagai

berikut :

1) Bahan-bahan dan tegangan maksimum




Untuk mencegah terjadinya lebar retak yang berlebihan pada balok akibat

gaya tarik diagonal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 2 memberikan

ketentuan kuat luluh rencana tulangan geser tidak boleh lebih dari 400

                                                  2
MPa. Sedangkan nilai Vs tidak boleh melebihi ( /3√f’c)bwd terlepas dari

berapa jumlah luas total penulangan geser (pasal 3.4.5 ayat 6.8).




2) Ukuran batang tulangan untuk sengkang




Umumnya digunakan batang tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi

dimana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga mengakibatkan

timbulnya gaya geser yang relatif besar, ada kemungkinan harus

menggunakan batang tulangan D12. Penggunaan batang tulangan D12

untuk tulangan sengkang merupakan hal yang sangat jarang dilakukan.

Untuk balok ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap




                                                                    11
Struktur Beton I - GESER

dengan perhitungan kemungkinan terjadi retak diagonal yang menyilang

empat atau lebih batang tulangan sengkang vertikal.




Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang disediakan oleh

setiap sengkang untuk menahan geser A v adalah dua kali luas

penampang batang tulangan yang digunakan, karena setiap sengkang

menyilang retak diagonal pada dua tempat, sehingga misalnya untuk

                                  2                                       2
batang tulangan D10 Av = 157 mm , sedangkan untuk D12 Av = 226 mm .




Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang sengkang yang

bermacam-macam, gunakan ukuran batang tulangan sama untuk seluruh

sengkang kecuali tidak ada pilihan lain. Pada umumnya yang diatur

bervariasi adalah jarak spasi sengkang, sedangkan ukuran batang

tulangan diusahakan tetap.




3) Jarak antar sengkang (spasi)




Jarak spasi dari pusat ke pusat antar sengkang adalah sebagai berikut :




                                                                          12
Struktur Beton I - GESER

   a) tidak boleh lebih dari ½d atau 600 mm, mana yang lebih kecil (SK

      SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1).

                                  1
   b) Apabila Vs melebihi nilai ( /3√f’c)bwd jarak spasi sengkang tidak

      boleh lebih dari ¼d atau 300 mm, mana yang lebih kecil (SK SNI T-

      15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.3).




Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis untuk menghitung jarak

sengkang perlu pada beberapa tempat (penampang) untuk kemudian

penempatan sengkang diatur sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga

jarak spasi antar-sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan

peningkatan jarak antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak

lebih dari 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika reaksi dukungan

berupa gaya tekan di daerah ujung komponen (misalnya suatu balok),

maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada penampang

berjarak d dari dukungan kecuali untuk brackets, konsol pendek atau

kondisi khusus yang semacam. Penampang di tempat berjarak d dari

dukungan disebut sebagai penampang              kritis , dan perencanaan

sengkang penampang-penampang yang berada dalam jarak d dari

dukungan menggunakan nilai geser sama yaitu V u. Dengan kata lain,

spasi sejak dari dukungan sampai ke penampang kritis bernilai tetap dan

dihitung berdasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis.




                                                                      13
Struktur Beton I - GESER

Sengkang yang paling tepi dipasang ± ½s dari dukungan, dimana s

adalah spasi sengkang yang diperlukan di daerah tersebut dengan

maksud untuk mempertimbangkan keserasian pemasangan keseluruhan

bentang. Pengaturan spasi sengkang merupakan fungsi diagram V s.




Dalam    pelaksanaannya,   pola    perencanaan   sengkang    sepenuhnya

tergantung pada pilihan perencana yang dalam hal ini dibatasi oleh

pertimbangan segi kebutuhan kekuatan dan ekonomi biaya. Tersedia

banyak   kemungkinan   untuk      pengembangan    pola   tersebut.   Pada

umumnya, nilai gaya geser akan berangsung berkurang sejak dari tempat

dukungan sampai di tengah bentang dan dengan demikian spasi jarak

sengkang-pun secara berangsur ditambah sejak dari penampang kritis

sampai mencapai nilai spasi maksimum yang diperkenankan oleh

peraturan. Pekerjaan ini memerlukan ketekunan karena merupakan

pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi penempatan tulangan

sengkang sedemikian sehingga diperoleh penggunaan baja tulangan yang

seekonomis mungkin.




Untuk balok dengan beban merata umumnya digunakan tidak lebih dari

dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan untuk balok bentangan

panjang atau pembebanan terpusat yang kompleks tentunya akan




                                                                       14
Struktur Beton I - GESER

membutuhkan lebih banyak perhitungan dalam perencanaan polanya.

Pada umumnya jarak spasi sengkang diambil tidak kurang dari 100 mm.




BAB 2. METODE PERENCANAAN DAN
       PROVISI KEAMANAN



2.1    UMUM




Perencanaan elemen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga

tidak timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung

beban kerja, dan masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan

kekuatan untuk menahan beban dan tegangan lebih lanjut tanpa

mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat

struktur.



                                                                      15
Struktur Beton I - GESER



Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI-1971) metode perencanaan

dan analisis didasarkan pada Metode Tegangan Kerja (Working Stress

Method), sementara di SNI 03 – 2847 – 2002 metode perencanaan

dan analisis didasarkan pada Metode Kekuatan (Ultimated Strenght

Method).




Beberapa     istilah   yang   digunakan   dalam    pembahasan   metode

perencanaan dan analisis adalah sebagai berikut;

Kuat nominal

kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung

berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum

dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.

Kuat perlu

Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan

untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang

berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang

ditetapkan dalam peraturan.

Kuat rencana

Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ

2.2   METODE TEGANGAN KERJA




                                                                    16
Struktur Beton I - GESER

  Di dalam metode tegangan kerja, untuk struktur direncanakan sedemikian

  sehingga tegangan-tegangan yang timbul akibat beban kerja dan yang

  dihitung secara mekanika dari unsur-unsur yang elastis, yang tidak

  melampaui dengan tegangan-tegangan yang diijinkan yang ditetapkan

  lebih dahulu. Beban kerja adalah beban-beban yang berasal dari beban

  mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa, yang dimisalkan

  benar-benar terjadi sewaktu masa kerja dari struktur.




  Metode tegangan kerja ini secara matematis dapat dinyatakan :

                                    σ≤σ

  σ = tegangan timbul yang dihitung secara elastis

  σ = tegangan yang diijinkan yang ditetapkan menurut peraturan, sebagai

        suatu prosentase dari kekuatan tekan f’ c beton dan tegangan leleh

        fy baja tulangan




2.3   METODE KEKUATAN




  Di dalam metode ini beban kerja diperbesar, dikalikan suatu faktor beban

  dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat

  keruntuhan sudah di ambang pintu. Kemudian dengan menggunakan

  beban kerja yang telah diperbesar (beban berfaktor) tersebut, struktur


                                                                       17
Struktur Beton I - GESER

  direncanakan sedemikian sehingga diperoleh nilai kuat guna pada saat

  runtuh yang besarnya kira-kira sedikit lebih kecil dari kuat batas runtuh

  yang sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh inilah yang dinamakan

  kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh

  dinamakan beban ultimit. Kuat rencana penampang komponen struktur

  didapatkan melalui perkalian kuat teoritis atau kuat nominal dengan faktor

  kapasitas, yang dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan

  buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-

  ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat teoritis

  atau kuat nominal diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan

  kesesuaian tegangan regangan-tegangan yang tidak linear di dalam

  penampang elemen tertentu.




2.4   PROVISI KEAMANAN DAN PEMBEBANAN




  Struktur atau elemen-elemennya harus direncanakan untuk memiliki

  cadangan kekuatan untuk dapat menerima beban yang lebih tinggi dari

  beban normal. Kapasitas cadangan ini digolongkan dalam dua kategori

  yaitu faktor pembebanan yang memperhitungkan pelampauan beban,

  dan faktor reduksi kekuatan , yang memperhitungkan kemungkinan




                                                                         18
Struktur Beton I - GESER

buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-

ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya.




Di dalam metode kekuatan, lazimnya digunakan istilah faktor beban untuk

membedakan dengan faktor keamanan di dalam faktor tegangan kerja.

Pada SNI 03 – 2847 – 2002 dibedakan dua faktor yaitu faktor kuat

perlu U untuk beban dan faktor φ untuk reduksi kekuatan. Faktor kuat

perlu U sesuai dengan Pasal 11.2 SNI 03 – 2847 – 2002 , dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.




                           Tabel 2.1 Kuat perlu U




                                                    Kuat Perlu
No.         Kombinasi Beban
                                                       (U)



                                                                    19
Struktur Beton I - GESER

      D                               1,4 D
 1.
      D, L, A atau R                  1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
      D, L, W, A atau R               1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R)
 2.
      D, W                            0,9 D ± 1,6 W
      D, L, E                         1,2 D + 1,0 L ± 1,6 E
 3.
      D, E                            0,9 D ± 1,0 E
      D, L, A atau R, H               1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ± 1,6 H
 4.   D, W, H                         0,9 D ± 1,6 H
      D, E, H                         0,9 D ± 1,6 H
      D, F                            U = 1,4 (D + F)
 5.
      D, L, A atau R, F               1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) + 1,2 F
 6.   Kejut harus disertakan pada L
 7.   T                               1,2 (D – T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
 8.   P dikalikan 1,2


Keterangan :

D = beban mati
L = beban hidup
A = beban atap
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
H = tekanan tanah
F = tekanan fluida
T = pengaruh struktural dari penurunan fondasi, rangkak, susut,
      ekspansi beton atau perubahan suhu.




                 Tabel 2.2 Faktor reduksi kekuatan φ

                                                  Faktor Reduksi Kekuatan
No.                    Kondisi Gaya
                                                             φ
 1.   Lentur, tanpa beban aksial                              0,80


                                                                             20
Struktur Beton I - GESER

            Beban aksial, dan beban aksial dengan
      2.
            lentur
      a.    Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur           0,80
      b.    Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
            Komponen struktur dengan tulangan spiral              0,70
            Komponen struktur lainnya                             0,65



2.5        DEFINISI




  Definisi      yang    berkaitan    dengan      pembahasan   penulangan   lentur,

  penulangan geser dan torsi balok beton bertulang sesuai dengan SNI 03-

  2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

  Gedung adalah sebagai berikut :




  Beban hidup :

  Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu

  gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-

  barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air hujan pada atap.




  Beban kerja :

  Beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur.




  Beban mati :




                                                                               21
Struktur Beton I - GESER

Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk

segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung tersebut.




Beban berfaktor :

Beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.




Beton :

Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

halus, agregrat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk massa padat.




Beton bertulang :

Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang

dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan

direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja

bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.




Kuat nominal :


                                                                     22
Struktur Beton I - GESER

kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung

berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum

dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.




Kuat perlu :

Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan

untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang

berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang

ditetapkan dalam peraturan.




Kuat rencana :

Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ




Sengkang :

Tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam

suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau

jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau

dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus

atau membentuk sudut, terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada

struktur lentur balok




Sengkang ikat :


                                                                   23
Struktur Beton I - GESER

  Sengkang tertutup penuh yang dipakai pada struktur tekan, kolom




  Tinggi efektif penampang (d) :

  Jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat tulangan tarik




  Tulangan :Batang berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk

  pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur

  beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut

  sertakan.




  Tulangan polos :

  Batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak

  berulir




  Tulangan ulir :

  Batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip dan

  berulir




2.6   NOTASI




  A           =   bentang geser, jarak antara beban terpusat dan muka dari


                                                                                 24
Struktur Beton I - GESER

           tumpuan, mm
Ac     =   luas penampang beton yang menahan penyaluran geser,

                2
           mm
Af     =   luas tulangan di dalam konsol pendek yang menahan

                                 2
           momen berfaktor, mm
                                          2
Ag     =   luas bruto penampang, mm
Ah     =   luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur

                       2
           tarik, mm
                                                                     2
Al     =   luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi, mm
An     =   luas tulangan dalam konsol pendek yang menahan gaya
                           2
           tarik Nuc, mm
                                                           2
Aps    =   luas tulangan pratekan dalam daerah tarik, mm
                                                  2
As     =   luas tulangan tarik non pratekan, mm
At     =   luas satu kaki dari sengkang tertutup dari daerah sejarak s

                                     2
           yang menahan torsi, mm
Av     =   luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, atau luas

           tulangan geser yang tegak lurus terhadap tulangan lentur

           tarik dalam suatu daerah sejarak s pada komponen

                                          2
           strukturan lentur tinggi, mm
                                              2
Avf    =   luas tulangan geser friksi, mm
Avh    =   luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur

                                              2
           tarik dalam suatu jarak s, mm


B      =   lebar muka komponen struktur yang tertekan, mm
bo     =   keliling dari penampang kritis pada pelat dan pondasi, mm
bt     =   lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang

           tertutup yang menahan torsi, mm



                                                                         25
Struktur Beton I - GESER

bw     =   lebar badan balok, atau d dari penampang bulat, mm


c1     =   ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi ekuivalen,

           kepala kolom atau konsol pendek diukur dalam arah

           bentang dimana momen lentur sedang ditentukan, mm
c2     =   ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi ekuivalen,

           kepala kolom atau konsol pendek diukur dalam arah

           transversal dimana momen lentur sedang ditentukan, mm
ct     =   faktor yang menghubungkan sifat tegangan geser torsi
d      =   Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari

           tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu kurang dari 0,80 h

           untuk elemen pratekan (untuk penampang bulat d tidak

           perlu lebih kecil dari jarak serat tekan terluar terhadap pusat

           tulangan tarik yang berada setengah bagian lain dari

           penampang yang ditinjau), mm
f’c    =   kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa
√f’c   =   akar dari kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa
fct    =   harga rata-rata dari kuat tarik belah beton agregat ringan,

           MPa
fd     =   tegangan akibat beban mati tak berfaktor, pada serat terluar

           dari penampang dimana tegangan tarik disebabkan oleh

           beban luar, MPa
fpc    =   tegangan tekan dalam beton (setelah memperhitungkan

           semua kehilangan pratekan pada titik berat penampang

           yang menahan beban luar atau pada pertemuan dari badan



                                                                         26
Struktur Beton I - GESER

           dan flens, MPa
fpe    =   tegangan tekan dalam beton akibat gaya pratekan efektif

           saja (setelah memperhitungkan semua kehilangan pratekan

           pada serat terluar dari penampang dimana tegangan tarik

           terjadi akibat beban luar), MPa
fpu    =   kuat tarik yang disyaratkan dari tendon pratekan, MPa
fy     =   kuat leleh yang disyaratkan dari tulangan non-pratekan,

           MPa


h      =   tinggi total komponen struktur, mm
hv     =   tinggi total penampang kepala geser, mm
hw     =   tinggi total dinding diukur dari dasar ke puncak, mm


I      =   momen inersia penampang yang menahan beban luar

                                        4
           berfaktor yang bekerja, mm


Ln     =   bentang bersih diukur dari muka ke muka tumpuan, mm
Lv     =   panjang dari lengan kepala geser diukur dari titik beban

           terpusat atau reaksi, mm
Lw     =   panjang horisontal dinding, mm



Mcr    =   momen yang menyebabkan terjadinya retak lentur pada

           panjang penampang akibat beban luar, Nmm
Mm     =   momen yang telah dimodifikasi, Nmm
Mmax   =   momen berfaktor maksimum pada penampang akibat beban

           lentur, Nmm
Mp     =   kuat momen plastis perlu dari penampang kepala geser,




                                                                   27
Struktur Beton I - GESER

           Nmm
MU     =   momen berfaktor dari penampang, Nmm
Mv     =   tahanan momen yang disumbangkan oleh tulangan kepala

           geser, Nmm
Nu     =   beban aksial berfaktor yang normal terhadap penampang

           dan akan terjadi bersamaan dengan Vu, diambil nilai positif

           untuk      tekan   dan   nilai   negatif   untuk   tarik   dan

           memperhitungkan pengaruh dari tarik akibat rangkak dan

           susut, N
Nuc    =   gaya tarik berfaktor yang bekerja pada puncak dari konsol

           pendek yang terjadi bersamaan dengan V u diambil nilai

           positif untuk tarik, N


s      =   spasi dari tulangan geser atau torsi dalam arah paralel

           dengan tulangan longitudinal, mm
s1     =   spasi dari tulangan vertikal dalam dinding, mm
s2     =   spasi dari tulangan geser atau torsi yang tegak lurus

           terhadap tulangan longitudinal atau spasi dari tulangan

           horisontal dalam dinding, mm


τc     =   kuat momen torsi nominal yang disumbangkan beton, N
τn     =   kuat momen torsi nominal, N
τs     =   kuat momen torsi nominal yang disumbangka oleh tulangan

           torsi, N
τu     =   momen torsi berfaktor pada penampang, N
Vc     =   kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, N
Vci    =   kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton pada


                                                                       28
Struktur Beton I - GESER

             saat terjadinya keretakan diagonal akibat kombinasi momen

             dan geser, N
Vcw      =   kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton pada

             saat terjadinya keretakan diagonal akibat tegangan tarik

             utama yang berlebihan di dalam badan, N
Vd       =   gaya geser pada penampang akibat beban mati, N
Vi       =   gaya geser berfaktor pada penampang akibat beban luar

             yang terjadi bersamaan dengan Mmaks, N
Vn       =   kuat geser nominal, N
Vp       =   komponen       vertikal   dari   gaya   pratekan   efektif   pada

             penampang, N
Vs       =   kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan

             geser, N
Vu       =   gaya geser berfaktor pada penampang
Vc       =   tegangan geser ijin beton, N


X        =   dimensi pendek dari bagian berbentuk persegi suatu

             penampang, mm
Y        =   dimensi panjang dari bagian berbentuk persegi suatu

             penampang, mm
     2
∑x y     =   konstanta torsi penampang
x1       =   dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi

             tertutup, mm
y1       =   dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi

             tertutup, mm
yt       =   jarak dari sumbu pusat penampang bruto terhadap serat

             tarik ekstrim dengan tulangan, mm


                                                                            29
Struktur Beton I - GESER




α      =   dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi

           tertutup, mm
αf     =   dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi

           tertutup, mm
αt     =   koefisien sebagai fungsi dari y1/x1
αv     =   rasioterhadap kekakuan lengan kepala geser terhadap

           penampang pelat komposisi di sekitarnya
ρ      =   rasio dari tulangan tarik non pratekan
       =   As/b.d
φ      =   faktor reduksi kekuatan




                                                                 30
Struktur Beton I - GESER




                           31

More Related Content

What's hot

Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
Rumah Belajar
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Indah Rosa
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
perkasa45
 
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
TYOWIBOWO1
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
Lala Sgl
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Arief Rachman
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah
Jaka Jaka
 

What's hot (20)

STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
perencanaan plat lantai.pptx
perencanaan plat lantai.pptxperencanaan plat lantai.pptx
perencanaan plat lantai.pptx
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Pelat Lantai
Pelat LantaiPelat Lantai
Pelat Lantai
 
Baja btg tekan + tarik
Baja btg tekan + tarikBaja btg tekan + tarik
Baja btg tekan + tarik
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Indeks faktor efisiensi alat
Indeks faktor efisiensi alatIndeks faktor efisiensi alat
Indeks faktor efisiensi alat
 
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
252350772 uji-pembebanan-statik-loading-test-ppt
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Pertemuan 6 pesawat angkat ok
Pertemuan 6 pesawat angkat ok Pertemuan 6 pesawat angkat ok
Pertemuan 6 pesawat angkat ok
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
 
matakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunanmatakuliah gambar struktur bangunan
matakuliah gambar struktur bangunan
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah
 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)
 

Similar to Bab i pendahuluan geser

Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geser
Ketut Swandana
 
Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)
sahnohilhami
 
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdfKonsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
vilya hardi
 

Similar to Bab i pendahuluan geser (20)

Bab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geserBab i pendahuluan geser
Bab i pendahuluan geser
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur
 
praktikum
praktikumpraktikum
praktikum
 
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfDPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
 
Shear Wall
Shear WallShear Wall
Shear Wall
 
Kolom
KolomKolom
Kolom
 
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptxSEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
SEJARAH ANALISIS STRUKTUR.pptx
 
Laporan akhir cover
Laporan akhir coverLaporan akhir cover
Laporan akhir cover
 
Part 5
Part 5Part 5
Part 5
 
Klom 2
Klom 2Klom 2
Klom 2
 
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
 
Beban Gempa Pada Jembatan
Beban Gempa Pada JembatanBeban Gempa Pada Jembatan
Beban Gempa Pada Jembatan
 
Rujukan 2.pdf
Rujukan 2.pdfRujukan 2.pdf
Rujukan 2.pdf
 
Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)Kolom (sahnohilhami)
Kolom (sahnohilhami)
 
Seven jantri situmorang
Seven jantri situmorangSeven jantri situmorang
Seven jantri situmorang
 
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi betonpengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
 
Kolom
KolomKolom
Kolom
 
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdfKonsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 

More from Ketut Swandana (20)

Stat d3 7
Stat d3 7Stat d3 7
Stat d3 7
 
Stat d3 6
Stat d3 6Stat d3 6
Stat d3 6
 
Stat d3 5
Stat d3 5Stat d3 5
Stat d3 5
 
Stat d3 4
Stat d3 4Stat d3 4
Stat d3 4
 
Stat d3 3
Stat d3 3Stat d3 3
Stat d3 3
 
Stat d3 2
Stat d3 2Stat d3 2
Stat d3 2
 
Stat d3 1
Stat d3 1Stat d3 1
Stat d3 1
 
Biodata dosen hindu universitas lampung
Biodata dosen hindu universitas lampungBiodata dosen hindu universitas lampung
Biodata dosen hindu universitas lampung
 
Putu ganteng
Putu gantengPutu ganteng
Putu ganteng
 
Mineral dan air
Mineral dan airMineral dan air
Mineral dan air
 
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantationsKelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
 
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radinAnalisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
 
Garis garis besar program kerja
Garis garis besar program kerjaGaris garis besar program kerja
Garis garis besar program kerja
 
Kalender kegiatan op ukm
Kalender kegiatan op ukmKalender kegiatan op ukm
Kalender kegiatan op ukm
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pelatihan progja
Pelatihan progjaPelatihan progja
Pelatihan progja
 
Building winning attitude for kmhdi
Building winning attitude for kmhdiBuilding winning attitude for kmhdi
Building winning attitude for kmhdi
 
Pertemuan v
Pertemuan vPertemuan v
Pertemuan v
 
Port designers handbook
Port designers handbookPort designers handbook
Port designers handbook
 
Pasang surut
Pasang surutPasang surut
Pasang surut
 

Bab i pendahuluan geser

  • 1. Struktur Beton I - GESER BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 UMUM Kegagalan balok umumnya diawali oleh retak. Retak yang terjadi pada balok disebabkan oleh beban yang bekerja pada balok, yang melampaui kekuatan balok tersebut. Beban kerja yang mengakibatkan retak pada balok dapat berupa momen lentur dan gaya lintang (gaya geser). Jika balok tidak mampu menahan momen lentur, maka pada daerah yang menerima momen lentur paling besar atau momen maksimum – misalnya pada tengah bentang – akan terjadi retak lentur yaitu retak pada serat tarik terluar balok dengan arah retakan vertikal. Jika balok tidak mampu menahan gaya lintang (gaya geser), maka pada daerah yang menerima gaya lintang paling besar – misalnya pada ujung balok – akan terjadi retak geser dengan arah retakan miring atau membentuk sudut 45°. 1.2 KUAT GESER 1
  • 2. Struktur Beton I - GESER Dalam membahas balok yang menahan momen lentur hendaknya juga mempertimbangkan pula bahwa pada saat yang sama balok juga menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi kritis geser akibat lentur ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-tegangan tarik tambahan di tempat-tempat tertentu pada komponen struktur terlentur. Pada komponen struktur beton bertulang, apabila gaya geser yang bekerja sedemikian besar hingga diluar kemampuan beton untuk menahannya, perlu memasang baja tulangan tambahan untuk menahan gaya geser tersebut. Tegangan geser dan lentur akan timbul di sepanjang komponen struktur dimana bekerja gaya geser dan momen lentur, dan penampang komponen mengalami tegangan-tegangan tersebut pada tempat-tempat selain di garis netral atau serat tepi penampang. Komposisi tegangan- tegangan tersebut di suatu tempat akan menyesuaikan diri secara alamai dengan membentuk keseimbangan tegangan geser dan tegangan normal maksimum dalam satu bidang yang membentuk sudut kemiringan terhadap sumbu balok. Dengan menggunakan lingkaran Mohr dapat ditunjukkan bahwa tegangan normal maksimum dan minimum akan bekerja pada dua bidang yang saling tegak lurus satu sama lainnya. Bidang-bidang tersebut dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan yang bekerja disebut tegangan-tegangan utama. 2
  • 3. Struktur Beton I - GESER Gambar 1.1 Hubungan antar-tegangan geser 1.3 PERILAKU BALOK TANPA TULANGAN GESER Pada balok tanpa tulangan geser, kerusakan umumnya akan terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang geser . Seperti tampak pada Gambar 1.2, retak akibat tarik diagonal merupakan salah satu cara terjadinya kerusakan geser. Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul sebagai kombinasi dari pergeseran, remuk dan belah. Sedangkan pada 3
  • 4. Struktur Beton I - GESER balok tanpa tulangan dengan bentang geser lebih panjang, retak karena tegangan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu sebelum timbul retak akibat tarik diagonal. Dengan demikian terjadinya retak tarik lenturan pada balok tanpa tulangan merupakan indikasi kerusakan geser. Retak miring akibat geser di badan balok beton bertulang dapat terjadi tanpa disertai retak akibat lentur di sekitarnya, atau dapat juga sebagai kelanjutan proses retak lentur yang telah mendahuluinya. Gambar 1.2 Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal 4
  • 5. Struktur Beton I - GESER Retak miring pada balok yang sebelumnya tidak mengalami retak lentur dinamakan sebagai retak geser badan. Kejadian retak geser badan jarang dijumpai pada balok beton bertulang biasa dan lebih sering dijumpai pada pada balok beton prategang berbentuk huruf I dengan badan tipis dan flens (sayap) lebar. Retak geser badan juga dapat terjadi di sekitar titik balik lendutan atau pada tempat dimana terjadi penghentian tulangan balok struktur bentang menerus. Retak miring yang terjadi sebagai proses kelanjutan dari retak lentur yang telah timbul sebelumnya dinamakan sebagai retak geser lentur . Retak jenis yang terakhir ini dapat dijumpai baik pada balok beton bertulang ataupun prategang. Proses terjadinya retak lentur umumnya cenderung merambat dimulai dari tepi masuk ke dalam balok dengan arah hampir vertikal. Proses tersebut terus berlanjut tanpa mengakibatkan berkurangnya tegangan sampai tercapainya suatu kombinasi kritis tegangan lentur dan geser di ujung salah satu retakan terdalam, dimana terjadi tegangan geser cukup besar yang kemudian mengakibatkan terjadinya retak miring. Pada balok beton bertulangan lentur arah memanjang, tulangan baja akan bertugas sepenuhnya menahan gaya tarik yang timbul akibat leturan. Sementara itu, apabila beban yang bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser juga akan meningkat seiring dengan beban. Sedangkan tulangan baja yang diperuntukkan menahan momen lentur di dalam balok letaknya tidak pada 5
  • 6. Struktur Beton I - GESER tempat di mana tulangan tarik diagonal timbul. Sehingga untuk itu diperlukan tambahan tulangan baja untuk menahan tegangan tarik diagonal tersebut di tempat-tempat yang sesuai. Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang tidak lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa mekanisme sebagai berikut : 1. Adanya perlawanan geser sebelum terjadi retak. 2. Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan geser-antar permukaan butir) ke arah tangensial di sepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saling ikat antar-agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan beton kasar. 3. Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai perlawanan terhadap gaya transversal yang harus ditahan. 4. Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif tinggi, dimana segera setelah terjadi retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang membentuk busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adalah gaya tarik di sepanjang tulangan memanjang dan ternyata memberikan cadangan kapasitas cukup tinggi. 6
  • 7. Struktur Beton I - GESER 5. Adanya perlawanan tulangan geser yang berupa sengkang vertikal ataupun miring (untuk balok yang bertulangan geser). Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang sebenarnya terjadi di sepanjang bentang dan kedalaman penanmpang balok, meskipun studi dan penelitian telah dilakukan secara luas dan cukup lama, mekanisme kerusakan geser yang tepat sebetulnya masih belum dikuasai sepenuhnya. Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut, umumnya peraturan-peraturan yang ada memberikan rekomendasi dengan menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegangan geser rata-rata nominal sebagai berikut : Vu vu = φb . d . w dimana : Vu = tegangan geser rencana rata-rata nominal total, MPa vu = gaya geser rencana total karena beban luar, kN φ = faktor reduksi kekuatan (untuk geser 0,65) bw = lebar balok, untuk penampang persegi = b, mm d = tinggi efektif balok, mm 7
  • 8. Struktur Beton I - GESER Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral penampang, nilai tegangan geser sama dengan tegangan tarik diagonal. Maka untuk kepentingan pendekatan perencanaan, ditetapkan bahwa tegangan geser dapat dipakai sebagai alat ukur yang baik untuk mengukur tegangan tarik diagonal yang terjadi, meskipun sesungguhnya bukanlah tegangan tarik diagonal aktual. Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai dasar peraturan dan persyaratan belum diubah, SK SNI T-15-1991-03 memberikan rekomendasi bahwa perencanaan geser dapat didasarkan pada gaya geser V u yang bekerja pada penampang balok . Hal demikian berbeda dengan peraturan-peraturan sebelumnya, PBI 1971 dan sebelumnya, yang mendasarkan pada tegangan geser . Sehingga tidak jarang terjadi penafsiran bahwa gaya geser, secara umum dapat berlaku sebagai alat pengukur tarik diagonal yang timbul. 1.4 PERENCANAAN PENULANGAN GESER Dasar pemikiran perencanaan tulangan geser atau penulangan geser badan balok adalah usaha menyediakan sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak tarik diagonal 8
  • 9. Struktur Beton I - GESER sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih lanjut. Berdasarkan pemikiran tersebut dan juga dengan memperhatikan pola retak seperti tergambar pada Gambar 1.2, penulangan geser dapat dilakukan dalam beberapa cara, seperti : 1. Sengkang vertikal, 2. Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial, 3. Sengkang miring atau diagonal, 4. batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara membengkok batang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang diperlukan, atau 5. Tulangan spiral. Perencanaan geser untuk komponen-komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan sebagian dari gaya geser, sedangkan kelebihannya atau kuat geser di atas kemampuan beton untuk menahannya dilimpahkan kepada tulangan baja geser. Cara yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk penulangan geser adalah dengan menggunakan sengkang , dimana selain pelaksanaannya lebih mudah juga menjamin ketepatan pemasangannya. Penulangan dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap sebagian pertahanan geser, karena formasi atau arah retak yang miring. 9
  • 10. Struktur Beton I - GESER Tapi bagaimanapun, cara penulangan demikian terbukti mampu memberikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit komponen struktur yang mengalami lenturan. Gambar 1.3 Penampang isometrik susunan sengkang 10
  • 11. Struktur Beton I - GESER 1.5 KETENTUAN PENULANGAN SENGKANG Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang adalah sebagai berikut : 1) Bahan-bahan dan tegangan maksimum Untuk mencegah terjadinya lebar retak yang berlebihan pada balok akibat gaya tarik diagonal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 2 memberikan ketentuan kuat luluh rencana tulangan geser tidak boleh lebih dari 400 2 MPa. Sedangkan nilai Vs tidak boleh melebihi ( /3√f’c)bwd terlepas dari berapa jumlah luas total penulangan geser (pasal 3.4.5 ayat 6.8). 2) Ukuran batang tulangan untuk sengkang Umumnya digunakan batang tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relatif besar, ada kemungkinan harus menggunakan batang tulangan D12. Penggunaan batang tulangan D12 untuk tulangan sengkang merupakan hal yang sangat jarang dilakukan. Untuk balok ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap 11
  • 12. Struktur Beton I - GESER dengan perhitungan kemungkinan terjadi retak diagonal yang menyilang empat atau lebih batang tulangan sengkang vertikal. Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang disediakan oleh setiap sengkang untuk menahan geser A v adalah dua kali luas penampang batang tulangan yang digunakan, karena setiap sengkang menyilang retak diagonal pada dua tempat, sehingga misalnya untuk 2 2 batang tulangan D10 Av = 157 mm , sedangkan untuk D12 Av = 226 mm . Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang sengkang yang bermacam-macam, gunakan ukuran batang tulangan sama untuk seluruh sengkang kecuali tidak ada pilihan lain. Pada umumnya yang diatur bervariasi adalah jarak spasi sengkang, sedangkan ukuran batang tulangan diusahakan tetap. 3) Jarak antar sengkang (spasi) Jarak spasi dari pusat ke pusat antar sengkang adalah sebagai berikut : 12
  • 13. Struktur Beton I - GESER a) tidak boleh lebih dari ½d atau 600 mm, mana yang lebih kecil (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1). 1 b) Apabila Vs melebihi nilai ( /3√f’c)bwd jarak spasi sengkang tidak boleh lebih dari ¼d atau 300 mm, mana yang lebih kecil (SK SNI T- 15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.3). Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis untuk menghitung jarak sengkang perlu pada beberapa tempat (penampang) untuk kemudian penempatan sengkang diatur sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga jarak spasi antar-sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan peningkatan jarak antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak lebih dari 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika reaksi dukungan berupa gaya tekan di daerah ujung komponen (misalnya suatu balok), maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada penampang berjarak d dari dukungan kecuali untuk brackets, konsol pendek atau kondisi khusus yang semacam. Penampang di tempat berjarak d dari dukungan disebut sebagai penampang kritis , dan perencanaan sengkang penampang-penampang yang berada dalam jarak d dari dukungan menggunakan nilai geser sama yaitu V u. Dengan kata lain, spasi sejak dari dukungan sampai ke penampang kritis bernilai tetap dan dihitung berdasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis. 13
  • 14. Struktur Beton I - GESER Sengkang yang paling tepi dipasang ± ½s dari dukungan, dimana s adalah spasi sengkang yang diperlukan di daerah tersebut dengan maksud untuk mempertimbangkan keserasian pemasangan keseluruhan bentang. Pengaturan spasi sengkang merupakan fungsi diagram V s. Dalam pelaksanaannya, pola perencanaan sengkang sepenuhnya tergantung pada pilihan perencana yang dalam hal ini dibatasi oleh pertimbangan segi kebutuhan kekuatan dan ekonomi biaya. Tersedia banyak kemungkinan untuk pengembangan pola tersebut. Pada umumnya, nilai gaya geser akan berangsung berkurang sejak dari tempat dukungan sampai di tengah bentang dan dengan demikian spasi jarak sengkang-pun secara berangsur ditambah sejak dari penampang kritis sampai mencapai nilai spasi maksimum yang diperkenankan oleh peraturan. Pekerjaan ini memerlukan ketekunan karena merupakan pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi penempatan tulangan sengkang sedemikian sehingga diperoleh penggunaan baja tulangan yang seekonomis mungkin. Untuk balok dengan beban merata umumnya digunakan tidak lebih dari dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan untuk balok bentangan panjang atau pembebanan terpusat yang kompleks tentunya akan 14
  • 15. Struktur Beton I - GESER membutuhkan lebih banyak perhitungan dalam perencanaan polanya. Pada umumnya jarak spasi sengkang diambil tidak kurang dari 100 mm. BAB 2. METODE PERENCANAAN DAN PROVISI KEAMANAN 2.1 UMUM Perencanaan elemen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat struktur. 15
  • 16. Struktur Beton I - GESER Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI-1971) metode perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method), sementara di SNI 03 – 2847 – 2002 metode perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode Kekuatan (Ultimated Strenght Method). Beberapa istilah yang digunakan dalam pembahasan metode perencanaan dan analisis adalah sebagai berikut; Kuat nominal kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Kuat perlu Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam peraturan. Kuat rencana Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ 2.2 METODE TEGANGAN KERJA 16
  • 17. Struktur Beton I - GESER Di dalam metode tegangan kerja, untuk struktur direncanakan sedemikian sehingga tegangan-tegangan yang timbul akibat beban kerja dan yang dihitung secara mekanika dari unsur-unsur yang elastis, yang tidak melampaui dengan tegangan-tegangan yang diijinkan yang ditetapkan lebih dahulu. Beban kerja adalah beban-beban yang berasal dari beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa, yang dimisalkan benar-benar terjadi sewaktu masa kerja dari struktur. Metode tegangan kerja ini secara matematis dapat dinyatakan : σ≤σ σ = tegangan timbul yang dihitung secara elastis σ = tegangan yang diijinkan yang ditetapkan menurut peraturan, sebagai suatu prosentase dari kekuatan tekan f’ c beton dan tegangan leleh fy baja tulangan 2.3 METODE KEKUATAN Di dalam metode ini beban kerja diperbesar, dikalikan suatu faktor beban dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan sudah di ambang pintu. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang telah diperbesar (beban berfaktor) tersebut, struktur 17
  • 18. Struktur Beton I - GESER direncanakan sedemikian sehingga diperoleh nilai kuat guna pada saat runtuh yang besarnya kira-kira sedikit lebih kecil dari kuat batas runtuh yang sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh inilah yang dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. Kuat rencana penampang komponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat teoritis atau kuat nominal dengan faktor kapasitas, yang dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran- ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat teoritis atau kuat nominal diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan kesesuaian tegangan regangan-tegangan yang tidak linear di dalam penampang elemen tertentu. 2.4 PROVISI KEAMANAN DAN PEMBEBANAN Struktur atau elemen-elemennya harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk dapat menerima beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini digolongkan dalam dua kategori yaitu faktor pembebanan yang memperhitungkan pelampauan beban, dan faktor reduksi kekuatan , yang memperhitungkan kemungkinan 18
  • 19. Struktur Beton I - GESER buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran- ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Di dalam metode kekuatan, lazimnya digunakan istilah faktor beban untuk membedakan dengan faktor keamanan di dalam faktor tegangan kerja. Pada SNI 03 – 2847 – 2002 dibedakan dua faktor yaitu faktor kuat perlu U untuk beban dan faktor φ untuk reduksi kekuatan. Faktor kuat perlu U sesuai dengan Pasal 11.2 SNI 03 – 2847 – 2002 , dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Kuat perlu U Kuat Perlu No. Kombinasi Beban (U) 19
  • 20. Struktur Beton I - GESER D 1,4 D 1. D, L, A atau R 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) D, L, W, A atau R 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) 2. D, W 0,9 D ± 1,6 W D, L, E 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 E 3. D, E 0,9 D ± 1,0 E D, L, A atau R, H 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ± 1,6 H 4. D, W, H 0,9 D ± 1,6 H D, E, H 0,9 D ± 1,6 H D, F U = 1,4 (D + F) 5. D, L, A atau R, F 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) + 1,2 F 6. Kejut harus disertakan pada L 7. T 1,2 (D – T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 8. P dikalikan 1,2 Keterangan : D = beban mati L = beban hidup A = beban atap R = beban hujan W = beban angin E = beban gempa H = tekanan tanah F = tekanan fluida T = pengaruh struktural dari penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton atau perubahan suhu. Tabel 2.2 Faktor reduksi kekuatan φ Faktor Reduksi Kekuatan No. Kondisi Gaya φ 1. Lentur, tanpa beban aksial 0,80 20
  • 21. Struktur Beton I - GESER Beban aksial, dan beban aksial dengan 2. lentur a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0,80 b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Komponen struktur dengan tulangan spiral 0,70 Komponen struktur lainnya 0,65 2.5 DEFINISI Definisi yang berkaitan dengan pembahasan penulangan lentur, penulangan geser dan torsi balok beton bertulang sesuai dengan SNI 03- 2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung adalah sebagai berikut : Beban hidup : Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang- barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air hujan pada atap. Beban kerja : Beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur. Beban mati : 21
  • 22. Struktur Beton I - GESER Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung tersebut. Beban berfaktor : Beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai. Beton : Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregrat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Beton bertulang : Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. Kuat nominal : 22
  • 23. Struktur Beton I - GESER kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Kuat perlu : Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam peraturan. Kuat rencana : Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ Sengkang : Tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada struktur lentur balok Sengkang ikat : 23
  • 24. Struktur Beton I - GESER Sengkang tertutup penuh yang dipakai pada struktur tekan, kolom Tinggi efektif penampang (d) : Jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat tulangan tarik Tulangan :Batang berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut sertakan. Tulangan polos : Batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berulir Tulangan ulir : Batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip dan berulir 2.6 NOTASI A = bentang geser, jarak antara beban terpusat dan muka dari 24
  • 25. Struktur Beton I - GESER tumpuan, mm Ac = luas penampang beton yang menahan penyaluran geser, 2 mm Af = luas tulangan di dalam konsol pendek yang menahan 2 momen berfaktor, mm 2 Ag = luas bruto penampang, mm Ah = luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur 2 tarik, mm 2 Al = luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi, mm An = luas tulangan dalam konsol pendek yang menahan gaya 2 tarik Nuc, mm 2 Aps = luas tulangan pratekan dalam daerah tarik, mm 2 As = luas tulangan tarik non pratekan, mm At = luas satu kaki dari sengkang tertutup dari daerah sejarak s 2 yang menahan torsi, mm Av = luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, atau luas tulangan geser yang tegak lurus terhadap tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada komponen 2 strukturan lentur tinggi, mm 2 Avf = luas tulangan geser friksi, mm Avh = luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan lentur 2 tarik dalam suatu jarak s, mm B = lebar muka komponen struktur yang tertekan, mm bo = keliling dari penampang kritis pada pelat dan pondasi, mm bt = lebar bagian penampang yang dibatasi oleh sengkang tertutup yang menahan torsi, mm 25
  • 26. Struktur Beton I - GESER bw = lebar badan balok, atau d dari penampang bulat, mm c1 = ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi ekuivalen, kepala kolom atau konsol pendek diukur dalam arah bentang dimana momen lentur sedang ditentukan, mm c2 = ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi ekuivalen, kepala kolom atau konsol pendek diukur dalam arah transversal dimana momen lentur sedang ditentukan, mm ct = faktor yang menghubungkan sifat tegangan geser torsi d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu kurang dari 0,80 h untuk elemen pratekan (untuk penampang bulat d tidak perlu lebih kecil dari jarak serat tekan terluar terhadap pusat tulangan tarik yang berada setengah bagian lain dari penampang yang ditinjau), mm f’c = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa √f’c = akar dari kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa fct = harga rata-rata dari kuat tarik belah beton agregat ringan, MPa fd = tegangan akibat beban mati tak berfaktor, pada serat terluar dari penampang dimana tegangan tarik disebabkan oleh beban luar, MPa fpc = tegangan tekan dalam beton (setelah memperhitungkan semua kehilangan pratekan pada titik berat penampang yang menahan beban luar atau pada pertemuan dari badan 26
  • 27. Struktur Beton I - GESER dan flens, MPa fpe = tegangan tekan dalam beton akibat gaya pratekan efektif saja (setelah memperhitungkan semua kehilangan pratekan pada serat terluar dari penampang dimana tegangan tarik terjadi akibat beban luar), MPa fpu = kuat tarik yang disyaratkan dari tendon pratekan, MPa fy = kuat leleh yang disyaratkan dari tulangan non-pratekan, MPa h = tinggi total komponen struktur, mm hv = tinggi total penampang kepala geser, mm hw = tinggi total dinding diukur dari dasar ke puncak, mm I = momen inersia penampang yang menahan beban luar 4 berfaktor yang bekerja, mm Ln = bentang bersih diukur dari muka ke muka tumpuan, mm Lv = panjang dari lengan kepala geser diukur dari titik beban terpusat atau reaksi, mm Lw = panjang horisontal dinding, mm Mcr = momen yang menyebabkan terjadinya retak lentur pada panjang penampang akibat beban luar, Nmm Mm = momen yang telah dimodifikasi, Nmm Mmax = momen berfaktor maksimum pada penampang akibat beban lentur, Nmm Mp = kuat momen plastis perlu dari penampang kepala geser, 27
  • 28. Struktur Beton I - GESER Nmm MU = momen berfaktor dari penampang, Nmm Mv = tahanan momen yang disumbangkan oleh tulangan kepala geser, Nmm Nu = beban aksial berfaktor yang normal terhadap penampang dan akan terjadi bersamaan dengan Vu, diambil nilai positif untuk tekan dan nilai negatif untuk tarik dan memperhitungkan pengaruh dari tarik akibat rangkak dan susut, N Nuc = gaya tarik berfaktor yang bekerja pada puncak dari konsol pendek yang terjadi bersamaan dengan V u diambil nilai positif untuk tarik, N s = spasi dari tulangan geser atau torsi dalam arah paralel dengan tulangan longitudinal, mm s1 = spasi dari tulangan vertikal dalam dinding, mm s2 = spasi dari tulangan geser atau torsi yang tegak lurus terhadap tulangan longitudinal atau spasi dari tulangan horisontal dalam dinding, mm τc = kuat momen torsi nominal yang disumbangkan beton, N τn = kuat momen torsi nominal, N τs = kuat momen torsi nominal yang disumbangka oleh tulangan torsi, N τu = momen torsi berfaktor pada penampang, N Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, N Vci = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton pada 28
  • 29. Struktur Beton I - GESER saat terjadinya keretakan diagonal akibat kombinasi momen dan geser, N Vcw = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton pada saat terjadinya keretakan diagonal akibat tegangan tarik utama yang berlebihan di dalam badan, N Vd = gaya geser pada penampang akibat beban mati, N Vi = gaya geser berfaktor pada penampang akibat beban luar yang terjadi bersamaan dengan Mmaks, N Vn = kuat geser nominal, N Vp = komponen vertikal dari gaya pratekan efektif pada penampang, N Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser, N Vu = gaya geser berfaktor pada penampang Vc = tegangan geser ijin beton, N X = dimensi pendek dari bagian berbentuk persegi suatu penampang, mm Y = dimensi panjang dari bagian berbentuk persegi suatu penampang, mm 2 ∑x y = konstanta torsi penampang x1 = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi tertutup, mm y1 = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi tertutup, mm yt = jarak dari sumbu pusat penampang bruto terhadap serat tarik ekstrim dengan tulangan, mm 29
  • 30. Struktur Beton I - GESER α = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi tertutup, mm αf = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang persegi tertutup, mm αt = koefisien sebagai fungsi dari y1/x1 αv = rasioterhadap kekakuan lengan kepala geser terhadap penampang pelat komposisi di sekitarnya ρ = rasio dari tulangan tarik non pratekan = As/b.d φ = faktor reduksi kekuatan 30
  • 31. Struktur Beton I - GESER 31