Dokumen ini membahas peristiwa pembantaian Rawagede oleh tentara Belanda pada 1947 dimana 431 penduduk desa tersebut dibunuh. Peristiwa ini kemudian dituntut ke pengadilan oleh korban selamat dan kerabat korban, meskipun pemerintah Belanda menyatakan tuntutannya sudah kadaluwarsa. Dokumen ini juga menjelaskan pengertian HAM dan bagaimana HAM penduduk Rawagede dilanggar dalam peristiwa tersebut
2. Pelanggaran Ham
(Peristiwa Rawagede)
I. Hawaul Khansa K. H
II. Inka Prasaptiami
III. Junitria Eka E. F
IV. M. Isa Al-Anshari
V. M. Rio Dwi Eradianto
VI. Nur Prasetyo
3. Pengertian Hak
Segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap
orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum
lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak
memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar,
milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk
berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar
atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat
atau martabat.
4. HAM merupakan hak yang sudah
melekat dalam diri setiap insan yang
dibawa sejak lahir ke dunia dan
berlaku sepanjang hidupnya serta
tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun karena hak itu sifatnya
kodrati yang langsung Allah berikan
pada setiap makhluk ciptaannya.
5. Kronologi Kejadian
Pembantaian Rawagede adalah
peristiwa pembantaian penduduk
Kampung Rawagede (sekarang terletak di
Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang),
di antara Karawang danBekasi, oleh
tentara Belanda pada tanggal 9
Desember 1947 sewaktu
melancarkan agresi militer pertama.
Sejumlah 431 penduduk menjadi korban
pembantaian ini.
6. Pada 9
Desember 1947,
sehari setelah
perundingan Renville
dimulai, tentara
Belanda di bawah
pimpinan seorang
mayor mengepung
Dusun Rawagede dan
menggeledah setiap
rumah. Namun
mereka tidak
menemukan sepucuk
senjata pun.
7. Pemimpin tentara Belanda kemudian
memerintahkan untuk menembak mati
semua penduduk laki-laki. Beberapa
orang berhasil melarikan diri ke hutan.
Saih, kini berusia 83 tahun menuturkan
bahwa dia bersama ayah dan para
tetangganya sekitar 20 orang jumlahnya
disuruh berdiri berjejer.
8. Hujan yang mengguyur mengakibatkan
genangan darah membasahi desa tersebut.
Yang tersisa hanya wanita dan anak-anak.
Keesokan harinya, setelah tentara Belanda
meninggalkan desa tersebut, para wanita
menguburkan mayat-mayat dengan
peralatan seadanya. Seorang ibu
menguburkan suami dan dua orang
putranya yang berusia 12 dan 15 tahun.
9. Tujuh janda korban pembantaian, satu anak
perempuan korban, dan seorang lelaki penyintas
(survivor) lantas menggugat pemerintah Belanda atas
kejadian pada tahun 1947 itu. Jaksa pemerintah
Belanda berpendapat tuntutan mereka kadaluwarsa.
10. KESIMPULAN
• Orang banyak mengira peristiwa Rawagede penyebabnya
adalah puisi Antara Karawang dan Bekasi karya Chairil Anwar,
namun bukan.
• Dalam kasus ini, HAM yang dilanggar adalah hidup.
• Penyelesaian dari kasus pembantaian ini adalah dituntutnya
pihak Belanda oleh pihak korban Rawagede, dan pihak Belanda
dimintai pertanggungjawaban masing-masing 1 milyar.
• HAM milik para Rawagede yang dilanggar.