Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian persediaan dengan menggunakan metode biaya historis atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah, termasuk definisi nilai realisasi bersih, metode penerapan, dan pemulihan kerugian persediaan. Juga dibahas metode-metode estimasi penilaian persediaan seperti metode laba kotor dan harga eceran.
2. Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV)
Biaya historis tidak dapat diaplikasikan jika manfaat masa depan dari aset tersebut tidak lagi sebesar
biaya perolehannya. Sehingga, persediaan dilaporkan pada nilai realisasi yang lebih rendah atau
bersih dari biaya (LCNRV) pada setiap tanggal pelaporan.
● Net Realizable Value : jumlah bersih yang diharapkan perusahaan untuk direalisasikan dari
penjualan persediaan. Atau, estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi
biaya untuk menyelesaikan dan melakukan penjualan.
● Metode Penerapan LCNRV
Perusahaan dapat menerapkan aturan LCNRV baik secara langsung ke setiap item, setiap kategori,
atau total inventaris. Jika perusahaan mengikuti kategori utama atau pendekatan inventaris total
dalam penerapan aturan LCNRV, kenaikan harga jual cenderung mengimbangi penurunan harga
jual. Perusahaan harus menerapkan metode secara konsisten dari satu periode ke periode lain.
● Mencatat Net Realizable Value
a) Metode harga pokok penjualan: mendebit harga pokok penjualan untuk penurunan persediaan
ke nilai realisasi bersih.
b) Metode kerugian: mendebit akun kerugian untuk penurunan nilai persediaan ke nilai realisasi
bersih.
3. ● Menggunakan Penyisihan
Perusahaan umumnya juga menggunakan akun penyisihan (Penyisihan untuk Mengurangi
Persediaan menjadi Nilai Realisasi Bersih).
● Pemulihan Kerugian Persediaan
Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah sedemikian rupa sehingga
nilai realisasi bersih persediaan yang sebelumnya diturunkan mungkin menjadi lebih besar daripada
biaya perolehan, atau mungkin terdapat bukti yang jelas tentang peningkatan nilai realisasi bersih.
Maka jika harga turun, perusahaan mencatat penurunan tambahan. Jika harga naik,
perusahaan mencatat kenaikan pendapatan.
● Evaluasi Aturan LCNRV
Aturan LCNRV mengalami beberapa kekurangan konseptual:
1) Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan pembebanan ke beban pada periode terjadinya
kerugian utilitas, bukan pada periode penjualan. Di sisi lain ia mengakui kenaikan nilai aset
(melebihi biaya awal) hanya pada titik penjualan. Ini dapat mendistorsi data pendapatan.
2)Penerapan aturan tersebut mengakibatkan inkonsistensi
3)Aturan LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara konservatif, tetapi
pengaruhnya terhadap laporan laba rugi mungkin tidak konservatif.
4. Nilai Realisasi Bersih
● Aset pertanian
(termasuk aset biologis
dan produk pertanian),
● Komoditas yang
dipegang oleh pedagang
pialang.
Nilai Penjualan Relatif
Mengalokasikan total biaya
di antara berbagai unit atas
dasar nilai penjualan
relatifnya.
Komitmen Pembelian
Perjanjian untuk membeli
persediaan dibayar dimuka.
Dimana hak atas persediaan
yang terkait belum
berpindah ke pembeli.
Dasar-dasar Penilaian Persediaan
5. Penilaian persediaan dengan estimasi
(gross profit method)
Perusahaan terkadang menggunakan ukuran pengganti untuk memperkirakan persediaan yang ada.
Salah satunya menggunakan metode laba kotor. Metode ini didasarkan pada tiga asumsi: (1)
Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang harus diperhitungkan; (2) Barang
yang belum dijual harus ada di tangan; (3) Penjualan, dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah
persediaan awal ditambah pembelian, sama dengan persediaan akhir.
● Perhitungan Persentase Laba Kotor
1) Dinyatakan sebagai persentase dari harga jual. Laba kotor atas harga jual adalah metode umum
untuk mengutip laba karena :
2)Sebagian besar perusahaan menyatakan barang secara eceran, bukan berdasarkan biaya.
3)Laba yang dikutip pada harga jual lebih rendah daripada laba berdasarkan biaya. Hal ini
memberikan kesan yang baik kepada konsumen.
4)Laba kotor berdasarkan harga jual tidak boleh melebihi 100 persen.
Laba kotor atas harga jual akan selalu lebih kecil dari persentase terkait berdasarkan biaya.
6. Evaluasi Metode Laba Kotor
● Karena metode ini menghasilkan suatu estimasi,
maka perhitungan fisik persediaan harus dilakukan
satu kali dalam satu tahun untuk memeriksa jumlah
persediaan aktual yang berada di tangan saat ini.
● Dalam menentukan markup, metode laba kotor
menggunakan persentase masa lalu. Padahal
persentase masa kini pasti lebih akurat.
● Pengaplikasian persentase laba kotor harus dilakukan
secara amat hati-hati.
● Metode laba kotor biasanya tidak dapat diterima
untuk tujuan pelaporan keuangan karena hanya
memberikan perkiraan.
7. Penilaian persediaan dengan metode Harga Eceran
(Retail inventory method)
Pencatatan dilakukan terhadap total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli, total biaya dan nilai eceran
barang yang siap dijual, dan penjualan periode berjalan. Penjualan periode berjalan dikurangkan nilai eceran
barang yang tersedia untuk dijual guna mendapatkan estimasi persediaan barang di tangan pada eceran.
Selanjutnya menghitung rasio biaya eceran untuk semua barang. Rumus untuk perhitungan ini adalah
membagi total barang yang tersedia untuk dijual pada harga perolehan dengan total barang yang
tersedia pada harga eceran. Akhirnya, untuk mendapatkan persediaan akhir berdasarkan biaya, perusahaan
dapat menerapkan rasio biaya eceran ke persediaan akhir yang dinilai secara eceran.
● Terdapat beberapa versi metode persediaan eceran, yaitu metode konvensional (berdasarkan LCNRV) dan
metode biaya.
● markup berarti markup tambahan dari harga eceran asli.
● Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagangan yang telah diberi markup oleh pengecer di
atas harga eceran awal.
● Penurunan harga merupakan penurunan harga jual asli karena penurunan tingkat harga umum,
● Pembatalan penurunan harga terjadi ketika penurunan harga kemudian diimbangi dengan kenaikan harga
barang yang telah dikurangi oleh pengecer—seperti setelah penjualan satu hari.
8. a)Ongkos kirim, merupakan bagian dari biaya pembelian.
b)Retur pembelian, biasanya dianggap sebagai pengurangan
harga baik pada biaya maupun eceran.
c)Diskon pembelian dan potongan harga biasanya dianggap
sebagai pengurang biaya pembelian.
Retur dan potongan penjualan dianggap sebagai penyesuaian
yang tepat untuk penjualan kotor. Namun, ketika penjualan
dicatat bruto, perusahaan tidak mengakui diskon penjualan.
Selain itu, sejumlah item khusus memerlukan analisis yang
cermat:
- Transfer masuk dari departemen lain
- Kekurangan biasa (kerusakan, kerusakan, pencurian, susut)
- Kekurangan abnormal,
- Diskon karyawan
Karakteristik dari metode ini memiliki pengaruh rata-rata
terhadap berbagai tingkat laba kotor.
Item Khusus yang Berkaitan
9. Standar akuntansi mensyaratkan pengungkapan laporan keuangan atas pos-pos berikut yang
terkait dengan persediaan:
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang digunakan (rata-rata tertimbang, FIFO).
2. Jumlah nilai tercatat persediaan dan jumlah tercatat dalam klasifikasi (klasifikasi umum
persediaan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi).
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan (harga pokok
penjualan).
5. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
tersebut dan jumlah setiap pemulihan penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
beban dalam periode tersebut.
6. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan penurunan nilai persediaan.
7. Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan atas kewajiban, jika ada.
Penyajian dan Analisis