1. DAMPAK PENGGUNAAN NIKOTIN DALAM
ROKOK TERHADAP PERKEMBANGAN OTAK
PADA REMAJA
JURNAL KIMIA MEDIS
Untuk Memenuhu Sebagai Prasyarat Ujian Akhir
Semester Kepustakaan Kimia
Disusun Oleh :
Iing AKhirudin
3325150447
Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2016
2. DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................................................3
Pendahuluan ...............................................................................................................................4
Kajian Pustaka............................................................................................................................5
A. Rokok...............................................................................................................................5
B. Faktor-faktor Pemicu Perilaku Merokok.....................................................................5
C. Kandungan Bahaya Rokok ..........................................................................................6
D. Nikotin..............................................................................................................................6
E. Otak ....................................................................................................................................7
F. Bagian Otak ......................................................................................................................8
Pembahasan................................................................................................................................8
A. Asap Rekok Sebagai Radikal Bebas..........................................................................8
B. Bahaya Nikotin...............................................................................................................9
C. Pengaruh Nikotin Pada Otak .......................................................................................9
Kesimpulan................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11
3. ABSTRAK
Makalah ini merangkum berbagai laporan penelitian empires dan jurnal yang
bertemakan dampak penggunaan nikotin dalam rokok terhadap perkembangan otak
remaja. Perilaku penggunaan nikotin pada remaja meningkat tajam tiap tahunnya dan
menimbulkan berbagai dampak kesehatan. Sebatang rokok mengandung sekitar 20,9
mg nikotin dan sekitar 2 mg nikotin akan masuk ke dalam tubuh pada saat merokok.
Nikotin dan zat lainnya pada rokok merupakan pemicu adanya berbagai penyakit
seperti kanker, jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik,
gangguan kehamilan dan janin. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
konferhensif mengenai dampak penggunaan nikotin terhadap ini adalah mengetahui
hubungan faktor individu danPengaruh lain nikotin adalah meningkatkan konsentrasi
intrasypnaptic dopamine (DA) di ventral striatum/nucleus accumbens (VST/NAc) dan
serotonim sebagai neurotrasnmiter penahan kantuk sehingga menimbulkan gangguan
tidur.
Kata Kunci : Rokok, nikotin, otak, remaja
3
4. Pendahuluan
Merokok merupakan penyebab berbagai kondisi patologik yang dapat menimbulkan
penyakit dan bahkan kematian. Santi (2013) menjelaskan berdasrkan data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok merupakan penyebab dari berbagai penyakit,
pada perokok aktif ataupun pasif.
Kandungan nikotin pada daun tembakau sebagai bahan baku rokok telah diuji secara
medis dan terbukti menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan terutama terhadap sistem kerja
otak. Nikotin dan zat lainnya pada rokok merupakan pemicu adanya berbagai penyakit seperti
kanker, jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan kehamilan
dan janin (Cadwell dalam Kusuma et all, 2012).
Kusuma et al. (2012) menjelaskan bahwa masalah rokok menjadi permasalahan serius
bagi pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan mengingat kesadaran masyarakat
terhadap bahaya rokok masih sangat rendah. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah
perokok, isu rokok telah menjadi permasalahan nasional bahkan internasional. Permasalahan
menjadi semakin kompleks mengingat industri rokok merupakan salah satu sektor industri yang
menggalakkan kegiatan ekonomi nasional secara langsung maupun tidak langsung, mulai dari
hulu (agrobisnis tembakau, cengkeh, dan sebagainya), ke arah samping (industri kertas,
cetakan, kemasan, dan sebagainya), ke arah hilir (aktifitas promosi dan pemasaran).
Menurut Amstrong (1992) The ASEAN Tobacco Control Report (2007) menyebutkan
bahwa jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia menyumbang
perokok terbesar, yakni 57.563 juta orang atau sekitar 46,8 persen. Pada tahun 2008, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga sebagai
pengguna rokok. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia mengalami ketidakberdayaan akibat
dari adiksi nikotin rokok, dan kematian akibat mengkonsumsi rokok tercatat lebih dari 400 ribu
orang setiap tahun.
Chotidjah (2012) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok tiap hari yaitu
usia 10–14 tahun sebanyak 9,6 persen, 15–19 tahun sebanyak 36,3 persen, 20–24 tahun 16,3
persen, 25–29 tahun sebanyak 4,4 persen dan ≥30 tahun sebanyak 3,2 persen. Riset ini
dilakukan di 33 provinsi dan secara nasional persentase usia mulai merokok tiap hari yang
menduduki tempat tertinggi adalah usia 15–16 tahun yaitu sebanyak 36,3 persen
Beberapa fakta lain dari penelitian WHO dalam Prasetya (2002) mengenai
ketergantungan remaja pada rokok dapat diketahui bahwa :
1. Lebih dari 5 juta remaja dibawah usia 18 tahun akan mempercepat kematian mereka
akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok.
2. Perokok berusia 18 tahun akan mempunyai paru-paru yang sama dengan perokok
berusia 50 tahun.
3. Pada tahun 1991 remaja perokok mengkomsumsi rata-rata 28.3 juta rokok tiap hari
(berarti 516 juta pak tiap tahun). Selama periode yang sama ini, diestimasikan 225 juta
pak rokok dijual secara illegal ke remaja-remaja dibawah usia 18 tahun tersebut.
Masalah merokok pada usia dini biasanya merupakan peringatan untuk berbagai masalah
yang akan terjadi pada masa mendatang. Remaja yang merokok, akan 3 kali lebih
4
5. besar kemungkinan mengkomsumsi minuman beralkohol, 8 kali kemungkinan
mengkomsumsi marijuana, 22 kali kemungkinan mengkomsumsi kokain daripada
remaja yang tidak merokok. Merokok juga seringkali dikaitkan dengan serangkaian tingkah
laku resiko tinggi, termasuk perkelahian dan melakukan seks bebas.
Kajian Pustaka
A. Rokok
Rokok merupakan suatu produk yang dihasilkan dengan memotong daun-daun tembakau
secara sempurna yang digulung atau diisi ke dalam suatu silinder yang disebut paper wrapped
yang secara umum panjangnya kurang dari 120 mm dan diameter 10 mm. Rokok dinyalakan
dari awal hingga akhir dan dibiarkan membara lalu dihisap hingga keluar asapnya. Pada
umumnya rokok memakai penyaring atau filter. Rokok dihisap langsung melalui mulut, tetapi
ada juga yang dinyalakan dengan suatu pipa rokok (Prasetya, 2002).
B. Faktor-faktor Pemicu Perilaku Merokok
Kebiasaan, adat, nilai-nilai dan budaya merupakan faktor-faktor yang dapat memicu
kebiasaan merokok. Selain itu kebiasaan orang tua dalam keluarga juga telah banyak ditiru oleh
anak-anak, sampai dewasa. Sehingga anak-anak dan remaja merokok, karena pada
mulanya mereka terpengaruh oleh orang tua, teman, guru yang merokok (Prasetya, 2002).
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly dalam Komasari & Mada (2000)
terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :
1) Tahap preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbukan minat untuk merokok.
2) Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
3) Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4
batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4) Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian
dari cara pengarturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek
fisiologis yang menyenangkan.
Mu’tadin dalam (Widiansyah, 2014) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok
antara lain :
1) Pengaruh orang tua
Menurut Baer & corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal darirumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga yang
bahagia. remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat
dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif,
dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur. Contoh
yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
5
6. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang
tua (single parent).
2) Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja
tersebut terpengaruh oleh teman-temanya atau sebaliknya.
3) Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahuatau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna
obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas social. Pendapat ini didukung Atkinson
(1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes
konformitas social lebih menjadi perokok dibandingkandengan mereka yang memiliki
skor yang rendah.
4) Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaranbahwa
perokok adalah lambing kejantanan atau glamour, membuat remajaseringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
C. Kandungan Bahaya Rokok
Rokok merupakan produk olahan dari bahan baku tembakau yang mengandung zat adiktif
atau bersifat menimbulkan kecanduan. Rokok bersifat racun bagi tubuh karena mengandung
lebih dari 4000 macam zat kimia. Salah satu zat paling berbahaya pada rokok adalah nikotin.
Sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg nikotin dan sekitar 2 mg nikotin akan masuk ke
dalam tubuh pada saat merokok (Cadwell dalam Kusum et all, 2012).
Secara tidak langsung perokok juga dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap
polusi udara,terutama di ruangan tertutup,karena banyaknya asap rokok yang dihembuskan ke
udara.Seperti diketahui,lebih dari 4000 senyawa kimia ditemukan dalam tembakau rokok, dan
kelompok terbesar adalah senyawa nitrogen, yaitu 24%, serta hidrokarbon 15%. Komponen
utamanya adalah karbon monoksida (CO), yaitu 5-23 mg/batang rokok, asam nitrat: 0,1-1,6 mg
asetaldehid: 0,2-1,3 mg/batang rokok, asam format:0,1-1,1 mg/batang rokok, metil klorida 0,1-
0,8 mg/batang rokok, asam sianida: 0,03-0,7 mg/batang rokok, serta 50 macam senyawa
karsinogen lainnya. Asap rokok selain dapat membahayakan kesehatan perokok sendiri juga
dapat membahayakan lingkungannya, yaitu orang-orang yang berada disekitarnya. Menurut
hasil penelitian, asap rokok mengandung senyawa racun organoklorin seperti: metilklorida,
metilen-klorida, kloroform, trikloroetilen, tetrakloro-etilen, danvinil klorida (Mellawati &
Chichester, 1996).
D. Nikotin
Nikotin merupakn alkaloid yang bersifat basa lemah dengan pH 8.0. Nama kimia nikotin
adalah 3-(1-metil-2-pirolidil) piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tidak berwarna,
6
7. tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat menguap dan
dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan (Liem, 2010).
Nikotin merupakan komponen utama dari rokok sebesar 50% dan cepat diabsorpsi melalui
saluran pernafasan, mukosa mulut dan kulit. Setiap batang rokok mengandung 6-11 mg
nikotin dan 1-2 mg akan diserap oleh setiap perokok, apabila setiap perokok menghisap 1
bungkus rokok perhari, maka jumlah nikotin yang dihisap sekitar 20-40 mg/hari (Soedirman &
Journal, 2013). Berikut adalah struktur dari nikotin :
Nikotin dalam keadaan murni tidak berwarna, berupa minyak cair mudah menguap, larut
dalam alcohol, eter dan petroleum eter. Mendidih pada suhu 246-247⁰C dan membeku pada
suhu dibawah 80⁰C. pada suhu rendah, sedikit berbau tetapi jika dipanaskan akan dihasilkan
uap yang berbau merangsang dan akanbereaksi dengan udara yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi coklat (Amstrong, 1992).
E. Otak
Otak manusia memiliki struktur sangat kompleks dengan fungsinya masing‐masing. Secara
umum otak manusia dapat dibagi menjadi dua belahan (hemisphere), yaitu belahan otak kiri
dan kanan. Jika dilihat dari samping, maka otak manusia dapat dibagi ke dalam empat bagian
besar (lobus), yaitu temporal, frontal, parietal, dan occipital. Permukaan otak paling luar (dekat
dengan tengkorak) disebut dengan korteks (Liem, 2010).
Salah satu perbedaan fungsi antara kedua belahan otak kiri dan kanan adalah penguasaan
bahasa pada belahan kiri dan pengenalan/rekognisi wajah pada belahan kanan. Area tersebut
mulai teraktivasi pada bayi usia dua‐tiga bulan ketika mereka dikenalkan dengan beberapa
kata. Selain area‐area tersebut juga terdapat gray matter (GM) dan white matter (WM)
(Slamet, 2012).
GM merupakan lapisan otak paling atas yang umumnya menghubungkan cerebral cortex
dan neocortex. Jaringan GM terdiri dari enam lapisan sel syaraf yang bertugas penting dalam
proses informasi seperti sensorik, pergerakan otot yang voluntary, proses berpikir, dan
penalaran. Kepadatan GM di insula (sebuah area yang tersembunyi antara lobus frontal,
parietal, dan temporal sehingga juga sering disebut opercula of the insula) berkorelasi dengan
kemampuan mengenali perasaan yang dialami perokok. GM terus berkembang sejak awal
dan tengah remaja, kemudian perlahan menurun sekitar 5% per satu dekade. Volume GM di
struktur otak bagian depan menunjukkan penurunan yang lebih lambat dari pada di struktur
otak bagian belakang (Liem, 2010).
7
8. Sementara WM berlokasi di bawah struktur cerebral dan/atau neocortex. WM merupakan
indikator penting mengenai kematangan syaraf karena di dalamnya dapat dilihat efisiensi
dan kecepatan transmisi informasi pada otak. Corpus callosum (CC) adalah struktur WM yang
terbesar pada otak manusia, menghubungkan antara cerebral hemispheres dan berperan
penting dalam beberapa aspek Bahasa (Liem, 2010).
F. Bagian Otak
Gunawan dalam Hadianto (2007) menyatakan pada otak neocortex terdapat empat lobus
yang memiliki fungsi yang berbeda :
1) Lobus frontal/frontal cortex Lobus frontal atau frontal cortex terletak pada bagian depan,
tepatnya persis di belakang kening. Bagian ini merupakan pusat kendali otak, mengawasi
proses berpikir level tinggi, memikirkan langkah pemecahan masalah, mengatur, dan
mengendalikan efek dari sistem emosi. Pada lobus ini merupakan tempat memori kerja
berada. Berdasarkan riset terkini diketahui bahwa bagian lobus frontal baru mulai matang
pada awal masa dewasa sekitar usia 20 tahun hingga akhirnya benar-benar matang pada
usia sekitar 35 tahun. Sedangkan bagian limbic system lebih dulu matang pada usia sekitar
10-12 tahun. Lambatnya kematangan lobus frontal berakibat pada kemampuan
mengendalikan emosi belum dapat maksimal pada usia menjelang dewasa.
2) Lobus temporal. Lobus ini terletak di atas telinga. Lobus ini mengendalikan fungsi yang
berhubungan dengan suara dan kemampuan berbicara, dan sebagian berhubungan dengan
memori jangka panjang.
3) Lobus occipital. Pada bagian belakang neo cortex terdapat lobus occipital yang
mengendalikan fungsi penglihatan.
4) Lobus parietal. Pada bagian atas neo cortex terdapat lobus parietal untuk mengendalikan
fungsi yang berhubungan dengan orientasi, kalkulasi, dan sensasi.
Pembahasan
A. Asap Rekok Sebagai Radikal Bebas
Asap rokok merupakan radikal bebas yang berasal dari sumber eksogenus. Radikal bebas
memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah
suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron
pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian
sel (Fitria, et.all, 2013).
Nikotin merupakan zat adiktif yang dapat penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang
mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi terhadap nikotin
berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP dalam
waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau dikunyah,maka efek pada SSP yang dialami
dalam waktu 3–5 menit. Efek nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap,
menguyah atau menghirup tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian
8
9. menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta membuat paru-paru menjadi nyeri.
Penggunaan tembakau dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru–paru,
jantung, dan pembuluh darah (Dan & Efektivitas, 2006).
Ketika kesehatan syaraf telah terganggu maka dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif pada aspek kehidupan, yaitu akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti cemas,
merasa tertekan, sulit mengendalikan diri atau mudah marah, mudah putus asa, depresi,
mengalami gangguan tidur, penurunan kemampuan mengingat tugas-tugas sederhana, serta
mendorong munculnya perilaku kompulsif. Gangguan emosi dan perilaku pada pecandu rokok
(Liem, 2010).
B. Bahaya Nikotin
Nikotin murni termasuk senyawa yang berbahaya baik bagi manusia atau binatang.
Nikotin dapat mematikan hewan-hervan kecil seperti ulat dan beberapa jenis serangga. Dalam
kadar rendah bersifat membius, sehingga dapat rnemberikan kenikmatan tersendiri pada
saat merokok. Nikotin dengan cepat masuk kedalam otak pada saat seseorang merokok. Kadar
nikotin yang dihisap akan mampu menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg
(Soedirman & Journal, 2013).
Nikotin yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh.
Nikotin dapat mempercepat denyut jantung (dapat mencapai 20 kali lebih cepat dalam satu
menit dari keadaan normal), menurunkan suhu kulit sebanyak satu atau dua derajat karena
penyempitan pembuluh darah kulit, dan menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran
darah. Nikotin mempunyai pengaruh utama terhadap otak dan sistem saraf, juga dapat member
pengaruh menenangkan. Namun nikotin juga merupakan obat yang bersifat aditif atau
menyebabkan kecanduan (Amstrong, 1992).
C. Pengaruh Nikotin Pada Otak
Orang yang mencoba rokok kemudian menjadi tergantung atau kecanduan dikarenakan zat‐
zat kimia yang terkandung dalam rokok. Selain menimbulkan ketergantungan, zat‐zat tersebut
juga berdampak negatif pada organ tubuh. Zat‐zat kimia yang terkandung di dalam rokok dan
asapnya ketika dibakar antara lain karbon monoksida, tar, dan nikotin. Saat dibakar, nikotin
masuk ke dalam sel di mulut dan hidung, serta sepanjang saluran pernafasan. Paru‐paru
dengan cepat menyerap nikotin dan mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui darah. Nikotin
di dalam darah juga turut terbawa ke otak yang memicu pelepasan beberapa zat (misalnya
dopamin) serta mengaktifkan sistem syaraf pusat dan simpatik. Dampak nyata dari alur
tersebut adalah meningkatnya kewas‐padaan, detak jantung, dan tekanan darah pada perokok.
Nikotin yang diserap terakumulasi di dalam darah dan efeknya akan perlahan hilang setelah
dua setengah jam (Liem, 2010).
Di otak, nikotin bekerja dengan mengikat dan mengaktivasi reseptor nicotinic acetylcholine
(nAChRs), bagian dari kelompok transmembran ionchannel proteins, ditemukan di SSP dan
sistem saraf tepi (SST) serta beberapa jaringan tubuh. Dopamin memiliki peran dalam
pengaruh dari nikotin dan juga memiliki peran penting pada kecanduan tembakau. 9–11
Aktivasi dari nAChRs di medula adrenal mengakibatkan peningkatan katekolamin yang
nantinya berpengaruh pada sistem kardiovaskular dan respon–respon metabolik. Efek yang
terjadi dari nikotin pada manusia dimana terjadi pelepasan katekolamin di aliran darah adalah
peningkatan pulsasi dan tekanan darah, pelepasan asam lemak bebas dan mobilisasi dari
gula darah/berkebalikan dengan pengaruh insulin. Penurunan temperature kulit,
9
10. ketidakseimbangan peningkatan kontraksi dan relaksasib pembuluh darah juga terjadi akibat
dari nikotin. Pada tingkat sel, efek dari nikotin yaitu meningkatkan sintesis dan pelepasan
neurotransmitter dan hormon, induksi dari stres oksidatif, aktivasi dari faktor transkripsi dan
catecholamine-synthesizing enzyme tyrosine hydroxylase, dan juga pencegahan dari
apoptosis. Mediator neurotransmisi di SSP dan SST, aktivasi nAChRs memiliki konsekuensi
fisiologi yang penting pada berbagai organ termasuk di dalamnya sistem endokrin (Ario,
2014).
Pengaruh nikotin pada otak juga ditemukan pada area ventral atau bagian bawah (Gambar
8), khususnya occipital gyrus. Selain itu, aktivitas yang berbeda di ventral juga ditemui pada
rostral anterior cingulate cortex (rACC), insula, opercular, dan occipital. Aktivitas yang berbeda
pada insula juga sejalan dengan pening‐katan gray matter yang menimbulkan emosi tertentu
dan sensasi pada tubuh, serta mendorong kemampuan memverbalisasi emosi. Sementara
aktivitas pada opercular yang distimulasi oleh nikotin dapat meningkatkan resiko kesulitan
menggerakan otot wajah dan mulut, aphasia, dan epilepsi. Gangguan pada area occipital dapat
mem‐perbesar resiko kebutaan (Liem, 2010).
Significant interactions (FEW corrected p<0.05, i.e. uncorrected p<0.005 and minimal
volume = 1226 mm3) between group (smokers vs. controls) and stimulus cue type (smoking vs.
neutral). 1: bilateral dorsal medial prefrontal cortex (dmPFC), 2: right dorsal lateral prefrontal
cortex (dlPFC); 3: bilateral dorsal anterior cingulated cortex/cingulate cortex (dACC/CC), 4: right
middleoccipital gyrus (MOG), 5: left insula/operculum, and 6: bilateral rostral anterior cingulate
cortex (rACC).
Kesimpulan
Dari berbagai paparan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa :
1. perilaku kecanduan merokok berkorelasi dengan area precuneus kiri, angular gyrus kanan,
superior parietal/motor cortex kiri, dan occipital gyrus tengah.
2. Otak perokok memiliki aktifitas yang berbeda dengan non‐perokok di area ventral (rostral
anterior cingulate cortex, insula, opercular, dan occipital gyrus), dorsal (dorsal medial/lateral
prefrontal cortex dan dorsal anterior cingulate cortex), serta jaringan mesolimbic (anterior
cingulate, hippocampus, dan medial orbital).
3. Gangguan pada otak juga terkait dengan gangguan psikologis seperti cemas, depresi/sedih,
marah, gelisah, sulit berkonsentrasi, perilaku kompulsif.
4. Peningkatan gray matter di insula menimbulkan emosi tertentu dan sensasi pada tubuh,
serta mendorong penurunan kemampuan memverbalisasi emosi. Sedangkan penurunan
10
11. white matter (fractional anisotropy [FA]) di prefrontal cortex kiri berkorelasi dengan patologis
otak.
5. Pengaruh lain nikotin adalah meningkatkan konsentrasi intrasypnaptic dopamine (DA) di
ventral striatum/nucleus accumbens (VST/NAc) dan serotonim sebagai neurotrasnmiter
penahan kantuk sehingga menimbulkan gangguan tidur.
6. Pecandu rokok memiliki resiko penurunan prospective memory yang diduga berada di area
prefrontal cortex, hippocampus, dan thalamus.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, S. (1992). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan, 01.
Ario, M. D. (2014). Effect of Nicotine in Cigarette for Type 2 Diabetes Mellitus, 3, 75–80.
Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Esternal dan
Perilaku Merokok. Makara. Sosial Humaniora, 16(1), 49–56.
Dan, K., & Efektivitas, U. J. I. (2006). EKSTRAK DAUN TEMBAKAU SEBAGAI INSEKTISIDA
PENGGEREK BATANG PADI ( Scirpophaga innonata ).
Fitria, Triandhini, R. R., Mangimbulude, J. C., & Karwur, F. F. (2013). Merokok dan Oksidasi
DNA. Sains Medika, 5(2), 113–120.
Hadianto, B. (2007). Suatu Tinjauan Mengenai, 6(2), 1–17.
Komasari, D., & Mada, U. G. (2000). Faktor-Faktor Penyebab. Jurnal Psikologi, (1), 37–47.
Kusuma, D. A., Yuwono, S. S., & Wulan, S. N. (2012). Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan
Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Wilayah Kabupaten Nganjuk. Jurnal Teknologi
Pertanian, 5(3), 151–155.
Liem, A. (2010). Pengaruh nikotin terhadap aktivitas dan fungsi otak serta hubungannya dengan
gangguan psikologis pada pecandu rokok, 18(2), 37–50.
Mellawati, J., & Chichester, D. (1996). Penentuan Kandungan Unsur Beracun Dalam Asap
Rokok Dengan Metode Pengaktifan Neutron, 271–277.
Prasetya, L. D. (2002). Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di Kalangan Remaja.
Santi. (2013). Hubungan pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahaya merokok
pada siswa smk batik 1 surakarta naskah publikasi.
Slamet, S. (2012). Hasil Kajian Neuroscience Dan Implikasinya Dalam Pendidikan.
Eprints.Uny.Ac.Id, 1–22. Retrieved from http://eprints.uny.ac.id/678/
Soedirman, J. K., & Journal, T. S. (2013). PENGARUH NIKOTIN SELAMA 1-2 MINGGU
TERHADAP JUMLAH SEL-SEL SPERMATOSIT PRIMER, SPERMATID PADA MENCIT (
Mus musculus) Iis Rahmawati Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, 8(3),
176–183.
Widiansyah, M. (2014). FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU REMAJA PASER UTARA
Latar Belakang, 2(4), 1–12.
10