SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1. HUKUM AMPERE
1.1 Analisis Besar Gaya Tarik atau Tolak
Arus Sejajar
Hukum ampere menghitung besarnya gaya antara dua arus listrik. Seperti
halnya hukum coulomb menghitung besarnya gaya antara dua muatan listrik.
Perhatikan gambar berikut :
Pada gambar di atas menunjukkan dua buah kawat panjang, sejajar yang
menyalurkan arus dalam arah yang sama. Kita perhatikan gaya pada segmen ∆l2
yang menyalurkan arus I2 seperti yang ditunjukkan pada gambar. Medan magnet
B1 pada segmen akibat arus I1 adalah tegak lurus terhadap segmen I2 ∆l2. Ini juga
berlaku untuk semua elemen arus di sepanjang kawat tersebut. Gaya magnet pada
segmen I2 ∆l2 diarahkan menuju arus I1. Begitu juga dengan segmen arus I1 ∆l1
akan mengalami gaya magnetik yang diarahkan menuju arus I2 akibat medan
magnetic yang muncul dari arus I2. Dengan demikian, dua arus yang searah akan
tarik-menarik. Jika satu arus dibalik, gayanya akan berlawanan. Dengan
demikian, dua arus yang sejajar dan berlawanan arah akan tolak-menolak. Tarikan
atau tolakan arus sejajar yang searah dan berlawanan ditemukan secara percobaan
oleh Ampere satu pekan sebelum dia mendenganar penemuan Oersted tentang
pengaruh arus pada jarum kompas.
Besar gaya magnetik pada segmen I2 ∆l2 ialah
1222 BIF ×∆= 
Karena medan magnetik pada segmen I2 ∆l2 tegak lurus terhadap segmen
arusnya, maka kita peroleh:
1222 BIF ∆=
Jika jarak R antara kedua kawat jauh lebih kecil dibandingkan dengan
panjangnya, maka besarnya medan di I2 ∆l2 akibat arus I1 akan mendekati medan
akibat kawat panjang takterhingga yang menyalurkan arus yang dirumuskan
dengan persamaan:
R
I
R
I
B
2
42
00
π
µ
π
µ
==
Dengan demikian besarnya gaya pada segmen I2 ∆l2 ialah:
R
I
IF
π
µ
2
10
222 ∆=
Jadi gaya per panjang satuan adalah
R
II
R
II
l
F 210210
2
2
4
2
2 π
µ
π
µ
==
∆
Jika dua buah kawat sejajar yang sangat panjang yang terpisah sejarak satu
meter menyalurkan arus yang sama, arus dalam setiap kawat didefinisikan sebagai
satu ampere apabila gaya per panjang satuan pada setiap kawat adalah 2 × 10-7
N/m. Ini merupakan definisi dari hukum ampere.
1.2 Arah Hukum Ampere
r
B
π
µ
2
0Ι
=
Antara dua konduktor akan bekerja gaya interaksi. Gaya ini bekerja dalam
banyak situasi di mana kawat dialiri arus tertutup anatara kawat yang satu dengan
kawat yang lainnya. Ini juga merupakan dasar penting dalam hubungannya
dengan definisi Hukum Ampere. Gambar (1) menunjukkan sebagian kecil dari
dua buah kawat panjang lurus sejajar yang dipisahkan oleh jarak r dan membawa
arus I dan I’, dan menunjuk arah yang sama. Setiap konduktor terletak di medan
magnet yang disusun terhadap yang lain, sehingga mengalami gaya. Diagram ini
menunjukkan beberapa garis medan yang diakibatkan oleh arus pada konduktor
yang lebih lemah. Konduktor yang lebih lemah menghasilkan sebuah
medan magnet B

, pada posisi di atas konduktor memiliki besar
Dengan menerapkan kaidah tangan kanan, dapat ditunjukkan bahwa gaya
yang bekerja pada konduktor yang berada di atas (seperti pada gambar) memiliki
arah ke bawah.
2. Potensial Vektor
2.1 Pembuktian 0=•∇ B (Divergen B = 0)
Berdasarkan persamaan Biot Savart dapat dinyatakan bahwa medan listrik
disekitar kawat besarnya adalah
∫
×
=
L
rt
dl
r
uuI
B 2
0
ˆˆ
4π
µ
∫
×
•∇=⋅∇
L
rt
r
udluI
B 2
0
ˆˆ
4π
µ
∫
×
•∇=⋅∇
L
r
r
ulId
B 2
0
ˆ
4π
µ
∫
×
•∇=⋅∇
L
r
r
uldI
B 2
0
ˆ
4π
µ
Sementara itu berdasarkan identitas vektor dapat dinyatakan bahwa
( ) 











×∇•−×∇•





=





ו∇ 222
ˆˆˆ
r
u
ldld
r
u
r
u
ld rrr

Mengingat ld

tidak mengandung (x,y,z), maka 0=×∇ ld

, disamping itu
r
B
π
µ
2
0Ι
=
0
ˆ
2
=×∇
r
ur
Sehingga,
0=•∇ B (terbukti)
2.2 Perumusan Potensial Vektor (A) Untuk Menghitung Besarnya A
Untuk medan magnet JB

0µ=×∇ , tetapi 0=•∇ B

. Karena divergensi dari
suatu curl adalah nol, maka dengan alas an tersebut dapat diasumsikan bahwa
medan magnet dapat dituliskan:
AB

×∇=
A

disebut sebaga potensial vector magnetic (weber/m). sekarang akan
ditentukan A

sebagai berikut:
Berdasarkan hokum Biot-Savart, maka medan B

adalah:
∫ ∫
×
== 2
0
2
0
ˆ
4
ˆ
4 r
ldI
dl
r
I
B rrt µ
π
µµµ
π
µ


Melalui identitas vector dapat dinyatakan:








×∇=






 ×∇
−






 ×∇
×∇=





∇×−=
×
r
ld
r
ld
r
ld
r
ld
r
ld r



1ˆ
2
µ
....(1)
Karena 0=×∇ ld

maka persamaan menjadi:








×∇=
×
r
ld
r
ld r

2
ˆµ
,
Sehingga B

dapat dinyatakan dengan,
∫ 







×∇=
r
ldI
B


π
µ
4
0








×∇= ∫ r
ldI
B


π
µ
4
0
……………………………………………..... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) dapat dituliskan bahwa;
∫=
c
r
ldI
A


π
µ
4
0
…………………………………………………….. (3)
Persamaan (3) adalah A

untuk arus filament (kawat berarus). Bila distribusi
arusnya volume dan permukaan maka potensial vector yang dihasilkan masing-
masing adalah:
∫=
V
dv
r
J
A


π
µ
4
0
∫=
S
r
akd
A

π
µ
4
0
Sementara itu potensial vektor yang dihasilkan oleh titik muatan yang
bergerak adalah:
r
vq
A
π
µ
4
0

=
3 Integral Garis
( )∫ ⋅ λdB
3.1 Pembuktian
∫∫ Ω−=⋅
π
µ
λ
4
0 I
dB
Garis gaya dari B yang ditimbulkan oleh arus adalah melingkar. Garis
lingkaran ini disebut λ .
Seperti yang ditunjukkan gambar berikut:
B
Integral garis B pada λ dapat dirumuskan
∫ ⋅
λ
λdB
Apabila ditinjau sebuah ttik P yang berada diluar gambar (diluar lingkaran) maka
masing-masing titik dari konduktor dihubungkan dengan titik P sehingga garis
penghubung ini membentuk sudut ruang Ω . Jika P digeser searah B sejauh d λ maka
sudut ruang Ω akan berubah menjadi Ωd . Perubahan sudut ruang Ωd akan terjadi
juga kalau p diam tapi sirkuit bergeser berlawanan arah dengan B sejauh λd pula.
Segiempat ABCD, dimana DC = dS dan AD = λλ−
Luas ABCD = λλ− x ds
Besar sudut ruang yang ditutupi luas ABCD adalah
( )
2
r
rdsd

⋅×− λ
Dengan demikian dapat dihitung Ωd
( )
∫
⋅×−
=Ω
S r
rdsd
d 2

λ
∫
×
⋅−=Ω 2
r
rds
dd

λ
Dari
∫
×
=
S r
rdsI
B 2
0
4

π
µ
Maka,
B
I
dd
0
4
µ
π
λ−=Ω
Atau
Ω−=⋅ d
I
dB
π
µ
λ
4
0
Tanda negatif berarti pengambilan Ω adalah positif pada bagian dari I itu dan B
menjauhi rangkaian. Pada sisi yang lain Ω dibayangkan negatif. Dengan demikian
integral garis B,
∫ ∫ Ω−=⋅
λ π
µ
λ d
I
dB
4
0
3.2 Pembuktian ∫ = 0. λdB
Bila Kawat I dan λ Tidak Saling Bergelut
Kalau λ tidak menggelut rangkaian arus:
I
Kalau P bergarak sepanjang λ maka besarnya Ω mula-mula bertambah kemudian
mengecil. Jumlah perubahan Ω adalah nol untuk seluruh λ .
Sehingga,
∫ =Ω 0d
Berarti integral garis B menjadi
∫∫ Ω−=⋅ d
I
dB
π
µ
4
0
0.
4
0
π
µ
λ
I
dB −=⋅∫
0=⋅∫ λdB
3.3 Pembuktian
IdB 0µλ =⋅∫ untuk Kawat I dan λ Saling Bergelut
I
A
Q
P
B
Jika P bergerak sampai di Q maka besar perubahan sudut Ω adalah 2π. Kalau P
bergerak dari O ke P maka perubahan sudut Ω adalah -2π, sehingga perubahan besar
Ω seluruhnya -2π – (2π) = -4π.
Harga integral garis B dinyatakan dengan :
∫∫ −=⋅ dl
I
dlB o
π
µ
4
( )π
π
µ
4
4
−−=
Io
IdlB Oµ=⋅∫
Di mana I adalah jumlah arus yang menggelut λ atau jumlah yang digelut λ.
Karena I =
ds⋅∫∫τ
Dengan s merupakan luas permukaan
Jadi integrasi garis B dapat dinyatakan dengan:
IdlB o∫ =⋅ µ
4. Fluks Magnetik Φ
4.1 Hubungan Φ dengan B
Medan magnetmerupakan suatu medan vector dan dapat dinyatakan dengan
garis medan. Misalnya Ad

adalah vector elemen luas suatu permukaan S, B

adalah
vector induksi magnet pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis medan (garis
gaya) atau fluks magnetic () yang keluar dari permukaan S adalah;
∫=Φ
S
adB

…………………………..(1)
Integral pada persamaan (1) merupakan integral permukaan. Persamaan (1)
dapat dinyatakan dalam bentuk:
∫ •=Φ
S
danB ˆ

Atau,
∫ ∫==Φ
S S
n daBBda .cosθ
Dimana adalah sudut antara B

dan nˆ , Bn = B cos merupakan komponen B
pada arah normal. Sehubungan dengan uraian di atas maka induksi magnet B dapat
diartikan sebagai banyaknya garis gaya tiap satuan luas, atau disebut rapat fluks
(rapat garis gaya).
4.2 Besarnya Φ yang masuk bidang bola
Besarnya Φ yang masuk bidang bola yaitu :
∫ ==Φ 0adB

Nilai nol pada fluks magnet disebabkan oleh jumlah garis gaya yang masuk sama
dengan jumlah garis gaya yang keluar, sehingga jumlahnya sama dengan nol.
5. Potensial Skalar Magnetik (Vm)
5.1 Hubungan B dengan Vm
Pada daerah dimana 0≠J maka 0≠×∇ B , hal ini dapat dibuktikan melalui
penurunan persamaan berikut.
JB •=×∇ 0µ ..................................................(1)
Sedangkan pada daerah 0=J maka 0=×∇ B . Seperti yang tampak pada
daerah diluar kawat berarus, B dapat ditentukan dengan potensial skalar magnetik
(Vm). Seperti halnya pada hubungan kuat medan listrik dengan potensial yang
dirumuskan seperti persamaan berikut.
mVE −∇=
........................................................(2)
Maka untuk medan magnet B dapat ditentukan potensial skalar magnetik (Vm)
dengan hubungan sesuai dengan hubungan E dan V, sebagai berikut.
mVB −∇=
.......................................................(3)
5.2 Besarnya Vm
Dengan dasar integral garis dari B yang perumusannya sebagai berikut.
∫ ∫ Ω−=•
λ π
µ
λ d
I
dB
4
0
....................................(4a)
atau
Ω−=• d
I
dB
π
µ
λ
4
0
.........................................(4b)
dan λd dapat diubah ke dalam bentuk dx , dy , dan dz , serta meburut kalkulus dapat
ditulis sebagai berikut.
dz
z
dy
y
dx
x
d
∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
=Ω
........................(5)
dan batas Vm dapat ditentukan dengan sudut ruang Ω , dan pemecahannya adalah
sebagai berikut.
dz
z
dy
y
dx
x
d
∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
=Ω
( )kdzjdyidx
z
k
y
j
x
i ++•





∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
+
∂
Ω∂
=
λdd •Ω∇=Ω ………………………….(6)
Berdasarkan persamaan (4b), maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
Ω−=• d
I
dB
π
µ
λ
4
0
( )λ
π
µ
λ d
I
dB •Ω∇−=•
4
0
Ω∇−=
π
µ
4
0 I
B
......................................(7)
Selanjutnya substitusikan persamaan (3) ke persamaan (7), maka akan diperoleh
sebagai berikut.
Ω∇−=∇−
π
µ
4
0 I
Vm
..............................(8a)
atau
Ω=
π
µ
4
0 I
Vm
.........................................(8b)
6. Pembuktian
JB •=×∇ 0µ
Berdasarkan Hukum Stock hubungan integral garis dan integral luas sebuah
vektor adalah sebagai berikut.
( )∫ ∫∫ •×∇=•
S
dsBdB λ
................................................(9)
dengan λ adalah garis batas luas integrala garis dari B, dimana
∫ ∫∫ •=•
S
dsJdB 0µλ
...................................................(10)
Jadi dengan mensubstitusikan persamaan (10) ke persamaan (9), maka
( ) ∫∫∫∫ •=•×∇
SS
dsJdsB 0µ
( ) dsJdsB •=•×∇ 0µ
( ) JB 0µ=×∇
..............................................................(11)

More Related Content

What's hot

Bahan dielektrik dan kapasitansi
Bahan dielektrik dan kapasitansiBahan dielektrik dan kapasitansi
Bahan dielektrik dan kapasitansiAsjar Zitus
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCWahyu Pratama
 
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanLaporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanMutiara_Khairunnisa
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Annis Kenny
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangMateri Kuliah Online
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Karakteristik dioda
Karakteristik diodaKarakteristik dioda
Karakteristik diodajumranjum
 
Inferensi dan difraksi cahaya
Inferensi dan difraksi cahayaInferensi dan difraksi cahaya
Inferensi dan difraksi cahayaYoga Pratama
 
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterKhairul Amri
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Teorema thevenin dan norton
Teorema thevenin dan nortonTeorema thevenin dan norton
Teorema thevenin dan nortonRetnoWulan26
 

What's hot (20)

Bahan dielektrik dan kapasitansi
Bahan dielektrik dan kapasitansiBahan dielektrik dan kapasitansi
Bahan dielektrik dan kapasitansi
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
 
Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanLaporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Partikel Elementer
Partikel ElementerPartikel Elementer
Partikel Elementer
 
Hukum Gauss
Hukum Gauss Hukum Gauss
Hukum Gauss
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Karakteristik dioda
Karakteristik diodaKarakteristik dioda
Karakteristik dioda
 
Inferensi dan difraksi cahaya
Inferensi dan difraksi cahayaInferensi dan difraksi cahaya
Inferensi dan difraksi cahaya
 
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
 
semikonduktor
semikonduktorsemikonduktor
semikonduktor
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
Teorema thevenin dan norton
Teorema thevenin dan nortonTeorema thevenin dan norton
Teorema thevenin dan norton
 

Similar to HUKUM AMPERE

resume sumber-sumber medan magnet
resume sumber-sumber medan magnetresume sumber-sumber medan magnet
resume sumber-sumber medan magnetsilvi novrian
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaanasrul ah
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnetAnnis Kenny
 
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan Bahan
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan BahanFisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan Bahan
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan BahanWa Ode Aisyah Aisyah
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetikguestda115d9
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetHendri saputra
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmuliani7
 
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARGGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARNurhairuna Sari
 
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan ElektronikIPA 2014
 
Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetHeny Suvita
 
Soal latihan semester ganjil
Soal latihan semester ganjilSoal latihan semester ganjil
Soal latihan semester ganjilMustahal SSi
 
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)Induksi elektromagnetik (listrik magnet)
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)Sukmawandi Rahmat
 

Similar to HUKUM AMPERE (20)

resume sumber-sumber medan magnet
resume sumber-sumber medan magnetresume sumber-sumber medan magnet
resume sumber-sumber medan magnet
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaa
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnet
 
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan Bahan
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan BahanFisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan Bahan
Fisika Kelas XII SMA - Medan Magnet dan Sifat Kemagnetan Bahan
 
9 Medan Magnet
9 Medan Magnet9 Medan Magnet
9 Medan Magnet
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetik
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika Magnet
 
7. medan magnetik_tunak
7. medan magnetik_tunak7. medan magnetik_tunak
7. medan magnetik_tunak
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 
medan magnet
medan magnetmedan magnet
medan magnet
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.ppt
 
induksi elektromagnetik
induksi elektromagnetikinduksi elektromagnetik
induksi elektromagnetik
 
2. Medan magnet
2. Medan magnet2. Medan magnet
2. Medan magnet
 
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARGGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
 
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik
14708251033_Ary Gunawan_Instrumentasi Listrik, Magnet, dan Elektronik
 
Listrik statis
Listrik statisListrik statis
Listrik statis
 
Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnet
 
Soal latihan semester ganjil
Soal latihan semester ganjilSoal latihan semester ganjil
Soal latihan semester ganjil
 
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)Induksi elektromagnetik (listrik magnet)
Induksi elektromagnetik (listrik magnet)
 

HUKUM AMPERE

  • 1. 1. HUKUM AMPERE 1.1 Analisis Besar Gaya Tarik atau Tolak Arus Sejajar Hukum ampere menghitung besarnya gaya antara dua arus listrik. Seperti halnya hukum coulomb menghitung besarnya gaya antara dua muatan listrik. Perhatikan gambar berikut : Pada gambar di atas menunjukkan dua buah kawat panjang, sejajar yang menyalurkan arus dalam arah yang sama. Kita perhatikan gaya pada segmen ∆l2 yang menyalurkan arus I2 seperti yang ditunjukkan pada gambar. Medan magnet B1 pada segmen akibat arus I1 adalah tegak lurus terhadap segmen I2 ∆l2. Ini juga berlaku untuk semua elemen arus di sepanjang kawat tersebut. Gaya magnet pada segmen I2 ∆l2 diarahkan menuju arus I1. Begitu juga dengan segmen arus I1 ∆l1 akan mengalami gaya magnetik yang diarahkan menuju arus I2 akibat medan magnetic yang muncul dari arus I2. Dengan demikian, dua arus yang searah akan tarik-menarik. Jika satu arus dibalik, gayanya akan berlawanan. Dengan demikian, dua arus yang sejajar dan berlawanan arah akan tolak-menolak. Tarikan atau tolakan arus sejajar yang searah dan berlawanan ditemukan secara percobaan oleh Ampere satu pekan sebelum dia mendenganar penemuan Oersted tentang pengaruh arus pada jarum kompas. Besar gaya magnetik pada segmen I2 ∆l2 ialah 1222 BIF ×∆= 
  • 2. Karena medan magnetik pada segmen I2 ∆l2 tegak lurus terhadap segmen arusnya, maka kita peroleh: 1222 BIF ∆= Jika jarak R antara kedua kawat jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjangnya, maka besarnya medan di I2 ∆l2 akibat arus I1 akan mendekati medan akibat kawat panjang takterhingga yang menyalurkan arus yang dirumuskan dengan persamaan: R I R I B 2 42 00 π µ π µ == Dengan demikian besarnya gaya pada segmen I2 ∆l2 ialah: R I IF π µ 2 10 222 ∆= Jadi gaya per panjang satuan adalah R II R II l F 210210 2 2 4 2 2 π µ π µ == ∆ Jika dua buah kawat sejajar yang sangat panjang yang terpisah sejarak satu meter menyalurkan arus yang sama, arus dalam setiap kawat didefinisikan sebagai satu ampere apabila gaya per panjang satuan pada setiap kawat adalah 2 × 10-7 N/m. Ini merupakan definisi dari hukum ampere. 1.2 Arah Hukum Ampere r B π µ 2 0Ι = Antara dua konduktor akan bekerja gaya interaksi. Gaya ini bekerja dalam banyak situasi di mana kawat dialiri arus tertutup anatara kawat yang satu dengan kawat yang lainnya. Ini juga merupakan dasar penting dalam hubungannya dengan definisi Hukum Ampere. Gambar (1) menunjukkan sebagian kecil dari dua buah kawat panjang lurus sejajar yang dipisahkan oleh jarak r dan membawa arus I dan I’, dan menunjuk arah yang sama. Setiap konduktor terletak di medan magnet yang disusun terhadap yang lain, sehingga mengalami gaya. Diagram ini menunjukkan beberapa garis medan yang diakibatkan oleh arus pada konduktor
  • 3. yang lebih lemah. Konduktor yang lebih lemah menghasilkan sebuah medan magnet B  , pada posisi di atas konduktor memiliki besar Dengan menerapkan kaidah tangan kanan, dapat ditunjukkan bahwa gaya yang bekerja pada konduktor yang berada di atas (seperti pada gambar) memiliki arah ke bawah. 2. Potensial Vektor 2.1 Pembuktian 0=•∇ B (Divergen B = 0) Berdasarkan persamaan Biot Savart dapat dinyatakan bahwa medan listrik disekitar kawat besarnya adalah ∫ × = L rt dl r uuI B 2 0 ˆˆ 4π µ ∫ × •∇=⋅∇ L rt r udluI B 2 0 ˆˆ 4π µ ∫ × •∇=⋅∇ L r r ulId B 2 0 ˆ 4π µ ∫ × •∇=⋅∇ L r r uldI B 2 0 ˆ 4π µ Sementara itu berdasarkan identitas vektor dapat dinyatakan bahwa ( )             ×∇•−×∇•      =      ו∇ 222 ˆˆˆ r u ldld r u r u ld rrr  Mengingat ld  tidak mengandung (x,y,z), maka 0=×∇ ld  , disamping itu r B π µ 2 0Ι =
  • 4. 0 ˆ 2 =×∇ r ur Sehingga, 0=•∇ B (terbukti) 2.2 Perumusan Potensial Vektor (A) Untuk Menghitung Besarnya A Untuk medan magnet JB  0µ=×∇ , tetapi 0=•∇ B  . Karena divergensi dari suatu curl adalah nol, maka dengan alas an tersebut dapat diasumsikan bahwa medan magnet dapat dituliskan: AB  ×∇= A  disebut sebaga potensial vector magnetic (weber/m). sekarang akan ditentukan A  sebagai berikut: Berdasarkan hokum Biot-Savart, maka medan B  adalah: ∫ ∫ × == 2 0 2 0 ˆ 4 ˆ 4 r ldI dl r I B rrt µ π µµµ π µ   Melalui identitas vector dapat dinyatakan:         ×∇=        ×∇ −        ×∇ ×∇=      ∇×−= × r ld r ld r ld r ld r ld r    1ˆ 2 µ ....(1) Karena 0=×∇ ld  maka persamaan menjadi:         ×∇= × r ld r ld r  2 ˆµ , Sehingga B  dapat dinyatakan dengan, ∫         ×∇= r ldI B   π µ 4 0         ×∇= ∫ r ldI B   π µ 4 0 ……………………………………………..... (2) Dari persamaan (1) dan (2) dapat dituliskan bahwa;
  • 5. ∫= c r ldI A   π µ 4 0 …………………………………………………….. (3) Persamaan (3) adalah A  untuk arus filament (kawat berarus). Bila distribusi arusnya volume dan permukaan maka potensial vector yang dihasilkan masing- masing adalah: ∫= V dv r J A   π µ 4 0 ∫= S r akd A  π µ 4 0 Sementara itu potensial vektor yang dihasilkan oleh titik muatan yang bergerak adalah: r vq A π µ 4 0  = 3 Integral Garis ( )∫ ⋅ λdB 3.1 Pembuktian ∫∫ Ω−=⋅ π µ λ 4 0 I dB Garis gaya dari B yang ditimbulkan oleh arus adalah melingkar. Garis lingkaran ini disebut λ . Seperti yang ditunjukkan gambar berikut: B
  • 6. Integral garis B pada λ dapat dirumuskan ∫ ⋅ λ λdB Apabila ditinjau sebuah ttik P yang berada diluar gambar (diluar lingkaran) maka masing-masing titik dari konduktor dihubungkan dengan titik P sehingga garis penghubung ini membentuk sudut ruang Ω . Jika P digeser searah B sejauh d λ maka sudut ruang Ω akan berubah menjadi Ωd . Perubahan sudut ruang Ωd akan terjadi juga kalau p diam tapi sirkuit bergeser berlawanan arah dengan B sejauh λd pula. Segiempat ABCD, dimana DC = dS dan AD = λλ− Luas ABCD = λλ− x ds Besar sudut ruang yang ditutupi luas ABCD adalah ( ) 2 r rdsd  ⋅×− λ Dengan demikian dapat dihitung Ωd ( ) ∫ ⋅×− =Ω S r rdsd d 2  λ ∫ × ⋅−=Ω 2 r rds dd  λ
  • 7. Dari ∫ × = S r rdsI B 2 0 4  π µ Maka, B I dd 0 4 µ π λ−=Ω Atau Ω−=⋅ d I dB π µ λ 4 0 Tanda negatif berarti pengambilan Ω adalah positif pada bagian dari I itu dan B menjauhi rangkaian. Pada sisi yang lain Ω dibayangkan negatif. Dengan demikian integral garis B, ∫ ∫ Ω−=⋅ λ π µ λ d I dB 4 0 3.2 Pembuktian ∫ = 0. λdB Bila Kawat I dan λ Tidak Saling Bergelut Kalau λ tidak menggelut rangkaian arus: I Kalau P bergarak sepanjang λ maka besarnya Ω mula-mula bertambah kemudian mengecil. Jumlah perubahan Ω adalah nol untuk seluruh λ . Sehingga, ∫ =Ω 0d Berarti integral garis B menjadi ∫∫ Ω−=⋅ d I dB π µ 4 0
  • 8. 0. 4 0 π µ λ I dB −=⋅∫ 0=⋅∫ λdB 3.3 Pembuktian IdB 0µλ =⋅∫ untuk Kawat I dan λ Saling Bergelut I A Q P B Jika P bergerak sampai di Q maka besar perubahan sudut Ω adalah 2π. Kalau P bergerak dari O ke P maka perubahan sudut Ω adalah -2π, sehingga perubahan besar Ω seluruhnya -2π – (2π) = -4π. Harga integral garis B dinyatakan dengan : ∫∫ −=⋅ dl I dlB o π µ 4 ( )π π µ 4 4 −−= Io IdlB Oµ=⋅∫ Di mana I adalah jumlah arus yang menggelut λ atau jumlah yang digelut λ. Karena I = ds⋅∫∫τ Dengan s merupakan luas permukaan Jadi integrasi garis B dapat dinyatakan dengan: IdlB o∫ =⋅ µ 4. Fluks Magnetik Φ 4.1 Hubungan Φ dengan B
  • 9. Medan magnetmerupakan suatu medan vector dan dapat dinyatakan dengan garis medan. Misalnya Ad  adalah vector elemen luas suatu permukaan S, B  adalah vector induksi magnet pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis medan (garis gaya) atau fluks magnetic () yang keluar dari permukaan S adalah; ∫=Φ S adB  …………………………..(1) Integral pada persamaan (1) merupakan integral permukaan. Persamaan (1) dapat dinyatakan dalam bentuk: ∫ •=Φ S danB ˆ  Atau, ∫ ∫==Φ S S n daBBda .cosθ Dimana adalah sudut antara B  dan nˆ , Bn = B cos merupakan komponen B pada arah normal. Sehubungan dengan uraian di atas maka induksi magnet B dapat diartikan sebagai banyaknya garis gaya tiap satuan luas, atau disebut rapat fluks (rapat garis gaya). 4.2 Besarnya Φ yang masuk bidang bola Besarnya Φ yang masuk bidang bola yaitu : ∫ ==Φ 0adB  Nilai nol pada fluks magnet disebabkan oleh jumlah garis gaya yang masuk sama dengan jumlah garis gaya yang keluar, sehingga jumlahnya sama dengan nol. 5. Potensial Skalar Magnetik (Vm) 5.1 Hubungan B dengan Vm Pada daerah dimana 0≠J maka 0≠×∇ B , hal ini dapat dibuktikan melalui penurunan persamaan berikut. JB •=×∇ 0µ ..................................................(1)
  • 10. Sedangkan pada daerah 0=J maka 0=×∇ B . Seperti yang tampak pada daerah diluar kawat berarus, B dapat ditentukan dengan potensial skalar magnetik (Vm). Seperti halnya pada hubungan kuat medan listrik dengan potensial yang dirumuskan seperti persamaan berikut. mVE −∇= ........................................................(2) Maka untuk medan magnet B dapat ditentukan potensial skalar magnetik (Vm) dengan hubungan sesuai dengan hubungan E dan V, sebagai berikut. mVB −∇= .......................................................(3) 5.2 Besarnya Vm Dengan dasar integral garis dari B yang perumusannya sebagai berikut. ∫ ∫ Ω−=• λ π µ λ d I dB 4 0 ....................................(4a) atau Ω−=• d I dB π µ λ 4 0 .........................................(4b) dan λd dapat diubah ke dalam bentuk dx , dy , dan dz , serta meburut kalkulus dapat ditulis sebagai berikut. dz z dy y dx x d ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ =Ω ........................(5) dan batas Vm dapat ditentukan dengan sudut ruang Ω , dan pemecahannya adalah sebagai berikut. dz z dy y dx x d ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ =Ω ( )kdzjdyidx z k y j x i ++•      ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ + ∂ Ω∂ = λdd •Ω∇=Ω ………………………….(6) Berdasarkan persamaan (4b), maka diperoleh persamaan sebagai berikut. Ω−=• d I dB π µ λ 4 0 ( )λ π µ λ d I dB •Ω∇−=• 4 0
  • 11. Ω∇−= π µ 4 0 I B ......................................(7) Selanjutnya substitusikan persamaan (3) ke persamaan (7), maka akan diperoleh sebagai berikut. Ω∇−=∇− π µ 4 0 I Vm ..............................(8a) atau Ω= π µ 4 0 I Vm .........................................(8b) 6. Pembuktian JB •=×∇ 0µ Berdasarkan Hukum Stock hubungan integral garis dan integral luas sebuah vektor adalah sebagai berikut. ( )∫ ∫∫ •×∇=• S dsBdB λ ................................................(9) dengan λ adalah garis batas luas integrala garis dari B, dimana ∫ ∫∫ •=• S dsJdB 0µλ ...................................................(10) Jadi dengan mensubstitusikan persamaan (10) ke persamaan (9), maka ( ) ∫∫∫∫ •=•×∇ SS dsJdsB 0µ ( ) dsJdsB •=•×∇ 0µ ( ) JB 0µ=×∇ ..............................................................(11)