Keluarga pemilik pedati menuntut pembuat jembatan karena jembatan yang dibuatnya roboh dan menyebabkan kerugian. Namun pembuat jembatan menyalahkan tukang kayu yang menyediakan kayu bermasalah, dan tukang kayu menyalahkan pembantunya. Hakim memanggil berbagai pihak terkait untuk diadili, tetapi ternyata kesalahan sebenarnya ada pada pembantu pendek dan kurus yang punya uang.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Anekdot
1. TUGAS KELOMPOK ANEKDOT
Anggota Kelompok:
Dameria Siahaan
Muhammad Jeffri RM
Nadia Shahriani
Rivo Nanda Taruna
Shinta Marisa Santoso
X IIS 2
SMAN 1 Batam
2. Tugas Anekdot Pribadi
Tugas anekdot pribadi kelompok kami dikutip dari tugas Dameria
Siahaan melalui pertimbangan yang matang.
“BUDAYAKAN MENGANTRE”
Suatu hari disebuah ATM Bersama ada seorang anak remaja yang
sedang berbaris sambil mengantre untuk mengambil uang. Seketika
itu Seorang Pemuda tiba-tiba datang dan menyelip kedalam
barisan, lalu Sang Anak Remaja tersebut memanggil Si Pemuda itu
“Excuse Me!” Lalu Seorang Pemuda itu menjawab “Apa Siih!?!?”
“Oh, Maaf saya kira Anda tidak mengerti Bahasa Indonesia, kan
disitu sudah tertulis “Mohon untuk Mengantre”.” Kemudian Si
Pemuda itu kembali mundur kebelakang karena Ia telah merasa
dipermalukan didepan banyak pengantre. Dan setelah itu, proses
pengambilan uang di ATM Bersama pun berjalan dengan lancar.
3. BUDAYAKAN MENGANTRE
Abstraksi: Suatu hari disebuah ATM Bersama ada seorang anak remaja
yang sedang berbaris sambil mengantre untuk mengambil
uang.
Orientasi: Seketika itu Seorang Pemuda tiba-tiba datang dan menyelip
kedalam barisan
Krisis: lalu Sang Anak Remaja tersebut memanggil Si Pemuda itu
“Excuse Me!” Lalu Seorang Pemuda itu menjawab “Apa
Siih!?!?”
“Oh, Maaf saya kira Anda tidak mengerti Bahasa
Indonesia, kan disitu
sudah tertulis “Mohon untuk Mengantre”.”
Reaksi: Kemudian Si Pemuda itu kembali mundur kebelakang karena Ia
telah merasa dipermalukan didepan banyak pengantre.
Koda: Dan setelah itu, proses pengambilan uang di ATM Bersama pun
berjalan dengan lancar.
5. Anekdot Hukum Peradilan
Pemeran:
1. Keluarga pemilik pedati: M. Jeffri RM
2. Yang mulia hakim: Dameria Siahaan
3. Pembuat jembatan: Rivo Nanda
4. Tukang kayu: Jeffri
5. Pembantu tinggi dan besar: Shinta Marisa
6. Pengawal: Nadia Shahriani
7. Pembantu pendek dan kurus: Shinta Marisa
8. Masyarakat: M. Jeffri, Nadia, Rivo, dan Shinta.
6. Dialog
Keluarga pemilik pedati: Yang Mulia Hakim, saya
tidak terima keluarga saya kehilangan pedati
beserta kuda dan dagangan didalamnya karena
jembatan yang dilalui roboh. Pembuat jembatan
itu harus dihukum.
Yang mulia hakim: Oke, saya akan menyuruh
pengawal saya untuk memanggil Si Tukang Pembuat
Jembatan
Pembuat jembatan: Yang Mulia Hakim, apakah salah saya hingga
dipanggil kesini? Jikalau masalahnya adalah yang sudah beredar
dipublik yaitu jembatan yang saya buat roboh itu bukan salah saya,
melainkan salah Si Tukang Kayu yang menjual kayu yang rapuh dan
mudah roboh.
7. Dialog
Yang Mulia Hakim: Saya akan menyuruh pengawal saya untuk membawa Si
Tukang Kayu untuk diadili.
Tukang Kayu: Apakah perbuatan hamba yang salah Yang Mulia Hakim,
sehingga hamba dipanggil kepersidangan? Hamba hanya menjual kayu
kepada si Pembuat Jembatan. Itu kesalahan Pembantu hamba yang
memberikan kayu yang jelek pada hamba, Yang Mulia.
Yang Mulia Hakim: Jika memang bahwa Si Pembantu yang bersalah. Saya
memerintahkan pengawal untuk membawa Si Pembantu ke Peradilan.
Pembantu tinggi dan besar: Yang Mulia Hakim, apakah kesalahan saya hingga
saya dipanggil keperadilan?
Yang Mulia Hakim: Kesalahan anda sangat fatal. Anda memberi kayu yang
jelek dan mudah rapuh kepada Si Tukang Kayu sehingga ia menjualnya pada
Pembuat Jembatan yang menyebabkan seorang Tukang Pedati kehilangan
kuda dan barang dagangannya karena melewati Jembatan yang telah dibangun
tersebut.
8. Dialog
Pembantu tinggi dan besar: Saya tidak mengerti
apa yang telah anda katakan, Yang Mulia.
Yang Mulia Hakim: Pengawal, masukkan Si Pembantu ini kedalam penjara dan sita
uangnya sekarang!
Pengawal: Yang Mulia Hakim, Si Pembantu tidak
muat dalam penjara karena Ia terlalu besar dan
tinggi dan Ia juga tidak memiliki uang untuk disita.
Yang Mulia Hakim: Kamu kok bego amat sih! Gunakan dong akalmu dan cari Pembantu
yang lebih pendek dan kurus, muat, dan memiliki sejumlah uang untuk disita! Cepat
cari dia dan penjarakan.
Pembantu pendek dan kurus: Yang Mulia Hakim, apakah kesalahan hamba sehingga
harus dipenjara?
Pengawal: Kesalahanmu adalah pendek,kurus, dan punya uaannggg!!
Yang Mulia Hakim: Saudara-saudara, apakah hukuman penjara untuk pembantu
pendek, kurus, dan punya uang tadi adil?
Masyarakat: Sangat adil, Yang Mulia Hakim!