1. BAB 1
PENDAHULUN
1.1. Latar Belakang
Penyandang disabilitas merupakan bagian dari warga negara
Indonesia yang memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dengan
masyarakat non disabilitas. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas pasal
1 ayat 1 bahwa yang dikatakan penyandang disabilitas adalah setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Istilah kata
disabilitas adalah kata yang diperhalus dari kata cacat yang dimaknai negatif
dan terlalu sensitif bagi orang-orang yang terlahir dengan keterbatasan
tersebut. Kata disabilitas kemudian diperhalus lagi dengan kata difabel,
yang merupakan singkatan dari Different Ability People.
Menurut Hafiar (2012: 189) difabel adalah individu yang memiliki
perbedaan pada bagian dan fungsi fisik maupun mental sehingga terdapat
perbedaan cara atau perbedaan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas
dengan cara yang umum. Difabel termasuk dalam kelompok minoritas yang
selama ini terpinggirkan ditengah kehidupan bermasyarakat, mulai dari
akses publik, pekerjaan, politik, dan lain sebagainya. Difabel belum bisa
terlepas dari berbagai macam permasalahan sosial, seperti stereotype
masyarakat yang memandang difabel sebagai kelompok masyarakat yang
2. kurang produktif sehingga hak-haknya menjadi diabaikan serta perlakuan
membeda-bedakan atau diskriminasi yang diperoleh difabel.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Penyandang
Disabilitas bahwa penyandang disabilitas berhak untuk bebas dari
penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan
martabat manusia, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena-
mena, serta memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas
mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain, termasuk
didalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial
dalam rangka kemandirian, serta dalam keadaan darurat. Undang- undang
tersebut dapat menjadi dasar bagi difabel guna mempertahankan hidupnya
dan memperjuangkan hak-haknya. Para difabel haruslah memiliki
keterampilan sehingga dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya,
karena perbedaan fisik dan mental bukanlah menjadi suatu hambatan atau
alasan bagi difabel untuk meraih prestasi maupun cita- citanya. Tidak
sedikit juga difabel yang berhasil mencapai suatu prestasi yang luar biasa,
baik itu di bidang olahraga, seni maupun di bidang lainnya.
Pada proses pembangunan Bangsa dan Negara, salah satunya
melibatkan olahraga. Proses pembinaan olahraga yang baik akan
melahirkan prestasi olahraga nasional yang dapat dibanggakan di forum
internasional sekaligus menciptakan prestisi bangsa. Negara-negara
didunia, menyatakan bahwa kegiatan olahraga itu penting dan bermanfaat
dalam mendukung sebaga kegiatan. Pernyataan tersebut terkait dari
beberapa motif, antara lain olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan,
3. mendorong perubahan sosial, meningkatkan kesehatan masyarakat,
meningkatkan prestise, dan untuk tujuan yang bersifat politis untuk
menjunjung kredibilitas bangsa di forum internasional.
Kesadaran bahwa olahraga dapat meningkatkan harkat dan
martabat bangsa membuat para pemangku pemerintah mengambil kebijakan
dalam upaya pengembangan dan peningkatan prestasi bidang olahraga,
khususnya olahraga prestasi. Kebijakan pemerintah Indonesia tersebut
mengakomodasi tidak hanya para pelaku olahraga pada umumnya, tetapi
juga pada olahraga pecandang cacat (difabel).
Dari ribuan penyandang disabilitas di Indonesia, beberapa penyandang
disabilitas memilih untuk menjadi seorang atlet. Hal tersebut tentunya
menjadi sebuah pilihan yang sangat luar biasa, ketika keterbatasan tidak
menjadi sebuah halangan bagi seseorang untuk berprestasi khususnya di
bidang olahraga. Prestasi para atlet penyandang disabilitas memiliki
persentasi perolehan mendali dengan kenaikan yang luar biasa, hal ini
membuktikan bahwa penyandang disabilitas bukanlah suatu batasan
seseorang untuk tetap berprestasi dibidang yang mereka tekuni.
Pada Asean Paragames 2 di Vietnam tahun 2003 kontingen
Indonesia meraih peringkat 5, pada Asean Paragames 3 di Filipina tahun
2005 kontingen Indonesia meraih peringkat 4, pada Asean Paragames 4 di
Thailand tahun 2008 kontingen Indonesia meraih peringkat 4, pada Asean
Paragames 5 di Malaysia tahun 2009 kontingen Indonesia meraih peringkat
4, pada Asean Paragames 6 di Indonesia tahun 2011 kontingen Indonesia
meraih peringkat 2, pada Asean Paragames 7 di Myanmar tahun 2013
4. kontingen Indonesia meraih juara umum, pada Asean Paragames 8 di
Singapura tahun 2015 kontingen Indonesia meraih peringkat 2, pada Asean
Paragames 9 di Malaysia Indonesia meraih peringkat 1, dan pada Asean
Paragames 10 yang di selenggarakan di Indonesia tahun 2022 kontingen
Indonesia Kembali menjadi juara umum atau merarih peringkat 1.
Indonesia memiliki banyak sekali atlet cabang olahraga atletik
khusus penyandang disabilitas, hal ini karena atletik memiliki kategori yang
banyak macamnya serta pada satu kategori memiliki banyak nomor
perlombaan oleh karena itu, atletik merupakan salah satu minat paling
banyak dimiliki atlet disabilitas. Pada ajang paralimpik yaitu Asian para
games, jawa barat menyumbangkan atlet atletik terbanyak dari seluruh
kontingen Indonesia. Sehingga, sangat berpotensi sekali bagi atlet
disabilitas jawa barat untuk tetap bertahan dan berkembang dalam
mengasah potensinya. Pada kejuaraan Peparda (pekan paralimpik daerah)
kota bandung menjadi juara umum secra berturut-turut selama 4 kali
perlombaan, walaupun peparda ke lima tahun 2018 lalu yang diadakan di
Bogor, kota Bandung mengalami pergeseran yaitu menjadi juara umum ke
dua setelah Bogor, namun hal itu cukup membuktikan bahwa kota Bandung
memiliki potensi yang sangat baik dalam ajang perlombaan olahraga
paralimpik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perolehan jumlah medali merupakan sebuah
hasil dari usaha yang sudah ditempuh selama bertahun-tahun dengan kerja
keras dan disiplin dalam latihan. Mereka telah banyak mengorbankan
banyak waktu, tenaga dan materi serta mengemban tinggi jiwa semangat
dalam mengharumkan nama bangsa. Banyak dari mereka yang memutuskan
5. untuk tidak melanjutkan pendidikan dijenjang perguruan tinggi, hanya
untuk fokus berlatih dan mengikuti setiap ajang perlombaan.
6. Salah satu negara dengan jumlah penyandang disabilitas terbesar di Asia
adalah Indonesia. Jumlah penyandang disabilitas berat di Indonesia tercatatat
sebanyak 3.342.303 jiwa. Sedangkan PT. Surveryor Indonesia (Persero),
menyatakan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia tercatat
sebanyak 4.783.267 jiwa. Jumlah tersebut terbagi dari empat kategori disabilitas
yaitu, tuna netra berjumlah 1.749.981 jiwa, tuna wicara/rungu berjumlah
602.784 jiwa, tuna daksa berjumlah 1.652.741, dan tuna grahita berjumlah
777.761. Berdasarkan data tersebut, Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan
populasi penyandang disabilitas terbanyak di Indonesia dengan persentase
sebanyak 50.90%
7. Selain itu catatan sejarah Indonesia dalam mengikuti Asian Para Games
memiliki catatan prestasi yang luar biasa pada tahun 2018, dimana Indonesia
menjadi tuan rumah dan menyumbang sebanyak 886 altlet. Indonesia mampu
mencetak rekor perolehan medali terbanyak sejak mengikuti kejuaraan Asian
Para Games 2010 di Guangzhou, China yaitu Asian Para Games pertama.
Dengan jumlah perolehan 11 medali, diantaranya satu medali emas, 5 medali
perak dan 5 medali perunggu. Indonesia berhasil berada diurutan ke 14 dari 30
negara. Pada Asian Para Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, denganjumlah
perolahan 38 mendali, diantranya 9 medali emas, 11 medali perak, dan 18
medali perunggu. Indonesia berhasil berada diurutan ke 9 dari 32 negara.
Sedangkan Asian Para Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Indonesia.
Dengan jumlah perolehan 135 medali, diantaranya 37 medali emas, 47 medali
perak, dan 51 medali perunggu, hal ini mencapai dari target yang ditentukan
yaitu 16 emas. Indonesia berhasil masuk ke lima besar dari 33 negara, ini
merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah. Selain itu pada Asian Para
Games 2018, Indonesia telah mencetak rekor pada cabang olahraga atletik
kategori lompat jauh yang dipecahkan oleh Rica Octavia dengan nomor
perlombaan T20 Putri, yaitu dengan panjang lompatan 5,25 meter mengalahkan
rekor atlet dari Malaysia yaitu Siti Noor dengan panjang lompatan 5,20 meter.
Sedangkan pada kategori lari 100 meter dengan nomor perlombaan T13,
dipecahkan oleh Putri Aulia dengan catatan waktu 12,49 detik mengalahkan
atlet dari China yaitu Zhulin dengan catatan waktu 13,13 detik [2].
Salah satu Cabang olahraga penyandang disabilitas yang meraih medali
terbanyak setiap multieventnya yaitu cabang olahraga atletik, hal ini telah
dibuktikan pada ajang kejuaraan Asian Para Games 2018 tercatatat 43 atlet
masing-masing 28 atlet pria dan 15 atlet wanita dari 21 cabang olahraga yang
mengikuti Asian Para Games dengan perolehan medali sebanyak 28 medali
dengan 6 emas, 12 perak dan 10 perunggu. Atletik menjadi urutan juarapertama
kemudian disusul oleh cabang olahraga catur dengan jumlah perolehan medali
yaitu 22 medali.
8. Selain pengorbanan dalam faktor phsikis dan fisik, mereka telah berkorban
dalam faktor sosial. Hal ini terkait mengenai keterlibatan hubungan dengan
keluarga menjadi lebih terbatas karena atlet harus mengikuti proses karantina
(menetap di asrama) agar proses belajar dan berlatih menjadi lebih mudah dan
lebih efektif.
Namun dibalik hasil kerja keras para atlet mereka tidak mendapatkan hak
kelayakan untuk hidup yang baik. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya
asrama atlet dengan standar disabilitas, sehingga para atlet penyandang
disabilitas khususnya cabang olahraga atletik hidup dan tinggal di asrama biasa.
Padahal tempat tinggal adalah elemen penting dari lingkungan; juga kesehatan,
pendidikan, kejahatan dan banyak orang lain yang hidup [3].
9. Perkembangan bidang desain di Indonesia semakin baik karena dapat dilihat
dari berbagai aspek, seperti estetika bangunan, fungsi bangunan, kekuatan
bangunan, kepatuhan bangunan terhadap peraturan pemerintah dan juga
efisiensi konsumsi listrik [4]. Tempat tinggal adalah bagian dari organisme
alami termasuk seluruh dunia [3]. Oleh karena itu, untukmemberikan kesetaraan
dalam hidup bagi penyandang disabilitas, diperlukan bangunan hunian dengan
standar desain bangunan yang aksesibilitas.
Hunian yang mempertimbangkan standar aksesibilitas, dapat meningkatkan
kreadibilitas kesetaraan dalam hidup, serta dapat membantudalam memenuhi
kebutuhan dan aktivitas sehari-hari yang mencakup factor phisikis, fisik dan
social. Untuk mencakup faktor phisikis dibutuhkan ruang- ruang yang bersifat
privat dan public guna menunjang kenyamanan dan keamanan setiap penghuni.
Ruang publik tersebut hadir dalam berbagai bentuk seperti jalan, trotoar,
taman, alun-alun, alun-alun, ruang dalam, dll. Ruang publik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, ruang publik dalam dan luarruangan
Selain menciptakan ruang privat dan public yang baik, ruang-ruang yang
diciptakan harus memenuhi sesuai prilaku dari setiap atlet, beberapa faktor yang
mempengaruhi perbedaan antara setiap generasi adalah situasi individu,
pengaruh lingkungan dan pengalaman. Salah satu ruang privat yang terdapat
pada tempat tinggal adalah ruang bersama dan diakui sebagai ruang bersama
yang penggunaanya terbatas untuk penghuni; singkatnya bisa dipahami sebagai
perpanjangan ruang hidup hanya untuk penghuni. Hal tersebut juga dapat
dikategorikan sebagai ruang komunal. Dalam istilah etimologi, ruang komunal
dianggap sebagai tempat merangkul kegiatan bersama sekelompok orang dalam
suatu wilayah atau komunitas. Dalam istilah hidup komunal, komunal dipahami
sebagai berbagi.
Oleh karena itu, untuk memberikan kesetaraan dalam hidup bagi
penyandang disabilitas diperlukan bangunan hunian dengan standar desain
bangunan yang aksesibelitas, hunian yang didesain sesuai standar aksesibelitas
yang dapat meningkatkan kreadibilitas kesetaraan dalam hidup mereka serta
10. dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari yang
mencakup factor phisikis, fisik dan social. Yaitu : Asrama Atlet Cabor Atletik
Khusus Disabilitas.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Memberikan hunian yang layak dan baik bagi penyandang disablitas
Memberikan wadah sebagai penunjang kebutuhan latihan dalam
cabang olahraga atletik yang digandrungi
Memberikan ruang berkembang kreatif diluar konteks atletik, serta
dapat memiliki interaksi sosial dengan keluarga maupun sesama atlet.
1.2.2. Tujuan
Untuk menciptakan hunian yang layak dan baik bagi atlet cabang
olahraga atletik peyandang disabilitas tidak hanya memberikanfasilitas
ruang tidur yang nyaman, namun juga memberikan fasilitas yang dapat
memenuhi kebutuhannya sebagai atlet serta manusia yang memiliki
jiwa sosial.
1.3. Masalah Perancangan
Bagaimana merancang hunian yang baik dan layak untuk penyandang
disabilitas
Bagaimana mengelola ruang yang dapat menunjang kebutuhan atlet
penyandang disabilitas, dalam kegiatan berolahraga
Bagaimana wadah yang dapat menciptakan perkembangan kreatif
diluar konteks atletik dan menciptakan lingkungan dengan nilai sosial
1.4. Pendekatan Perancangan
Studi lapangan terhadap lahan ataupun lokasi proyek yang mencakup
kondisi lahan secara fisik, kondisi lingkungan sekitar lahan, bangunan
sekitar, lingkungan dan masyarakat sekitar
Studi banding mengenai asrama atlet ataupun proyek sejenis
11. Studi literatur mengenai asrama atlet dan asrama khusus ataupun
proyek sejenis
Studi literatur mengenai pola perilaku atlet atletik penyandang
disabilitas yaitu : tuna rungu, tuna wicara, tuna netra dan tuna daksa.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan
1.5.1. Ruang Lingkup
Fasilitas untuk atlet cabang olahraga atletik penyandang disabilitas
Tidak mensyaratkan agama
Berorientasi pada kelayakan hunian serta kegiatan latihan para atlet
1.5.2. Batasan
Batasan yang menjadi konstrain dalam rancangan :
Diperuntukan untuk atlet cabang olahraga penyandang disabilitas
Kegitan atlet atletik sesuai minat dan bakat dalam menjaga eksistensi
diajang perlombaan
Diperuntukan bagi yang sehat jiwa
12. 1.6. Kerangka Berpikir
PERMASALAHAN
JUDUL / KASUS
Asrama Atlet Cabor Atletik
Khusus Disabilitas
Kriteria Rancangan : Studi Empiris :
Standar arsitektur
bagi kaum
disabilitas dan
atlet cabang
olahraga atletik
Program ruang
Desain ruang
kreatifitas dan
sosial
Pengamat
an secara
langsung
Wawanca
ra
Studi
banding
Studi
lapangan
Studi Literatur :
Standar arsitektur
bagi kaum disabilitas
Standar bangunan
asrama atletik
Perilaku atlet cabang
olahraga atletik
Standar kebutuhan
ruang cabang
olahraga atletik
ANALISIS
TEMA
KONSEP
SKEMATIK
HASIL RANCANGAN
13. 1.7.Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dari perancangan Asrama Atlet Cabor Atletik
Khusus Disabilitas ini adalah sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada BAB 1 memuat latar belakang, maksud, tujuan, masalah perancangan,
pendekatan perancangan, lingkup dan batasan, kerangka berpikir dalam Asrama
Atlet Cabor Atletik Khusus Disabilitas dan sistematika penulisandalam laporan
Tugas Akhir
BAB 2. DESKRIPSI PROYEK DAN ANALISIS
Pada BAB 2, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program
kegiatan, kebutuhan ruang, dan studi banding proyek sejenis.
BAB 3. ELABORASI TEMA
Pada BAB 3, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan
rancangan proyek yang dikerjakanaya itu menyangkut fungsi dan bentuk
(interpretasi tema)
BAB 4. ANALISIS
Pada BAB 4, memuat tentang organisasi ruang, program ruang, serta analisis
kondisi lingkungan mengenai lokasi, kondisi dan potensi lahan, kesimpulan
BAB 5. KONSEP PERANCANGAN
Pada BAB 5, memuat tentang konsep perancangan, prinsip dan kriteria
perancangan
BAB 6. HASIL PERANCANGAN
Pada BAB 6, memuat dan menjelaskan hasil perancangan Asrama Atlet Cabor
Atletik Khusus Disabilitas meliputia iteplan, blockplan, bentukan massa 3d
massa dan tapak bangunan, 3d suasana maupun eksterior dan interior bangunan.