5,kewirausahaan,gabriella lorenza,hapzi ali,model bisnis konvensional,waralaba dan e commerce,universitas mercubuana,2019
1. Kewirausahaan 1
Gabriella Lorenza (Mahasiswa UMB Jakarta)
Hapzi Ali (Dosen Pengampu)
A.QUIZ
Bisnis Konvensional
a. Pengertian Bisnis Konvensional
Menurut Bunjamin (2015), Bisnis Konvensional atau yang lebih sering dikenal dengan bisnis offline
adalah kegiatan atau transaksi jual-beli yang dilakukan secara langsung, bertatap muka antara
penjual dengan pembeli.
b. Konsep Bisnis Konvensional
Kesepakatan antara dua belah pihak untuk memperoleh keuntungan bersifat umum dalam
pelaksanannya.
Kebutuhan tidak terbatas, selama ada permintaan, maka bisnis konvensional akan menyediakan
permintaan tersebut tanpa memikirkan dampak kedepannya.(Wulandari, 2015)
Persaingan berada disekitar lokasi usaha (Evans,2017)
Rekan kerja umumnya terdiri dari para ahli dan orang – orang yang terlibat langsung dengan proses
usaha.(Evans,2017)
c. Kelebihan Bisnis Konvensional (Bunjamin,2015)
Pembeli langsung dapat melihat produk yang akan dibeli sehingga pembeli tidak merasa ragu akan
produk yang akan dibeli, pembeli juga dapat memilih produknya sendiri.
Umumnya bisnis konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga pembeli dapat
mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu dnengan penjual.
Memiliki banyak stok sehingga apabila sewaktu-waktu pembeli ingin membeli produk, mereka tidak
perlu waktu yang lama untuk mendapatkan produk tersebut
Terjamin, karena selain dapat melihat barang secara langsung, pembeli juga dapat mengetahui
penjual secara langsung (face to face), sehingga tindakan penipuan minim terjadi.
d. Kekurangan Bisnis Konvensional (Bunjamin, 2015)
Lingkup pemasarannya terbatas, jika ingin memperluas lingkup pemasaran, maka harus membuka
cabang di berbagai daerah.
Membutuhkan modal yang cukup besar karena biasanya bisnis konvensional memerlukan tempat
untuk memasarkan produknya.
Memerlukan banyak stok, ini juga berpengaruh terhadap modal yang dikeluarkan sehingga modal
menjadi bertambah.
Apabila pembeli ingin membeli barang, maka harus pergi ke toko tempat dijualnya barang tersebut.
3. E-Commerce (Bahtiar)
a. Pengertian
E-commerce adalah dimana dalam satu website menyediakan atau dapat melakukan Transaksi secara
online atau juga bisa merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct
selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan
layanan “get and deliver“.
b. Proses yang terdapat dalam E-Commerce :
Presentasi electronis (Pembuatan Website) untuk produk dan layanan
Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
Secar otomatis account pelanggan dapat secara aman (baik nomor rekening maupun nomor kartu
kredit)
Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan transaksi.
c. Jenis – jenis E- Commerce
Business to Business (B2B)
Business to Business e-Commerce umumnya menggunakan mekanisme Electronic Data Interchange
Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer e-Commerce memiliki mekanisme untuk mendekati consumer.
Perdagangan Kolabratif (collaborative commerce).
Kolaborasi semacam ini seringkali terjadi antara dan dalam mitra bisnis do sepanjang rantai pasokan.
2. e-Consumen to consumen (C2C) Di sebut juga sebagai pelanggan ke palanggan yaitu orang yang
menjual produk dan jasa ke satu sama lain.
Comsumen to Business (C2B).
Kebutuhan atas suatu produk atau jasa tertentu, dan para pemasok bersaing untuk menyediakan
produk atau jasa tersebut ke konsumen
Perdagangan Intrabisnis (Intraorganisasional)
Dalam situasi ini perusahaan menggunakan ecommerce secara internal untuk memperbaiki
operasinya.
Pemerintah ke Warga (Goverment to Citizen—G2C)
Penggunaan teknologi internet secara umum dan e-commerce secara khusus untuk mengirimkan
informasi dan layanan publik ke warga, mitra bisnis, dan pemasok entitas pemerintah, serta mereka
yang bekerja di sektor publik.
Perdagangan Mobile(mobile commerce—m-commerce).
Ketika e-commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel, seperti menggunakan telepon selluler
berbelanja.
d. Prinsip 4C dalam menjalankan E-Commerce (Pradana,2015)
Connection (Koneksi)
Creation (Penciptaan)
Consumption (Konsumsi)
Control (Pengendalian )
Prinsip-prinsip ini dapat memotivasi konsumen yang mengarah pada return of investment (ROI)
perusahaan, yang diukur dengan partisipasi aktif seperti feedback atau review konsumen, dan share
atau merekomendasikan kepada pengguna lain.
4. Waralaba
a. Definisi
Franchising menurut versi pemerintah Indonesia dalam Rusli adalah perikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI)
atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan
barang dan jasa.
Dalam pasal 27 huruf a UU No.9 k o n s t r i b u s i n y a s e s u a i d e n g a n tahun 1995, pola
waralaba atau kesepakatan yang dituangkan dalam franchise diartikan sebagai "Waralaba atau
franchise adalah menyediakan tenaga ahli peralatan, hubungan kemitraan yang didalamnya training
sedangkan pihak penerima pemberi waralaba (franchisor) dapat memberikan kontribusi berupa
memberikan hak penggunaan lisensi, penyediaan tenaga untuk mengikuti merek dagang dan saluran
distribusi pelatihan, biaya akomodasi bagi peserta perusahaannya kepada penerima dan sebagainya.
waralaba (franchise) dengan disertai.
b. Menurut Martin D.Fern dalam Hastuti (2006), 4 aspek unsur Franchise :
Pemberian hak berusaha dalam bisnis tertentu.
Lisensi untuk menggunakan tanda pengenal usaha, biasanya suatu merk dagang atau merk jasa yang
akan menjadi cirri pengenal dari bisnis franchise.
Lisensi untuk menggunakan rencana pemasaran dan bantuan yang luas oleh franchise kepada
franchise.
Pembayaran oleh franchise kepada franchisor berupa sesuatu yang bernilai bagi harga borongan atas
barang yang terjual.
c. Dasar Hukum Franchise (Andini, 2015)
Terdapat dalam PP No.42 Tahun 2007 pasal 16 (1) disebutkan bahwa
“Menteri,Gubernur,BUPATI/WALIkota sesuai kewenangannya masing-masing dapat mengenakan
sanki administrasi bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba yang melanggar ketentuan
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8,10 dan 11.”
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang
penyelenggaraan waralaba pasal 2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456 KUH Perdata; para pihak
bebas melakukan apapun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan,
3. kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat
sahnya perjanjian dsb.
Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner), ketentuan-ketentuan
yang bersifat administrative seperti berbagai ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan
dsb. Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara pihak franchisor
dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan
Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung ikut terlibatnya
merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan
adanya suatu penemuan baru oleh pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19
(1992) Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.
UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor akan membuka outlet di
suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu
kepada ahli hukum penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang
mungkin diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk mengelak dari
larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika hendak beroperasi lewat direct
investment
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Thoifah Asri. 2015. Hubungan Bisnis Franchising.
Dalam http://thoifahasriandini.blogspot.co.id/2015/10/hubungan-bisnis-franchising-
waralaba.html (Diakses pada hari Kamis, 05 April 2018)
Bahtiar. E-Commerce. Wordpress. Dalam https://bahtiar125.wordpress.com/makalah-e-
commerce/ (Diakses pada hari Kamis, 06 April 2018)
Bunjamin, Agnes. 2015. Masih Jaman Bisnis Konvensional. Kompasiana.
Dalam https://www.kompasiana.com/agnesbunjamin/masih-jaman-bisnis-
konvensional_55ef159a2223bd560de913b7 (Diakses pada hari Kamis, 05 April 2018)
Evans, Barbara. 2017. 5 Perbandingan Usaha Konvensional dan Usaha Online. Optimaweb.
Dalam https://optimaweb.co.id/tag/usaha-konvensional / (Diakses pada hari Kamis, 05 April 2018)
Hastuti, Indira. 2006. Aspek Hukum Perjanjian Waralaba . Hukum dan Dinamika Masyarakat Edisi
6.
Dalam https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&v
ed=0ahUKEwi6kfSB6KPaAhVLqo8KHb-
SDMgQFggqMAE&url=https%3A%2F%2Fjurnal.untagsmg.ac.id%2Findex.php%2Fhdm%2Farticle%2
Fdownload%2F359%2F412&usg=AOvVaw0Xb58CLB0ppiKzh6A2rj_9(Diunduh pada hari Jumat, 06
April 2018)
Pradana, Mahir. 2015. Klasifikasi Jenis – Jenis Bisnis E-Commerce di Indonesia. Jurnal Neo-Bis
Volume 9 No.2 Universitas Telkom Bandung.
Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=433592&val=7695&title=KLASIFIKASI
%20JENIS-JENIS%20BISNIS%20E-COMMERCE%20%20DI%20INDONESIA (Diakses pada hari
Kamis, 05 April 2018)
Rusli, Tami. Analisis Terhadap Perjanjian Waralaba (Franchise) Usaha Toko
Alfamart. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=396987&val=5958&title=Analisis%2
0Terhadap%20Perjanjian%20Waralaba%20(Franchise)%20Usaha%20Toko%20Alfa%20Mart (Diaks
es pada hari Kamis, 05 April 2018)
Rustamaji, Koko. 2018. Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerce. Modul Perkuliahan
Kewirausahaan Universitas Mercu Buana. (Diakses pada hari Kamis, 05 April 2018)
Wulandari, Indah. 2015. Ini Dia Perbedaan Antara Bisnis Konvensional dan Bisnis Islami.
M.Republika.co.id.
Dalam https://www.google.co.id/search?source=hp&ei=gnfGWsGrEljz9QWw666wCg&q=bisnis+kon
vensional&oq=Bisnis+kon&gs_1=mobile-gws-hp (Diakses pada hari Kamis, 05 April 2018)
4. B.Forum
1. Bisnis Konvensional Bisnis Konvensional atau yang lebih sering dikenal dengan bisnis offline adalah
kegiatan atau transaksi jual-beli yang dilakukan secara langsung, bertatap muka antara penjual
dengan pembeli. Umumnya bisnis konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga pembeli
dapat mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu dnengan penjual. Contoh : bisnis rumah
makan, bisnis kelontongan, bisnis menjahit baju, bisnis bimbingan belajar, bisnis salon.
2. Bisnis Waralaba Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pewaralaba
(franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Contoh : Jco Donuts, Kebab Baba Rafi, Es Teler 77,
Bumbu Desa, California Fried Chicken (CFC).
3. Bisnis E-Commerce E-Commerce, adalah perdagangan produk atau layanan yang menggunakan
jaringan komputer, seperti Internet. Electronic commerce mengacu pada teknologi seperti mobile
commerce, transfer dana elektronik, manajemen rantai pasokan, pemasaran Internet, pemrosesan
transaksi online, pertukaran data elektronik (electronic data interchange / EDI), sistem manajemen
persediaan, dan sistem pengumpulan data otomatis. E-Commerce m
pertukaran barang dan jasa antara (biasanya) organisasi independen dan / atau orang-orang yang
didukung oleh penggunaan sistem ICT (Information & Commucation Technology) yang komprehensif
dan infrastruktur jaringan yang standar secara global. Contoh : OLX, Kaskus, Tokopedia, Bukalapak,
Traveloka, Tiket.com, BliBli, Amazon
5. Contoh Tokoh Kisah
Bisnis Bimbinganbelajar
Hamzah adalah pengusaha muda kelahiran 26 April 1993, pengalaman
berbisnisnya di mulai dari ia masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar.
Pada mulanya ia pernah berjualan koran, layanan ojek payung saat
hujan dan mengamen bersama teman-teman. Pemuda yang gemar
bersosialisasi ini tidak hanya bisa bekerja sama dengan mereka yang
“mapan”. Dia tak segan membantu mereka yang tak mampu. Di SMA
bisnisnya merambah ke bisnis online, di sela-sela kegiatan santai
seperti kegiatan bermain game online, ia pun mendapatkan celah
untuk berbisnis lewat game online tersebut. Ketika itu ia dikenal jago
game sampai level tinggi diantara kawan-kawannya dia menjual akun
miliknya sebesar Rp.1,2 juta.
Bisnis serius ia tekuni pada umur 18 tahun kala itu ia berjualan
pulsa dan buku sekolah. Caranya, Hamzah akan melobi pamannya yang
kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar di Jakarta untuk menjadi
distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. Lalu ia menjual buku
tersebut ke teman-temannya dan kakak kelasnya. Tapi usahanya
tersbut tidak berjalan lama ia terpaksa harus gulung tikar dan hanya
sanggup bertahan selama 3 bulan saja.
Dimulai pada tahun 2004 sebuah seminar bisnis membuka mata
Hamzah tentang bagaimana sebuah bisnis bimbel seharusnya
dikerjakan dan apa prospeknya. Sebagai catatan Hamzah bukanlah dari
keluarga tidak mampu, sang ayah adalah seorang dosen di Universitas
Gundarma. Singkat cerita kala itu pemilik Bimbel memberikan
penawaran menggiurkan kepadanya, ia berusaha meminjam uang dari
ayahnya sebesar 70 juta dari ayahnya tanpa ragu untuk sebuah bisnis.
Namun disini Ayah dan ibunya terlihat ragu kala Hamzah mengutarakan
niatnya, dengan kemampuan menganalisanya ia yakin mampu melawan
rasa takut kerugian. Berhasil mengembangkan usaha bimbelnya hingga
total ada 44 cabang dan yang sudah di dapatkan olehnya berkisar Rp.
730 juta pertahun, sebuah nilai yang sangat tinggi untuk pemuda 22
tahun.
Dengan pengalamannya mengelola bimbel, dia memiliki
kepercayaan tinggi untuk mengelola usaha barunya. Tak ayal dari bisnis
sofabed-nye berkembang secara baik walaupun tersendat di awal.
Hamzah saat ini adalah pengusaha muda pemiliki CV Hamasa yang
memiliki cabang usaha waralaba bimbel dan bisnis sofabed. Dikutip
dari laman www.pengusaha.us Hamzah menyebut ada 5 prinsip yang
6. berlaku bagi dirinya dan orang lain, memperbaiki kualitas hubungan
dan lingkungan, semua bisnis dimulai dari nol, jangan pernah menjadi
orang No Action Talk Only, perbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang
tua, dan yang terakhir adalah ingatlah kepada sesama.
Daftar Pustaka
Modul
http://generasimudaid.com/index.php/news/read/858/pengusaha-muda-hamzah-izzulhaq-yang-
sukses-dengan-membuka-bisnis-bimbel