1. SEKILAS AKHLAK PARA SAHABAT
Para sahabat hadir dengan Bila sekilas kita melihat akhlak para sahabat, tentu banyak hal yang akan kita dapatkan pada setiap
figur-figur menarik yang perjuangan dan pengorbanan mereka. Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Tetapi kebesaran itu berawal dari
penuh warna. satu prinsip yang dipegang teguh, tentang keistiqomahan. Itulah sosok Abu Bakar As Shiddiq. Seseorang yang benar,
Mengambarkan sosok membenarkan dan dibenarkan. Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan Rasul-Nya. Dan
mereka sebagai manusia keyakinan itupun menjadi sesuatu hal yang sangat besar, “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu
biasa, namun ada
timbangan dan iman Abu Bakar pada timbangan yang lain, niscaya iman Abu Bakar akan lebih berat.” Subhanallah!
kemuliaan dan akhlaq
Umar Al Faruq, sosok yang yang tak pernah menyembunyikan perasaan, jujur, blak-blakan, keras, tak kenal
tingkat tinggi yang
takut. “Bukankah kita berada diatas kebenaran? Bukankah mereka berada diatas kebathilan?” Bermula dari dakwah
senantiasa terukir dalam
setiap kebiasaannya. Ada terang-terangan, hijrah terang-terangan, dan gemeretaknya gigi orang kafir dan orang munafik. Ia keras. Begitu
orang-orang besar dengan keras. Ia juga pernah membuat empat makmum jatuh terjengkang karena bersinnya saat memeriksa shaf shalat..
gelar besar. Ada sosok yang Masyaallah! Tetapi ada saat dimana ialah manusia terlembut, ketika memimpin. Maka benarlah kata-kata Ibnu
agung dalam gelar Mas’ud, “Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah rahmat
kematiannya. Ada lagi bagi orang beriman.”
yang mulia dengan Utsman Dzun Nurain, si pemalu berakhlaq mulia. Malu tidak hanya pada manusia, tetapi lebih dari itu, pada
perbuatannya. Dan ada Allah. Diriwayatkan bahwa mandinya Utsman tidak dilakukan kecuali dalam rumah yang terkunci rapat,dalam
banyak lagi sosok yang sebuah kamar, dalam sebuah bilik tertutup dan masih harus berselubung kain tebal. Itupun beliau tidak bisa
senantiasa mewarnai mengangkat kepala dan punggungnya karena malu. Ia selalu malu kepada Allah. Ia malu, jika nikmat-nikmat Allah
peradaban Islam. Mereka tak ia nafkahkan dijalan-Nya. Maka ribuan onta mmenyertai perang tabuk. Ia malu, jika ia kenyang sementara
adalah manusia-manusia penduduk madinah ditimpa paceklik. Maka 1000 unta penuh muatan ia bagikan secara gratis. Subhanallah..
biasa yang istiqamah Ali yang ceria. Ceria mengajarinya keberanian untuk tidur menggantikan Rasulullah di saat terror
dengan potensi kebaikan pembunuhan mengepung kediaman beliau yang kecil. Ceria mengajarinya berlari-lari menyusur padang pasir sejauh
yang dimilikinya. Itulah 400 km untuk hijrah seorang diri dalam kejaran musuh. Ceria juga mengajarinya berolok-olok pada Amir ibn Abdu
para sahabat. Wudd, jagoan Quraisy yang menantang perang tanding dalam peristiwa Khandaq. Juga ketika tubuh yang besarnya
dua kali lipat dirinya itu jatuh terbelah. Ceria terus mengajarinya untuk asyik belajar, maka ia menjadi pintu kota
Ilmu. Sakit matanya tak menjadi penghalang menjadi pemegang panji penaklukan Khaibar. Maka jadilah ia pemegang panji yang mencintai dan
dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Ada Khalid, pedang Allah yang senatiasa terhunus. Maka sering dengan kudanya ia membelah
barisan musuh sendirian. Ia pedang Allah, maka tiga belas pedang patah ditangannya pada perang mut’ah. Ada hudzaifah, pemegang rahasia-rahasia
Rasulullah. Maka ia intelijen paling gemilang dalam sejarah, yang duduk dihadapan Abu Sufyan, pemimpin musuh. Ada lagi yang agung dalam gelar
kematiannya. Hamzah sang penghulu syuhada’, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari disurga. Ada yang mulia dalam perbuatannya.
Usaid ibn Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Ibnu Mas’ud yang qira’atnya seperti saat Al Qur’an diturunkan, Abdurrahman ibn Auf yang
diberkahi dalam shadaqah dan simpanannya.
Mereka adalah manusia-manusia biasa yang istiqomah dengan akhlaq dan potensi kebaikan yang dimilikinya. Mereka adalah umat terbaik
dalam peradaban ini, dengan semua warna karakter yang berbeda membuat suatu keberagaman akhlaq yang agung dalam setiap kebiasaan yang
dilakukan. Warna-warna yang berbeda tidak membuat suatu perpecahan satu sama lain melainkan suatu variasi dan kolaborasi yang sempurna dalam
satu tujuan pencapaian yaitu Allah dan Rasul-Nya. Subhanallah ..
(uts/saf)
2. Nama : Utsman Romadoni
NIM : 2103216562
JUR/PRODI : TAR/PAI
Semester : II
Mata Kuliah : Akhlak
Dosen Pembimbing : Wira Hadi Kusuma