2. Definisi Masjid
Secara Bahasa dan Istilah
كلمة أن اللغويون يذكر
(
مسجد
)
الفعل من مكان اسم
:
سجد
-
يسجد
-
ًادسجو
“Para ahli bahasa mengatakan bahwa kata “masjid”
adalah isim makan dari fi’il “sajada” (bersujud), yang
bermakna “tempat sujud”.”
هللا وذكر الصالة عبادة ألداء بني مخصوصة أحكام له مخصوص مكان
القرآن وقراءة
“Tempat khusus yang memiliki hukum khusus yang
dibangun untuk ibadah shalat, dzikir, dan membaca
Fiqhul Masajid Fi Al-Syari’ah
Al-Islamiyyah, hlm. 17 & 19
3. Keutamaan Masjid
Sebaik-baik Tempat Di Bumi
قال وسلم عليه هللا صلى النبي أن عنهما هللا رضي عمر ابن عن
:
البقاع وشر المساجد اعَقَبال خير
األسواق
Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk
tempat adalah pasar.” (HR. Al-Hakim dan Ath-Thabarani)
Catatan:
Dikatakan pasar sebagai seburuk-buruk tempat karena disana banyak kesempatan terjadinya kemaksiatan dan
berbagai kecurangan. Hal itu kecil kemungkinan terjadi di masjid, karena itulah masjid disebut sebagai
sebaik-baik tempat.
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 26]
4. Keutamaan Masjid
Sebaik-baik Majelis
قال عنه هللا رضي وائلة عن
:
هللا صلى هللا رسول قال
وخير والطرق األسواق المجالس شر وسلم عليه
بيت فالزم المسجد في تجلس لم فإن المساجد المجالس
ك
Dari Watsilah r.a. berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Seburuk-buruk
majelis adalah pasar-pasar dan
jalanan. Dan sebaik-baik majelis
adalah masjid-masjid. Bila engkau
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 28]
5. Perbedaan Antara Masjid, Masjid Jami’ dan Mushalla
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 28]
Masjid Masjid Jami’ Mushalla
Masjid lebih umum
mencakup semua
tempat yang
digunakan shalat
berjamaah, baik
dilaksanakan
shalat jum’at di
dalamnya atau
tidak.
Lebih khusus dari
masjid, yaitu
tempat yang
dilaksanakan
shalat wajib lima
waktu dan shalat
jum’at. Jika tidak
ada pelaksaan
shalat jum’at maka
Biasanya milik
pribadi (tidak
diwakafkan), tidak
bisa dilaksanakan
shalat jum’at, dan
tidak dapat
dipergunakan
untuk i’tikaf.
6. Fungsi Masjid
Fungsi Utama: Tempat Ibadah
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 28]
Pelaksanaan shalat fardhu.
Pelaksanaan shalat sunnah tarawih.
Pelaksanaan shalat tahiyatul masjid.
Bertasbih dan dzikir kepada Allah.
I’tikaf
7. Fungsi Masjid
Fungsi Penunjang
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 50-53]
Pusat pendidikan; para sahabat dididik oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam di masjid nabawi. Di antara lulusannya adalah Sayyidina Abu
Hurairah r.a. yang banyak meriwayatkan hadits-hadits nabi.
Sebagai pusat informasi.
Sebaagai pusat kesehatan dan pengobatan; ketika berkecamuk
perang Khaibar salah seorang shahabiyah bernama Rufaidah
diperintahkan nabi untuk membangun tenda di halaman masjid Nabawi.
Tempat akad nikah; sebagaimana disebutkan dalam hadits,
بالدفوف عليه واضربوا المساجد في واجعلوه النكاح هذا أعلنوا
“Umumkanlah pernikahan ini dan jadikanlah tempatnya di masjid dan
pukullah duf untuknya.” (HR. At-Tirmidzi)
8. Penamaan Masjid
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 76]
Menamakan masjid dengan masjid fulan atau masjid bani fulan atau
dengan nama tertentu, hukumnya boleh. Meskipun pasa asalnya masjid
itu milik Allah (disebut rumah Allah). Bahkan termasuk perkara yang
penting yang bersifat dharuri (mendesak), apalagi di masa sekarang
dengan banyaknya masjid yang dibangun di satu wilayah. Al Imam An-
Nawawi mengatakan:
يقال أن بأس وال
:
التعريف سبيل على فالن بني ومسجد فالن مسجد
“Tidak masalah menyebut masjid fulan atau masjid bani fulan dengan
maksud mengenalkan (masjid tersebut).”
Dalilnya adalah hadits,
الحرام مسجد إال سواه فيما صالة ألف من خير هذا مسجدي في صالة
“Shalat di masjidku ini nilainya seribu kali lebih baik dibandingkan di
masjid lainnya kecuali masjidil haram.” [HR. Bukhari]
9. Kepemilikan Masjid
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 77]
Apabila tanah tersebut milik negara, kemudian diwakafkan untuk
dibangun masjid di atasnya, maka menjadi milik kaum muslimin.
Apabila tanah tersebut milik individu, kemudian diwakafkan untuk
dibangun masjid, maka menjadi kaum muslimin dan bukan lagi milik
pribadi.
11. A. Shalat Berjamaah
[Lihat At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 294]
1)Posisi makmum berdiri tidak melebihi imam.
• Jika makmum berdiri, maka tumitnya tidak melebihi tumitnya imam.
• Yang afdhal adalah makmum berdiri di belakang imam dengan jarak
beberapa jari dari tumit imam dan tidak melebihi tiga dziro’ )48 x 3 cm(.
• Makmum mengambil posisi di sebelah kanan imam, jika datang yang
lain berdiri di sebelah kiri. Kemudian imam maju sedikit, atau makmum
mundur ke belakang dan ini afdhol.
Syarat Sah Berjamaah
12. Syarat Sah Berjamaah
[Lihat At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 295-296]
2)Makmum mengetahui perpindahan gerakan imam, baik dengan
melihat atau mendengar suara imam.
3)Makmum hendaknya berniat jama’ah. Niat berjama’ah wajib bagi
makmum, tapi tidak bagi imam.
4)Sama gerakan dan tata cara shalat keduanya, meski berbeda dalam
niat dan jumlah raka’at. Karenanya tidak sah shalat maktubah di
belakang imam yang shalat jenazah atau shalat kusuf. Tapi sah jika
makmum shalat dzuhur sementara imam shalat ashar, shalat maghrib
di belakang shalat isya’, shalat qodho di belakang shalat ada’ dan
shalat fardhu di belakang shalat sunnah.
13. Syarat Sah Imam
1)Muslim; tidak sah shalatnya makmum yang diimami orang kafir atau
murtad.
2)Berakal.
3)Baligh; sebagian ulama seperti syafi’iyyah mengatakan sah shalat
yang diimami anak-anak yang mumayyiz meski belum baligh.
Dasarnya adalah hadits,
أو ّست ابن وهو وسلم عليه هللا صلى هللا رسول عهد على قومه ّميؤ كان أنه سلمة بن عمرو عن
سبع
سنسن
Dari Amr bin salamah r.a. bahwa ia pernah mengimami suatu kaum di
masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masih berusia enam
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 194-195]
14. Syarat Sah Imam
4)Mampu membaca al-fatihah dengan benar (qori’ bukan ummi).
• Tidak me-idghomkan huruf bukan pada tempatnya, seperti membaca
مستقيم dengan قيمّتم
• Tidak mengganti satu huruf dengan huruf yang lain (yang bisa
mengubah makna) seperti lafadz الحمد diganti dengan الهمد
• Tidak mengulang huruf yang sama (at-tamtam), seperti kalimat أنعمت
dibaca َتَتأنعم
•Atau adanya lahn yang mengubah makna seperti kalimat َأنعمت dibaca
أنعمت
[Lihat At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 292-293]
15. Yang Paling Berhak
Jadi Imam
Yang lebih berhak menjadi imam adalah imam rawatib, kemudian yang
lebih lebih faham al-kitab dan as-sunnah (afqah), kemudian yang lebih
fasih bacaannya (aqra’), kemudian yang lebih wara’.
َف ًةَءاَرِق ْمهمَدْقَأ َو ِ ه
َّللا ِباَتِكِل ْمهؤ َرْقَأ َم ْوَقْال ُّمؤَي
َأ ْمههمؤَيْلَف ًءا َوَس ْمهتَءاَرِق َْتناَك ْنِإ
ْق
يِف واانَك ْنِإَف ًة َرْجِه ْمهمَد
ال هنهمؤَت َ
ال َو اًّنِس ْمهرَبْكَأ ْمههمؤَيْلَف ًءا َوَس ِة َرْجِهْال
ْجَت َ
ال َو ِهِناَطْلس يِف َ
ال َو ِهِلْهَأ يِف َلجهر
يِف ِهِتَم ِ
رْكَت ىَلَع ْ
سِل
ِهِنْذِإِب ْوَأ َكَل َنَذْأَي ْنَأ ه
الِإ ِهِتْيَب
"Hendaknya yang berhak menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak dan
paling baik bacaan kitabullah (alquran), jika dalam bacaan sama, maka yang paling
dahulu hijrah, jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dewasa, dan jangan
sampai seseorang menjadi imam dalam keluarga orang lain dan jangan pula dalam
wilayah kekuasaan (wewenang) nya dan jangan duduk di tempat duduk di rumah
[Lihat At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 306]
16. B. Amalan Sunnah
1)Shalat sunnah tahiyatul masjid, dilakukan sebagai penghormatan
terhadap masjid.
ركعتين يركع حتى ْ
يجلس فال المسجد أحدكم دخل إذا
“Apabila salah seorang di antara kalian masuk ke masjid, janganlah ia
duduk kecuali setelah shalat dua raka’at.” [HR. Bukhari dan Muslim]
بالجلوس تسقط ال فإنها فيهما ْز هوَجوت ركعتين فاركع قم سليك يا
“Wahai Sulaik, berdiri dan kerjakan shalat dua raka’at dan ringankanlah.
Sesungguhnya shalat itu tidak gugur karena terlanjur duduk.” [HR.
Muslim]
Shalat tahiyatul masjid sebenarnya dianggap telah terealisasi apabila
masuk ke masjid langsung shalat wajib atau shalat sunnah rawatib.
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 194-195; At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 2866]
17. B. Amalan Sunnah
2)I’tikaf
تعريفه
:
مخصوصة بنية المسجد في اللبث
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat tertentu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عز هللا وجه ابتغاء يوما اعتكف ومن سنين عشر اعتكاف من له خيرا كان اخيه حاجة فى مشى من
وجل
الخافقين بين مما ابعد خندق كل خنادق ثالث النار وبين بينه هللا جعل
“Barangsiapa yang berjalan di dalam membantu keperluan saudara
muslimnnya, maka itu lebih baik baginya dari I’tikaf sepuluh tahun
lamanya. Dan barangsiapa yang beri’tikaf satu hari karena mengharap
ridho Allah Swt, maka Allah menjadikan di antara dia dan api neaka jarak
sejauh tiga parit. Setiap parit dari parit lainnya jaraknya sejauh langit dan
[Lihat At-Taqrirat As-Sadidah Fi Al-Masail Al-Mufidah, hlm. 490]
18. B. Amalan Sunnah
2)I’tikaf
Hukum I’tikaf:
• Sunnah pada semua waktu secara mutlak.
• Sunnah muakkadah pada 10 malam terakhir bulan ramadhan.
Hikmah dari hal tersebut adalah untuk mencari lailatul qadar yang lebih
baik daripada seribu bulan, sebagaimana Allah berfirman ( من خير القدر ليلة
شهر )ألف. Mayoritas ulama berpandangan bahwa lailatul qadar terjadi di
sepuluh malam terakhir bulan ramadhan.
• Wajib bagi orang yang bernadzar untuk i’tikaf.
[Lihat Al-Fiqh Al-Manhaji, hlm. 347]
19. C. Aktifitas Lainnya
(Yang Dibolehkan dan Yang Dilarang)
1)Makan Dan Minum
Boleh hukumnya makan dan minum di dalam masjid. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin Al-Harits:
واللحم الخبز المسجد فس وسلم عليه هللا صلى النبي عهد على نأكل كنا
“Dahulu di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kami makan roti dan
daging di dalam masjid.” [HR. Ibnu Majah]
Hanya saja jika makanan yang dimakan bisa menimbulkan aroma yang
tidak sedap, maka hukumnya makruh. Dalam hadits dari Jabir bin Abdillah
r.a., bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
بيته في ْدوليقع مسجدنا ْل ِ
زَتْعَيل أو ناْل ِ
زَتْعَيفل ًالبص أو ما ْوث أكل من
“Siapa saja yang makan bawang merah atau bawang putih maka
hendaklah menyingkir dari kami atau menyingkir dari masjid kami, dan
hendaklah dia duduk di rumahnya.” [HR. Bukhari]
[Seri Fikih Kehidupan - Masjid, Ahmad Sarwat, hlm. 160]
20. C. Aktifitas Lainnya
(Yang Dibolehkan dan Yang Dilarang)
2)Berbaring dan Tidur
• Boleh hukumnya berbaring dan tidur di dalam masjid. Berbaring yang
dimaksud adalah tidur telentang (istilqa’) tanpa terlelap atau dengan
memiringkan badan (idhtija’). Baik berbaring ataupun tidur (sampai
terlelap) hukumnya boleh berdasarkan hadits dari Ali bin Abi Thalib r.a.
bahwa ia pernah tidur di masjid hingga kepalanya dipenuhi debu.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
تراب أبا قم
,
تراب أبا قم
“Bangunlah wahai Abu Turab, bangunlah wahai Abu Turab!” [HR. Bukhari]
• Beberapa sahabat yang pernah tidur di masjid seperti ahlus shuffah,
Shafwan bin Umayyah, dan beberapa sahabat lainnya.
• Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam i’tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan tidak
diragukan lagi bahwa beliau pasti tidur di masjid.
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 196-198]
21. C. Aktifitas Lainnya
(Yang Dibolehkan dan Yang Dilarang)
3)Jual Beli
• Syari’at melarang setiap muslim berjual beli di dalam masjid, sebab
masjid tidak dibangun untuk tujuan tersebut. Melainkan masjid itu
dibangun untuk menegakkan shalat, dzikir, dan ilmu.
ف والبيع الشراء عن نهى وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن جده عن أبيه عن شعيب بن عمرو عن
ي
المسجد
Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang jual beli di dalam masjid. [HR. Abu
Daud]
فقولوا المسجد في يبتاع أو يبيع من رأيتم إذا
:
تجارتك هللا أربح ال
“Apabila engkau melihat orang yang menjual atau membali di dalam
masjid, maka ucapkanlah: ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 127]
22. BOLEHKAH MENGUNCI PINTU
MASJID DI LUAR WAKTU SHALAT?
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Sebagian besar
ulama Hanafiyah mengatakan makruh tahrim, karena mengunci pintu
masjid di luar waktu shalat serupa dengan tindakan menghalang-halangi
orang untuk melaksanakan shalat. Sedangkan menghalangi orang lain dari
shalat adalah haram. Allah Swt berfirman:
َو همْسا اَهيِف َرَكْذي ْنَأ ِ ه
َّللا َد ِاجَسَم َعَنَم ْنهمِم مَلْظَأ ْنَم َو
اَهِباََرخ يِف ىَعَس
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 234-235]
"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi
menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk
merobohkannya?" (Q.S. Al-Baqarah: 114)
Sementara jumhur ulama (malikiyah, syafi'iyyah dan sebagian hanabilah)
berpendapat boleh. Kebolehan ini dengan alasan adanya kekhawatiran terhadap
pencurian perlengkapan, perabotan, dan barang berharga lainnya yang ada di
dalam masjid. Atau khawatir terhadap tindakan yang merusak kehormatan masjid.
Namun, jika tidak ada kekhawatiran akan hal itu, maka SUNNAH membukanya.
23. BOLEHKAH MENGUNCI PINTU
MASJID DI LUAR WAKTU SHALAT?
Al-Imam An-Nawawi mengatakan:
فا بالناس رفق قتحها في وكان حرمتها انتهاك وال مفسدة فتحها من يخف لم إذا فأما
فتحها لسنة
بعده وال زمنه في وسلم عليه هللا صلى هللا رسول مسجد يغلق لم كما
[Fiqhul Masajid Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, hlm. 234-235]
"Adapun jika membukanya itu tidak dikhawatirkan adanya mafsadat,
tindakan yang merusak kehormatannya, dan ada kebaikan bagi
manusia, maka hukumnya SUNNAH. Sebagaimana masjid Nabi صلى
هللا
عليه
وسلم tidak pernah ditutup di masa beliau dan masa setelahnya."
24. Profil Pemateri
Nama : Kusnady Ar-Razi
Tempat Tanggal Lahir : Meulaboh, 15 Oktober 1985
Pendidikan:
1. S1 Universitas Islam Malang (Jawa Timur)
2. Ma’had Abdurrahman bin ‘Auf (Malang,
Jawa Timur)
3. Pesantren Darul Muttaqin (Malang, Jawa
Timur)
Aktivitas:
Khadim Majelis Darun Nawawi
No WA: 085275994561